Jurnal Health Sains: p�ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398 Vol. 2, No. 6, Juni
2021
Dessy Listya
Rissanti
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) YATSI Tangerang Banten, Indonesia Email: [email protected]
ARTIKEL INFO |
ABSTRACT |
Diterima: 5 Juni 2021 Direvisi: 15 Juni 2021 ��Disetujui: 25 Juni 2021����������� |
According
to Globocon 2018 data, new cases of cervical cancer
reached 32,469 people
and the death
rate from cervical cancer reached 18,279 per year.
This means that about 50 Indonesian
women die from cervical cancer every day.
This literature study aims to determine the relationship or influence of selfcare on the quality
of life of cervical cancer
patients. This method
of research uses literature riview
or literature study
method. Article searches are conducted based
on keywords from
'Self Care'AND 'Quality of Life'AND 'Cervical Cancer Patients', using pubmed search engine, Google Search Engine (Scholar
and Repository) and Researchgate.
With the publication of articles from 2015 to 2020. The search
results were obtained 11 articles that discuss
the topic of self care and quality of life in cervical cancer patients. Published articles published from 2015 to 2020.
Each individual has a different quality of life depending
on each individual in addressing the problems that occur in him. The use of certain
coping strategies can influence
their desire for information about their illness, their efficacy, and the way they adjust
to the disease
and its treatments. The quality of life of
cervical cancer patients will improve
if we know the supporting factors of a person in performing the treatment of both family
support, health workers
and social context
support so that the patient remains passionate in living his
life. |
Keywords: self care; quality of life; cervical cancer patients \ |
|
|
ABSTRAK Menurut data Globocon 2018,
kasus baru kanker
serviks mencapai 32.469
jiwa dan angka
kematian akibat kanker
serviks mencapai 18.279 per tahun. Ini artinya, ada sekitar 50 perempuan Indonesia meninggal dunia
akibat kanker serviks setiap
harinya. Studi literatur ini bertujuan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh selfcare terhadap kualitas hidup penderita kanker serviks. Metode
penelitian ini menggunakan metode
studi kepustakaan atau literature
riview. Pencarian artikel
dilakukan berdasarkan kata kunci dari �Self
Care�AND �Quality of Life�AND �Cervical Cancer Patients�, menggunakan mesin pencarian Pubmed,
Google Search Engine (Scholar dan Repository) dan Researchgate. Dengan terbitan artikel tahun 2015 hingga 2020.
Hasil pencarian didapatkan 11 artikel yang
membahas topik mengenai self ������������������������������������������������������� �care dan kualitas hidup pada pasien kanker serviks. Artikel � |
|
publikasi yang diterbitkan tahun 2015 hingga 2020. Setiap |
|
individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung |
|
dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan |
|
yang terjadi dalam dirinya. Penggunaan strategi koping |
|
tertentu dapat memengaruhi hasrat mereka akan informasi |
|
tentang penyakit mereka, kemanjuran diri mereka, dan cara |
|
mereka��� menyesuaikan�� diri���� dengan��� penyakit��� serta |
|
perawatannya. Kualitas hidup pasien kanker serviks akan |
|
meningkat jika kita tahu faktor pendukung seseorang dalam |
Kata Kunci: |
melakukan perawatan� �baik� �dukungan keluarga,�� petugas |
perawatan diri; kualitas hidup; |
kesehatan dan dukungan lingkunga sosialnya sehingga pasien |
pasien kanker serviks |
tetap semangat dalam menjalankan hidupnya. |
Sebanyak 95% kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV (Human Papiloma Virus). Kanker serviks adalah kanker paling sering keempat yang di derita pada wanita dengan perkiraan 570.000 kasus baru pada tahun 2018 yang mewakili 6,6% dari semua kanker wanita serta menjadi angka kematian keempat terbanyak (Februanti, 2019).
Menurut organisasi Kesehatan dunia (WHO) Sekitar 90% kematian akibat kanker serviks terjadi di negara-negara yang berpenghasilan rendah dan menengah. WHO menyebutkan penambahan penderita kanker di Indonesia Mencapai 15.000 orang pertahun. Indonesia menduduki peringkat teratas kanker serviks di dunia.
Berdasarkan data Infodatin-Kanker (Diaz, 2019) Provinsi Kepulauan Riau, Provinsi Maluku Utara, dan Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi kanker serviks tertinggi yaitu sebesar 1,5�, Sementara itu di provinsi banten tercatat 0,4% (2.252) yang menderita kanker serviks.
Sedangkan prevalensi kanker payudara tertinggi terdapat pada Provinsi D.I. Yogyakarta, yaitu sebesar 2,4�. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker serviks dan kanker payudara terbanyak terdapat pada Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah.
Menurut CNN Indonesia yang di kutip oleh (Februanti, 2019) Pada tahun 2017 Indonesia menduduki tempat ke dua penderita kanker serviks dengan penambahan kasus sebanyak 21.000 kasus kanker serviks tiap tahunnya. Penyebab meningkatknya jumlah tersebeut adalah rendahnya pemantauan sejak dini. Menurut data Globocon 2018, kasus baru kanker serviks mencapai 32.469 jiwa dan angka kematian akibat kanker serviks mencapai 18.279 per tahun. Ini artinya, ada sekitar 50 perempuan Indonesia meninggal dunia akibat kanker serviks setiap harinya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari rekam medis RSU Kabupaten Tangerang periode 2018 hingga 2019 tercatat ada 123 pasien kanker serviks yang dirawat. Sedangkan pada periode Mei hingga juli 2020 hanya 10 pasien yang dirawat di RSU Kabupaten Tangerang. Hal ini dibatasi karna bertepatan dengan pendemi Covid-19.
Pada kanker serviks, penyakit dan penanganannya dapat meninmbulkan gangguan fungsi pada manusia sebagai mahkluk hidup seperti gangguan fisiologis, psikologis ataupun perilaku yang berpotensi mengakibatkan keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk aspek gpsikologis, pasien mengalami kebingungan, kemurungan, kecemasan, perasaan tidak berdaya, perasaan bersalah dan kesendirian (Dewi & La Kahija, 2020).
Kemajuan dalam deteksi dini dan pengobatan kanker ginekologi telah memberikan keuntungan dalam kelangsungan hidup pasien. Tingkat kelangsungan hidup yang lebih baik telah mendorong paradigma dalam kehidupan mengubah beban perawatan kanker dari model penyakit medis untuk model kesehatan, yang berkaitan dengan kualitas hidup perempuan serta lamanya bertahan (Wolff, 2017).
Berdasarkan penelitian yang dilakukakn oleh Katowa dalam (Distinarista et al., 2018) didapatkan bahwa Sebanyak 19 pasien kanker serviks yang pernah hidup dengan kanker selama tiga bulan ke atas diwawancarai. Tiga reaksi perasaan pada saat diagnosis diidentifikasi termasuk; takut akan kematian, mengasihani diri sendiri, dan tidak percaya. Didapatkan lima tema tentang bagaimana pasien menghadapi diagnosis mereka; iman kepada Tuhan ditambah dengan doa, dukungan dari keluarga, dukungan dari tempat ibadah, dukungan dari tenaga medis, dan kepastian dari sesama pasien dan penderita kanker yang selamat. Pasien kanker serviks seharusnya melakukan mekanisme coping tertentu agar dapat beradaptasi dengan baik.
Kelangsungan hidup jangka panjang dari pasien kanker telah meningkat secara drastis selama beberapa dekade terakhir. Ketahanan hidup pasien kanker serviks rata- rata 65,8 bulan, dan tingkat kelangsungan hidup 5 tahun secara keseluruhan adalah 71,1%. Pasien kanker membutuhkan informasi, pelayanan, dan perawatan secara holistik agar dapat menjalani hidup yang berkualitas (Distinarista et al., 2018).
Penurunan kualitas hidup dapat memperburuk komplikasi dan dapat berakhir kecacatan atau kematian. Penurunan kualitas hidup dikarenakan masyarakat belum mampu melakukan perawatan mandiri yaitu self care sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup pasien dari segi keadaan kesehatan fisik, psikologis, sosial dan lingkungan, terbukti
55% wanita dengan kanker serviks yang memiliki self care yang kurang memiliki kualitas hidup yang kurang. 4 dari 10 wanita yang menderita kanker servik tidak bisa melakukan perawatan karena keterbatasan fisik (Kusniawati, 2011).
Studi literatur ini bertujuan untuk mengetahui hubungan atau pengaruh selfcare terhadap kualitas hidup penderita kanker serviks dari berbagai artikel dan penelitian yang telah dilakukan. Hasil dari temuan artikel peneliti tidak lupa mencantumkan sumber informasi dan referensi terkait pada daftar Pustaka.
Jenis penelitian ini adalah penelitan kepustakaan (library research), yaitu serangkaian penelitian yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, atau penelitian yang obyek penelitiannya digali melalui beragam informasi kepustakaan (buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah, dan dokumen). Literature review merupakan suatu analisis kritis terhadap sumber bacaan atau literatur yang terpublikasi pada suatu topik tertentu yang menjadi minat dan fokus seorang peneliti (Suryani et al., 2016).
Desain penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan atau Literature riview. Literature riview merupakan rangkuman lengkap tentang penelitian yang sudah dilakukan sesuai dengan topik yang spesifik untuk memberitahu pembaca apa yang sudah di ketahui dan yang belum diketahui dalam topic tersebut. Untuk mencari temuan yang logis terhadap penelitian yang telah dilakukan (Strassberg & English, 2015).
Penulisan ini berfokuskan terhadap jurnal
penelitian atau artikel yang memiliki topic variabel
yang sama. Studi literature riview bisa didapat melalui berbagai
sumber baik jurnal, buku, dokumentasi, artikel dan internet. Penulis melakukan studi literature
review ini setelah menentukan topik penulisan dan ditetapkannya rumusan masalah.
A. Hasil Penelitian
Menurut penelitian (Park, 2017) dengan judul Sexual function, depression, and quality of life in patients with cervical cancer Hasil penelitian didapatkan bahwa Para peserta mengalami disfungsi seksual (4,83 � 4,16) dan depresi sedang hingga berat (11,08 � 5,06). Nilai rata-rata kualitas hidup adalah 57,33 � 8,47. Fungsi seksual memiliki hubungan negatif dengan depresi, sementara memiliki hubungan positif dengan kualitas hidup (p <0,001). Juga, dalam kaitannya dengan subkategori kualitas hidup, fungsi seksual berkorelasi positif dengan kesejahteraan fisik, kesejahteraan sosial, dan kesejahteraan fungsional (p = 0,001), tetapi tidak dengan kesejahteraan psikologis (p =. 223).
Menurut penelitian (I. K. Tunas et al., 2016) dengan judul Penilaian Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks dengan Kemoterapi Paklitaksel�Karboplatin di RSUP Sanglah Hasil penelitian didapatkan bahwa Terdapat perbedaan bermakna pada nilai kualitas hidup pasien sebelum dan setelah kemoterapi paklitaksel-karboplatin (nilai p=0,038). Terdapat penurunan kualitas hidup pada domain mual muntah, penurunan nafsu makan, fatigue, dan fungsi sosial. Domain dengan peningkatan kualitas hidup yaitu nyeri, fungsi fisik, fungsi emosional, sulit tidur, dan kesulitan keuangan. Pemberian kemoterapi paklitaksel-karboplatin pada 12 pasien dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker serviks.
Menurut penelitian (Susanti, 2018) dengan judul Respons Dan Koping Pasien Penderita Kanker Servik Terhadap Efek Kemoterapi Hasil penelitian didapatkan bahwa Respons fi sik pasien kanker serviks kemoterapi termasuk mual,
muntah, sembelit, neuropati perifer, kelelahan, penurunan berat badan, alopecia, toksisitas kulit, nafsu makan menurun, nyeri, perubahan rasa di lidah. Koping pasien menggunakan cara-cara tradisional, dan sangat sedikit farmakologis yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.
Menurut penelitian (Nipp et al., 2016) dengan judul The relationship between coping strategies, quality of life, and mood in patients with incurable cancer Ada 350 peserta. Sebagian besar melaporkan pemanfaatan tinggi dari dukungan dukungan emosional (77,0%), sedangkan lebih sedikit melaporkan pemanfaatan penerimaan yang tinggi (44,8%), menyalahkan diri sendiri (37,9%), dan penolakan (28,2%). Dukungan emosional (QOL: b 5 2,65, P
<0,01; depresi: b 5 -0,56, P 5 0,02) dan
penerimaan (QOL: b 5 1,55, P <0,01;
depresi: b 5 -0,37, P 5. 01; kecemasan: b5
�0.34, P5.02) berkorelasi dengan kualitas hidup dan suasana hati yang lebih baik. Penyangkalan (QOL: b 5 -1,97, P <0,01;
depresi: b 5 0,36, P 5 0,01; kecemasan: b 5
0,61,�� P� �<0,01)� �dan� �menyalahkan� �diri
sendiri (QOL: b 5 �2,31, P < 0,01; depresi:
b5 0,58, P <0,01; kecemasan: b5 0,66, P
<0,01) berkorelasi dengan kualitas hidup dan suasana hati yang lebih buruk.
Menurut penelitian (Andriana et al., 2019) dengan judul Gaya Hidup, Riwayat Penggunaan���������������������������� Kontrasepsi,�������� Dan Pengetahuan Kanker Serviks Pada Pasien Kanker Serviks, Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan hubungan signifi kan antara perilaku seksual, perilaku merawat kebersihan alat kelamin, riwayat penggunaan kontrasepsi, dan pengetahuan kanker serviks terhadap kejadian kanker serviks.
Menurut penelitian (Ningrum & Sulastri, 2020) dengan judul Evaluasi Kualitas Hidup dengan Kuesioner EQ-5D
pada Pasien Kanker Serviks Rawat Inap Sebelum dan Setelah Kemoterapi Hasil menunjukkan bahwa setelah kemoterapi siklus pertama, persentase masalah kemampuan berjalan/bergerak dan kegiatan yang biasa dilakukan mengalami peningkatan, rasa sakit/ tidak nyaman dan rasa cemas/depresi mengalami penurunan, sedangkan perawatan diri tidak mengalami perubahan. Berdasarkan hasil uji statistik, setelah kemoterapi siklus pertama, nilai utility dan EQ-5D VAS mengalami peningkatan��� dan����� menunjukkan peningkatan bermakna (nilai T hitung masing-masing 2,0 dan 4,5) pada pasien stadium I.
Menurut penelitian (Distinarista et al., 2018) dengan judul Pengalaman Survivor Cancer: Studi Fenomenologi. Jurnal Keperawatan Soedirman Pada penelitian ini didapatkan lima tema, yaitu perilaku hidup sehat survivor cancer dalam menghadapi kanker serviks, pengobatan komplementer atau herbal yang dijalani survivor cancer pada pasien kanker serviks, koping survivor cancer dalam mengatasi masalah selama pengobatan kanker serviks, dukungan keluarga dan tenaga kesehatan kepada survivor cancer pada pasien kanker serviks, aspek spiritual survivor cancer pada pasien kanker serviks. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para survivor cancer pada pasien kanker serviks menerapkan berbagai metode self care.
Menurut penelitian (Hutajulu, 2018) dengan judul Dimensi Fisik Kualitas Hidup Pasien kanker Yang Memperoleh Reiki Di Indonesia Reiki Institute Jakarta Hasil penelitian menunjukkan pasien kanker mengalami peningkatan dimensi fisik kualitas hidup paling dominan pada tema penurunan keluhan penyakit, peningkatan�������������������� kenyamanan��������� fisik, peningkatan energi, serta peningkatan kualitas tidur serta istirahat.Keempat tema
ini saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain.
Menurut penelitian (Hananingrum et al., 2017) dengan judul Hasil Penelitian aktifitas fisik pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebagian besar malakukan aktifitas fisik sedang. Kualitas hidup pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi mayoritas tinggi. Ada hubungan aktivitas fisik dengan kualitas hidup pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi dengan p value 0,003 < 0,05 dengan kekuatan hubungan sedang. Kesimpulan ada hubungan aktivitas fisik dengan kualitas hidup pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi.
Menurut penelitian (Joe & Darmayasa, 2019) ,dengan judul Kualitas Hidup Pada Pasien Penderita Kanker Serviks Di RSUP Sanglah Denpasar Periode Juni 2016 Hingga Januari 2017 Hasil penelitian didapatkan bahwa Domain kesejahteraan fisik paling banyak mengalami keluhan seperti rasa nyeri dan aktivitas fisik (activity daily living). Pada domain kesejahteraan sosial banyak dari responden yang mengalami penurunan fungsi sesksual. Pada domain kesejahteraan emosional banyak yang mengalami kehilangan harapan dalam pengobatan. Domain kesejahteraan fungsional terbanyak mengalami gangguan tidur. Pada domain additional concern banyak yang mengalami gangguan pada bau dari kanker pada organ genital mereka.
Menurut penelitian (Made et al., 2018) dengan judul Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks Yang Dirawat Di Ruang Cempaka Ginekologi Rusp Sanglah Denpasar Hasil penelitian Dilihat dari aspek fisik, terutama perasaan kekurangan energi/lemah sebagian besar kasus kanker serviks (59/85,4%) penderita mengeluh
merasa kekurangan energi/lemah pada tingkat menengah. Namun hanya 11 kasus (15,9%) yang mengeluh mual yang hebat, bahkan sebagian besar responden (60,9%) yang merasa mual dengan respon jawaban �tidak sama sekali�. Kondisi fisik yang melemah sedang sudah cukup membuat penderita kesulitan bertemu dengan keluarga walaupun hanya ringan. Hal ini ditunjukkan dengan pernyataan penderita, �Karena kondisi fisik saya, saya kesulitan bertemu dengan keluarga� sebesar 73,9%. Sisanya lagi masih bisa bertemu keluarga (36,1%) walau dengan upaya yang keras. Kondisi ini dipengaruhi juga oleh perasaan nyeri, tampak dari faktanya bahwa 62,3% penderita mengeluh nyeri sedang-berat dan 71% mengeluh sakit sedang dan berat. Demikian juga dengan keluhan-keluhan akibat efek samping obat. Aktifitas fisik mengalami hambatan akibat keluhan- keluhan efek samping obat ringan 21,7% dan efek samping sedang dan berat sebesar 62,2%. Kondisi fisik seperti ini juga berdampak pada waktu yang terpaksa dihabiskan di tempat tidur. 47,8% menghabiskan waktunya ditempat tidur dalam katagori sedang dan 42% dengan katagori berat. Hanya 10,1% yang tidak menghabiskan waktunya di tempat tidur.
Pasien dengan kanker yang tidak dapat disembuhkan dapat mengatasi secara berbeda dari mereka yang memiliki penyakit yang dapat disembuhkan karena mereka sering mengalami beban gejala yang lebih besar dan tekanan emosional terkait dengan penyakit yang mengancam jiwa mereka. Selain itu, memahami strategi yang paling sering digunakan oleh populasi ini dan asosiasi antara strategi koping mereka dan perawatan diri mereka sehingga tidak semakin memperburuk keadaan pasien kanker berdampak pada kualitas hidup pasien.
Self Care adalah wujud perlakuan seseorang dalam menjaga kesehatan, perkembangan dan kehidupan disekitarnya (Khatiban et al., 2018). Perawatan diri (Self Care) adalah suatu tindakan individu yang terancam dalam rangka mengendalikan untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan dan kesejahteraan. Teori Self Care yang dikembangkan oleh Dorothe Orem secara umum di bagi menjadi 3 teori yang saling berhubungan, yaitu:
1. Teori perawatan diri (Self Care Theory) menjelaskan���� tujuan� dan menggambarkan individu melakukan perawatan dirinya.
2. Teori defisit perawatan diri (Deficit Self Care Theory) menjeaskan dan menggambarkan keadaan individu yang membutuhkan bantuan dalam melakukan perawatan diri, salah satunya adalah dari tenaga keperawatan.
3. Teori sistem keperawatan (Nursing System Theory) menggambarkan dan menjelaskan hubungan interpersonal yang harus dilakukan dan dipertahanakan oleh seorang perawat agar dapat melakukan sesuatu secara produkrif.
Berdasarkan jurnal dari (Lee et al., 2015) menunjukan fungsi seksual memiliki hubungan negatif dengan depresi, sementara memiliki hubungan positif dengan kualitas hidup (p <0,001). Juga, dalam kaitannya dengan subkategori kualitas hidup, fungsi seksual berkorelasi positif dengan kesejahteraan fisik, kesejahteraan sosial, dan kesejahteraan fungsional (p = 0,001), tetapi tidak dengan kesejahteraan psikologis (p =. 223).
Menurut penelitian (Distinarista et al., 2018), didapatkan lima tema, yaitu perilaku hidup sehat survivor cancer dalam menghadapi kanker serviks, pengobatan
komplementer atau herbal yang dijalani survivor cancer pada pasien kanker serviks, koping survivor cancer dalam mengatasi masalah selama pengobatan kanker serviks, dukungan keluarga dan tenaga kesehatan kepada survivor cancer pada pasien kanker serviks, aspek spiritual survivor cancer pada pasien kanker serviks. Sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para survivor cancer pada pasien kanker serviks menerapkan berbagai metode self care.
Pada pasien kanker serviks dengan stimulus yang sama akan menyebabkan respons koping yang berbeda pada individu yang berbeda. Pasien dengan kanker dan keluarga mereka sering menghadapi tekanan besar dan menggunakan banyak pendekatan yang berbeda untuk mengurangi tekanan emosional. Setiap individu melakukan perjalanan hidup yang unik. Setiap orang merespons secara berbeda terhadap kesulitan dan berupaya dengan caranya masingmasing. Untuk pasien yang didiagnosis dengan kanker, empat respons psikologis primer telah diidentifikasi yang dapat dikelompokkan ke dalam empat tema: 1). penolakan; 2). semangat juang;
3). penerimaan; 4). Keputusasaan.
Menurut���������� World���������� Health Organization Quality of Life (WHOQOL) tahun 2016 ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat akan menilai kualitas hidup, dimana kualitas hidup sangat berhubungan dengan domain yang dinilai yaitu: 1) kesehatan fisik 2) psikologis 3) Tingkat kemandirian 4) hubungan sosial lingkungan,�������� dan����������������� 6) spiritualitas/agama/keyakinan individu. Untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup seseorang maka dapat diukur dengan mempertimbangkan status fisik, psikologis, sosial dan kondisi penyakit (Polinsky, 2018).
Sejalan dengan jurnal penelitian yang dilakukan oleh (Nipp et al., 2016). Bahwa Ada 350 peserta (usia rata-rata, 64,9 tahun), dan mayoritas adalah laki-laki (54,0%), sudah menikah (70,0%), dan menderita kanker paru-paru (54,6%). Sebagian besar melaporkan pemanfaatan tinggi dari dukungan dukungan emosional (77,0%), sedangkan lebih sedikit melaporkan pemanfaatan penerimaan yang tinggi (44,8%), menyalahkan diri sendiri (37,9%), dan penolakan (28,2%). Dukungan dan penerimaan, depresi, kecemasan berkorelasi dengan kualitas hidup dan suasana hati yang lebih baik. Penyangkalan, depresi, kecemasan dan menyalahkan diri sendiri, depresi, kecemasan berkorelasi dengan kualitas hidup dan suasana hati yang lebih buruk.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (I. G. Tunas et al., 2016) Pada domain sulit tidur terjadi peningkatan kualitas hidup yang terlihat dari penurunan nilai mean dari 1,416�0,514 menjadi 1,083 �0,288 dengan nilai p=0,046. Hal ini disebakan setelah mendapatkan kemoterapi 3 seri hanya sedikit pasien yang mengalami gangguan pada tidur apabila dibandingkan dengan sebelum menjalani kemoterapi. Penyakit kanker dapat menimbulkan rasa nyeri sehingga menyebabkan pasien mengalami kesulitan tidur. Kualitas tidur yang buruk pada pasien disebabkan terbangun di tengah malam akibat nyeri dan tidur dengan perasaan gelisah sehingga dapat menurunkan kualitas hidup.
Hasilnya pasien dengan kanker yang baru didiagnosis dan tidak dapat disembuhkan menggunakan berbagai strategi koping. Penggunaan dukungan emosional dan strategi mengatasi penerimaan berkorelasi dengan kualitas hidup dan suasana hati yang lebih baik, sedangkan penggunaan penolakan dan menyalahkan diri sendiri berkorelasi
negatif dengan hasil-hasil ini. Intervensi untuk meningkatkan kualitas hidup dan suasana hati pasien harus berusaha untuk menumbuhkan penggunaan strategi koping adaptif.
Dalam jurnal (Ningrum & Sulastri, 2020) menunjukkan bahwa setelah kemoterapi siklus pertama, persentase masalah kemampuan berjalan/bergerak dan kegiatan yang biasa dilakukan mengalami peningkatan, rasa sakit/tidak nyaman dan rasa cemas/depresi mengalami penurunan, sedangkan perawatan diri tidak mengalami perubahan. Berdasarkan hasil uji statistik, setelah kemoterapi siklus pertama, nilai utility dan EQ-5D VAS mengalami peningkatan dan����� menunjukkan peningkatan bermakna (nilai T hitung masing-masing 2,0 dan 4,5) pada pasien stadium I.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Joe & Darmayasa, 2019) didapatkan hasil penelitian aspek fisik, terutama������������� perasaan� kekurangan energi/lemah, sebagian besar kasus kanker serviks (59/85,4%) penderita mengeluh merasa kekurangan energi/lemah pada tingkat menengah. Namun hanya 11 kasus (15,9%) yang mengeluh mual yang hebat, bahkan sebagian besar responden (60,9%) yang merasa mual dengan respon jawaban �tidak sama sekali�. Peneliti berasumsi kelemahan fisik pada pasien kankerserviks dipengaruhi oleh terapi yang dijalankan. Partisipan yang menyatakan tidak mengeluh mual sama sekali mereka sudah terbiasa dengan terapi pengobatan. Strategi mengatasi masalah yang ditemukan memotivasi partisipan untuk tetap mejalankan terapi pengobatannya.
Kondisi ini dipengaruhi juga oleh perasaan nyeri, tampak dari faktanya bahwa 62,3% penderita mengeluh nyeri sedang-berat dan 71% mengeluh sakit sedang dan berat. Demikian juga dengan
keluhan-keluhan akibat efek samping obat. Aktifitas fisik mengalami hambatan akibat keluhan-keluhan efek samping obat ringan 21,7% dan efek samping sedang dan berat sebesar 62,2%. Kondisi fisik seperti ini juga berdampak pada waktu yang terpaksa dihabiskan di tempat tidur.
Sejalan dengan penelitian oleh (Joe & Darmayasa, 2019) penelitian yang dilakukan oleh (Hutajulu, 2018) menunjukkan pasien kanker mengalami peningkatan dimensi fisik kualitas hidup paling dominan pada tema penurunan keluhan��� penyakit,��������� peningkatan kenyamanan fisik, peningkatan energi, serta peningkatan kualitas tidur serta istirahat Keempat tema ini saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Direkomendasikan bagi perawat untukmelakukan penelitian pada dimensi lain kualitas hidup pasien kanker serta dilakukan studi kualitatif mendalam melalui FGD pada survivor kanker.
Dalam penelitian tersebut peneliti berasumsi bahwa partisipan sudah mampu mengatasi masalah penyakit yang dideritanya. Self care yang dilakukan oleh partisipan sudah mampu mengatasi keluhan penyakit sehingga mampu meningkatkan kenyamanan fisik pasien kanker serviks. Menurut (Hutajulu, 2018) menerapkan terapi reiki untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker. Terapireikidisebut sebagai terapi tambahan diluar terapi utama (medis) dan berfungsi sebagai terapi pendukung untuk mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidupdan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasiensecara keseluruhan (Hutajulu, 2018).
Secara khusus, pasien harus memutuskan apakah manfaat pengobatan lebih penting daripada toksisitas yang signifikan dan efek samping yang tidak diinginkan dari terapi kanker. Bagaimana pasien mengatasi penyakit mereka dapat
memengaruhi kemampuan mereka untuk membuat keputusan mengenai perawatan kanker mereka dan perawatan mereka pada akhir kehidupan. Penggunaan strategi koping tertentu dapat memengaruhi hasrat mereka akan informasi tentang penyakit mereka, kemanjuran diri mereka, dan cara mereka menyesuaikan diri dengan penyakit serta perawatannya
Meskipun pasien dengan kanker yang tidak dapat disembuhkan menghadapi banyak stres, hubungan antara strategi mengatasi mereka, kualitas hidup (QOL), dan tekanan psikologis belum sepenuhnya dievaluasi. Strategi koping adaptif umumnya merujuk pada respons koping yang lebih positif atau konstruktif yang mungkin bermanfaat bagi pasien dalam situasi tertentu, sedangkan strategi koping maladaptif merujuk pada respons yang lebih negatif atau disfungsional
Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung dari masing-masing individu dalam menyikapi permasalahan yang terjadi dalam dirinya. Jika menghadapi dengan positif maka akan baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi dengan negatif maka akan buruk pula kualitas hidupnya (Kusniawati,�������������� 2011). Menurut (Organization, 2016) bahwa kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap posisinya dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tersebut hidup, dan hubungan terhadap tujuan, harapan, standar dan keinginan. Hal ini merupakan suatu konsep, yang dipadukan dengan berbagai cara seseorang untuk mendapat kesehatan fisik, keadaan psikologis, tingkat independen, hubungan sosial, hubungan dengan lingkungan sekitarnya dan spiritualitas/agama
/keyakinan individu.
Penelitian kualitas hidup dilakukan oleh (I. G. Tunas et al., 2016) pada 15 domain yang memengaruhi kualitas hidup.
Terdapat 12 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Pemberian kemoterapi regimen paklitaksel-karboplatin dapat meningkatkan kualitas hidup dengan penurunan nilai mean dari 48,083�5,451 menjadi 44,083�3,872. Terdapat perbedaan bermakna pada nilai kualitas hidup pasien sebelum dan setelah kemoterapi paklitaksel-karboplatin (nilai p=0,038). Terdapat penurunan kualitas hidup pada domain mual muntah, penurunan nafsu makan, fatigue, dan fungsi sosial. Domain dengan peningkatan kualitas hidup yaitu nyeri, fungsi fisik, fungsi emosional, sulit tidur, dan kesulitan keuangan. Pemberian kemoterapi paklitaksel-karboplatin pada 12 pasien dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker serviks.
Tak hanya itu, kesejahteraan sangat penting karena pasien dengan kanker yang baru didiagnosis dan tidak dapat disembuhkan sering diminta untuk membuat keputusan cepat dan sulit tentang perawatan kanker mereka. Penggunaan strategi koping tertentu dapat memengaruhi persepsi pasien tentang penyakit mereka dan memengaruhi keputusan mereka mengenai pengobatan, yang dapat memiliki dampak jangka panjang pada perjalanan pengobatan mereka dan pada akhirnya hasil akhir kehidupan mereka. Dengan demikian, pemahaman tentang hubungan antara strategi koping pasien dan kualitas hidup serta suasana hati mereka akan memungkinkan kita untuk mendukung pasien dengan lebih baik ketika mereka menavigasi diagnosis baru kanker yang tidak dapat disembuhkan.
Hasilnya pasien dengan kanker yang baru didiagnosis dan tidak dapat disembuhkan menggunakan berbagai strategi koping. Penggunaan dukungan emosional dan strategi mengatasi penerimaan berkorelasi dengan kualitas
hidup dan suasana hati yang lebih baik, sedangkan penggunaan penolakan dan menyalahkan diri sendiri berkorelasi negatif dengan hasil-hasil ini. Intervensi untuk meningkatkan kualitas hidup dan suasana hati pasien harus berusaha untuk menumbuhkan penggunaan strategi koping adaptif.
Berdasarkan hasil dari pencarian artikel yang didapatkan oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa self care mempunyai hubungan erat dengan kualitas hidup pasien kanker serviks di lihat dari hasil 11 jurnal dan artikel yang diterbitkan sesuai dengan kriteria inklusi mulai dari tahun 2015 hingga tahun 2020. Terdapat beberapa factor self care yang dapat mempengaruhi kualitas hidup yaitu nyeri, fungsi fisik, fungsi emosional dan sulit tidur. Hal ini disebakan setelah mendapatkan kemoterapi 3 seri hanya sedikit pasien yang mengalami gangguan pada tidur apabila dibandingkan dengan sebelum menjalani kemoterapi. Pasien dengan dukungan emosional dan strategi baik dari keluarga maupun petugas kesehatan terdapat penerimaan berkorelasi dengan kualitas hidup dan suasana hati yang lebih baik.
Andriana, I., Yuliani, K. M., & Saggaff, T. (2019). How Does Investment In Working Capital Effect The Profitability Of Manufacturing Companies At Indonesian Stock Exchange?. Google Scholar
Dewi, P. F., & La Kahija, Y. F. (2020). Pengalaman Menderita Kanker Payudara Sebuah Interpretative Phenomenological Analysis. Jurnal Empati, 7(1), 202�214. Google Scholar
Diaz, H. R. (2019). Abraham, C. & Shanley
E.��� 1997.��� Psikologi��� Sosial��� Untuk Perawat.�
�Jakarta:� �Buku�
�Kedokteran
Egc. Adnani, H. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jogyakarta: Nuha Medika. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Pt Rineka Cipta. Atipah. 2016. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Minat Masyarakat Dalam Keikutsertaan Program Jamkesda Di Desa Banjarlor Kecamatan Banjarharjo Kabupaten Brebes. Google Scholar
Distinarista, H., Dwidiyanti, M., & Sofro, M.
A. U. (2018). Pengalaman Survivor Cancer: Studi Fenomenologi. Jurnal Keperawatan Soedirman, 12(3), 134�
142. Google Scholar
Februanti, S. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Kanker Serviks: Terinteregasi Dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Sdki), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Slki), Dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Siki). Yogyakarta: Budi Utama. Google Scholar
Hananingrum, R. W., Purwanti, O. S., Kep, M., & Kep, N. S. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Kanker Serviks Yang Menjalani Kemoterapi Di Rsud Dr Moewardi Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar
Hutajulu, J. (2018). Hubungan Pengetahuan Pasien Ckd Yang Menjalankan Hemodialisis Tentang Diet Dengan Kepatuhan Menjalankan Diet Ckd Di Instalasi Dialisis Rsud Dr. Pirngadi Medan Tahun 2017. Jurnal Online Keperawatan Indonesia, 1(1), 75�91. Google Scholar
Joe, A., & Darmayasa, M. (2019). Kualitas Hidup Pada Pasien Penderita Kanker Serviks Di Rsup Sanglah Denpasar Periode Juni 2016 Hingga Januari 2017.
Medicina, 50(2), 350�356. Google Scholar
Khatiban, M., Shirani, F., Oshvandi, K.,
Soltanian, A. R., & Ebrahimian, R. (2018). Orem�s Self-Care Model With Trauma Patients: A Quasi-Experimental Study. Nursing Science Quarterly, 31(3), 272�278. Google Scholar
Kusniawati, K. (2011). Zakat Sebagai Kebijakan Fiskal Dalam Ekonomi Islam. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Google Scholar
Lee, B.-H., Bae, H., Seong, H., Lee, D.-I.,
Park, H., Choi, Y. J., Im, S.-G., Kim, S.
O., & Choi, Y.-K. (2015). Direct Observation Of A Carbon Filament In Water-Resistant Organic Memory. Acs Nano, 9(7), 7306�7313. Google Scholar
Made, D. I., Aryana, M. B. D., & Surya, H.
W. (2018). Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks Yang Dirawat Di Ruang Cempaka Ginekologi Rusp Sanglah Denpasar. Google Scholar
Ningrum, O. D., & Sulastri, S. K. (2020). Gambaran Religius Pada Pasien Kanker Serviks Di Rsud. Dr. Moewardi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar
Nipp, R. D., El‐Jawahri, A., Fishbein, J. N., Eusebio, J., Stagl, J. M., Gallagher, E. R., Park, E. R., Jackson, V. A., Pirl, W. F., & Greer, J. A. (2016). The
Relationship Between Coping Strategies, Quality Of Life, And Mood In Patients With Incurable Cancer. Cancer, 122(13), 2110�2116. Google Scholar
Organization, W. H. (2016). World Health Statistics 2016: Monitoring Health For The Sdgs Sustainable Development Goals. World Health Organization. Google Scholar
Park, H. B. (2017). Kompetensi Budaya Dan Strategi Adaptasi Budaya Dalam Komunikasi Antarbudaya (Studi Kasus Mahasiswa Korea Dan Tionghoa Di Umn). Universitas Multimedia Nusantara. Google Scholar
Polinsky, M. (2018). Bilingual Children And Adult Heritage Speakers: The Range Of Comparison. International Journal Of Bilingualism, 22(5), 547�563. Google Scholar
Strassberg, D. S., & English, B. L. (2015). An Experimental Study Of Men�s And Women�s Personal Ads. Archives Of Sexual Behavior, 44(8), 2249�2255. Google Scholar
Suryani, S., Widianti, E., Hernawati, T., & Sriati, A. (2016). Psikoedukasi Menurunkan Tingkat Depresi, Stres Dan Kecemasan Pada Pasien Tuberkulosis Paru. Jurnal Ners, 11(1), 128�133. Google Scholar
Susanti, E. (2018). Gambaran Penerimaan Pasien Awal Terdiagnosa Kanker Serviks Di Poli Onkologi Satu Atap (Posa) Rsud Dr. Soetomo Surabaya. Universitas Airlangga. Google Scholar
Tunas, I. G., Anwar, N., & Lasminto, U. (2016). Fractal Characteristic Analysis Of Watershed As Variable Of Synthetic Unit Hydrograph Model. The Open Civil Engineering Journal, 10(1). Google Scholar
Tunas, I. K., Yowani, S. C., Indrayathi, P. A., Noviyani, R., & Budiana, I. N. G. (2016). Penilaian Kualitas Hidup Pasien Kanker Serviks Dengan Kemoterapi Paklitaksel-Karboplatin Di Rsup Sanglah. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 5(1), 35�46. Google Scholar
Wolff, E. N. (2017). Household Wealth Trends In The United States, 1962 To 2016: Has Middle Class Wealth Recovered? National Bureau Of Economic Research. Google Scholar
Copyright holder: Dessy Listya Rissanti (2021) |
First publication right: |
This article
is licensed under: |