Faktor
Stress Kerja Pada Guru Sekolah Dasar Negeri Selama Pembelajaran Tatap Muka
Terbatas
Alviani Putri Priliana, Izzatu Millah,
Eka Cempaka Putri,
Cri Sajjana Prajna Wekadigunawan
Fakultas
Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected],
[email protected]
Keywords: Teacher; Work Stress; Workload; Work Routine; Interpersonal Relationship;
Work Environment. Kata Kunci: Guru; Stres Kerja; Beban Kerja;
Rutinitas Kerja; Hubungan Interpersonal; Lingkungan Kerja. |
ABSTRACT The teacher is the centralizer
for the educational process, both good and bad in the teaching and learning
process, the teacher directs it. Conditions during this pandemic can cause
work stress. The great demands and responsibilities possessed by the teacher
make the teacher experience stress. This study aims to determine the factors
associated with work stress on SD Negeri Pulogebang 01 teachers during
limited face-to-face meetings in 2022. The type of research used is
quantitative with a cross-sectional study design. The teacher population is
31 teachers. Data analysis used the Chi Square test with the results showing
that there was a relationship between interpersonal relationships and work
stress (p-value 0.006), work environment and work stress (p-value 0.015). And
there is no relationship between workload and work stress (p-value 1,000),
work routine and work stress (0.228). Therefore it is necessary to make
efforts from the school principal to create a harmonious working relationship
between teachers and superiors, this needs to be done so that work that is
difficult to do will be easy if done together so that all teachers can work
comfortably. ABSTRAK Guru merupakan
sentralisasi bagi proses pendidikan, baik dan buruknya proses belajar
mengajar tersebut guru yang mengarahkannya. Kondisi selama pandemi ini bisa
menimbulkan stress kerja. Tuntutan dan tanggungjawab besar yang dimiliki oleh
guru tersebut menjadikan guru mengalami stress. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor � faktor yang berhubungan dengan stress kerja pada
guru SD Negeri Pulogebang 01 selama pertemuan tatap muka terbatas tahun 2022.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan desain penelitian
cross sectional study. Populasi guru yaitu 31 guru. Data analisis menggunakan
uji Chi Square dengan hasil menunjukan bahwa ada hubungan antara hubungan
interpersonal dengan stres kerja (p-value 0,006), lingkungan kerja dengan
stres kerja (p-value 0,015). Serta tidak ada hubungan antara beban kerja
dengan stres kerja (p-value 1,000), rutinitas kerja dengan stres kerja
(0,228).� Maka dari itu perlu upaya
dari kepala sekolah untuk menciptakan hubungan kerja yang harmonis antara
guru dan atasan, hal ini perlu dilakukan supaya pekerjaan yang sulit
dikerjakan akan mudah jika dilakukan bersama sama sehingga semua guru dapat
bekerja dengan nyaman. |
Info Artikel |
Artikel
masuk 01-04-23, Direvisi 15-04-23, Diterima 20-04-23 |
PENDAHULUAN
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan (Mudzakkir et al., 2021). Salah satu strategi Pemerintah dalam menekan penyebaran COVID-19 adalah dengan menetapkan IMENDAGRI No. 15 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat Coronavirus Disease 2019 Wilayah Jawa dan Bali (杜彬 & Amaliyyah, 2021).
Guru merupakan sentralisasi bagi proses pendidikan, baik dan buruknya proses belajar mengajar tersebut guru yang mengarahkan (Nasti et al., 2022). Perasaan lelah secara emosional terhadap sumber stress yang dirasakan oleh guru merupakan wujud dari stress kerja. Bagi guru, stress didefinisikan sebagai sebuah respon terhadap efek negatif dari pekerjaan sebagai guru (Leguminosa et al., 2017).
Kondisi selama pandemi ini bisa menimbulkan stress kerja terutama bagi guru, sebab ada rutinitas yang menjadi berubah drastis, penghasilan berkurang, dan yang lebih penting kehangatan yang biasanya terjalin dengan anak juga menjadi hilang padahal pada kegiatan pembelajaran di sekolah dasar (SD) sangat mengutamakan hubungan guru dengan siswa, banyak waktu bermain tidak terstruktur dan juga program pembelajaran cenderung berfokus pada anak (Arismunandar et al., 2020). Adanya perubahan serta permasalahan lain yang dialami guru pada masa pembelajaran daring ini dapat menyebabkan stress.
Health Safety Executive (2020) melakukan penelitian di Britania Raya pada tahun 2019/2020 dengan hasil yang menunjukkan sebanyak 828.000 kasus stress pada pekerja. Kasus stress kerja guru dilatar belakangi oleh berbagai persoalan yang ada di Lingkungan kerja.
Sebuah survei online yang disponsori oleh University of Phoenix yang diikuti oleh sekitar 1000 partisipan guru. Hasil survei tersebut menyatakan bahwa 77% guru melaporkan bahwa mereka merasa stress (Robosa et al., 2021). Survei lain melakukan eksplorasi pendapat tentang pengajaran online dan jarak jauh dari seluruh Eropa pada tahun 2020. Hasil survei menunjukkan tantangan kedua yang paling sering disebutkan adalah adanya peningkatan beban kerja dan stres bekerja dari rumah sebanyak 43% (Indra et al., 2021).
Di Indonesia, survei yang dilakukan oleh Head of Center for Human Capital Development PPM Manajemen yang dilangsir oleh KOMPAS (2020) mencatat selama masa pandemi COVID-19 sebanyak 80% pekerja mengalami stress kerja (Putro et al., 2020).
Pengaruh Stress dan Kelelahan Kerja Guru menunjukkan tingkat signifikansi 0,047 yang berada di bawah batas signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh stress yang signifikan terhadap kinerja guru. Lalu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2020) berdasarkan uji statistik menggunakan Chi Square di dapatkan ada hubungan stres kerja dengan usia (p-value = 0,453). Kemudian berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Anggraini (2020) menunjukkan ada hubungan antara beban kerja dengan stress kerja (p= 0,000), ada hubungan antara rutinitas pekerjaan dengan stress kerja (p= 0,000).
Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01 terletak di Jl. Raya Pulo Gebang No.58, RT.3/RW.6, Pulo Gebang, Kec. Cakung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13950. Dengan lokasi yang strategis dan mudah dijangkau, parkir yang luas, aman dan nyaman, serta didukung dengan fasilitas yang baik, kegiatan Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01 dapat menunjang prestasi setiap siswa untuk berprestasi di bidang akademik dan non akademik. Kepala sekolah di SD Negeri Pulogebang 01 bernama M. Saefuddin. SD Negeri Pulogebang 01 memiliki guru yaitu sebanyak 31 orang guru. Peneliti memilih SD Negeri Pulogebang 01 sebagai tempat penelitian karena berkaitan dengan masa pandemi COVID � 19 dan tahun ajaran 2021/2022 melalui pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) yang membuat guru � guru harus bekerja secara langsung dan virtual sehingga mengakibatkan tingkat stress pada guru di SD Negeri Pulogebang 01 meningkat.
Tujuan Penelitian
Mengetahui tingkat setres yang dialami para guru, yang melakukan kegiatn
tatap muka terbatas dengan para siswa selama masa pandemi.
Manfaat
Penelitian
Dapat membantu para guru dalam mengurangi tingkat stress, selama pembelajaran tatap muka.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10 guru di SD Negeri Pulogebang 01 didapatkan hasil observasi yaitu terdapat 20% guru mengalami stress kerja ringan, 60% guru mengalami stress kerja sedang, 10% guru mengalami stress kerja parah dan 10% guru tidak mengalami stress kerja. Dimana guru � guru tersebut 12,5% menjadi mudah merasa kesal, 12,0% mudah gelisah, 11,6% mengalami susah beristirahat, 11,1% menjadi mudah marah, serta 10,2% mengalami kesulitan untuk relaksasi atau bersantai. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul �Faktor � Faktor yang Berhubungan dengan Stress Kerja pada Guru SD Negeri Pulogebang 01 selama Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Tahun 2022�.
��
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang bersifat
deskriptif. Desain yang digunakan adalah cross sectional, dimana seluruh
variabel yang diamati, diukur dalam waktu bersamaan ketika penelitian
berlangsung, yang bertujuan unuk mengetahui faktor � faktor yang berhubungan
dengan stress kerja pada guru SD negeri pulogebang 01 selama pembelajaran tatap
muka terbatas tahun 2022. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 01
Pulogebang. Dan penelitian ini dilaksanakan sejak bulan April sampai dengan
Juli 2022. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer.
Data primer : diperoleh berdasarkan hasil pengisian kuesioner yang memuat
beberapa pertanyaan tentang stres, depresi, cemas yang bersumber dari
Depression Anxiety Stress Scales 21 (DASS 21).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis Univariat
Analisis univariat dalam penelitian ini
meliputi analisis deskriptif data stres kerja, beban kerja, rutinitas kerja,
hubungan interpersonal, dan lingkungan kerja.
Tabel 1. Gambaran Stress Kerja pada
Guru Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01 selama Pembelajaran Tatap Muka
Terbatas Tahun 2022
Stress
Kerja |
Frekuensi |
Presentase |
|
|
Normal |
8 |
25,8% |
|
|
Ringan |
8 |
25,8% |
||
Sedang |
14 |
45,2% |
||
Parah |
1 |
3,2% |
||
Sangat Parah |
0 |
0% |
||
Total |
31 |
100% |
||
�����������
Berdasarakan Tabel 1. total responden pada penelitian ini yaitu 31 responden, didapatkan proporsi tertinggi dari gambaran stress kerja guru di SDN Pulogebang 01 selama pembelajaran tatap muka terbatas tahun 2022 yaitu stress kerja sedang 14 orang (45,2%).
Untuk kepentingan analisis
bivariat variabel stres kerja, peneliti memutuskan untuk menggabungkan variabel
stres kerja yang semula terdiri dari 5 kategori dikelompokkan menjadi 2
kategori yaitu stres kerja ≥15
dan tidak stres <15.
Tabel 2. �Gambaran Stress Kerja pada Guru Sekolah Dasar Negeri
Pulogebang 01 selama Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Tahun 2022.
Stres Kerja |
Frekuensi |
Presentase |
Tidak Stres |
8 |
25,8% |
Stres |
23 |
74,2% |
Total |
31 |
100% |
����������� Berdasarakan Tabel 2. dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi terdapat pada responden yang mengalami stres kerja yaitu sebanyak 23 guru (74,2%).
Tabel 3. Gambaran Beban Kerja pada
Guru Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01 selama Pembelajaran Tatap Muka
Terbatas tahun 2022
Beban Kerja |
Frekuensi |
Presentase |
Ringan |
23 |
74,2% |
Berat |
8 |
25,8% |
Total |
31 |
100% |
�����������
Berdasarakan Tabel 3. total responden pada penelitian ini yaitu 31 responden, didapatkan proporsi tertinggi gambaran beban kerja guru di SDN Pulogebang 01 selama pembelajaran tatap muka terbatas tahun 2022 yaitu beban kerja ringan 23 responden (74,2%).
Tabel 4. Gambaran Rutinitas Kerja pada Guru Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01 selama
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Tahun 2022
Rutinitas
Kerja |
Frekuensi |
Presentase |
Tidak Membosankan |
13 |
41,9% |
Membosankan |
18 |
58,1% |
Total |
31 |
100% |
Berdasarakan Tabel 4. total responden pada penelitian
ini yaitu 31 responden, didapatkan proporsi tertinggi dari gambaran rutinitas kerja pada guru di SDN Pulogebang 01 selama pembelajaran tatap muka terbatas
tahun 2022 yaitu 18 responden (58,1%) rutinitas pekerjaan yang dijalankan
membosankan.
Tabel 5. Gambaran Hubungan Interpersonal pada Guru Sekolah Dasar Negeri Pulogebang
01 selama Pembelajaran Tatap Muka Terbatas tahun 2022
Hubungan
Interpersonal |
Frekuensi |
Presentase |
Baik |
10 |
32,3% |
Tidak Baik |
21 |
67,7% |
Total |
31 |
100% |
Berdasarakan Tabel 5. total responden pada penelitian
ini yaitu 31 responden, didapatkan proporsi tertinggi dari gambaran hubungan interpesonal pada guru di SDN Pulogebang 01 selama pembelajaran tatap muka terbatas
tahun 2022 yaitu 21 responden
(67,7%) dengan hubungan
interpesonal yang tidak baik.
Tabel 6. Gambaran Lingkungan Kerja pada Guru Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01 selama
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas tahun 2022
Frekuensi |
Presentase |
|
Nyaman |
15 |
48,4% |
Tidak Nyaman |
16 |
51,6% |
Total |
31 |
100% |
Berdasarakan Tabel 6. total responden pada penelitian
ini yaitu 31 responden, didapatkan proporsi tertinggi dari gambaran lingkungan kerja pada guru di SDN Pulogebang 01 selama pembelajaran tatap muka terbatas
tahun 2022 yaitu sebanyak 16 responden (51,6%) tidak nyaman dengan lingkungan kerjanya.
Analisis Bivariat
����������� Hubungan
bivariat pada variabel beban kerja, rutinitas kerja, hubungan interpersonal,
dan lingkungan kerja menggunakan uji chi square.
Tabel 7. Gambaran Hubungan antara Beban Kerja dengan Stress kerja pada Guru
Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01 selama Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
Tahun 2022
Beban Kerja |
Stress Kerja |
Jumlah |
P - Value |
PR (95%CT) |
||||
Tidak Stress |
Stress |
|||||||
N |
% |
N |
% |
N |
% |
|||
Ringan |
6 |
26,1% |
17 |
73,9% |
23 |
100% |
1,000 |
1,043 (0,262 � 4,162) |
Berat |
2 |
25% |
6 |
25% |
8 |
100% |
||
Total |
8 |
25,8% |
23 |
74,2% |
31 |
100% |
����������� Berdasarkan tabel 7.
hasil analisis bivariat diatas dilihat dari 31 responden, diperoleh bahwa guru
yang merasakan beban kerja ringan yang memiliki stress kerja yaitu sebanyak 17
orang (73,9%), dan guru yang merasakan beban kerja berat yang memiliki stress
kerja yaitu sebanyak 6 orang (55%). Berdasarkan hasil uji statistik
yang dilakukan hasil yang diperoleh
nilai ρ-value 1,000 > 0,05 maka dapat dinyatakan tidak ada hubungan bermakna antara beban kerja dengan stres kerja pada guru Guru Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01
selama Pembelajaran Tatap Muka Terbatas tahun 2022.
Tabel 8. �Gambaran antara Hubungan Rutinitas Kerja dengan Stress
kerja pada Guru Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01 selama Pembelajaran Tatap
Muka Terbatas Tahun 2022
Rutinitas Kerja |
Stress Kerja |
Jumlah |
P - Value |
PR (95%CT) |
||||
Tidak Stress |
Stress |
|||||||
N |
% |
N |
% |
N |
% |
|||
Tidak
Membosankan |
5 |
38,5% |
8 |
61,5% |
13 |
100% |
0,228 |
2,308 (0,667 � 7,982) |
Membosankan |
3 |
16,7% |
15 |
83,3% |
18 |
100% |
||
Total |
8 |
25,8% |
23 |
74,2% |
31 |
100% |
Berdasarkan tabel 8. hasil analisis bivariat diatas dilihat dari 31 responden, diperoleh bahwa guru
yang merasakan rutinitas kerja tidak membosankan yang memiliki stress kerja
yaitu sebanyak 8 orang (61,5%), dan guru yang merasakan rutinitas membosankan
yang memiliki stress kerja yaitu sebanyak 15 orang (83,3%). Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan dengan Fisher
Exact Test karena pada tabel 2 x� 2
terdapat nilai expected < 5 maka diperoleh nilai ρ-value 0,228 > 0,05 maka dapat dinyatakan tidak ada hubungan bermakna antara rutinitas kerja dengan stres kerja pada guru Guru
Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01 selama Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
tahun 2022.
Tabel 9. Gambaran Hubungan antara Hubungan Interpesonal
dengan Stress kerja pada Guru Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01 selama
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Tahun 2022
Hubungan
Interpersonal |
Stress
Kerja |
Jumlah |
P -
Value |
PR
(95%CT) |
||||
Tidak
Stress |
Stress |
|||||||
N |
% |
N |
% |
N |
% |
|||
Baik |
6 |
60% |
4 |
40% |
10 |
100% |
0,006 |
6,300 (1,535 �
25,858) |
Tidak Baik |
2 |
9,5% |
19 |
90,5% |
21 |
100% |
||
Total |
8 |
25,8% |
23 |
74,2% |
31 |
100% |
�����������
Berdasarkan tabel 9. hasil analisis bivariat diatas dilihat dari 31 responden, diperoleh bahwa guru
yang merasakan hubungan interpersonal baik yang tidak memiliki stress kerja
yaitu sebanyak 6 orang (60%), dan guru yang merasakan hubungan interpersonal tidak
baik yang memiliki stress kerja yaitu sebanyak 19 orang (90,5%). Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan maka diperoleh nilai ρ-value 0,006 < 0,05 maka
dapat dinyatakan ada hubungan
bermakna antara hubungan interpersonal dengan stres kerja pada guru Guru Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01
selama Pembelajaran Tatap Muka Terbatas tahun 2022.
Tabel 10. Gambaran Hubungan antara Lingkungan Kerja dengan Stress Kerja
pada Guru Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01 selama Pembelajaran Tatap Muka
Terbatas Tahun 2022.
Lingkungan
Kerja |
Stress
Kerja |
Jumlah |
P -
Value |
PR
(95%CT) |
||||
Tidak Stress |
Stress |
|||||||
N |
% |
N |
% |
N |
% |
|||
Nyaman |
7 |
46,7% |
8 |
53,3% |
15 |
100% |
0,015 |
7,467 (1,038 �
53,720) |
Tidak Nyaman |
1 |
6,3% |
15 |
93,8% |
16 |
100% |
||
Total |
8 |
25,8% |
23 |
74,2% |
31 |
100% |
||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
�����������
Berdasarkan tabel 10. hasil analisis bivariat diatas dilihat dari 31 responden, diperoleh bahwa guru
yang merasakan lingkungan kerja nyaman yang memiliki stress kerja yaitu
sebanyak 8 orang (53,3%), dan guru yang merasakan lingkungan kerja tidak nyaman
yang memiliki stress kerja yaitu sebanyak 15 orang (93,8%). Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan maka diperoleh nilai ρ-value 0,015 < 0,05 maka
dapat dinyatakan ada hubungan
bermakna antara lingkungan
dengan stres kerja pada guru Guru Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01 selama
Pembelajaran Tatap Muka Terbatas tahun 2022.
Pembahasan
Stres Kerja
Hasil distribusi frekuensi diperoleh hasil yang tertinggi yaitu 14 responden guru (45,2%) yang mengalami stres kerja sedang, dimana lebih besar responden yang mengalami stres kerja yaitu sebanyak 68 responden (79,1%) pada guru SDN di Kelurahan Cengkareng Timur.
Stress adalah gangguan mental yang dihadapi
seseorang akibat adanya tekanan. Tekanan ini muncul dari kegagalan individu
dalam memenuhi kebutuhan atau keinginannya. Tekanan ini bisa berasal dari dalam
diri atau dari luar. Stress bukanlah penyakit atau cedera tetapi dapat menyebabkan
kesehatan mental dan fisik. Stress kerja adalah umpan balik atas atas diri
karyawan secara fisiologis maupun psikologis terhadap keinginan atau permintaan
organisasi (Mattola, 2020). Stress kerja merupakan
faktor-faktor yang dapat memberi tekanan terhadap produktivitas dan lingkungan
kerja serta dapat mengganggu individu.
Hal tersebut dikarenakan adanya tuntutan kerja
yang besar sehingga dapat menyebabkan guru SDN Pulogebang 01 mengalami gejala �
gejala diatas. Stres kerja yang dialami oleh guru sebelum pandemi Covid-19
sudah mulai dirasakan. Namun stress kerja yang dialami guru saat pandemi
Covid-19 sangat dirasakan oleh guru SDN Pulogebang 01 dilihat dari hasil
wawancara dengan beberapa guru yaitu selama masa pembelajaran tatap muka
terbatas berlangsung, kebijakan yang diterapkan dalam proses belajar mengajar
serta membuat laporan sudah berubah mengikuti dengan protokol kesehatan
pemerintah mengenai social distancing. Kegiatan belajar mengajar
dilakukan melalui offline dan online (daring) yang dimana 50%
murid belajar di sekolah dan 50% murid belajar melalui internet. Metode
mengajar mulai berubah seperti halnya guru yang menunggu murid � murid selesai
semua mengerjakan tugas dalam waktu pengerjaan dari pagi hingga malam hari yang
kemudian diperiksa oleh guru, kemudian pelaporan absensi murid yang belajar
daring melalui foto yang dikirimkan oleh orangtua murid melalui pesan singkat
atau google classroom dan dikumpulkan menjadi satu frame foto yang akan
dilaporkan ke SUDIN. Untuk pelaporan administrasi guru juga harus dilakukan
setiap hari seperti halnya melakukan absensi sebagian guru yang mengajar online
juga melalui foto dengan menggunakan seragam kerja lengkap dan menggunakan
aplikasi timestape yang dikirimkan ke operator sekolah setiap pagi
(06.30) dan sore (15.00). Kebijakan tersebut yang membuat guru � guru SDN
Pulogebang 01 mengalami gejala � gejala stress kerja dan mengganggu kehidupan
pribadi guru itu sendiri. Maka hal ini akan berdampak negatif bagi
produktivitas sekolah tersebut.
Dari hasil penelitian diatas, diperoleh sebagian
besar responden yang mengalami stress kerja, namun saat ini belum ada tindakan
penanganan yang dilakukan oleh SDN Pulogebang 01 terhadap guru yang mengalami
stress kerja. Saran dari peneliti untuk mengatasi stres kerja yang dialami guru
yaitu sebaiknya manajemen sekolah dapat mengadakan pertemuan setiap bulan untuk
mengevaluasi apa saja yang menjadi kendala dalam kegiatan belajar mengajar
sehingga dari pertemuan tersebut stres kerja dapat teratasi.
Hubungan antara Beban
Kerja dengan Stres Kerja
Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh bahwa guru
yang merasakan beban kerja ringan yang memiliki stress kerja yaitu sebanyak 17
orang (73,9%), dan guru yang merasakan beban kerja berat yang memiliki stress
kerja yaitu sebanyak 6 orang (55%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai ρ-value 1,000 > 0,05 maka dapat dinyatakan tidak ada hubungan bermakna antara beban kerja dengan stres kerja.
Selama pandemi COVID-19, seluruh lapisan
masyarakat mengalami peningkatan tingkat stres yang dapat memengaruhi kesehatan
mental. Pekerja termasuk salah satu yang dapat mengalami dampak psikososial
akibat ketidakpastian situasi kerja atau dari perubahan dalam proses dan
pengaturan kerja. Terdapat beberapa pekerja yang mengalami peningkatan beban
kerja dan/atau terbatasnya waktu istirahat selama pandemi COVID-19 ini. Beban
kerja yang tinggi dan kurangnya waktu istirahat dapat meningkatkan kelelahan
dan tingkat stres yang dialami oleh pekerja yang dapat berdampak negatif pada
keseimbangan kehidupan bekerja dan masalah kesehatan mental
Hasil penelitian menyatakan tidak ada hubungan
antara beban kerja terhadap stres kerja. Berdasarkan kondisi di lapangan, hal
ini dikarenakan para guru merasa memang awalnya terasa berat yang menjadikan
beban pekerjaan terasa berat yang mengakibatkan guru menjadi stres. Namun
seiring berjalannya waktu, guru -guru sudah terbiasa dengan peraturan dan
ketentuan baru dalam proses belajar mengajar sehingga pekerjaan yang dilakukan
terasa ringan atau beban kerja guru menjadi ringan.��
Hubungan antara
Rutinitas Kerja dengan Stres Kerja
Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh bahwa guru
yang merasakan rutinitas kerja tidak membosankan yang memiliki stress kerja
yaitu sebanyak 8 orang (61,5%), dan guru yang merasakan rutinitas membosankan
yang memiliki stress kerja yaitu sebanyak 15 orang (83,3%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai ρ-value 0,228 > 0,05 maka dapat dinyatakan tidak ada hubungan bermakna antara rutinitas kerja dengan stres kerja pada guru Guru
Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01 selama Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
tahun 2022.
Rutinitas pekerjaan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan terus menerus oleh seseorang dan kegiatan tersebut dilakukan terus
menerus dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga akhirnya kegiatan yang
dilakukan terus menerus tersebut dapat menjadi suatu kebiasaan yang sulit
ditinggalkan. Namun jika rutinitas tersebut dilakukan terus � menerus tidak ada
perubahan akan menjadi rutinitas pekerjaan yang monoton.� Rutinitas kerja yang monoton adalah pekerjaan
yang dilakukan secara berulang � ulang atau memiliki pola yang sama sehingga
dapat menimbulkan kebosanan. Rutinitas kerja yang monoton bisa terjadi karena
beban kerja kuanitatif yang sangat sedikit. Misalnya karena kemajuan teknologi
yang mengarah pada penyederhanaan pekerjaan sehingga banyak terjadi pengulangan
gerak yang dapat menimbulkan kebosanan.
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner didapatkan
hasil responden lebih banyak yang merasakan pekerjaan membosankan yang
mengakibatkan terjadinya stres kerja. Hal ini dikarenakan guru � guru merasa
kebingungan dengan kebijakan baru mengenai proses belajar mengajar, kemudian
guru harus membuat modul atau model pembelajaran yang baru, serta pekerjaan
tersebut dilakukan berulang � ulang setiap harinya dan tidak ada batasan waktu
dalam bekerja karena guru � guru harus aktif di Whatsapp maupun di media sosial
untuk pengumpulan tugas atau nilai hingga malam hari. Permasalahan �
permasalahan tersebut yang dikeluhkan oleh para guru yang mengakibatkan guru �
guru merasakan kebosanan hingga mengakibatkan guru mengalami stress kerja.�
Untuk mengurangi rutinitas pekerjaan yang
membosankan yang membuat guru mengalami stres kerja sebaiknya guru � guru bisa
melakukan kegiatan lain seperti berolahraga atau peregangan disaat waktu
istirahat atau waktu luang, membuat permainan di sela waktu jam pelajaran,
menciptakan suasana kelas menjadi lebih produktif contohnya berbagi cerita
mengenai kegiatan yang menyenangkan yang dilakukan setelah sekolah, atau
membuat prakarya yang mudah dan menyenangkan.
Hubungan antara
Hubungan Interpersonal dengan Stres Kerja
Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh bahwa guru
yang merasakan hubungan interpersonal baik yang tidak memiliki stress kerja
yaitu sebanyak 6 orang (60%), dan guru yang merasakan hubungan interpersonal
tidak baik yang memiliki stress kerja yaitu sebanyak 19 orang (90,5%). Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan diperoleh nilai ρ-value 0,006 < 0,05 maka
dapat dinyatakan ada hubungan
bermakna antara hubungan interpersonal dengan stres kerja pada guru Guru Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01
selama Pembelajaran Tatap Muka Terbatas tahun 2022.
Hubungan interpersonal adalah proses komunikasi
antara dua orang atau lebih. Hubungan interpersonal sangat penting untuk
perkembangan kepribadian seseorang. Hubungan interperseonal membantu dalam
pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan sosial. Melalui interaksi dengan
orang lain, kita belajar mengenai pengalaman, nilai, kebiasaan, dan gaya hidup
yang berbeda. Kita juga berbagi mengenai pengalaman dan nilai kehidupan dengan
orang lain. Melalui interaksi pula, orang akan paham mengenai perbedaan dan
persamaan yang ada di antara mereka.
Seorang tokoh psikologi (Willian Schutz) menegaskan bahwa hubungan interpersonal yang berkelanjutan tergantung dari seberapa baik hal tersebut berkaitan dengan tiga kebutuhan dasar yaitu afeksi, inklusif, dan kontrol. Dan tokoh psikologi (Abraham Mashlow) menyampaikan kebutuhan dasar harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum focus pada kebutuhan lain yang lebih abstrak yaitu seperti kebutuhan fisiologi, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk memiliki, kebutuhan mendapatkan harga diri, dan aktualisasi diri. Jadi, komunikasi sangat penting bagi semua aspek kehidupan manusia. Komunikasi manusia dapat mengekspresikan gagasan, perasaan, dan kesan orang lain. Komunikasi tidak hanya mendorong perkembangan manusia, namun juga menciptakan hubungan sosial yang sangat diperlukan dalam kelompok sosial manapun (Widana & Mustikayasa, 2022).
Hubungan yang baik antar anggota dari satu kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan individu dan organisasi. Sedangkan hubungan dan dukungan sosial yang kurang baik antara atasan dengan bawahan serta rekan kerja dapat mempengaruhi suasana di tempat kerja karena dapat menimbulkan ketegangan yang dapat menimbulkan stress. Perilaku yang kurang tenggang rasa dari atasan dapat menimbulkan rasa tertekan bagi pekerjaan yang dapat menimbulkan stres (Hafifah et al., 2022).
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diperoleh
ada hubungan yang bermakna antara hubungan interpersonal dengan stres kerja.
Beberapa guru mengatakan hal ini terjadi karena baik dengan sesama rekan
pengajar maupun dengan atasan saling memiliki kebiasaan bercanda dan sharing
terkait masalah pekerjaan (Yoto, 2012). Namun kebiasaan bercanda itu yang
terkadang membuat salah satu guru atau biasanya guru yang masih baru bekerja
merasa tersinggung yang menjadikan hubungan interpersonal menjadi tidak baik,
apalagi komunikasi yang dilakukan itu melalui media internet seperti pesan
singkat yang dapat terjadi kesalahpahaman saat membaca pesan. Permasalahan �
permasalahan tersebut yang mengakibatkan guru merasakan hubungan interpersonal
yang tidak baik yang mengakibatkan guru mengalami stress kerja.
Untuk mengurangi atau menghilangkan permasalahan
ini, sebaiknya pihak manajemen sekolah perlu melakukan berbagai tindakan
seperti menginformasikan kepada seluruh guru untuk lebih baik dalam
berkomunikasi antar guru saat melakukan komunikasi secara langsung maupun
melalui pesan singkat serta menegur langsung jika ada guru yang salah dalam
berbicara. Kemudian melakukan liburan atau rekreasi bersama untuk menciptakan
hubungan antar guru yang lebih baik lagi dan saling belajar mengenal karakter
masing � masing guru.
Hubungan antara
Lingkungan Kerja dengan Stres Kerja
Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh bahwa guru yang merasakan lingkungan kerja nyaman yang memiliki stress kerja yaitu sebanyak 8 orang (53,3%), dan guru yang merasakan lingkungan kerja tidak nyaman yang memiliki stress kerja yaitu sebanyak 15 orang (93,8%). Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan diperoleh nilai ρ-value 0,015 < 0,05 maka dapat dinyatakan ada hubungan bermakna antara lingkungan dengan stres kerja pada guru Guru Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01 selama Pembelajaran Tatap Muka Terbatas tahun 2022.
Kehidupan sosial psikologi dan fisik dalam organisasi yang berpengaruh terhadap pekerjaan karyawan dalam melakukan tugasnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah keadaan di sekitar para pekerja sewaktu pekerja melakukan tugasnya yang mana keadaan ini mempunyai pengaruh bagi pekerja pada waktu melakukan pekerjaannya dalam rangka menjalankan operasi perusahaan.�
Kondisi lingkungan kerja dapat dikatakan baik
apabila manusia yang berada di dalamnya dapat bekerja secara optimal dengan
nyaman dan aman, serta tidak menuntut tenaga dan waktu yang berlebihan (Manihuruk, 2020). Faktor terpenting yang menjadi fokus
dalam lingkungan kerja adalah keamanan dan keselamatan dalam upaya menjaga
kesehatan pekerja. Keamanan merujuk pada perlidungan fisik pekerja, sedangkan
kesehatan merujuk pada kebebasan pegawai dari rasa sakit fisik maupun
emosional. Maka dapat dikatakan lingkungan kerja yang kondusif dapat
meningkatkan kinerja pegawai. Lingkungan kerja yang tidak memadai dapat
menurunkan kinerja pegawai (Ibrahim et al., 2016).
Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah stress, sulit berkonsentrasi, dan menurunnya produktivitas kerja. Bayangkan saja jika ruang kerja tidak nyaman, sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja Karyawan (Badri, 2020).
Hasil dari penelitian didapatkan ada hubungan yang
signifikan antara lingkungan kerja dengan stres kerja. Perubahan lingkungan
kerja yang awalnya bisa bekerja dirumah ataupun dimana saja, lalu harus kembali
bekerja di sekolah yang menjadikan guru merasakan stress kerja. Beberapa guru
mengatakan bahwa lingkungan kerjanya yang kurang nyaman dengan penerangan yang
kurang, suhu ruangan yang kurang baik, serta sirkulasi udara yang kurang baik
yang menjadikan guru merasa tidak nyaman dan tidak fokus dalam bekerja sehingga
guru merasakan stres dalam bekerja.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, sebaiknya
pihak manajemen sekolah dapat memperbaiki fasilitas sarana dan prasarana yang
ada di sekolah contohnya memperbaiki penerangan di ruangan dengan penerangan
yang cukup, lalu memperbaiki sirkulasi dan suhu ruangan lebih baik lagi
sehingga guru � guru dapat fokus dan nyaman dalam bekerja sehingga dapat
mengurangi stres kerja yang dialami.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil uji univariat didapatkan
gambaran stres kerja pada guru Sekolah Dasar Negeri Pulogebang 01 selama
pembelajaran tatap muka terbatas tahun 2022 menyatakan bahwa proporsi tertinggi
yaitu stres kerja sedang. Kemudian gambaran rutinitas kerja proporsi tertinggi
yaitu rutinitas yang membosankan. Lalu gambaran hubungan interpersonal proporsi
tertinggi yaitu hubungan interpersonal yang tidak baik. Dan gambaran lingkungan
kerja proporsi tertinggi yaitu lingkungan kerja yang tidak nyaman. Berdasarkan
hasil uji bivariat didapat hasil yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara
hubungan interpersonal dengan stres kerja pada guru Sekolah Dasar Negeri
Pulogebang 01 selama pembelajaran tatap muka terbatas tahun 2022 dan terdapat
hubungan bermakna antara lingkungan kerja dengan stres kerja pada guru Sekolah
Dasar Negeri Pulogebang 01 selama pembelajaran tatap muka terbatas tahun 2022.
BIBLIOGRAFI
Arismunandar, A., Nurhikmah H, N. H., & Wahed, A.
(2020). Manajemen Stres Kerja Guru. Badan Penerbit Universitas Negeri
Makassar.
Badri,
I. A. (2020). Hubungan Beban Kerja Dan Lingkungan Kerja Dengan Stres Kerja
Perawat Ruangan Icu Dan Igd. Human Care Journal, 5(1), 379�390.
Hafifah,
R., Syuzairi, M., & Kusasi, F. (2022). Pelatihan Kerja, Stres Kerja,
Insentif Finansial Dan Insentif Non Finansial Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt
Telekomunikasi Indonesia Datel Tanjungpinang. Universitas Maritim Raja Ali
Haji.
Ibrahim,
H., Amansyah, M., & Yahya, G. N. (2016). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Stres Kerja Pada Pekerja Factory 2 Pt. Maruki Internasional Indonesia
Makassar Tahun 2016. Al-Sihah: The Public Health Science Journal.
Indra,
R., Christifera Lian, G., Abigail, J., Putri, I., Valencia, L., Sifra, E.,
Santoso, U., & Yosua, I. (2021). An Overview Of Work Stress And Coping Of
High School Teachers During Online Learning During The Pandemic Description
Work Stressor And Coping Strategies For High School Teacher During Online
Learning In Pandemic Situations. Mind Set Edisi Khusus Tin, 1(1),
63�86.
Leguminosa,
P., Nashori, F., & Rachmawati, M. A. (2017). Pelatihan Kebersyukuran Untuk
Menurunkan Stres Kerja Guru Di Sekolah Inklusi. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan, 5(2), 186�201.
Manihuruk,
C. P. (2020). Pengaruh Stres Kerja, Motivasi Kerja Dan Lingkungan Kerja
Terhadap Semangat Kerja Pegawai Pada Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
Labuhanbatu Utara.
Mattola,
M. P. (2020). Pengaruh Shift Kerja Terhadap Stres Kerja Dengan Kelelahan
Kerja Pada Pekerja Pt. Pln (Persero) Area Pare-Pare. Universitas
Hasanuddin.
Mudzakkir,
M., Risnasari, N., Nugraha, M. F. E., & Mawadha, S. A. (2021). Upaya
Pencegahan Penularan Covid-19 Pada Masyarakat Kab. Kediri. Kontribusi:
Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 56�65.
Https://Doi.Org/10.53624/Kontribusi.V2i1.85
Nasti,
B., Putri, A. R., Pendidikan, F., & Padang, U. N. (2022). The Role Of
The Teacher In The Happy Of Singing The National Song To Increase The Love Of
The Country In Elementary School Students Peran Guru Dalam Pembiasaan
Menyanyikan Lagu Nasional Untuk Meningkatkan Rasa Cinta Tanah Air. 10(2),
136�143.
Putro,
T. A. D., Ajeng, N., & Qomariyah, O. (2020). Stres Kerja, Keterlibatan
Kerja Dan Intensi Turnover Pada Generasi Milenial. Psikostudia: Jurnal
Psikologi, 9(2), 154�163.
Robosa,
J., Ercie Paras, N., Perante, L., Alvez, T., & Tus, J. (2021). The
Experiences And Challenges Faced Of The Public School Teachers Amidst The
Covid-19 Pandemic : A Phenomenological Study In The Philippines. International
Journal Of Advance Research And Innovative Ideas In Education, 7(1),
1342�1361. Https://Doi.Org/10.6084/M9.Figshare.14028833.V1
Widana,
I. K., & Mustikayasa, G. (2022). Pola Komunikasi Interpersonal Antara Guru
Dan Siswa Siswi Di Sd Negeri 1 Tajun. Comment: Jurnal Mahasiswa Prodi Ilmu
Komunikasi, 1(2).
Yoto,
Y. (2012). Model Kepemimpinan Kepala Sekolah Pada Sekolah Menengah Kejuruan
(Sebuah Kajian Teoritis). Jurnal Teknik Mesin, 17(2).
杜彬陶沙 卢静 李媛媛 马磊磊 王翠翠, & Amaliyyah, R. (2021). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析title. February,
6.