Jurnal Health Sains : p–ISSN: 2723-4339 e-ISSN : 2548-1398

Vol. 1, No. 5, November 2020                                           

 

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA SKIZOFRENIA

 

Egyi Dian Setyaji, Avicena Sakufa Marsanti, Riska Ratnawati

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Bhakti Husada Mulia Madiun, Jawa Timur, Indonesia Email: [email protected], [email protected], [email protected]


INFO ARTIKEL                       ABSTRAK


Tanggal diterima: 2 November 2020

Tanggal revisi: 20 November                2020

  Tanggal yang diterima:

  25 November 2020                  

    Kata kunci:

Skizofrenia; Dukungan keluarga; Dukungan tenaga kesehatan.


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia. Penelitian ini menggunakan designcross sectional. Penelitian ini menggunakan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 53 orang. Uji statistik yang digunakan chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% .Dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan memberikan hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan minum obat penderita skizofrenia (p = 0,005 dan p = 0,007), yang berarti ada hubungan antara dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia. Diharapkan agar keluarga dan tenaga kesehatan memberikan dukungannya agar penderita skizofrenia menyadari pentingnya patuh minum obat supaya penderita


                                                   tidak mengalami kekambuhan.                                            

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jurnal Health Sains Vol. 1, No. 5, November 2020                                                         281


Pendahuluan

Skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan distorsi khas proses pikir, waham yang kadang-kadang aneh, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya, dan autisme. Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia dewasa muda atau remaja akhir (Elvira et al., 2013).

Skizofrenia merupakan kegagalan dalam mengintegrasikan emosi, pikiran, dan tindakan pada individu yang dimulai pada masa remaja atau masa dewasa awal, gejala- gejala yang ada pada skizofrenia tergolong kompleks dan terkadang saling tumpang tindih dengan   gangguan   jiwa   lainnya, tidak hanya itu namun selama perjalanannya gejala gangguan skizofrenia sering berubah- ubah. (Pinel, 2015)

Menurut data WHO (2016) terdapat sekitar 60 juta orang terkena bipolar, 35 juta orang terkena depresi, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) prevalensi skizofrenia meningkat tajam menjadi 8,4%. Prevalensi skizofrenia di jawa timur sebesar 6,4%. Berdasarkan data BPS jumlah penduduk jawa timur sebanyak 39,5 juta jiwa, yang berarti jumlah penderita skizofrenia di jawa timur sebanyak 2,7 juta orang.(Riskesdas, 2013; Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018)

Jumlah penderita gangguan jiwa di

Kota Madiun terbilang rendah dibandingkan dengan kota-kota besar lainnya di jawa timur, akan tetapi jumlah penderita gangguan jiwa di Kota Madiun mengalami peningkatan pesat.Profil kesehatan Kota madiun menunjukkan jumlah kunjungan pasien gangguan jiwa di puskesmas pada tahun 2015


sebesar 551 pasien, tahun 2016 sebesar 507 pasien, dan tahun 2017 sebesar 2.154 pasien.

Puskesmas Oro-oro ombo memiliki jumlah kunjungan pasien gangguan jiwa terbanyak yaitu 474 pasien diikuti puskesmas banjarejo sebanyak 462 pasien dan puskesmas patihan sebanyak 406 pasien. Data penilaian kinerja puskesmas Oro-Oro Ombo tahun 2018 menunjukkan jumlah kunjungan penderita skizofrenia sebanyak 63 pasien.

Penyebab skizofrenia terdiri dari faktor biologis, faktor sosial dan faktor psikologis. Penyebab yang berasal dari faktor biologis seperti genetika dan neuropatologi. Kelas sosial juga dapat menjadi faktor sosial penyebabmskizofrenia. Kelas sosial yang rendah dapat menjadi suatu kerentanan individu mudah terkena skizofrenia. Sedangkan faktor psikologis yang menjadi penyebab skizofrenia adalah kejadian atau peristiwa dalam hidup yang menimbulkan suatu tekanan dan faktor keluarga.(Oltmanns, 2012)

Penderita skizofrenia dapat mengalami kekambuhan apabila tidak patuh minum obat secara teratur. Meskipun kepatuhan minum obat tidak menyembuhkan dan tidak mengurangi kekambuhan secara total akan tetapi kepatuhan minum obat dapat meningkatkan waktu remisi penderita dan gejala yang dialami tidak terlalu parah.

Kepatuhan pengobatan pada penderita skizofrenia dipengaruhi oleh penderitasendiri, dukungan keluarga, dukungan sosial, dan dukungan petugas kesehatan. Penderita skizofrenia yang menjalankan program pengobatan rawat jalan memerlukan dukungan dari keluarga untuk mematuhi program pengobatan. Keberhasilan pengobatan yang dilakukan di rumah sakit tidak akan berguna jika keluarga tidak ikut serta dalam tindakan keperawatan di rumah. Keluarga dapat mengurangi ketidakpatuhan minum obat penderita skizofrenia yang dilakukan terus menerus.


 


Dukungan keluarga memiliki peranan penting terhadap kepatuhan minum obat penderita skizofrenia. Pemberian nasehat atau informasi, bantuan tindakan atau materi yang diberikan akan membuat penderita skizofrenia merasa diperhatikan sehingga akan meningkatkan motivasi penderita untuk patuh terhadap program pengobatannya. (Friedman, 2010)

Dukungan petugas kesehatan sangat dibutuhkan dalam mempengaruhi kepatuhan pengobatan pasien dan memberikan informasi kepada keluarga maupun penderita skizofrenia. Dukungan mereka berguna terutama saat pasien menghadapi bahwa perilaku sehat yang baru tersebut merupakan hal yang penting, begitu juga mereka dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien, dan secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu beradaptasi dengan program pengobatannya.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh kristiani,dkk (2017) dengan sampel sebanyak

72 mengatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat. Lebuh lanjut penelitian Sandra (2018) dengan responden sebanyak 33 menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat. Penelitian yang dilakukan Dame (2019) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan tenaga kesehatan dengan kepatuhan minum obat penderita skizofrenia.

Berdasarkan    uraian    diatas    peneliti


skizofrenia di UPT Puskesmas Oro-Oro Ombo Kota Madiun.

 

Metode Penelitian

Jenis penelitian merupakan penelitian metode penelitian kuantitatif dengan rancangan/desain penelitian cross sectional dimana peneliti hanya melakukan pengamatan (observasi) dan pengukuran variable hanya pada satu waktu tertentu saja.(Setiawan D, 2015)

Populasi dan sampel penelitian ini adalah seluruh penderita skizofrenia yang ada di Kota Madiun. Dengan jumlah sebanyak 53 jiwa.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan metode wawancara yang berisikan pertanyaan- pertanyaan dari variable dukungan keluarga, dukungan tenaga kesehatan, dan kepatuhan minum obat. Analisis yang digunakan menggunakan uji non parametrik, denganmenggunakan Uji Chi-square.

 

 

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Hasil Penelitian

1.   Analisis Univariat

 

 

Tabel 1 Karakteristik Responden


 

Pertanyaan      Jawaban           Jumlah   Perse

ntase (%)


tertarik untuk meneliti hubungan dukungan                                                                          

keluarga dan   dukungan   tenaga   kesehatan


dengan kepatuhan minum obat pada penderita


Usia                 ≤ 25                   4               7,5


 

                 


 

26 – 45


30            56,6


   Mendukung                          

Total          34         19


(1,896-


≥ 46


19            35,8

67,9


Sumber: Data Primer menggunakan SPS2S3,,025062)0

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui


JenisKelamin    Laki-laki             36

Perempuan          17

Pekerjaan         Tidakbekerjan      37

Karyawan swasta 12

Wiraswasta          3

Polisi                  1

Sumber : Data Sekunder 2020


 

32,1

 

 

69,8

 

 

22,6

 

 

5,7

 

 

1,9


bahwa lebih banyak kelompok responden mendapat dukungan keluarga yang patuh minum obat yaitu sebanyak 27 orang. Hasil analisis bivariate diatas didapatkan variabeld ukungan keluarga memiliki ρ- value 0,005 < 0,05) yang artinya dukungan keluarga mempengaruhi perilaku pencarian pengobatan pada penderita skizofrenia. Hasil tersebut didukung dengan nilai RP (95% CI) = 6,612 (1,896- 23,056) yang artinya penderita skizofrenia dengan dukungan keluarga baik memiliki risiko 6 kali lebih besar untuk patuh minum obat daripada penderita skizofrenia yang tidak mendapat dukungan keluarga.


 


Berdasarkan hasil dari tabel 1, bahwa karakteristik 53 responden yang diteliti meliputi usia, jenis kelamin, dan pekerjaan. Untuk usia 26-45 tahun lebih dominan dengan jumlah persentase 56,6%. Untuk jenis kelamin yang lebih dominan yaitu laki-laki dengan persentase 67,9%. Untuk pekerjaan yang paling banyaktidak bekerja dengan persentase


 

 

 

 

Tabel 3

Hasil Analisis Uji Chi-Square Variabel Dukungan Tenaga Kesehatan


69,8%.

2.   Analisis Bivariat


Dukungan

Tenaga Kesehatan


Kepatuhan

    Minum Obat Patuh Tidak

Patuh


ρ-

value


RP

(95% CI)


Tabel 2


     Mendukung       28          8     


6,417


Hasil Analisis Uji Chi-Square Variabel


Tidak


6          11


0,007


(1,806-


Dukungan Keluarga


     Mendukung                           


22,794)


Dukungan Keluarga


Kepatuhan

    Minum Obat Patuh  Tidak

Patuh


ρ- value


RP (95

% CI)


Total           34         19

Sumber : Data Primer Menggunakan SPSS,2020

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui


   Mendukung    27            7      0,005      6,612

Tidak         7            12


bahwa lebih banyak kelompok responden



 


mendapatd ukungan tenaga kesehatan yang patuh minum obat yaitu sebanyak 28 orang. Hasil analisis bivariate diatas didapatkan variable sikap memiliki ρ- value 0,007 < 0,05) yang artinya dukungan tenaga  kesehatan mempengaruhi kepatuhan minum obat pada penderita skizofrenia. Hasil tersebut didukung dengan nilai RP (95% CI) = 6,417 (1,806-22,794) yang artinya responden yang mendapat dukungan tenaga kesehatan memiliki risiko 6 kali lebih besar untuk patuh minum obat daripada responden yang tidak mendapat dukungan tenaga kesehatan.

 

B.   Pembahasan

1.              Dukungan              Keluarga Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Skizofrenia

Berdasarkan data hasil uji univariat dapat diketahui bahwa sebagian besar penderita skizofrenia di UPT Puskesmas Oro-Oro Ombo berjenis kelamin laki-laki, berusia dewasa, dan tidak memiliki pekerjaan. Jumlah penderita skizofrenia berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 67,9%. Kejadian skizofrenia pada laki- laki cenderung lebih besar dibandingkan perempuan. Meta- analisis menujukkan bahwa skizofrenia pada laki-laki 1,5 kali lebih besar dibandingkan perempuan. Hal yang mendasari meta-analisis tersebut adalah karena adanya pengaruh hormon estrogen. Pada perempuan hormon estrogen berperan sebagai psikoprotektif. (Oltmanns, 2012)

Penderita skizofrenia di UPT Puskesmas Oro-

Oro Ombo sebagian besar berusia dewasa


yaitu antara umur 26 – 45 tahun dengan jumlah 56,6%. Usia dewasa kemungkinan berisiko 1,8 kali lebih besar terkena skizofrenia dibandingkan dengan usia lainnya (Erlina, Suwardi, 2010). Pada usia dewasa, seseorang cenderung memiliki tuntutan dalam kehidupannya seperti kebutuhan akan kehidupannya, pekerjaan, dan lain-lain yang dapat menyebabkan stress yang berlebihan pada seseorang. Keadaan tersebut membuat seseorang lebih mudah terkena skizofrenia.Insiden skizofrenia lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan dan lebih besar di daerah urban dibandingkan daerah rural. (Kaplan and Sadock, 2010)

Pada usia dewasa, seseorang cenderung memiliki tuntutan dalam kehidupannya seperti kebutuhan akan kehidupannya, pekerjaan, dan lain-lain yang dapat menyebabkan stress yang berlebihan pada seseorang. Keadaan tersebut membuat seseorang lebih mudah terkena skizofrenia(Dorland, 2014).

Penderita skizofrenia di UPT Puskesmas Oro-Oro Ombo sebagian besar tidak bekerja dengan jumlah 69,8%. Kuatnya stigma dimasyarakat bahwa penderita skizofrenia tidak mampu bekerja membuat penderita skizofrenia tidak memiliki pekerjaan.

Hasil penelitian mengenai kepatuhan minum obat penderita skizofrenia di UPT Puskesmas Oro- Oro Ombo diketahui bahwa sebagian besar penderita skizofrenia patuh minum obat yaitu sebanyak 34 orang (64,2%). Kepatuhan minum obat sangat penting untuk untuk penderita skizofrenia agar klien boleh sembuh dan mencegah kekambuhan terjadi. Kepatuhan minum obat meliputi ketepatan perilaku seorang individu


 


dengan nasehat medis, penggunaan obat sesuai dengan petunjuk, serta mencakup penggunaan pada waktu yang benar (CJP, 2013). Kepatuhan pengobatan merupakan salah satu keberhasilan terapi. Pasien yang tidak patuh dalam pengobatan akam memiliki resiko kekambuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang patuh minum dalam pengobatan. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kekambuhan pasien skizofrenia adalah tingkat kepatuhan minum obat pasien tersebut.

2.              Dukungan              Keluarga Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat

Berdasarkan hasil uji Chi- square diperoleh nilai ρ-value = 0,005 dengan α = 0,05sehingga diketahui ρ- value < α , yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita skizofrenia.

Keluarga dapat mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan dapat mengurangi godaan terhadap ketidakpatuhan.                                       Mengurangi terjadinya complience atau adhrence pada klien skizofrenia yang sedang menjalankan proses pengobatan sangat penting untuk melibatkan keluarga guna mendukung klien agar selalu patuh berobat (Niven, 2012). Dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam mengantisipasi kekambuhan klien dengan cara membawa klien kontrol berobat secara teratur ke pelayanan kesehatan terdekat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitan


yang dilakukan (Hamdani, Haryanto and Dewi, 2017). yang menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita skizofrenia di Ruang Rawat JalanRumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB dengan hasil signifikan sebesar 0,000.

Dukungan yang dapat diberikan kepada penderita skizofrenia dapat berupa dukungan emosi, dukungan informasi, dukungan nyata, dan dukungan penilaian. Dukungan emosi keluarga akan membuat penderita merasa aman dan nyaman berada di lingkungan keluarga dikarenakan keluarga mau menerima segala kondisi yang dialami penderita skizofrenia. Dukungan informasi dan dukungan nyata merupakan dukungan yang sangat penting dalam kepatuhan minum obat. Informasi, pendampingan atau pengawasan, serta bantuan keluarga sangat dibutuhkan agar penderita mengetahui dan patuh pada dosis, frekuensi, dan waktu minum obat. Dukungan penilaian berupa pemberian motivasi dan kepercayaan diri kepada penderita skizofrenia akan penyakit yang dialaminya pasti akan sembuh membuat penderita lebih memperhatikan kepatuhannya.

Menurut peneliti kesadaran diri

penderita skizofrenia akan gejala yang dialami penderita skizofrenia berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat. Kurangnya kesadaran bahwa penderita mengalami skizofrenia membuat penderita tidak patuh minum obat meskipun sudah mendapatkan     dukungan     keluarga.


 


Begitu juga sebaliknya jika penderita skizofrenia sadar akan penyakit yang dialaminya penderita akan patuh minum obat tanpa dukungan dari keluarga. Hal ini didukung oleh pernyataan beberapa penderita skizofrenia bahwa dirinya tidak sakit jadi tidak perlu minum obat.

 

3.              Dukungan                 Tenaga Kesehatan     Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat

Berdasarkan hasil uji Chi- square diperoleh nilai ρ-value = 0,007dengan α = 0,05 sehingga diketahui ρ-value < α , yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada penderita skizofrenia.

Berdasarkan hasil penelitian dukungan tenaga kesehatan dengan kategori mendukung terdapat 28 penderita yang patuh minum obat, sedangkan pada kategori tidak mendukung dan tidak patuh minum obat terdapat 8 penderita. Hasil ini menunjukkan bahwa dukungan tenaga kesehatan dapat mempengaruhi kepatuhan minum obat pada penderita skizofrenia di UPT Puskesmas Oro- Oro Ombo. Hal ini sesuai dengan teori bahwa petugas kesehatan dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien dan secara terus menerus memberikan penghargaan yang positif bagi pasien yang telah mampu beradaptasi dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitan yang dilakukan (Dame


Manalu and Yanti Siagian, 2019) yang menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan kepatuhan minum obat pada penderita skizofrenia di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB dengan hasil signifikan sebesar 0,008. (Dame Manalu and Yanti Siagian, 2019)

Menurut peneliti dukungan tenaga kesehatan mempengaruhi perilaku penderita skizofrenia akan kepatuhan pengobatan. Dukungan tenaga kesehatan berupa memberikan informasi       keadaan            pasien, memberikan informasi dosis frekuensi dan waktu minum obat pasien, informasi manfaat kepatuhan minum obat, serta mau mendengarkan keluhan pasien selama minum obat dapat menjadi suatu motivasi tersendiri bagi pasien agar lebih patuh minum obat. Dengan adanya informasi yang diperoleh dari tenaga kesehatan penderita skizofrenia diharapkan dapat mengelola gejala yang dialami penderita dan patuh minum obat.

 

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai, dukungan keluarga mempengaruhi kepatuhan minum obat penderita skizofrenia di UPT Puskesmas Oro- Oro Ombo Kota Madiun dengan nilai p-value 0,005 < α, dan dukungan tenaga kesehatan mempengaruhi kepatuhan minum obat penderita skizofrenia di UPT Puskesmas Oro- Oro Ombo Kota Madiun dengan nilai p-value 0,007 < α.

 

BIBILIOGRAFI


 


Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018) Riset Kesehatan Dasar 2018, Kementerian Kesehatan RI. Jakarta: Lembaga Penerbit Balitbangkes.

CJP, S. (2013) Farmasi Klinik Teori & Penerapan. Jakarta: EGC.

Dame Manalu, E. And Yanti Siagian, N.

D. (2019) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien Gangguan Jiwa Melakukan Pengobatan Rutin Ke Puskesmas Sidodadi Kecamatan Kota Kisaran Barat Kabupaten Asahan Tahun 2018’, Jurnal Penelitian Kesmasy, 2(1), Pp. 93–99. Doi: 10.36656/Jpksy.V2i1.171.

Dorland (2014) Kamus Kedokteran. Jakarta: EGC.

Elvira, K. S. Et Al. (2013) ‘The Past, Present And Potential For Microfluidic Reactor Technology In Chemical Synthesis’, Nature Chemistry. Nature Publishing Group, 5(11), P. 905.

Erlina, Suwardi, D. P. (2010) Determin Terhadap Timbulnya Skizofrenia Pada Pasien Rawat Jalan Di RSJ Prof HB. Sainin Padang Sumatra Barat’, Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 26, P. 73.

Friedman (2010) Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.


Hamdani, R., Haryanto, T. And Dewi, N. (2017) ‘Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Skizofrenia Di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB’, Journal Nursing News, 2(3), Pp. 770–778. Doi: 10.1021/BC049898Y.

 

Kaplan, H. I. And Sadock, B. J. (2010) Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi Ke-2. Jakarta: EGC.

Kementerian Kesehatan RI (2016) Peran Keluarga Dukung Kesehatan Masyarakat, Kementrian Kesehatan RI. Jakarta:           Lembaga          Penerbit Balitbangkes.

Niven (2012) Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC.

 

Oltmanns, T. F. (2012) Abnormal Psikology.

2nd Edn. USA: Pearson.

Pinel (2015) Biopsikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riskesdas (2013) Riset Kesehatan Dasar 2013, Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Lembaga          Penerbit Balitbangkes.

Setiawan D, H. P. (2015) Metodologi Penelitian Kesehatan Untuk Mahasiswa Kesehatan Yogyakarta: Ghara Ilmu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

 

 

 


Copyright holder:

Egyi Dian Setyaji, Avicena Sakufa Marsanti, Riska Ratnawati (2020)

 

First publication right:

Jurnal Health Sains

 

This article is licensed under: