Jurnal Health Sains: p�ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398 Vol. 2, No. 6, Juni
2021
Ode Irman, Anggia Riske Wijayanti, Yohanes
Paulus Pati Rangga
Universitas Nusa Nipa (UNN) Nusatenggara Timur, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
ARTIKEL INFO |
ABSTRACT |
Diterima: 5 Juni 2021 Direvisi: 15 Juni 2021 ��Disetujui: 25 Juni 2021����������� |
Self-efficacy becomes one of the important
elements in the process of nursing
education of the emergency department, because
the situation in the emergency department with high workload, stress and
anxiety can lead to not achieved in learning outcome. Interventions that can improve self-
efficacy are training emotional intelligence. The purpose of the study was to explain the effect of
emotional intelligence training on self-efficacy of students practicing emergency nursing clinics. Type of quasi experimental research with nonequivalent
control group design design. A large sample of 42 people were taken with total sampling and divided into experimental and control groups, each
group numbering 21 people. Emotional intelligence training is provided in 5 sessions (each session is 100 minutes). Self-efficacy is measured using General Self efficacy Scala
(GSES). The research was conducted in April 2021 at the Nusa Nipa University.
Data analysis using paired t test and independent t-test test. The results of the study
showed there is an influence of emotional intelligence
training on student self- efficacy
(p 0.000). Before being given emotional intelligence training in the treatment group there was no difference in self-efficacy in the two groups (p
0.872), but after being given the
training there was a difference of self-efficacy in the two groups
(p 0.000). Emotional intelligence training can improve
students' self-efficacy, it is expected that emotional intelligence and self-efficacy are considered and applied in the nursing curriculum. |
Keywords: emotional intelligence training;
self-efficacy; emergency nursing \ |
|
|
ABSTRAK Self-efficacy menjadi salah satu unsur penting dalam proses pendidikan keperawatan departemen gawat darurat, karena situasi di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan beban kerja, stress dan kecemasan tinggi dapat menyebabkan tidak tercapainya capaian pembelajaran. Intervensi yang dapat meningkatkan self-efficacy adalah pelatihan kecerdasan emosional. Tujuan penelitian untuk menjelaskan pengaruh pelatihan kecerdasan emosional terhadap self-efficacy mahasiswa praktik klinik keperawatan gawat darurat. Jenis penelitian quasi experimental dengan rancangan nonequivalent control group design. Besar sampel sebanyak ������������������������������������������������������� �42 orang yang diambil dengan total sampling dan dibagi � |
Kata Kunci: pelatihan kecerdasan emosional; self-efficacy; keperawatan gawat darurat |
dalam kelompok perlakuan dan kontrol, masing-masing kelompok berjumlah 21 orang. Pelatihan kecerdasan emosional diberikan dalam 5 sesi (tiap sesi 100 menit). Self- efficacy diukur menggunakan General Self Efficacy Scala (GSES). Penelitian dilaksanakan pada bulan April tahun 2021 di Universitas Nusa Nipa. Analisis data menggunakan uji paired t test dan uji independent t-test. Hasil penelitian menunujukkan ada pengaruh pelatihan kecerdasan emosional terhadap self-efficacy mahasiswa (p 0.000). Sebelum diberikan pelatihan kecerdasan emosional pada kelompok perlakuan tidak ada perbedaan self-efficacy pada ke dua kelompok (p 0.872), akan tetapi setelah diberikan pelatihan ada perbedaan self-efficacy pada ke dua kelompok (p 0.000). Pelatihan kecerdasan emosional dapat meningkatkan self- efficacy mahasiswa, diharapkan kecerdasan emosional dan self-efficacy dipertimbangkan dan diterapkan dalam kurikulum keperawatan. |
Mahasiswa keperawatan dituntut untuk dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif, psikomotor dan kompetensi ilmu keperawatan agar menjadi perawat profesional yang diperoleh melalui proses belajar di ruang kelas, praktik laboratorium, puskesmas, klinik keluarga, rumah sakit dan unit pelayanan kesehatan lainnya. Berdasarkan kurikulum pendidikan tinggi keperawatan, setelah mahasiswa menempuh proses belajar di ruang kelas dan laboratorium maka mahasiswa keperawatan akan menjalani praktik klinik keperawatan untuk dapat mengaplikasikan teori sebagai pengembangan pengetahuan dan keterampilan, juga menerapkan unsur sikap dan etika keperawatan pada pemberian asuhan keperawatan (Indonesia, 2015). Melalui praktek klinik keperawatan, mahasiswa keperawatan diharapkan lebih aktif dalam setiap tindakan keperawatan sehingga dapat menjadi perawat yang terampil dan profesional (Setiawan et al., 2017; Trang et al., 2018).
Pembelajaran�������� praktik�������� klinik keperawatan gawat darurat berupaya mengintegrasikan serta menerapkan teori keperawatan dalam membantu memecahkan masalah aktual atau potensial mengancam
kehidupan pasien. Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) menjadi area praktik merupakan salah satu ruang dengan beban kerja dan tekanan tinggi, sehingga sering kali mahasiswa keperawatan mengalami kelelahan dan stres (Nespereira-Campuzano & V�zquez-Campo, 2017; Rakhshani & Mansouri-Birjandi, 2018). Tugas mahasiswa keperawatan di ruang IGD adalah memberikan asuhan keperawatan gawat darurat secara cepat, tepat dan cermat dibawah bimbingan preceptor dan membuat laporan asuhan keperawatan gawat darurat (Carpenter et al., 2014), akan tetapi pada saat pelaksanaan praktik, capaian pembelajaran tidak maksimal, banyak mahasiswa yang tidak menyelesaikan laporan asuhan keperawatan, kurangnya kinerja klinis dan capaian kompetensi kurang tercapai. Penelitian yang dilakukan di Iran menyebutkan capaian pembelajaran praktik klinik masih kurang dari 70% (Rambod et al., 2018). Penelitian di Korea menyebutkan banyak mahasiswa keperawatan kurang memiliki kemampuan memecahkan masalah dan hasil pembelajaran yang kurang optimal pada aspek pengetahuan dan kinerja klinis (Y. Kim & Rush, 2016). Di Indonesia rata-rata capaian pembelajaran praktik klinik
keperawatan gawat darurat yaitu kurang 80% dan karakteristik mahasiswa menentukan keberhasilan pembelajaran (Setiawan et al., 2017).
Banyaknya permasalahan yang dialami oleh mahasiswa selama menjalani praktik klinik di ruang IGD seperti stres, kecemasan, kelelahan, kinerja klinis yang kurang, ketidakmampuan memecahkan masalah yang berujung pada tidak tercapainya hasil pembelajaran disebabkan oleh kurangnya self-efficacy (Warshawski et al., 2019). Menurut (George et al., 2020) menjelaskan bahwa self-efficacy dapat digunakan untuk memprediksi kinerja mahasiswa keperawatan dan memiliki dampak penting pada pendidikan keperawatan masa depan. Menurut (Bulfone, 2019) setuju bahwa self- efficacy mempengaruhi kemampuan mahasiswa untuk mengambil dan menyelesaikan tugas, mengatur diri sendiri dalam proses pembelajaran serta menerapkan lebih banyak strategi kognitif selama proses pembelajaran.
Self-efficacy sangat penting dalam pendidikan keperawatan karena self-efficacy yang tinggi berhubungan dengan kemampuan menetapkan tujuan, mencoba strategi
yang berbeda, menyelesaikan
kesulitan, berprestasi dan lebih mudah
bertransisi dari mahasiswa ke perawat
profesional (Rambod et al.,
2018). Menurut (Y. Kim & Rush, 2016) dalam penelitiannya di Korea menyebutkan self- efficacy
yang rendah berkontribusi sebesar 78.4% mahasiswa
tidak dapat melakukan
pertolongan kasus kegawatan
jantung. Penelitian di Iran
oleh (Farokhzadian et al., 2018), menunjukkan self-efficacy mahasiswa praktik dalam kategori sedang
(2.55 � 0.62). Di China rata-rata self-efficacy dalam
level sedang (76,26�8,16). Di Indonesia dalam sebuah penelitian menyebutkan 45% mahasiswa memiliki self-efficacy rendah (Utari et al., 2018). Pendapat (Williams, 2018) menyarankan beberapa
strategi pendidikan yang dapat meningkatkan self-
efficacy termasuk penggunaan multimedia, merubah metode pembelajaran dan penguatan praktikum laboratorium. Namun hal ini tidak sepenuhnya����������������� meningkatkan������������� self-efficacy mahasiswa. Hal ini dikarenakan fokus yang diajarkan adalah terkait kognitif. Padahal ketika mahasiswa menjalani praktik klinik keperawatan������� unsur��� kognitif,�� afektif� dan psikomotor akan lebih mudah diterapkan jika mahasiswa memiliki self-efficacy yang tinggi.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatan self-efficacy yaitu dengan pelatihan kecerdasan emosional. Intervensi ini dipilih, karena dengan kecerdasan emosional tinggi dapat membantu mahasiswa memecahkan masalah, mampu menilai emosi sendiri, menilai emosi orang lain, menggunakan emosi dan regulasi emosi yang tepat. Saat ini pembelajaran difokuskan hanya melihat hasil akhir, dengan mengabaikan unsur utama yang sangat berpengaruh dalam proses praktik klinik keperawatan yaitu kecerdasan emosional dan self-efficacy (Sharon & Grinberg, 2018). Penelitian terdahulu lebih banyak mengkaji korelasi antara ke dua aspek tersebut, akan tetapi penelitian tentang pengaruh pelatihan kecerdasan emosional terhadap self-efficacy mahasiswa praktik klinik keperawatan gawat daruarat belum diteliti. Kecerdasan emosional berkontribusi 80% dalam kesuksesan pembelajaran, sedangkan 20% ditentukan oleh tingkat kecerdasan atau IQ (Intelligence Quotient).
Berdasarkan data yang diperoleh dari program studi S1 Keperawatan Universitas Nusa Nipa, capaian pembelajaran praktik klinik departemen keperawatan gawat darurat kurang dari 80%. Selama ini, sebelum mahasiswa menjalani pratik klinik keperawatan, mahasiswa menjalani praktik laboratorium dan diberikan pembekalan terkait aturan, norma akademik dan tugas praktik klinik, akan tetapi kenyataannya saat proses praktik klinik banyak mahasiswa yang tidak tuntas dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian tentang pengaruh pelatihan kecerdasan emosional terhadap self- efficacy mahasiswa praktik klinik keperawatan gawat darurat di Universitas Nusa Nipa.
Tujuan penelitian yaitu untuk menjelaskan pengaruh pelatihan kecerdasan emosional terhadap self-efficacy mahasiswa praktik klinik keperawatan gawat darurat di Universitas Nusa Nipa.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu quasi experimental dengan rancangan penelitian nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa keperawatan yang akan mengikuti praktik klinik keperawatan gawat darurat berjumlah 42 orang. Sampling yang digunakan yaitu total sampling, selanjutnya mahasiswa dibagi kedalam 2 kelompok. Mahasiswa dengan no urut 1-21 menjadi kelompok perlakuan sedangkan mahasiswa dengan no urut 22-42 menjadi kelompok kontrol. Semua mahasiswa berpartisipasi secara sukarela dalam penelitian dan menandatangani informed consent.
Pengumpulan data meliputi: 1) pre-test. Data dikumpulkan setelah memperoleh perizinan penelitian, selanjutnya menjelaskan tujuan penelitian dan memberikan informed consent kepada responden untuk ditandatangani. Pengukuran self-efficacy dilakukan baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol. 2) Intervensi. Pelatihan kecerdasan emosional dilakukan berdasarkan satuan acara kerja pelatihan berdasarkan model kecerdasan emosional dari (Goleman, 1998) yang sudah pernah diapliksikan dalam penelitian oleh (Sharma et al., 2016) dan (Simanjuntak et al., 2018). Pelatihan dilaksanakan sebanyak 5 sesi dalam 2 hari (hari 1 terdiri dari 3 sesi dan hari ke 2 terdiri dari 2 sesi) setiap sesi dilaksanakaan selama
100 menit meliputi pengajaran, diskusi dan role play). Instruktur pelatihan kecerdasan emosional dibawakan oleh Psikolog. Pada kelompok perlakuan, selain mendaptakan pelatihan kecerdasan emosional juga diberikan pembekalan dari program studi (terkait aturan, norma akademik dan tugas praktik klinik), sedangkan pada kelompok kontrol hanya mendapat pembekalan dari program studi. 3) Post-test. Post-test dilakukan setelah intervensi diberikan pada kelompok perlakuan dan pada kelompok kontrol juga dilakukan pengukuran.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur self-efficacy menggunakan General Self efficacy Scala (GSES) dari (Schwarzer & Jerusalem, 2010). Instrumen ini terdiri 10 pertanyaan dengan opsi jawaban dalam skala likert. Skor yang diperoleh yaitu 10-40. Instrument ini sudah banyak digunakan dalam penelitian keperawatan dan sudah divalidasi di Indonesia oleh (Handayani, 2020) menunjukkan t-value > 1.96 dan bermuatan faktor positif, sehingga GSES dinyatakan valid dalam mengukur self-efficacy. Hasil uji validitas dalam penelitian ini diperoleh r hitung > r tabel (0.632) dan nilai cronbach�s alpha 0.782, maka instrument valid dan reliabel. Analisis data dalam penelitian menggunakan uji paired t test dan uji independent t-test. Penelitian dilaksanakan pada bulan April tahun 2021 dengan tetap memperhatikan protokol Covid-19.
Berdasarkan tabel 1, jenis kelamin responden baik kelompok perlakuan maupun control didominasi oleh perempuan, rata-rata usia yaitu 21 tahun dan data bersifat homogen (p>0.05).
��������������� Karakteristik responden��������������
Karakteristik |
Perlakuan �������� (n 21)�������������� |
Kontrol (n 21)������������������� |
p |
||
|
f |
% |
f |
% |
|
� �Jenis kelamin��������������������������������������������������������������������� |
|||||
� �Laki-laki����������������� |
3������� |
14.4������� |
1�������� |
4.8���� |
0.676 |
Perempuan |
18 |
85.7 |
20 |
95.2 |
|
� �Usia����������������������������������������������������������������������������������� |
|||||
� �mean�SD���������������� |
21.47�1.43������ |
21.23�1.22���� |
0.556 |
Berdasarkan tabel 2 terjadi peningkatan self-efficacy lebih besar pada kelompok perlakuan.
Distribusi Responden Berdasarkan Self-
��������������������� Efficacy (N=42)��������������������
Self-efficacy |
Perlakuan ���������� (n
21)����������������� |
Kontrol (n 21)������� |
|
Mean�SD |
Mean�SD |
Pre |
19.33�4.83 |
19.09�4.65 |
Post |
28.61�3.26 |
19.19�4.61 |
Berdasarkan tabel 3, ada pengaruh pelatihan kecerdasan emosional terhadap self- efficacy mahasiswa praktik klinik keperawatan gawat darurat (p 0.000).
Pengaruh
pelatihan kecerdasan emosional terhadap self-efficacy mahasiswa (paired t
����������������������� test) (n=42)����������������������
Self- efficacy |
Perlakuan ����� (n 21)���� |
p |
Kontrol ������ (n 21)����� |
p |
�������������������� �Mean�SD���������������� |
|
Mean�SD����������������� |
|
|
���� Pre������� |
19.33�4.83 |
0.000 |
� �19.09�4.65 |
0.605 |
��� �Post����� |
28.61�3.26���������������� |
19.19�4.61���������������� |
Berdasarkan tabel 4, hasil uji levene�s test, menunjukkan varian data antar kelompok sama. Sebelum diberikan pelatihan kecerdasan emosional pada kelompok perlakuan, tidak ada perbedaan self-efficacy mahasiswa (0.872), akan tetapi setelah diberi pelatihan, ada perbedaan self-efficacy mahasiswa (0.000) denga rata-rata perbedaan yaitu 9.42.
Perbedaan self-efficacy mahasiswa
������ (independent samples
t-test) (n=42)����
elf-efficacy |
Perlakuan �������� (n 21)���������������� |
Kontrol (n 21)������� |
Selisih |
Levene�s test |
p |
|
Mean �SD |
Mean �SD |
|
|
|
Sebelum |
19.33�4.83 |
19.09�4.65 |
0.23 |
0.862 |
0.872 |
�� �Sesudah������� |
28.61�3.26������ |
19.19�4.61�������� |
9.42����������� |
0.081������� |
0.000 |
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh pelatihan kecerdasan emosional terhadap self-efficacy mahasiswa praktik klinik keperawatan gawat darurat (p 0.000). Kecerdasan���������� emosional������� merupakan keterampilan seseorang dalam menerima, memahami dan secara adaptif mengontrol emosi (Nightingale et al., 2018). Mahasiswa dengan kecerdasan emosional tinggi akan mampu beradaptasi dan menggunakan keterampilan efektif untuk mengatasi masalah pada saat praktik klinik keperawatan (Gharetepeh et al., 2015). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh pada self-efficacy (Mortan et al., 2014). Self-efficacy merupakan salah satu unsur kognitif sosial yang dapat membantu mahasiswa untuk berhasil dalam menjalankan tugas (Zhao et al., 2015).
Self-efficacy�������� mengacu�������� pada pengetahuan yang dapat mempengaruhi orang lain dalam memutuskan tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan (Senge et al., 2015). Menurut (Bandura, 2006) dalam teorinya menjelaskan bahwa self-efficacy merupakan bentuk penilaian subjektif terhadap kemampuan serta kapasitas seseorang untuk mengatur diri dan untuk memutuskan tindakan sesuai dalam mencapai target yang diinginkan. Dalam menjalankan praktik klinik keperawatan, mahasiswa harus dapat menggunakan dan mengontrol emosi agar berhasil mencapai target, hal ini dikarenakan banyak situasi yang membuat mahaiswa merasa lelah dan stress dalam lingkup praktik klinik keperawatan gawat darurat (Rowbotham & Owen, 2015). Penelitian sebelumnya telah menjelaskan bahwa self- efficacay merupakan modal utama bagi mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan praktik klinik, selain itu juga self-efficacy menjadi kunci dalam menunjukkan perilaku professional perawat. Menurut (Lu & Dollahite, 2010) menjelaskan self-efficacy mahasiswa sangat diperlukan dalam proses
transformasi perilaku perawat profesional, karena perilaku secara signifikan dipengaruhi oleh self-efficacy.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di China oleh (Qin et al., 2012), dimana hasil penelitian menunjukkan rata- rata skor self-efficacy yaitu 19.2. Berbeda dengan penelitian oleh (Priesack & Alcock, 2015) di Inggris, hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor self-efficacy yaitu
30.4. Perbedaan ini dikaitkan dengan budaya dan jenis kelamin, dimana jenis kelamin laki- laki� �dilaporkan���������������� lebih� �tinggi������������ self-efficacy dibandingakan dengan perempuan (Zhang et al., 2019), hal ini sesuai dengan penelitian dimana jenis kelamin laki-laki pada kelompok perlakuan lebih banyak dari pada kelompok control, sehingga saat pretest, skor self- efficacy lebih tinggi pada kelompok perlakuan Pengaruh���������������� kecerdasan�������� emosional terhadap self-efficacy telah dijelaskan dalam penelitian sebelumnya, selain itu dengan kecerdasan emosional tinggi tidak hanya meningkatkan self-efficacy akan tetapi dapat menurunkan stress, kecemasan mahasiswa dan meningkatkan kinerja klinis mahasiswa keperawatan saat menjalani praktik klinik keperawatan (Molero Jurado et al., 2019). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan pelatihan rata-rata skor self-efficacy yaitu 19.33 akan tetapi setelah diberikan pelatihan���������������� terjadi��� peningkatan�� skor�� self- efficacy���������� (28.61).����������������������� Peningkatan���� ����������� tersebut tentunya berasal dari pelatihan yang diajarkan kepada mahasiswa yang meliputi kesadaran diri, mengelola diri, kesadaran sosial dan mengelola hubungan. Semakin besar skor maka mengindikasikan tingginya self-efficacy mahasiswa, dan dalam penelitian ini rata-rata skor self-efficacy setelah pelatihan mencapai nilai���� standar���� self-efficacy���� yaitu��� 28.6
(Schwarzer & Jerusalem, 2010).
Hasil penelitian menunjukkan sebelum diberikan pelatihan, tidak ada perbedaan skor self-efficacy antar kelompok, akan tetapi setelah diberi pelatihan, ada perbedaan skor
self-efficacy. Perbedaan self-efficacy terletak pada pelatihan kecerdasan emosional. Pelatihan kecerdasan emosional memiliki efek langsung bukan hanya pada kemampuan memecahkan masalah, akan tetapi juga pada self-efficacy. Efek langsung tersebut dikarenakan adanya perbaikan dan peningkatan pada komponen kecerdasan emosional yang meliputi mampu menilai emosi sendiri, menilai emosi orang lain, menggunakan emosi dan regulasi emosi. Selain itu perbaikan self-efficacy difokuskan pada keyakinan diri, mandiri dan keyakinan mengerjakan tugas sulit.
Mahasiswa keperawatan dengan self- efficacy tinggi akan memfokuskan pada menilai masalah dan mencari solusi, sementara mahasiswa dengan self-efficacy rendah, cenderung fokus pada kekurangan dengan demikian mahasiswa tidak memiliki keterampilan serta perhatian untuk menyelesaikan target pembelajaran klinik keperawatan. Penelitian oleh Desiani, (Desiani et al., 2017) melaporkan 91.6% mahasiswa memiliki self-efficacy tinggi pada tindakan resusitasi jantung paru di IGD, hal tersebut dikarenakan faktor pengetahuan dan simulasi. Hal ini diperkuat dengan pendapat dari (S. G. Kim et al., 2019) yang menyatakan bahwa self-efficacy bertindak sebagai kekuatan pendorong bagi mahasiswa keperawatan untuk melakukan peran secara efektif dan sebagai faktor utama dalam meningkatkan kinerja klinis dan menjaga keselamatan pasien. Selain itu, self-efficacy memiliki efek mediasi pada kecerdasan emosional dan berpengaruh secara positif pada pendidikan keperawatan (Karabacak et al., 2013). Mengingat praktik klinik di IGD dengan beban kerja, stress dan kecemasan yang tinggi, maka dalam merancang pengalaman praktik klinis, pendidik disarankan untuk memperhatikan kecerdasan emosional dan self-efficacy mahasiswa. Selanjutnya, kecerdasan emosional dan self- efficacy harus dipertimbangkan dan
diterapkan ketika mengembangkan kurikulum keperawatan.
Pelatihan kecerdasan emosional terbukti mampu meningkatkan self-efficacy mahasiswa praktik klinik keperawatan gawat darurat, hal ini terlihat dari adanya peningkatan self-efficacy setelah diberi pelatihan kecerdasan emosional.
Bandura, A. (2006). Toward A Psychology Of Human Agency. Perspectives On Psychological Science, 1(2), 164�180. Google Scholar
Bulfone, F. (2019). The State Strikes Back: Industrial Policy, Regulatory Power And The Divergent Performance Of Telefonica And Telecom Italia. Journal Of European Public Policy, 26(5), 752�
771. Google Scholar
Carpenter, C. R., Bromley, M., Caterino, J. M., Chun, A., Gerson, L. W.,
Greenspan, J., Hwang, U., John, D. P., Lyons, �W. �L., �& �Platts‐Mills, �T. �F. (2014). Optimal Older Adult Emergency Care: Introducing Multidisciplinary Geriatric Emergency Department Guidelines From The American College Of Emergency Physicians, American Geriatrics Society, Emergency Nurses Association, And Society For Academic Emergency Me. Journal Of The American Geriatrics Society, 62(7), 1360�1363. Google Scholar
Desiani, S., Nuraeni, A., & Priambodo, A. P. (2017). How Do Knowledge And Self- Efficacy Of Internship Nursing Students In Performing Cardiopulmonary Resuscitation? Belitung Nursing Journal, 3(5), 612�620. Google Scholar
Farokhzadian, J., Karami, A., & Forouzi, M.
A. (2018). Health-Promoting Behaviors In Nursing Students: Is It Related To Self-Efficacy For Health Practices And
Academic Achievement? International Journal Of Adolescent Medicine And Health, 32(3). Google Scholar
George, B., Baekgaard, M., Decramer, A., Audenaert, M., & Goeminne, S. (2020). Institutional Isomorphism, Negativity Bias And Performance Information Use By Politicians: A Survey Experiment. Public Administration, 98(1), 14�28. Google Scholar
Gharetepeh, A., Safari, Y., Pashaei, T., Razaei, M., & Kajbaf, M. B. (2015). Emotional Intelligence As A Predictor Of Self-Efficacy Among Students With Different Levels Of Academic Achievement At Kermanshah University Of Medical Sciences. Journal Of Advances In Medical Education & Professionalism, 3(2), 50. Google Scholar
Goleman, D. (1998). The Emotionally Competent Leader. The Healthcare Forum Journal, 41(2), 36�38. Google Scholar
Handayani, H. (2020). Hubungan Kebiasaan Makan, Aktivitas Fisik Dan Kesehatan Mental Dengan Status Gizi Perawat. Universitas Hasanuddin. Google Scholar
Indonesia, A. I. P. N. (2015). Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indonesia. Jakarta. Google Scholar
Karabacak, �., Serbest, Ş., Kan �nt�rk, Z., Eti Aslan, F., & Olgun, N. (2013). Relationship Between Student Nurses� Self‐Efficacy And Psychomotor Skills Competence. International Journal Of Nursing Practice, 19(2), 124�130. Google Scholar
Kim, S. G., Becattini, S., Moody, T. U., Shliaha, P. V, Littmann, E. R., Seok, R., Gjonbalaj, M., Eaton, V., Fontana, E., & Amoretti, L. (2019). Microbiota- Derived Lantibiotic Restores Resistance Against�������������������������� Vancomycin-Resistant Enterococcus. Nature, 572(7771), 665�
669. Google Scholar
Kim, Y., & Rush, A. M. (2016). Sequence- Level Knowledge Distillation. Arxiv Preprint Arxiv:1606.07947. Google Scholar
Lu, A. H., & Dollahite, J. (2010). Assessment Of Dietitians� Nutrition Counselling Self‐Efficacy���� �And���� �Its���� �Positive Relationship With Reported Skill Usage. Journal Of Human Nutrition And Dietetics, 23(2), 144�153. Google Scholar
Molero Jurado, M. Del M., P�rez-Fuentes, M. Del C., Atria, L., Oropesa Ruiz, N. F., & G�zquez Linares, J. J. (2019). Burnout, Perceived Efficacy, And Job Satisfaction: Perception Of The Educational Context In High School Teachers.���������� Biomed Research International, 2019. Google Scholar
Qin, J., Li, Y., Cai, Z., Li, S., Zhu, J., Zhang, F., Liang, S., Zhang, W., Guan, Y., & Shen, D. (2012). A Metagenome-Wide Association Study Of Gut Microbiota In Type 2 Diabetes. Nature, 490(7418),
55�60. Google Scholar
Rakhshani, M. R., & Mansouri-Birjandi, M.
A. (2018). A High-Sensitivity Sensor Based On Three-Dimensional Metal� Insulator�Metal Racetrack Resonator And Application For Hemoglobin Detection.�������� Photonics�������� And Nanostructures-Fundamentals And Applications, 32, 28�34. Google Scholar
Rambod, M., Sharif, F., & Khademian, Z. (2018). The Impact Of The Preceptorship Program On Self-Efficacy And Learning Outcomes In Nursing Students. Iranian Journal Of Nursing And Midwifery Research, 23(6), 444. Google Scholar
Mortan, R. A., Ripoll, P., Carvalho, C., & Bernal, M. C. (2014). Effects Of Emotional����� Intelligence����� On Entrepreneurial Intention And Self- Efficacy. Revista De Psicolog�a Del Trabajo Y De Las Organizaciones, 30(3), 97�104. Google Scholar
Nespereira-Campuzano, T., & V�zquez- Campo, M. (2017). Emotional Intelligence And Stress Management In Nursing Professionals In A Hospital Emergency Department. Enfermer�a Cl�nica (English Edition), 27(3), 172�
178. Google Scholar
Nightingale, J., Salva-Garcia, P., Calero, J.
M. A., & Wang, Q. (2018). 5g-Qoe: Qoe Modelling For Ultra-Hd Video Streaming In 5g Networks. Ieee Transactions On Broadcasting, 64(2), 621�634. Google Scholar
Priesack, A., & Alcock, J. (2015). Well-Being And Self-Efficacy In A Sample Of Undergraduate Nurse Students: A Small Survey Study. Nurse Education Today, 35(5), E16�E20. Google Scholar
fg
Rowbotham, M., & Owen, R. M. (2015). The Effect Of Clinical Nursing Instructors On Student Self-Efficacy. Nurse Education In Practice, 15(6), 561�566. Google Scholar
Schwarzer, R., & Jerusalem, M. (2010). The General Self-Efficacy Scale (Gse). Anxiety, Stress, And Coping, 12(1), 329�
345. Google Scholar
Senge, P., Hamilton, H., & Kania, J. (2015). The Dawn Of System Leadership. Stanford Social Innovation Review, 13(1), 27�33. Google Scholar
Setiawan, A. H., Yusuf, A., & Nihayati, H. E. (2017). Pengembangan Model Pembelajaran Klinik Experiential Terhadap Capaian Pembelajaran Pembelajaran Klinik Keperawatan Gawat Darurat Mahasiswa Ners. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 10(2), 180�187. Google Scholar
Sharma, A., Singla, L. Das, Ashuma, B. K. B., & Kaur, P. (2016). Clinicopatho- Biochemical Alterations Associated
With Subclinical Babesiosis In Dairy Animals. Journal Of Arthropod-Borne Diseases, 10(2), 258. Google Scholar
Sharon, D., & Grinberg, K. (2018). Does The Level Of Emotional Intelligence Affect The Degree Of Success In Nursing Studies? Nurse Education Today, 64, 21�26. Google Scholar
Simanjuntak, Y., Liang, J.-J., Chen, S.-Y., Li,
J.-K., Lee, Y.-L., Wu, H.-C., & Lin, Y.-
L. (2018). Ebselen Alleviates Testicular Pathology In Mice With Zika Virus Infection And Prevents Its Sexual Transmission. Plos Pathogens, 14(2), E1006854. Google Scholar
Trang, T. T. T., Zhang, J. H., Kim, J. H.,
Zargaran, A., Hwang, J. H., Suh, B.-C., & Kim, N. J. (2018). Designing A Magnesium Alloy With High Strength And High Formability. Nature Communications, 9(1), 1�6. Google Scholar
Utari,� �F.,� �Herliany,� �N.� �E.,� �Negara,� �B.,
Kusuma, A. B., & Utami, M. (2018). Aplikasi Variasi Lama Maserasi Buah Mangrove Avicennia Marina Sebagai
Bahan Pengawet Alami Ikan Nila (Oreochromis Sp.). Jurnal Enggano Vol, 3(2), 164�177. Google Scholar
Warshawski, S., Bar-Lev, O., & Barnoy, S. (2019). Role Of Academic Self-Efficacy And Social Support On Nursing Students� Test Anxiety. Nurse Educator, 44(1), E6�E10. Google Scholar
Williams, T. D. (2018). Physiology, Activity And Costs Of Parental Care In Birds. Journal Of Experimental Biology, 221(17). Google Scholar
Zhang, J., Zhao, Y., Chen, C., Huang, Y.-C.,
Dong, C.-L., Chen, C.-J., Liu, R.-S.,
Wang, C., Yan, K., & Li, Y. (2019).
Tuning The Coordination Environment In Single-Atom Catalysts To Achieve Highly Efficient Oxygen Reduction Reactions. Journal Of The American Chemical� �Society,� �141(51),� �20118�
20126. Google Scholar
Zhao, Z., Nelson, A. R., Betsholtz, C., & Zlokovic, B. V. (2015). Establishment And Dysfunction Of The Blood-Brain Barrier. Cell, 163(5), 1064�1078. Google Scholar
Copyright holder: Ode Irman, Anggia Riske Wijayanti, Yohanes Paulus Pati Rangga (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |