Jurnal Health Sains: p�ISSN:
2723-4339 e-ISSN:
2548-1398�����
Vol. 2, No. 6, Juni 2021
PERBANDINGAN LATIHAN OTOT INTI DENGAN LATIHAN
PERGELANGAN KAKI DALAM MENINGKATKAN KELINCAHAN PEMAIN SEPAK BOLA
Dimas Agusta
Noron, I Made Jawi, Wahyuddin, Putu Astawa, I Nyoman Adiputra, Susy Purnawati
Universitas Udayana, Denpasar dan Universitas Esa
Unggul, Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
artikel info |
abstract |
Diterima: 5 Juni 2021 Direvisi: 15 Juni 2021 Disetujui: 25 Juni 2021 |
Sport is a needs for human
being, sport that early introduced in a young people giving a good effect for
physical condition, psychology, and social. Along the growth and development
of young soccer player, makes some transformation to their physical condition
and to have an impact to their body proportional and decreasing of
coordination and agility. To support dribbling skill, a soccer player need to have a good agility. The stability of your core
muscle and your ankle affected the agility. The objective of this research is
to explain the effect of core muscle stability exercise and ankle stability
exercise for dribbling agility, and to compare both of exercises for
dribbling agility on soccer player age 14-17 years old. This research used
quasi-experimental methods. Subject divided into 2 group, that is Group 1
with core stability exercise intervention and Group 2 with ankle stability
exercise intervention. The research will be done in 6 weeks, and 3 times a
week. The dribbling agility measurement in this study used Dribbling Agility
Test (DAT). From 14 subject, was obtained the difference average of dribbling
agility value from the group with core muscle stability exercise was 1.8 �
1.3 second (p-value=0.010, p<0.05), and the difference average of
dribbling agility value from the group with ankle stability exercise was 2.29
� 1.37 second (p-value=0.005, p<0.5). There is no difference between the
group in increasing dribbling agility with p-value=0.477 (p>0.05). Both
exercises shown improvement in each group in increasing dribbling agility
with no difference between the group. ABSTRAK
Olahraga merupakan suatu kebutuhan bagi manusia, Pengenalan dan pelatihan keolahragaan yang dimulai sejak usia dini memberikan
pengalaman yang dapat menjadi kebiasaan baik bagi anak-anak,
baik dari perkembangan kondisi fisik, psikologi, dan sosial. Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan pada pemain sepak bola usia muda, mengakibatkan adanya perubahan pada kondisi fisik, proporsi tubuh, dan penurunan koordinasi dan kelincahan. Untuk mendukung kemampuan menggiring bola, seorang pemain sepak bola harus memiliki kelincahan yang baik. Stabilitas otot inti dan pergelangan kaki berpengaruh terhadap kelincahan gerak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menjelaskan pengaruh latihan stabilitas otot inti dan latihan stabilitas pergelagan kaki terhadap kelincahan menggiring bola, dan membandingkan
keduanya terhadap kelincahan menggiring bola pada
pemain sepak bola usia 14-17 tahun. Penelitian ini menggunakan metode kuasi-eksperimental. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Kelompok 1 dengan latihan stabilitas otot inti dan Kelompok 2 dengan latihan stabilitas pergelangan kaki. Penelitian ini dilakukan selama 6 minggu, dan 3 kali seminggu. Pengukuran kelincahan menggiring bola menggunakan Dribbling
Agility Test (DAT). Dari 14 subjek didapatkan selisih rata-rata kelincahan menggiring bola Kelompok 1 adalah 1,8�1,3 detik (p=0,010), dan pada Kelompok
2 adalah 2,29�1,37 detik
(p=0,005). Tidak ada perbedaan perbandingan antara kedua kelompok terhadap peningkatan kelincahan menggiring bola dengan nilai p=0,477. Kedua latihan menunjukkan adanya peningkatan pada setiap kelompok, dengan tidak adanya perbedaan yang bermakna peningkatan kelincahan menggiring bola antara kedua kelompok. |
Keywords: soccer; core muscle
stability exercise; ankle stability exercise; dribbling agility Kata Kunci: sepak bola; latihan stabilitas otot inti; latihan stabilitas pergelangan kaki; kelincahan menggiring bola |
Pendahuluan
Olahraga merupakan suatu kebutuhan bagi manusia, karena manusia adalah makhluk yang dinamis atau selalu bergerak.
Manusia selalu bergerak dalam melakukan aktivitasnya, karena tiada kehidupan
tanpa adanya gerakan. Ada beberapa komponen yang harus dimiliki untuk mencapai performa olahraga yang baik, diantaranya adalah kapasitas kardiovaskuler, kapasitas pulmonal, performa otot, fleksibilitas, kelincahan, dan psikologis. Pengenalan olahraga sejak usia dini
dapat memberikan pengalaman yang baik bagi kondisi fisik,
psikologis, dan sosial pada
anak.
Sepak
bola merupakan salah satu olahraga yang cukup terkenal di kalangan masyarakat. Pengenalan dunia olahraga sepak bola sejak dini kepada
anak-anak diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif bagi regenerasi atlet sepak bola di Indonesia. Fase latihan sepakbola
dibagi menjadi 4 fase, yaitu fase
kegembiraan sepakbola (usia 6 � 9 tahun), fase pengembangan skill sepak bola
(usia 10 � 13 tahun), fase pengembangan permainan sepak bola (usia 14 � 17 tahun), dan fase penampilan (usia di atas 18 tahun). Fase usia
14 � 17 tahun sering disebut sebagai usia pubertas. Di mana secara alami pemain
mengalami era pertumbuhan pesat yang ke dua.
Hal yang jelas tampak adalah tinggi badan pemain mengalami kenaikkan pesat. Meski demikian, secara alami pula pemain beranjak semakin dewasa. Ia makin memiliki
konsep diri yang kuat. Kebutuhan akan pengembangan diri menjadi makin
besar. Salah satu, konsekuensi yang terjadi adalah tubuh tidak
proporsional dan koordinasi
dan kelincahan menurun (Danurwindo, 2017).
Dalam
dunia permainan sepak bola
di Indonesia, terdapat beberapa
kesulitan yang terjadi secara teknis yang berpengaruh terhadap performa dan prestasi pemain atau atlet
sepak bola. Hal tersebut diantaranya adalah kesulitan dalam menggiring bola, kesulitan dalam mengontrol bola, dan kesulitan dalam menerobos pertahanan lawan. Beberapa komponen yang kemudian berkontribusi dalam performa atlet dapat disebutkan sebagai berikut yaitu kelincahan dan daya tahan pemain
atau atlet sepak bola dalam kemampuannya untuk menggiring bola (Aldiansyah, 2014).
Selama permainan sepak bola berlangsung, pemain melakukan gerakan dengan aktivitas rendah seperti berjalan, berlari kecil atau
melakukan gerakan yang berhubungan dengan aktivitas tinggi seperti berlari, melompat, dan gerakan dengan perubahan arah (Rouissi et al., 2016).
Otot
inti berfungsi untuk menstabilisasi thorakal dan
pelvis selama terjadinya gerakan dinamis. Kontraksi otot inti secara statis secara fungsional memiliki kemampuan untuk mempertahankan kesejajaran (alignment) dari
susunan tulang dalam menahan gaya
agar tidak terjadinya perubahan (Sighamoney et al., 2018).
Kekuatan otot-otot inti mempengaruhi peningkatan performa daya ledak
dan kelincahan gerak (Dinc et al., 2019)
Kekuatan otot inti memiliki dampak positif pada kelincahan gerak (Khare et al., 2017).
Latihan yang diberikan kepada sendi pergelangan
kaki secara bersamaan akan meningkatkan stabilitas pada sendi pergelangan kaki itu sendiri, sehingga semakin meningkatnya stabilitas sendi pergelangan kaki akan meningkatkan kelincahan gerak pada seorang pemain atau atlet
olahraga. Kontrol postural berhubungan dengan keseimbangan. Terdapat hubungan positif antara kelincahan dengan keseimbangan (Stirling, 2018).
Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti melakukan
penelitian membandingkan
mana yang lebih baik antara latihan stabilitas otot inti dengan latihan stabilitas sendi pergelangan kaki dalam meningkatkan kelincahan menggiring bola.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Perbandingan
Latihan Stabilitas Otot
Inti Dengan Latihan Stabilitas
Sendi Pergelangan Kaki Dalam Meningkatkan Kelincahan Menggiring Bola Pada Pemain Sepak Bola Usia 14-17 Tahun.
Metode Penelitian
�� Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuasi-eksperimental.
Subjek penelitian adalah pemain sepak
bola usia 14-17 tahun di Sekolah Sepak Bola di Cibubur. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai acuan pengambilan
sampel. Setelah jumlah subjek terpenuhi kemudian subjek dibagi menjadi 2 kelompok dengan menggunakan random alokasi dimana ditiap kelompok
terdapat 7 subjek penelitian.
Prosedur penelitian dimulai dengan melakukan seleksi kepada anggota aktif Sekolah Sepak
Bola di Cibubur sebagai subjek penelitian menggunakan angket, membagi subjek yang lolos seleksi ke
dalam 2 (dua) kelompok berbeda yang kemudian dilakukan pre test kemampuan kelincahan menggiring bola, memberikan intervensi berupa pemberian latihan stabilitas otot inti pada Kelompok Perlakuan 1 dan memberikan latihan stabilitas sendi pergelangan kaki pada Kelompok Perlakuan 2. Latihan stabilitas otot inti diberikan selama 35 menit dan latihan stabilitas sendi pergelangan kaki di berikan selama 30 menit dengan penjadwalan
3x seminggu pada hari yang sama dengan pemberian
latihan pengembangan kemampuan selama 6 minggu, melakukan evaluasi kemampuan kelincahan menggiring bola sebagai post test pada ke dua kelompok, menganalisis
selisih pre test dan post test kemampuan kelincahan menggiring bola pada
masing-masing kelompok dengan
menggunakan program komputer
SPSS versi 16, menganalisis
perbandingan nilai rata-rinstrumenata masing-masing post test
kemampuan kelincahan menggiring bola dari ke dua kelompok
dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16, menyusun analisis dalam bentuk laporan
dan melakukan publikasi hasil.
Untuk tahap evaluasi
alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah Dribbling Agility Test (DAT) untuk mengukur kelincahan menggiring bola pada pemain sepak bola. Tahapan tes yang harus dilakukan adalah diawali dengan subjek berdiri di area kotak kecil di tengah area kotak besar dengan panjang
sisi 1 meter, kemudian subjek berlari sambil menggiring bola ke arah patokan
yang telah ditentukan oleh peneliti, subjek kembali ke area kotak kecil di tengah area kotak besar dengan panjang
sisi 7 meter, subjek kembali berlari sambil menggiring bola ke arah patokan
yang telah ditentukan olah peneliti, subjek mengulang gerakan yang sama sebanyak 8 (delapan) kali, penghitungan waktu tempuh diberhentikan setelah subjek menyelesaikan siklus terakhir, ditandai dengan subjek kembali
ke area kotak kecil dengan menggiring
bola.
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil Penelitian
Karakteristik berupa kondisi fisik subjek
penelitian meliputi usia, indeks massa
tubuh, dan perbandingan
rata-rata nilai kelincahan menggiring bola sebelum dan setelah diberikan intervensi. Deskripsi karakteristik subjek penelitian tertera pada Tabel 1.
Tabel 1
Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik Subjek |
Kelompok Perlakuan
1 (mean�SD) |
Kelompok Perlakuan
2 �(mean�SD) |
p-value |
Usia (tahun) |
16,00�1,00 |
16,29�0,75 |
0,558 |
Indeks Massa Tubuh
(Kg/m2) |
20,89�0,98 |
21,15�1,98 |
0,764 |
Kelincahan Menggiring
Bola (detik) |
37,55�0,73 |
38,69�1,99 |
0,182 |
Statistik Deskriptif |
|
|
|
Dari hasil analisis deskriptif data di atas menunjukan bahwa nilai probabilitas dari jenis karakteristik
sampel menunjukkan angka >0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan yang bermakna antara tiap kelompok
sebelum diberikan perlakuan.
������ Untuk menguji normalitas distribusi data digunakan uji
Shapiro Wilk test. Sedangkan untuk
mengetahui homogenitas varian data subjek penelitian digunakan Levene�s test. Hasil uji normalitas
distribusi data nilai kelincahan menggiring bola dapat dilihat pada Tabel 5.2 dan hasil uji homogenitas varian data nilai kelincahan menggiring bola dapat di lihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Uji Normalitas
dan Uji Homogenitas
Kelincahan Menggiring Bola |
Uji Normalitasa |
Uji Homogenitasb |
|
Kelompok Perlakuan 1fvg |
Kelompok Perlakuan 2 |
||
Pre-test |
0,272 |
0,901 |
0,199 |
Post-test |
0,270 |
0,908 |
0,879 |
Difference |
|
|
0,336 |
aSaphiro Wilk test |
|
|
|
bLevene�s test |
|
|
|
Hasil uji normalitas pada Kelompok
Perlakuan 1 dan Kelompok Perlakuan 2, nilai p kelincahan menggiring bola yang diukur dengan DAT pada pre test dan post test adalah >0,05 dengan kesimpulan distribusi data
normal. Hasil uji homogenitas data didapatkan nilai p>0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa data bersifat homogen. Maka untuk
membuktikan Hipotesis 1 dan
Hipotesis 2 digunakan paired-samples
t test, dan untuk membuktikan
Hipotesis 3 digunakan
independent-samples t test.
Tabel 3
Hasil Uji Paired Sample t Test
Data Kelincahan Menggiring
Bola |
Kelompok Perlakuan 1 |
Kelompok Perlakuan 2 |
||
mean�SD |
p-value |
mean�SD |
p-value |
|
Pre-test (detik) |
37,55 � 0,73 |
0,010 |
38,69 � 1,99 |
0,005 |
Post-test (detik) |
35,75 � 1,24 |
36,40 � 1,97 |
||
Selisih rata-rata (detik) |
1,80 � 1,30 |
2,29 � 1,37 |
||
Paired-sample
t test |
|
|
|
|
Pada tabel 3, menunjukkan
penurunan rata-rata kelincahan
menggiring bola pada kedua kelompok yang diukur menggunakan DAT. Rata-rata waktu
pada Kelompok Perlakuan 1 adalah 37,55 � 0,73 detik dan turun ke 35,75 � 1,24 detik dengan selisih
rata-rata sebesar 1,80 � 1,30 detik.
Rata-rata waktu pada Kelompok
Perlakuan 2 adalah 38,69 �
1,99 detik dan turun ke 36,40 � 1,97 detik dengan selisih rata-rata sebesar 2,29 � 1,37 detik.
Tabel 4
Hasil Uji Independent Sample t Test
Data Kelincahan Menggiring Bola |
Kelompok Perlakuan 1 (mean�SD) |
Kelompok Perlakuan 2 (mean�SD) |
p-value |
|
Post-test (detik) |
35,75 � 1,24 |
36,40 � 1,97 |
0,477 |
|
Independent-sample t
test |
|
|
||
Dengan menggunakan uji tersebut didapatkan nilai probabilitas adalah 0,477 (p>0,05). Hasil ini
mengindikasikan bahwa tidak ada perbedaan
yang signifikan peningkatan
kelincahan menggiring bola antara Kelompok Perlakuan 1 dan Kelompok Perlakuan 2.
B.
Pembahasan
Pada penelitian ini, efek dari latihan
stabilitas otot inti dan latihan stabilitas sendi pergelangan kaki selama 8 minggu terhadap peningkatan menggiring bola telah terbukti. Dari evaluasi kelincahan menggiring bola dengen DAT, data menunjukkan penurunan rata-rata waktu, dimana dapat diartikan
bahwa terdapat peningkatan kelincahan menggiring bola pada pemain sepak bola usia 14-17 tahun dengan latihan
stabilitas otot inti dan latihan stabilitas sendi pergelangan kaki, hasil ini memberikan
dampak positif bagi tim dan individu
dalam meraih performa terbaik dalam berkompetisi.
Stabilitas postural merupakan
hal yang krusial dalam menjaga keseimbangan
tubuh selama lokomosi, berdiri, dan aktivitas lain yang membutuhkan derajat stabilitas yang lebih tinggi. Kelincahan
dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengontrol dan menjaga posisi tubuh yang tepat ketika melakukan perubahan arah gerak yang cepat didalam suatu rangkaian
gerakan, kontrol postural memiliki peran yang signifikan dalam banyak olahraga, dan kemampuan dalam menjaga kontrol postural dapat diidentikkan dengan kesuksesan dalam performa (Cengizhan, 2019)
Latihan stabilitas otot
inti menggunakan beban tubuh dapat meningkatkan
kekuatan dari otot inti dan kontrol postural. Peningkatan kelincahan menggiring bola dengan kontrol postur yang baik dan kemudian dengan efektivitas dan efisiensi gerakan anggota gerak bawah
tidak akan terganggu oleh gerakan dari badan dan bagian tubuh lain.
Dalam upaya untuk
mencapai performa yang
optimal pada pelaku olahraga
amatir dan profesional, penting bagi tubuh
untuk memiliki kekuatan dan durabilitas yang cukup. Stabilitas otot inti dan keseimbangan adalah hal yang penting bagi hampir
seluruh olahraga dan aktivitas. Pelatihan otot inti berfokus pada peningkatan kekuatan dan daya dari otot-otot
lokal dan global dimana bekerja secara bersamaan dalam menjaga stabilitas tulang belakang. Ketidakcukupan kekuatan otot inti dalam menjaga stabilitas pinggul dan badan kita dapat menurunkan kontrol titik tengah
gravitasi tubuh (Dinc et al., 2019).
Latihan otot inti dapat meningkatkan kecepatan dan kelincahan pada pemain sepak bola (Afyon et al., 2017).
Otot-otot global (lebih luar) meliputi rectus abdominis,
oblique, latissimus, dan otot-otot erektor tulang belakang kemudian grup otot-otot lokal (lebih dalam)
meliputi transversus abdominis, multifidus, dan otot-otot dasar panggul (Sekendiz et al., 2010).
Kekuatan otot, fleksibilitas, daya tahan, koordinasi, keseimbangan, dan efisiensi gerak adalah komponen
yang esensial dan merupakan
satu kesatuan dari performa untuk
mencapai gerakan fungsional dalam kemampuan yang berhubungan dengan olahraga (Gonzalez-Rodriguez et al., 2014).
Telah ditemukan studi
yang berhubungan dengan latihan otot inti dalam sepak bola. Menurut (Gonzalez-Rodriguez et al., 2014)
melaporkan bahwa latihan keseimbangan otot inti dengan 11 gerakan selama 4 minggu dan 5 hari dalam seminggu memberikan peningkatan yang signifikan terhadap keseimbangan statis dan dinamis
pada pemain sepak bola usia muda. Menurut
(Granacher et al., 2014)
menyatakan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada perbandingan nilai keseimbangan 2 kelompok yang berbeda (kelompok dengan permukaan stabil dan kelompok dengan permukaan tidak stabil) ketika diterapkan program latihan otot inti selama 6 minggu pada 23 pemain sepak bola. Menurut (Afyon et al., 2017)
menyatakan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan terhadap kelincahan dan kecepatan ketika diterapkan program latihan otot inti selama 8� minggu dan 4 hari dalam seminggu didalam program latihan reguler pemain sepak bola.
Latihan stabilitas sendi
pergelangan kaki dengan bertelanjang kaki memiliki hubungan dengan peningkatan kelincahan gerak dan stabilitas dari sendi pergelangan
kaki (de Villiers & Venter, 2014).
Pemain sepak bola dengan stabilitas sendi pergelangan kaki yang baik akan diikuti
juga dengan peningkatan kelincahan gerak yang baik. Efek dari
latihan stabilitas sendi pergelangan kaki dalam aktivitas fungsional diantaranya adalah memiliki jarak langkahan yang lebih pendek, peningkatan
frekuensi langkahan, penurunan kontak kaki terhadap permukaan, peningkatan stabilitas otot, dan menstimulasi propioseptif sendi pergelangan kaki. Peningkatan kelincahan menggiring bola and stabilitas sendi pergelangan kaki ada hubungannya dengan bagaimana stabilitas sendi pergelangan kaki menjaga keseimbangan tubuh, hal tersebut
dapat menciptakan gerakan yang lebih efektif dan efisien.
Didalam sepak
bola, pemain harus bisa melakukan lompatan dan gerakan yang bervariasi yang berhubungan dengan teknik yang dibutuhkan dalam mencapai performa tertinggi. Dalam peningkatan kelincahan gerak, perubahan arah gerak dan transisi harus dikuasai pada kecepatan tinggi, biasanya dengan langkahan yang lebih pendek (Goodman & Brette, 2008).
Menurut (de Villiers & Venter, 2014)
menyatakan bahwa studi yang mereka lakukan adalah studi pertama yang membandingkan efek program pengkondisian olahraga spesifik dengan bertelanjang kaki terhadap kecepatan, kelincahan dan stabilitas pergelangan kaki pada atlet dengan program latihan spesifik netball dengan
bertelanjang kaki selama 8 minggu yang secara signifikan meningkatkan kelincahan kepada para pemain netball.
Latihan stabilitas otot
inti dan latihan stabilitas
sendi pergelangan kaki berhubungan dengan peningkatan kelincahan menggiring bola. Kedua latihan berdampak pada peningkatan keseimbangan tubuh dan gerakan anggota gerak bawah.
Faktor yang mempengaruhi kelincahan salah satunya adalah aspek fisik
di mana di dalamnya terdapat
kualitas kekuatan otot kaki dan kekuatan dari otot inti (Young, 2011).
Pada dasarnya ke dua latihan yang di bandingkan dalam penelitian ini secara bersama-sama membangun kelincahan.
Hasil uji dari post test
kedua kelompok menunjukkan tidak adanya perbedaan antar kelompok dalam peningkatan kelincahan menggiring bola. Dalam upaya untuk
mencapai performa yang
optimal pada olahraga amatir
maupun profesional, tubuh membutuhkan kekuatan dan durabilitas yang cukup.
Kesimpulan
Berdasarkan.hasil dari pencarian
artikel yang didapatkan
oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa latihan stabilitas
otot inti dapat meningkatkan kelincahan menggiring bola pada pemain sepak bola usia 14-17 tahun. Latihan stabilitas sendi pergelanagan kaki dapat meningkatkan kelincahan menggiring bola pada pemain sepak bola usia 14-17 tahun. Tidak bisa dibuktikan
adanya perbedaan antara latihan stabilitas otot inti dengan latihan stabilitas sendi pergelangan kaki terhadap kelincahan menggiring bola pada pemain sepak bola usia 14 � 17 tahun
Afyon, Y.
A., Mulazimoglu, O., & Boyaci, A. (2017). The effects of core trainings on
speed and agility skills of soccer players. International Journal of Sports
Science, 7(6), 239�244. Google Scholar
Aldiansyah,
A. G. (2014). Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Telepon Seluler Menggunakan
Metode Analytic Network Process (ANP). Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
Google Scholar
Cengizhan,
S. (2019). Sınıf �ğretmenlerinin �zel Yetenekli �ğrenciler
�in Etkinlik Tasarlamada-Uygulamada
Karşılaştıkları G��l�kler Ve Eğitime
İlişkin G�r�şleri. Anemon Muş Alparslan �niversitesi
Sosyal Bilimler Dergisi, 7(5), 27�36. Google Scholar
Danurwindo,
P. (2017). G., & Sidik, B. Kurikulum Pembinaan Sepakbola Indonesia,
1�11. Google Scholar
de
Villiers, J. E., & Venter, R. E. (2014). Barefoot training improved ankle
stability and agility in netball players. International Journal of Sports
Science & Coaching, 9(3), 485�495. Google Scholar
Dinc,
E., Kuscu, M., Bilgin, B. A., & Akan, O. B. (2019). Internet of Everything:
A Unifying Framework Beyond Internet of Things. In Harnessing the Internet
of Everything (IoE) for Accelerated Innovation Opportunities (pp. 1�30).
IGI Global. Google Scholar
Gonzalez-Rodriguez,
A., Mayoral, R., Agra, N., Valdecantos, M. P., Pardo, V., Miquilena-Colina, M.
E., Vargas-Castrill�n, J., Iacono, O. Lo, Corazzari, M., & Fimia, G. M.
(2014). Impaired autophagic flux is associated with increased endoplasmic
reticulum stress during the development of NAFLD. Cell Death & Disease,
5(4), e1179�e1179. Google Scholar
Goodman,
D. F. M., & Brette, R. (2008). Brian: a simulator for spiking neural
networks in python. Frontiers in Neuroinformatics, 2, 5. Google Scholar
Granacher,
U., Schellbach, J., Klein, K., Prieske, O., Baeyens, J.-P., & Muehlbauer,
T. (2014). Effects of core strength training using stable versus unstable
surfaces on physical fitness in adolescents: a randomized controlled trial. BMC
Sports Science, Medicine and Rehabilitation, 6(1), 1�11. Google Scholar
Khare,
S., Lila, A. R., Patil, R., Phadke, M., Kerkar, P., Bandgar, T., & Shah, N.
S. (2017). Long-term cardiac (valvulopathy) safety of cabergoline in
prolactinoma. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism, 21(1),
154. Google Scholar
Rouissi,
M., Chtara, M., Owen, A., Chaalali, A., Chaouachi, A., Gabbett, T., &
Chamari, K. (2016). Effect of leg dominance on change of direction ability
amongst young elite soccer players. Journal of Sports Sciences, 34(6),
542�548. Google Scholar
Sekendiz,
B., Cug, M., & Korkusuz, F. (2010). Effects of Swiss-ball core strength
training on strength, endurance, flexibility, and balance in sedentary women. The
Journal of Strength & Conditioning Research, 24(11), 3032�3040. Google Scholar
Sighamoney,
R., Kad, R., & Yeole, U. L. (2018). Effect of core strengthening on dynamic
balance and agility in badminton players. International Journal of Physical
Education, Sports and Health, 5(1), 86�88. Google Scholar
Stirling,
G. R. (2018). Biological control of plant-parasitic nematodes. CRC
Press. Google Scholar
Young,
G. (2011). Essencial Oil Pocket Reference 5 Th Ed. Amazon : Life
Science Pubhlising. Google Scholar
Copyright holder: Dimas Agusta Noron,
I Made Jawi, Wahyuddin,
Putu Astawa, I Nyoman Adiputra, Susy Purnawati (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |