LAPORAN
KASUS: MODALITAS CT SCAN DALAM MENDETEKSI RENAL CELL CARSINOMA (RCC)
Gede Hermawan1, Diah Savitri1,
Ni Nyoman Inten Lestari2
Dokter
Spesialis Departemen Radiologi, RSUD Bali Mandara1
Dokter Magang
Departemen Radiologi, RSUD Bali Mandara2
Email:
[email protected], [email protected],
Kata Kunci: CT
Scan, Renal Cell Carsinoma (RCC). |
ABSTRAK Renal Cell Carsinoma (RCC) merupakan tumor terbanyak ketiga setelah
tumor prostat dan tumor kandung kemih dengan insidensi sekitar 208.500 (2%)
dari keseluruhan keganansan di dunia.�
Insidensi kanker ginjal di Indonesia mencapai 3/100.000 penduduk
dengan perbandingan pria dan wanita 3,2:1.
Dilaporkan pasien wanita, usia 52 tahun datang dengan keluhan keluhan mual,
perut terasa kembung dan membesar sejak 2 tahun, terasa keras dan sulit untuk
BAB. Dari pemeriksaan fisik abdomen teraba masa ukuran kurang lebih 15 cm,
konsistensi padat, permukaan tegas, nyeri tekan minimal. Dari pemeriksaan
laboratorium ditemukan penurunan hemoglobin sehingga terjadi anemia dan
peningkatan fungsi hati yang mengarah pada gejala sindroma paraneuplastik.
Pada pemeriksaan foto BOF dicurigai massa abdomen di cavum abdomen kiri dan
pada pemeriksaan CT Scan abdomen menunjukkan massa berasal dari pole bawah
ginjal kiri yang sudah menginvasi organ lain di luar fasia gerota dan kesan
sudah menginfiltrasi ke adrenal gland kiri sesuai gambaran Renal Cell
Carsinoma (RCC) kiri, T4 N1 Mx. CT scan dipilih karena mampu digunakan untuk
mendeteksi, mendiagnosis dan menilai karakteristik dari massa yang ditemukan. |
Keywords: CT Scan, Renal Cell Carcinoma (RCC). |
ABSTRACT Renal Cell Carcinoma (RCC) is the third most common tumor after
prostate and bladder tumors with an incidence of about 208,500 (2%) of all
malignancies in the world. The incidence of kidney cancer in Indonesia
reaches 3/100,000 population with a male to female ratio of 3.2:1. It was
reported that the patient, a woman, aged 52 years, came with complaints of
nausea, abdominal bloating and enlarged since 2 years, solid and difficult to
defecate. From physical examination, the abdomen was palpable with a mass of
approximately 15 cm in size, solid consistency, firm surface, minimal
tenderness. The laboratory examination found a decrease in hemoglobin
resulting in anemia and an increase in liver function leading to the symptoms
of paraneuplastic syndrome. On BOF examination, an abdominal mass was
suspected in the left abdominal cavity and a CT scan of the abdomen showed a
mass originating from the lower pole of the left kidney which had invaded
other organs outside Gerota's fascia and had the impression that it had
infiltrated the left adrenal gland according to the left Renal Cell Carcinoma
(RCC), T4 N1 Mx. CT scan was chosen because it can be used to detect, diagnose
and assess the characteristics of the masses found. |
Info Artikel |
Artikel
masuk 27 Oktober 2022, Direvisi 15 November 2022, Diterima 20 November 2022 |
INTRODUCTION
Ginjal adalah sepasang
organ yang letaknya di belakang rongga peritoneum.�Ginjal berfungsi sebagai
filtrasi, metabolisme dan ekskresi. Seperti organ tubuh yang lainnya,
ginjal juga bisa mengalami karsinoma atau kanker (Sjamsuhidajat & Jong, 2017). Kanker atau tumor merupakan
pertumbuhan sel atau jaringan yang terus menerus dan tidak dapat dikendalikan.
Sel kanker dapat masuk ke sekitar dan dapat menyebabkan penyebaran metastasis (Kemenkes RI, 2013).
Renal Cell Carsinoma
(RCC) merupakan tumor terbanyak ketiga setelah tumor prostat dan tumor kandung
kemih dengan insidensi sekitar 208.500 (2%) dari keseluruhan keganansan di
dunia.� Insidensi kanker ginjal di Indonesia mencapai
3/100.000 penduduk dengan perbandingan pria dan wanita 3,2:1.
Karsinoma sel ginjal merupakan 3% dari seluruh tumor ganas pada orang dewasa
yang ditemukan pada umur 40-70 tahun (Ljungberg et al., 2010)
Gejala trias klasik
dari Renal Cell Carsinoma (RCC) meliputi nyeri pinggang, gross hematuria, dan
teraba masa di abdomen.�Gejala yang sering timbul pada
sindroma paraneoplastik adalah hipertensi, berat badan menurun, demam,
neuromiopati, amiloidosis, peningkatan laju endap darah, anemia, gangguan
fungsi hati, hiperkalsemia, polisitemia, dan lain-lain (Purnomo, 2011). Sedangkan
Gejala metastase seperti nyeri tulang, nodul paru. Sekitar 50% kasus
karsinoma sel renal ditemukan secara kebetulan dengan semakin berkembangnya
pemeriksaan ultrasonografi, computed tomography (CT), dan magnetic resonance
imaging (MRI) (Jemal et al., 2007).
Untuk menentukan
diagnosis Renal Cell Carsinoma (RCC) diperlukan anamnesis terkait tanda dan
gejala, pencitraan dan biopsi.�Laporan kasus ini
bertujuan untuk melaporkan pemeriksaan penunjang khususnya CT Scan dalam mendiagnosis Renal Cell Carsinoma (RCC).
LAPORAN KASUS
Pasien wanita, usia 52 tahun datang dengan keluhan perut terasa kembung dan
nyeri sejak sehari sebelum masuk rumah sakit dan tidak membaik sampai saat ini.
Keluhan disertai mual, tetapi tidak muntah, perut juga terasa
keras. Sebelumya pasien mencoba untuk BAB namun hanya
bisa sedikit. Pasien mengatakan terdapat benjolan pada perut sejak 2 th dan dirasakan semakin membesar.
Pada pemeriksaan fisik, pasien
tampak lemah, tekanan darah 116/74 mmHg, nadi 70x/menit, laju napas 20x/menit,
suhu 370C, saturasi oksigen 99%. Mata, hidung, mulut dan
leher tampak normal. Pada regio thorak, paru dan
jantung tampak normal. Pada regio abdomen teraba masa
ukuran kurang lebih 15 cm, konsistensi padat, permukaan tegas, nyeri tekan
minimal.
Pada pemeriksaan awal tgl
13/09/22 dilakukan pemeriksaan penunjang darah lengkap menunjukkan; Wbc :
14.000 u/L, Hb : 8,8 g/DL, Hct : 26,5%, Rbc :3,29 106u/L, Fungsi hati
menunjukkan; SGOT: 259 U/L, SGPT: 12 U/L, Faal Ginjal: dbn, dan dilakukan foto
polos abdomen (BOF) (Gambar 1): ditemukan gambaran ground glass appearance di
cavum abdomen kiri yang mendesak gas usus ke sisi medial kanan dan inferior
curiga massa abdomen. Saat ini tidak tampak gambaran ileus
obstruksi.
Gambar 1.�Foto polos abdomen (BOF)
Setelah dirawat inap, dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut tgl 14/09/22, yaitu pemeriksaan CT Scan
abdomen pelvis tanpa dan dengan kontras (Gambar 2): Tampak bulging soft tissue
mass retroperitoneal (dominan sisi kiri) batas tegas, tepi irreguler dengan uk.
berkisar 20.2 x 20.8 x 25.3 cm. Pada pemberian kontras
tampak heterogenous contrast enhancement. Massa tampak
berasal dari pole bawah ginjal kiri dan kesan sudah menginfiltrasi adrenal
gland kiri. Tampak destruksi pole bawah pelviocalyceal
system ginjal kiri. Calyx-ectasis pole atas dan interpole ginjal kiri. Massa tampak mengencasement dan menginvasi vena renalis kiri.
Massa tampak mendesak dan menyempitkan vena cava inferior di bawah diafragma,� tampak dilatasi
turtous dari vena lienalis kiri. Massa tampak diliputi cairan
bebas, cairan bebas ini meluas ke cavum pelvis. Tampak multiple enlarged
lymphnode pada renal hilar kanan kiri, pre aortic, paraaortic, interaortocaval,
paracaval. (Temuan pada CT�
Scan abdomen diatas sesuai gambaran Renal Cell Carsinoma (RCC)
kiri, T4 N1 Mx).
Gambar 2.� (a) (b) (c) Tampak bulging� soft�
tissue mass� retroperitoneal� (dominan�
sisi� kiri) batas� tegas,�
tepi� irreguler� dengan�
uk. berkisar� 20.2� x� 20.8� x�
25.3� cm. Massa� tampak berasal� dari�
pole� bawah� ginjal�
kiri� dan kesan sudah menginvasi
fascia gerota dan menginfiltrasi adrenal gland kiri.
Gambar 3.� (a) (b)�� Tampak Calyx-ectasis pole atas dan interpole
ginjal kiri (tanda panah). Tampak destruksi pelviocalyceal
system pole bawah ginjal kiri (mata panah) pada gambar (c).
Gambar 4.�Massa tampak mendesak� dan menyempitkan� vena�
cava� inferior di bawah diafragma
(tanda panah).
Gambar 5.�(a) (b) (c) Massa
tampak mengencasement dan menginvasi vena renalis kiri (tanda panah).
Kanker atau tumor merupakan
pertumbuhan sel atau jaringan yang terus menerus dan tidak dapat dikendalikan (Kemenkes RI, 2013). Tumor ginjal dapat berasal dari tumor primer di
ginjal atau pun merupakan tumor sekunder yang berasal dari metastasis keganasan
di tempat lain (Melisa et al., 2016). Sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat)
adalah kanker, sedangkan kista (rongga berisi cairan) atau tumor biasanya
jinak. Pada orang dewasa, jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukan
adalah karsinoma sel ginjal (adenokarsinoma renalis, hipernefroma) yang berasal
dari sel-sel yang melapisi tubulus renalis (Febriani, 2013). Pada pemeriksaan fisik pada pasien ini
didapatkan massa dengan konsistensi yang padat dimana sesuai uraian diatas
mengarah pada kanker.
Gejala trias klasik Karsinoma sel renal, yakni nyeri pinggang, gross hematuria, dan teraba massa di abdomen jarang ditemukan (6-10%). Sindroma paraneoplastik ditemukan pada sekitar 30% penderita tumor karsinoma sel renal simtomatis. Gejala yang sering timbul pada sindroma paraneoplastik adalah hipertensi, berat badan menurun, demam, neuromiopati, amiloidosis, peningkatan laju endap darah, anemia, gangguan fungsi hati, hiperkalsemia, polisitemia, dan lain-lain. Sedangkan gejala metastasis yang dapat dirasakan berupa nyeri tulang atau nodul paru (Ljungberg et al., 2010); (Purnomo, 2011). Pada Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah urinalisis, kadar hemoglobin, laju endap darah, fosfatase alkali, kalsium serum, LDH, fungsi ginjal, fungsi hati dan fungsi koagulasi (Ljungberg et al., 2010); (Motzer et al., 2022); (Campbell, 2007). Split Glomerular Filtration Rate (GFR) sebaiknya diperiksa pada kasus ginjal soliter atau tumor ginjal bilateral bila fasilitas tersedia.7 Bila ditemukan keluhan hematuri, maka work-up hematuria seperti sitologi sebaiknya dilakukan (Motzer et al., 2017).
Pada pasien
ini dari gejala trias klasik yang muncul yaitu, teraba masa pada abdomen dan
terasa nyeri. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan pasien ini anemia,
dan terjadi�
peningkatan fungsi hati sehingga dapat dikatakan pasien ini sudah
timbul gejala dari sindroma paraneuplastik
Pencitraan
yang dapat digunakan untuk mendeteksi, mendiagnosis dan menilai karakteristik
tumor ginjal adalah ultrasound, CT scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Pada pemeriksaan foto thoraks atau CT thoraks dilakukam untuk dapat mendeteksi
metastasis.14 Peranan CT scan penting dalam keakuratan untuk penilaian lesi
kompleks kistikatau solid. Dengan menggunakan teknik dan prosedur yang tepat,
CT scan dianggap sebagai pemeriksaan yang akurat dan mampu mendeteksi massa renal hingga mencapai sensitivitas 100% dan
spesisifitas 95%. Kemampuan CT Scan dan MRI dalam menentukan stadium
menggunakan sistem TNM memiliki akurasi yang hampir sama pada keganasan ginjal (Bradley & Lim, 2014); (Nazim et al., 2011).
CT scan dan MRI dapat digunakan untuk menentukan karakteristik dari massa renal. CT scan atau MRI dinilai mampu mendiagnosis karsinoma sel renal, tetapi tidak dapat membedakan oncocytoma dan angiomyolipoma (AML) bebas lemak dari keganasan ginjal. CT scan abdomen dapat memberikan informasi mengenai:
1.
1.Fungsi dan morfologi ginjal contralateral;
2.
Ekstensi tumor primer;
3.
Keterlibatan vena;
4.
Pembesaran limponodi lokoregional;
5. Kondisi glandula adrenal beserta organ lainnya. MRI diindikasikan untuk pasien yang alergi media kontras dan ibu hamil tanpa adanya gagal ginjal.
Tabel 1. Klasifikasi TNM menurut American Joint Committe on Cancer (AJCC)
2010.14
T�Tumor�Primer |
|
Tx |
Tumor�primer�tidak�dapat�dinilai |
T0 |
Tidak�ada�bukti�tumor�primer |
T1 |
Tumor�dengan�ukuran�≤7�cm�pada�ukuran�terbesar,�terbatas�pada�ginjal |
T1a |
Tumor�dengan�ukuran�≤4�cm�pada�ukuran�terbesar |
T1b |
Tumor�>4�cm�tetapi�≤7�cm�pada ukuran�terbesar |
T2 |
Tumor�>7�cm�pada�ukuran�terbesar,�terbatas pada�ginjal |
T2a |
Tumor�>7�cm�tetapi�≤10�cm�pada�ukuran�terbesar |
T2b |
Tumor�>10�cm |
T3 |
Tumor�meluas�ke�vena�besar�atau�jaringan�perinefrik�tetapi�tidak�masuk�ke�kelenjar adrenal ipsilateral �dan tidak melewati fasia gerota |
T3a |
Tumor
terlihat meluas ke vena renalis, atau ke cabang segmentalnya (memiliki otot),
atau tumor menginvasi perirenal dan/atau�lemak�sinus�renal�tetapi�tidak�melewati�fasia�gerota. |
T3b |
Tumor�terlihat�meluas�ke�vena�kava�dibawah�diafragma |
T3c |
Tumor�terlihat�meluas�ke�vena�kava�diatas�diafragma�atau�menginvasi�dinding�dari�vena�kava. |
T4 |
Tumor�menginvasi�diluar�fasia�gerota�(termasuk�ekstensi�dengan�kelenjar�adrenal�ipsilateral). |
N�Kelenjar�getah�bening regional |
|
Nx |
KGB�regional�tidak�dapat�dinilai |
N0 |
Tidak�ada�metastasis�ke�KGB�regional |
N1 |
Metastasis�kesebuah�KGB�regional |
M�Metastasis�jauh |
|
M0 |
Tidak�ada�metastasis�jauh |
M1 |
Ditemukan�metastasis�jauh |
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan CT Scan abdomen tanpa dan dengan kontras pada tanggal 14/09/22 setelah ditemukan gambaran ground glass appearance di cavum abdomen kiri yang mendesak gas usus ke sisi medial kanan dan inferior curiga massa abdomen, dan saat ini tidak tampak gambaran ileus obstruksi pada foto polos abdomen (BOF). Pada pemeriksaan CT Scan abdomen dan pelvis tanpa dan dengan kontras ditemukan: Tampak bulging soft tissue mass retroperitoneal (dominan sisi kiri) batas tegas, tepi irreguler dengan uk. berkisar 20.2 x 20.8 x 25.3 cm. Pada pemberian kontras tampak heterogenous contrast enhancement. Massa tampak berasal dari pole bawah ginjal kiri dan kesan sudah menginfiltrasi adrenal gland kiri. Tampak destruksi pole bawah pelviocalyceal system ginjal kiri. Calyx-ectasis pole atas dan interpole ginjal kiri. Massa tampak mengencasement dan menginvasi vena renalis kiri. Massa tampak mendesak dan menyempitkan vena cava inferior di bawah diafragma, tampak dilatasi turtous dari vena lienalis kiri. Massa tampak diliputi cairan bebas, cairan bebas ini meluas ke cavum pelvis. Tampak multiple enlarged lymphnode pada renal hilar kanan kiri, pre aortic, paraaortic, interaortocaval, paracaval. (Temuan pada CT Scan abdomen diatas sesuai gambaran Renal Cell Carsinoma (RCC) kiri, T4 N1 Mx), dimana tumor sudah menginvasi organ lain di luar fasia gerota dan kesan sudah menginfiltrasi ke adrenal gland kiri, sedangkan untuk metastasis jauh perlu di lakukan pemeriksaan thorak/CT Thorak.
CONCLUSION
Telah dilaporkan pasien wanita, usia 52 tahun, dengan diagnosa awal curiga masa intra abdomen dari keluhan� awal datang, pemeriksaan laboratorium dan foto polos abdomen (BOF). Sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut yaitu, CT Scan abdomen untuk mendeteksi, mendiagnosis dan menilai karakteristik dari masa tersebut. Dan pada kasus ini CT Scan dapat mendeteksi adanya Renal Cell Carsinoma (RCC) sesuai klasifikasi TNM menurut American Joint Committe on Cancer (AJCC).
BIBLIOGRAPHY
Bradley, A. J., & Lim, Y. Y. (2014). Imaging of
renal masses and staging of renal tumours. Imaging, 23(1),
20110081. https://doi.org/10.1259/img.20110081.
Campbell.
(2007). Renal tumors. Campbell�s Urology, 2, 1567�1637.
Febriani,
D. (2013). Asuhan Keperawatan Klien dengan Tumor Ginjal.
Jemal,
A., Siegel, R., Ward, E., Murray, T., Xu, J., & Thun, M. J. (2007). Cancer
Statistics. CA: A Cancer Journal for Clinicians, 57(1), 43�66.
https://doi.org/10.3322/canjclin.57.1.43.
Kemenkes
RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Ljungberg,
B., Cowan, N. C., Hanbury, D. C., Hora, M., Kuczyk, M. A., Merseburger, A. S.,
Patard, J.-J., Mulders, P. F. A., & Sinescu, I. C. (2010). EAU guidelines
on renal cell carcinoma: the 2010 update. European Urology, 58(3),
398�406.
Melisa,
J., Monoarfa, A., & Tjandra, F. (2016). Profil penderita karsinoma sel
ginjal (renal cell carcinoma) di RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado periode
2013-2015. E-CliniC, 4(2).
https://doi.org/10.35790/ecl.v4i2.14501.
Motzer,
R. J., Jonasch, E., Agarwal, N., Alva, A., Baine, M., Beckermann, K., Carlo, M.
I., Choueiri, T. K., Costello, B. A., & Derweesh, I. H. (2022). Kidney
cancer, version 3.2022, NCCN clinical practice guidelines in oncology. Journal
of the National Comprehensive Cancer Network, 20(1), 71�90.
https://doi.org/10.6004/jnccn.2022.0001.
Motzer,
R. J., Jonasch, E., Agarwal, N., Bhayani, S., Bro, W. P., Chang, S. S.,
Choueiri, T. K., Costello, B. A., Derweesh, I. H., & Fishman, M. (2017).
Kidney cancer, version 2.2017, NCCN clinical practice guidelines in oncology. Journal
of the National Comprehensive Cancer Network, 15(6), 804�834.
https://doi.org/10.6004/jnccn.2017.0100.
Nazim,
S. M., Ather, M. H., Hafeez, K., & Salam, B. (2011). Accuracy of
multidetector CT scans in staging of renal carcinoma. International Journal
of Surgery, 9(1), 86�90. https://doi.org/10.1016/j.ijsu.2010.07.304.
Purnomo,
B. B. (2011). Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: CV Sagung Seto.
Sjamsuhidajat,
R., & Jong, W. De. (2017). Saluran kemih dan alat kelamin lelaki. In Buku
Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Copyright holder: Gede
Hermawan, Diah Savitri, Ni Nyoman Inten Lestari
(2022) |
First publication right: Jurnal Health Sains |
���� This article is licensed
under the following: |