Jurnal Health Sains: p�ISSN: 2723-4339 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 3, No.7, Juli 2022
TANTANGAN DAN PERKEMBANGAN VAKSIN HIV
(HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS)
Wil Hel Minah, Rahma Ziska, Mohamad Isronijaya
Fakultas
Farmasi, Universitas Bhakti Kencana, Bandung, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
artikel info |
abstraK |
Diterima: 07 Juli 2022 Direvisi: 13 Juli 2022 Dipublish: 25 Juli 2022 |
Antiretroviral
Therapy (ART) merupakan penanganan pertama untuk kasus HIV/AIDS, diketahui
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, namun tidak dapat menyembuhkan infeksi HIV. HIV merupakan virus
yang menginfeksi CD4+, infeksi ini dapat menyebabkan kematian sel. Vaksin merupakan
upaya yang dapat mencegah infeksi, namun hingga saat ini vaksin HIV belum ditemukan,
Sistematik review ini dilakukan untuk dapat mengetahui tantangan dan perkembangan
vaksin HIV hingga saat ini, tantangan mengembangkan vaksin HIV adalah
kemampuan untuk menginduksi Broadly Neutralizing Antibodies (bNAbs). Platform
vaksin subunit protein mengembangkan desain tiruan trimerik Env untuk dapat
mengekspos epitop bNAbs, namun dari berbagai desain belum terbukti berhasil, metode desain trimerik dan stabilisasi
serta strategi pemurnian sangat berpengaruh pada kualitas protein Env. Strategi
baru muncul dengan metode yang lebih modern, mRNA dimodifikasi untuk
meningkatkan ekspresi dan stabilitas yaitu mRNA self-amplifying yang
diturunkan dari alphavirus telah menunjukkan potensi pada uji praklinis vaksin 60mer
eOD-GT8 berbasis GT mempromosi respons GC dan memunculkan hipermutasi
somatik, menghasilkan bnAbs kelas VRC01 yang merupakan antibodi yang paling
luas untuk keberhasilan vaksin HIV-1. Selain itu, penargetan sel dendritik dengan transfeksi mRNA
sebagai vaksin terapeutik menawarkan tanggapan sel T spesifik HIV, hingga
saat ini penelitian vaksin sel dendritik pada pasien yang terinfeksi HIV-1 masih
dalam pengoptimalan meningkatkan respon imun yang lebih kuat dan tahan lama, membangun kontrol
jangka panjang dari replikasi virus bersamaan dengan menghilangkan reservoir
virus dan mencegah munculnya kembali virus, dua faktor yang berpengaruh yaitu kondisi umum pasien
(faktor genetik dan status klinis) dan produk vaksin. ABSTRACT Antiretroviral
therapy (ART) is the first treatment for HIV/AIDS cases, it is known to
improve the patient's quality of life, but cannot cure HIV infection. HIV is
a virus that infects CD4+, this infection can cause cell death. Vaccines are
an effort that can prevent infection, but until now an HIV vaccine has not
been found, this systematic review was conducted to find out the challenges
and developments of HIV vaccines to date, the challenge of developing an HIV
vaccine is the ability to induce Broadly Neutralizing Antibodies (bNAbs). The
protein subunit vaccine platform developed an Env trimeric mock design to be
able to expose the bNAbs epitope, but from various designs it has not been
proven successful, trimeric design methods and stabilization and purification
strategies greatly affect the quality of Env protein. New strategies have
emerged with more modern methods, mRNAs for enhancing expression and
self-amplifying alphavirus-derived ones have shown potential in a preclinical
assay of the GT-based 60mer eOD-GT8 vaccine to promote GC response and elicit
somatic hypermutation, resulting in the VRC01 class bnAbs which are
antibodies that most widely used for HIV-1 vaccine efficacy. In addition,
targeting dendritic cells with mRNA transfection as a therapeutic therapy
offers HIV-specific T cell responses, until now research on dendritic cell
vaccines in HIV-1-infected patients is still in the process of optimizing for
a stronger and longer-lasting immune response, establishing a control period.
the length of viral replication along with eliminating the viral reservoir
and factors preventing viral re-emergence, two of which are influential,
namely the general condition of the patient (genetic factors and clinical
status) and the vaccine product. |
Kata Kunci: pengembangan vaksin HIV; vaksinasi sel dendritik berbasis mRNA; menginduksi
antibodi penetral luas (bNAbs); bg505 md39.3 mrna, eod-gt8; ihivarna-01. Keywords: HIV vaccine development; mRNA-based dendritic cell vaccination; induce Broadly
Neutralizing Antibodies (bNAbs); bg505 md39.3 mrna, eod-gt8;
ihivarna-01. |
Pendahuluan
Infeksi
HIV/AIDS di Indonesia mengalami kenaikan setiap tahun. Jumlah kasus HIV/AIDS
sampai dengan Maret 2021 sebanyak 427.201 orang dan 131.417 orang dengan kasus
AIDS. Jumlah pasien yang melakukan pengobatan antiretroviral sebanyak 269.289
orang, 219.898 orang masih hidup dan 49.391 orang telah meninggal (Direktur Jenderal P2P, 2021). HIV (Human Immunodeficiency Virus) menyerang
sistem kekebalan tubuh, khususnya sel darah putih yang disebut sel CD4. Pada
penderita HIV, terjadi penurunan imunitas perlahan lahan yang akan menyebabkan
tubuh menjadi mudah terserang infeksi oportunistik dan menyebabkan kematian (Ibrahim et al., 2018).
Antiretroviral
Therapy
(ART) merupakan penanganan pertama untuk kasus HIV/AIDS, diketahui dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien (Iacob, and Jugulete 2017).
Selama sepuluh tahun terakhir pengguna ART mengalami kenaikan dan berdampak
baik yaitu terjadinya penurunan kasus kematian, meskipun demikian terapi antiretroviral diketahui tidak dapat menyembuhkan
infeksi HIV; mekanisme obat antiretroviral hanya dapat memperlambat laju
pertumbuhan HIV dalam sel (Andriani et al. 2014). ART diketahui memeiliki beberapa kelemahan
diantara lain
kebutuhan terapi seumur hidup (Hsu & O�Connell, 2017) dan kurangnya kepatuhan pasien
terhadap terapi antiretroviral dapat menyebabkan terjadinya resistensi.
Resistensi ini disebabkan oleh adanya reservoir virus laten yang
merupakan kemampuan virus patogen untuk tidak aktif (laten) di dalam sel, Partikel
virus berhenti memperbanyak diri setelah infeksi awal, namun genom virus tidak
sepenuhnya hilang, sehingga virus dapat aktif kembali dan memproduksi progeni
virus dalam jumlah besar (Iacob et al., 2017).
Menurut data epidemiologi, vaksin memiliki peran penting dalam respon
komprehensif menuju akhir berkelanjutan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), pengembangan
vaksin HIV merupakan suatu tantangan besar. Kesulitan dalam membuat vaksin karena
adanya variasi genetik virus (Lahariya 2016), platform
vaksin konvensional tidak memberikan respon yang sesuai, dan beberapa platform
vaksin HIV lain seperti vaksin subunit dan rekombinan tidak dapat menginduksi bnAbs
(broadly neutralising antibodies) (Bracaglia, 2017; Hsu & O�Connell,
2017). Strategi baru muncul dengan metode yang lebih
modern, mRNA self-amplifying yang diturunkan dari alphavirus (Brito et al., 2015; Nelson et al., 2020). Selain itu, penanganan terapeutik HIV-1 memerlukan kombinasi
reaktivasi virus yang terinfeksi secara laten dan stimulasi respons imun
spesifik HIV-1 untuk menghilangkan sel yang terinfeksi, vaksinasi sel dendritik
(DC) dengan transfeksi mRNA merupakan sel dendritik autologus yang berasal dari
monosit darah dimanipulasi secara ex vivo, terpapar antigen spesifik dan
kemudian disuntikkan kembali ke pasien tersebut (Gandhi et al., 2016).
Oleh karena
itu dalam artikel ini, dilakukan review terhadap berbagai artikel yang membahas
mengapa vaksin HIV sampai saat ini masih belum dapat release, bagaimana potensi
pengembangan vaksin HIV Messenger RNA (mRNA) dalam pencegahan penyebaran
infeksi HIV/AIDS dan menganalisis pengoptimalan vaksin mRNA sel dendritik untuk
penanganan terapeutik HIV pada pasien yang terinfeksi.
Metode Penelitian
1. Identifikasi
Menentukan tema penelitian,
mencari litertur, pencarian Literatur menggunakan database: Google Scholar,
NCBI, Elsevier, dan Pubmed. Kata kunci yang digunakan: �HIV vaccine
development, mRNA based dendritic cell vaccination, induce broadly neutralizing
antibodies (bNAbs), BG505 MD39.3 mRNA, eOD-GT8, iHIVARNA-01�.
2.
Skrining
Artikel disaring
berdasarkan bentuk artikel ilmiah dan tahun publikasi (n=), literatur yang dihilangkan
(n=): Selain Original/Research Article Artikel < tahun 2010. Artikel disaring
untuk diambil berdasarkan relevansi topik (n=), literatur yang dihilangkan:
Artikel diluar bidang upaya perkembangan vaksin HIV (n =).
Hasil dan Pembahasan
A. Tantangan
dan Potensi pengembangan vaksin mRNA dalam pencegahan infeksi HIV/AIDS
Tantangan mengembangkan vaksin HIV adalah kemampuan
untuk menginduksi Broadly Neutralizing Antibodies (bNAbs) (Sanders et al., 2013). Hambatan untuk menginduksi
bnAbs yaitu ismunogen harus dioptimalkan untuk menampilkan epitop yang tepat
yang dikenali oleh bnAbs yang membutuhkan informasi pada tingkat molekuler (Haynes & Burton, 2017).
HIV Env salah satu protein yang paling banyak mengalami glikosilasi (Haynes & Burton, 2017),
glikosilasi memiliki peran penting untuk siklus hidup virus dan memainkan peran
penting dalam stabilitas, antigenisitas dan infektivitas virus (Li et al., 2021).
Situs env, tempat induksi bnAbs sangat tertutup oleh glikan (Stuart & Dowdy, 2021),
glikan berpengaruh dalam siklus replikasi virus (Li et al., 2021)
sehingga bNAbs tidak dapat diinduksi, sebaliknya spike protein SARS-CoV-2 (kanan)
memiliki sedikit glikan (Gambar 1) (Haynes
& Burton, 2017; Stuart & Dowdy, 2021), salah satu pendekatan untuk masalah ini adalah membuat
tiruan trimerik dari spike glikoprotein (Env) yang mengekspos epitop bNAbs sebanyak
mungkin (Sanders et al., 2013),
metode desain trimerik dan stabilisasi serta strategi pemurnian merupakan
pengaruh penting pada kualitas protein Env (Ringe et al., 2015),
tujuan utama desain trimerik adalah untuk mengidentifikasi imunogen yang mampu
menginduksi titer pelindung dari bnAbs terhadap virus yang bersirkulasi dan
resisten terhadap netralisasi (tingkat 2) (Sanders et al., 2015),
namun sejauh ini tiruan Env HIV yang dibuat meskipun dapat menginduksi NAbs
terhadap virus yang peka terhadap netralisasi (klasifikasi tingkat 1), belum
mampu meningkatkan antibodi pada varian tingkat 2 atau 3 (Dey et al.,
2018; Ringe et al., 2015).
Desain berbagai protein Env yang dijelaskan pada laporan (Ringe et al., 2015)
dirangkum dalam Gambar 2, representasi skematis dari protein Env linier berbasis
92UG037.8 dan CZA97.012 (gen env dari dua isolat HIV-1), yang digunakan dalam
penelitian (Ringe et al., 2015)
dengan domain variabel dan terkonservasi (domain terkonservasi 1 [C1] hingga C5
dan domain variabel 1 [V1] hingga V5) dan ditunjukkan posisi klasifikasi gugus
glikan, salah satu strategi stabilisasi melibatkan memfasilitasi pembelahan
alami gp140 menjadi gp120 dan
Desain BG505 SOSIP.664 masih belum dapat menginduksi bnAbs, modifikasi
baru telah dilakukan yaitu BG505 MD39 dan BG505 Olio6 yang merupakan hasil
pemangkasan yang tidak memerlukan pembelahan furin dan memiliki profil antigenik
(Kulp et al., 2017).
Namun, glikoprotein amplop HIV-1 dari desain apa pun belum terbukti sederhana
untuk diproduksi sebagai reagen cGMP (condition Good Manufacturing Practice),
beberapa masalah yang dihadapi termasuk kerusakan proteolitik dan pembentukan
agregat disebabkan oleh sebagian pembentukan ikatan disulfida yang menyimpang, pemurnian,
kesulitan translasi ini mencerminkan glikosilasi ekstensif HIV-1 Env dengan glikan
yang terdiri dari setengah masa, dan juga adanya sembilan ikatan disulfida
intramolekul dalam subunit gp120 dan satu di gp41, keadaan pemrosesan glikan
telah terbukti sangat sensitif terhadap struktur kuaterner kompleks Env yang
tepat (Dey et al., 2018).
Oleh karena itu, metode desain dan stabilisasi serta strategi pemurnian sangat
berpengaruh pada kualitas protein Env trimerik, masih diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk memaksimalkan strategi desain vaksin subunit Env untuk mendapatkan
bnAbs.
Tabel 1
�Kandidat Pengujian Vaksin HIV
Studi Percobaan |
Intervensi |
Status |
Study Result |
Planned Dates |
Studi Fase 1
untuk Mengevaluasi Keamanan dan Imunogenisitas |
Biologis: Vaksin
Core-g28v2 60mer mRNA |
Uji klinis tahap 1 |
No Results Available |
Nov 2021-Apr 2023 |
Biologis: Vaksin
mRNA eOD-GT8 60mer |
||||
Studi Percontohan Vaksin Sel Dendritik pada
Subjek yang Terinfeksi HIV-1 |
Biologis: sel dendritik autologus yang ditransfeksi
mRNA |
Selesai |
- |
|
Biologis: sel dendritik autologus tanpa transfeksi
mRNA (Plasebo) |
||||
Uji Klinis iHIVARNA pada Orang yang Terinfeksi HIV |
Biologis: iHIVARNA-01 |
Dihentikan |
- |
|
Biologis: TriMix |
||||
Biologis: Plasebo |
B.
Potensi perkembangan vaksin mRNA dalam pencegahan infeksi HIV/AIDS
Strategi baru muncul dengan metode yang lebih modern, mRNA dimodifikasi
untuk meningkatkan ekspresi dan stabilitas, mRNA self-amplifying yang
diturunkan dari alphavirus telah menunjukkan potensi pada hewan dan uji klinis
awal, virus Venezuelan equine encephalitis (VEE) sebagai desain penelitian.
Genom VEE dikodekan oleh RNA untai positif tunggal, mengkodekan protein
non-struktural (nsP1�4) dan protein struktural (digantikan dalam replika yang
direkayasa oleh gen target), dipisahkan oleh promotor sub genomik, yang
mendorong transkripsi lebih lanjut dari bagian pengkode protein struktural RNA
dan dengan demikian meningkatkan jumlah salinan dan ekspresi protein target (Melo et al., 2019).
mRNA terdiri dari ratusan hingga ribuan nukleotida yang harus mencapai
sitosol dengan panjang penuh untuk translasi aktif (Zeng et al., 2020),
diperlukannya metode pengiriman ideal yang akan melindungi mRNA dari degradasi
dan memfasilitasi masuknya sel dengan toksisitas minimal, mRNA untuk tujuan
terapeutik memiliki ketidakstabilan molekul RNA, kurangnya metode pengiriman
yang efisien dan aktivasi kekebalan bawaan yang tidak terkendali melalui sensor
RNA akan membuat kesulitan dalam pembuatan mRNA skala besar (Pardi et al., 2018).
Oleh karena itu, perlindungan terhadap RNase sangat penting untuk sebagian
besar strategi pengiriman in vivo. Lipid
nanopartikel yang diformulasikan untuk untuk metode pengiriman in vivo saat ini telah dirancang mengevaluasi
potensi replika merekayasa penargetan germline 120 (gp120) glikoprotein
(eOD-GT8) 60-mer, vaksin berbasis GT mempromosi respons GC dan munculkan
hipermutasi somatik yang sesuai menuju garis keturunan bnAbs (Melo et al., 2019).
bNAbs memiliki beberapa kelas PG9/16, PGT141-145, CH01-04 dan VRC26
(gp120; quaternary structure-dependent V1V2-glycan), b12, VRC01, VRC03, PGV04,
HJ16, CH31, CH103-106, 3BNC60, 3BNC117, 12A12, NIH45 -46 (gp120; tempat pengikatan
CD4; CD4bs), PGT121-123, PGT125-130, PGT135-137, 10�1074 (gp120; patch
oligomannose berpusat pada Asn332), dan 2F5, 4E10, 10E8 (gp41; eksternal
membran-proksimal region; MPER) (Derking et al., 2015).
Antibodi kelas VRC01 merupakan antibodi yang paling luas untuk keberhasilan vaksin
HIV-1 (Seydoux et al., 2021), Imunogen
eOD-GT8 menargetan antigen pada germline yang dirancang untuk menghasilkan
sel B manusia yang mampu berevolusi menuju bnAbs kelas VRC01 (Melo et al., 2019),
keterlibatan sel B naif yang berhasil yang memunculkan bnAbs merupakan kunci
keberhasilan vaksin HIV-1 (Seydoux et al., 2021). RNA replika dienkapsulasi dengan
efisiensi tinggi dalam nanopartikel lipid berbasis 1,2-dioleoyl-3-trimethylammonium-propane
(DOTAP). eOD-GT8 60-mer-encoding replika menghasilkan titer antibodi spesifik
gp120 yang tinggi setelah injeksi tunggal pada tikus, dan meningkatkan level
sel B pusat germinal spesifik antigen dibandingkan dengan imunisasi protein. Imunisasi
tikus transgenik yang mengekspresikan reseptor sel B rantai berat VRC01 germline
manusia yang merupakan target antigen eOD menyebabkan priming sel
B dan hipermutasi somatik yang konsisten dengan pengembangan antibodi kelas VRC01
(Melo et al., 2019).
Studi lanjutan fase 1 acak pada manusia yaitu
mengevaluasi keamanan dan imunogenisitas vaksin mRNA 60mer eOD-GT8 (mRNA-1644) dan Vaksin Core-g28v2 60mer mRNA
(mRNA-1644v2-Core) pada HIV-1 orang dewasa yang tidak terinfeksi. Alokasi
pengacakan adalah 16:16:16, jenis studi yaitu Intervensi (Uji Coba Klinis)
dengan perkiraan pendaftar volunteer 56 peserta. tujuan utama dari vaksin ini
yaitu untuk pencegahan yang di mulai pengujian pada tanggal 12 November 2021,
perkiraan selesai studi pada tanggal 11 April 2023.
C.
Pengoptimalan vaksin mRNA sel dendritik pada pasien yang
terinfeksi HIV
Salah satu tantangan utama untuk strategi
ini adalah bagaimana mengirimkan antigen secara optimal ke DC ex vivo. Transfeksi
dengan mRNA adalah metode yang efisien untuk mengirimkan antigen ke DC untuk
merangsang respons sel T CD4 dan CD8 antigen spesifik in vitr, imunisasi dengan DC yang
ditransfeksi mRNA dapat mengirimkan produk gen virus secara keseluruhan,
mengkode seluruh produk gen HIV-1 menghilangkan kebutuhan untuk mensintesis,
memurnikan, dan mengkarakterisasi imunogen protein (Gandhi et al., 2016).
Pada penelitian tahun 2012, imunisasi
terapeutik dengan sel dendritik menunjukan keamanan yang baik dan berhasil
dalam meningkatkan respons imun seluler, termasuk efektor CD8 + T dengan aktivitas
penghambatan virus, namun peningkatan polifungsi sel T tidak optimal dan CD8 + T dimediasi sel T tidak
konsisten untuk semua isolat HIV-1 yang diuji, diperlukannya peningkatan
spektrum antigenik dan meningkatkan tanggapan sel T (Van Gulck et al., 2012). Pada penelitian (Gandhi et al., 2016)
imunisasi intradermal dengan HIV-1 Gag dan Nef-DC (vaksin) atau tiruan DC
(plasebo) pada minggu 0, 2, 6, dan 10, titik akhir imunogenisitas utama adalah
perubahan tanggapan ELISPOT terhadap HIV-1 Gag dan Nef dari pra-perawatan
hingga vaksinasi terakhir (minggu 14), peserta tidak terdeteksi peningkatan respons
sel T yang diinduksi vaksin secara signifikan, diukur dengan ELISPOT
interferon-gamma terhadap antigen yang ditransfusikan (Gandhi et al., 2016),
seharusnya vaksin akan menimbulkan respons memori daripada respons efektor
langsung (Ndhlovu et al., 2012),
kemungkinan sel dendritik dari pasien yang terinfeksi HIV tidak mampu secara
efektif memperoleh tanggapan sel T spesifik HIV ketika disuntikkan in vivo,
meskipun mampu memperoleh secara in vitro, selain itu adanya faktor plasma yang
mengganggu produksi IL-12 dan antigen virus tidak diekspresikan setelah
transfeksi mRNA DC (Gandhi et al., 2016).
Vaksinasi sel dendritik masih perlu dioptimalkan untuk memperoleh respons imun
yang lebih kuat dan tahan lama untuk strategi ini menjadi efektif sebagai
vaksin terapi HIV-1, membangun kontrol jangka panjang dari replikasi
virus bersamaan dengan menghilangkan reservoir virus dan mencegah munculnya
kembali virus karena lolos. Dua faktor yang berpengaruh yaitu kondisi umum
pasien (faktor genetik dan status klinis) dan produk vaksin) (Gandhi
et al., 2016; Van Gulck et al., 2012) .
Hasil yang menjanjikan dicapai dalam studi
sebelumnya di mana DC autologous dimuat ex vivo, dapat menginduksi sel T pada
orang yang terinfeksi HIV, penelitian saat ini menghindari isolasi dan
penanganan DC yang kurang efektif di laboratorium dengan vaksinasi intranodal
langsung di daerah inguinal, percobaan iHIVARNA fase-I membuktikan aman dan ditoleransi
dengan baik pada pasien terinfeksi HIV-1 (Leal et al., 2018),
selanjutnya iHIVARNA memasuki uji fase-II a, namun terdapat Suspected
unexpected serious adverse reactions (SUSARs), produk studi iHIVARNA-01 mengandung kesalahan karena urutan
RNA yang mengandung kodon awal kedua didepan pengkodean urutan HIVACAT T-cell
immunogen (HTI) (De Jong et al., 2019b),
kesalahan ini kemungkinan akan mempengaruhi ekspresi protein HTI dari
vaksin mRNA (De Jong et al., 2019a), meskipun pengaruh ekspresi HTI masih
belum jelas, hasil uji praklinis menunjukkan bahwa terdapat ekspresi yang cukup
untuk induksi respon sel T spesifik imunogen pada tikus (De Jong et al., 2019b).
Kesimpulan
Glikoprotein
amplop HIV-1 dari desain apa pun hingga saat ini belum terbukti sederhana untuk
diproduksi sebagai reagen cGMP (condition Good Manufacturing Practice),
sejauh ini tiruan Env HIV yang dibuat belum mampu meningkatkan antibodi pada
varian tingkat 2 atau 3, metode desain trimerik dan stabilisasi serta strategi
pemurnian merupakan faktor yang berpengaruh penting pada kualitas protein Env. Studi
praklinis vaksin mRNA 60mer eOD-GT8 berbasis GT mempromosi respons GC dan
memunculkan hipermutasi somatik yang sesuai menuju garis keturunan bnAbs Imunogen
eOD-GT8 menargetan antigen pada germline yang dirancang untuk menghasilkan sel
B manusia yang mampu berevolusi menuju bnAbs kelas VRC01, antibodi kelas VRC01
merupakan antibodi yang paling luas untuk keberhasilan vaksin HIV-1. Penelitian vaksin sel dendritik transfeksi
mRNA masih perlu pengoptimalan untuk mencapai keberhasilan, membangun kontrol
jangka panjang dari replikasi virus bersamaan dengan menghilangkan reservoir
virus dan mencegah munculnya kembali virus karena lolos. Dua faktor yang berpengaruh
yaitu kondisi umum pasien (faktor genetik dan status klinis) dan produk vaksin.
Bibliografi
Andriani,
A., Rika, R., Journal, S. S.-S., & 2014, undefined. (2014). Hubungan
Kepatuhan Mengkonsumsi Anti Retroviral Virus (Arv) dengan Kenaikan Jumlah Cd4
Odha di Lancang Kuning Support Group Pekanbaru. Neliti.Com, 2(3),
150�159. Google Scholar
Bracaglia.
(2017). 乳鼠心肌提取
HHS Public Access. Physiology & Behavior, 176(3), 139�148. �Google Scholar
Brito, L. A., Kommareddy, S., Maione,
D., Uematsu, Y., Giovani, C., Berlanda Scorza, F., Otten, G. R., Yu, D., Mandl,
C. W., Mason, P. W., Dormitzer, P. R., Ulmer, J. B., & Geall, A. J. (2015).
Self-Amplifying mRNA Vaccines. In Advances in Genetics (Vol. 89).
Elsevier Ltd. Google Scholar
De
Jong, W., Aerts, J., Allard, S., Brander, C., Buyze, J.,
Florence, E., Van Gorp, E., Vanham, G., Leal, L., Mothe, B., Thielemans, K.,
Plana, M., Garcia, F., & Gruters, R. (2019a). Correction to: iHIVARNA phase
IIa, a randomized, placebo-controlled, doubleblinded trial to evaluate the
safety and immunogenicity of iHIVARNA-01 in chronically HIV-infected patients
under stable combined antiretroviral therapy. Google Scholar
De
Jong, W., Aerts, J., Allard, S., Brander, C., Buyze, J., Florence, E., Van
Gorp, E., Vanham, G., Leal, L., Mothe, B., Thielemans, K., Plana, M., Garcia,
F., & Gruters, R. (2019b). IHIVARNA phase IIa, a randomized,
placebo-controlled, double-blinded trial to evaluate the safety and
immunogenicity of iHIVARNA-01 in chronically HIV-infected patients under stable
combined antiretroviral therapy. Trials, 20(1), 1�10.
https://doi.org/10.1186/s13063-019-3409-1 Google Scholar
Derking, R., Ozorowski, G., Sliepen, K.,
Yasmeen, A., Cupo, A., Torres, J. L., Julien, J. P., Lee, J. H., van Montfort,
T., de Taeye, S. W., Connors, M., Burton, D. R., Wilson, I. A., Klasse, P. J.,
Ward, A. B., Moore, J. P., & Sanders, R. W. (2015). Comprehensive Antigenic
Map of a Cleaved Soluble HIV-1 Envelope Trimer. PLoS Pathogens, 11(3),
1�22. Google Scholar
Dey, A. K., Cupo, A., Ozorowski, G.,
Sharma, V. K., Behrens, A. J., Go, E. P., Ketas, T. J., Yasmeen, A., Klasse, P.
J., Sayeed, E., Desaire, H., Crispin, M., Wilson, I. A., Sanders, R. W.,
Hassell, T., Ward, A. B., & Moore, J. P. (2018). cGMP production and
analysis of BG505 SOSIP.664, an extensively glycosylated, trimeric HIV-1
envelope glycoprotein vaccine candidate. Biotechnology and Bioengineering,
115(4), 885�899. Google Scholar
Direktur
Jenderal P2P. (2021). Laporan Perkembangan HIV AIDS & Penyakit lnfeksi
Menular Seksual (PIMS) Triwulan I Tahun 2021. Kementerian Kesehatan RI, 4247608(021),
613�614. Google Scholar
Gandhi, R. T., Kwon, D. S., Macklin, E.
A., Shopis, J. R., McLean, A. P., McBrine, N., Flynn, T., Peter, L., Sbrolla,
A., Kaufmann, D. E., Porichis, F., Walker, B. D., Bhardwaj, N., Barouch, D. H.,
& Kavanagh, D. G. (2016). Immunization of HIV-1-infected persons with
autologous dendritic cells transfected with mRNA encoding HIV-1 Gag and Nef:
Results of a randomized, placebo-controlled clinical trial. Journal of
Acquired Immune Deficiency Syndromes, 71(3), 246�253. Google Scholar
Haynes, B. F., & Burton, D. R.
(2017). Developing an HIV vaccine. Science, 355(6330), 1129�1130. Google Scholar
Hsu, D. C., & O�Connell, R. J.
(2017). Progress in HIV vaccine development. Human Vaccines and
Immunotherapeutics, 13(5), 1018�1030. Google Scholar
Iacob, S. A., Iacob, D. G., &
Jugulete, G. (2017). Improving the adherence to antiretroviral therapy, a
difficult but essential task for a successful HIV treatment-clinical points of
view and practical considerations. Frontiers in Pharmacology, 8(NOV).
Google Scholar
Ibrahim, K., Kurnia H, Y., Rahayuwati, L.,
Nurmalisa, B. E., & Rifa�atul Fitri, S. U. (2018). Hubungan antara Fatigue,
Jumlah CD4, dan Kadar Hemoglobin pada Pasien yang Terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 5(3).
Google Scholar
Kulp, D. W., Steichen, J. M., Pauthner,
M., Hu, X., Schiffner, T., Liguori, A., Cottrell, C. A., Havenar-Daughton, C.,
Ozorowski, G., Georgeson, E., Kalyuzhniy, O., Willis, J. R., Kubitz, M.,
Adachi, Y., Reiss, S. M., Shin, M., De Val, N., Ward, A. B., Crotty, S., �
Schief, W. R. (2017). Structure-based design of native-like HIV-1 envelope
trimers to silence non-neutralizing epitopes and eliminate CD4 binding. Nature
Communications, 8(1). Google Scholar
Leal, L., Guardo, A. C., Moron-Lopez,
S., Salgado, M., Mothe, B., Heirman, C., Pannus, P., Vanham, G., Van Den Ham,
H. J., Gruters, R., Andeweg, A., Meirvenne, S. Van, Pich, J., Arnaiz, J. A.,
Gatell, J. M., Brander, C., Thielemans, K., Martinez-Picado, J., Plana, M.,
& Garc�a, F. (2018). Phase i clinical trial of an intranodally administered
mRNA-based therapeutic vaccine against HIV-1 infection. Aids, 32(17),
2533�2545. Google Scholar
Li,
Y., Liu, D., Wang, Y., Su, W., Liu, G., & Dong, W. (2021). The Importance
of Glycans of Viral and Host Proteins in Enveloped Virus Infection. Frontiers
in Immunology, 12(April), 1�12. Google Scholar
Melo, M., Porter, E., Zhang, Y., Silva,
M., Li, N., Dobosh, B., Liguori, A., Skog, P., Landais, E., Menis, S., Sok, D.,
Nemazee, D., Schief, W. R., Weiss, R., & Irvine, D. J. (2019).
Immunogenicity of RNA Replicons Encoding HIV Env Immunogens Designed for
Self-Assembly into Nanoparticles. Molecular Therapy, 27(12), 2080�2090.
Google Scholar
Ndhlovu, Z. M., Proudfoot, J., Cesa, K.,
Alvino, D. M., McMullen, A., Vine, S., Stampouloglou, E., Piechocka-Trocha, A.,
Walker, B. D., & Pereyra, F. (2012). Elite Controllers with Low to Absent
Effector CD8 + T Cell Responses Maintain Highly Functional, Broadly Directed
Central Memory Responses . Journal of Virology, 86(12), 6959�6969.
Google Scholar
Nelson, J., Sorensen, E. W., Mintri, S.,
Rabideau, A. E., Zheng, W., Besin, G., Khatwani, N., Su, S. V., Miracco, E. J.,
Issa, W. J., Hoge, S., Stanton, M. G., & Joyal, J. L. (2020). Impact of
mRNA chemistry and manufacturing process on innate immune activation. Science
Advances, 6(26). Google Scholar
Pardi, N., Hogan, M. J., Porter, F. W.,
& Weissman, D. (2018). mRNA vaccines-a new era in vaccinology HHS Public
Access. Nat Rev Drug Discov, 17(4), 261�279. Google Scholar
Ringe, R. P., Yasmeen, A., Ozorowski,
G., Go, E. P., Pritchard, L. K., Guttman, M., Ketas, T. A., Cottrell, C. A.,
Wilson, I. A., Sanders, R. W., Cupo, A., Crispin, M., Lee, K. K., Desaire, H.,
Ward, A. B., Klasse, P. J., & Moore, J. P. (2015). Influences on the Design
and Purification of Soluble, Recombinant Native-Like HIV-1 Envelope
Glycoprotein Trimers. Journal of Virology, 89(23), 12189�12210. Google Scholar
Sanders,
R. W., Derking, R., Cupo, A., Julien, J. P., Yasmeen, A., de Val, N., Kim, H.
J., Blattner, C., de la Pe�a, A. T., Korzun, J., Golabek, M., de los Reyes, K.,
Ketas, T. J., van Gils, M. J., King, C. R., Wilson, I. A., Ward, A. B., Klasse,
P. J., & Moore, J. P. (2013). A Next-Generation Cleaved, Soluble HIV-1 Env
Trimer, BG505 SOSIP.664 gp140, Expresses Multiple Epitopes for Broadly
Neutralizing but Not Non-Neutralizing Antibodies. PLoS Pathogens, 9(9).
Google Scholar
Sanders,
R. W., Gils, M. J. Van, Derking, R., Sok, D., Ketas, T. J., Burger, J. A.,
Ozorowski, G., Cupo, A., Simonich, C., Goo, L., Arendt, H., & Kim, H. J.
(2015). Gp-140. June, 1�17. Google Scholar
Sarkar, A., Bale, S., Behrens, A. J.,
Kumar, S., Sharma, S. K., De Val, N., Pallesen, J., Irimia, A., Diwanji, D. C.,
Stanfield, R. L., Ward, A. B., Crispin, M., Wyatt, R. T., & Wilson, I. A.
(2018). Structure of a cleavage-independent HIV Env recapitulates the
glycoprotein architecture of the native cleaved trimer. Nature Communications,
9(1). Google Scholar
Seydoux,
E., Wan, Y. H., Feng, J., Wall, A., Aljedani, S., Homad, L. J., MacCamy, A. J.,
Weidle, C., Gray, M. D., Brumage, L., Taylor, J. J., Pancera, M., Stamatatos,
L., & McGuire, A. T. (2021). Development of a VRC01-class germline targeting
immunogen derived from anti-idiotypic antibodies. Cell Reports, 35(5),
109084. Google Scholar
Stuart, E. A., & Dowdy, D. W. (2021).
Evidence-based COVID-19 policy-making in schools. Nature Medicine, 27(12),
2078�2079. Google Scholar
Van
Gulck, E., Vlieghe, E., Vekemans, M., Van Tendeloo, V. F. I., Van De Velde, A.,
Smits, E., Anguille, S., Cools, N., Goossens, H., Mertens, L., De Haes, W.,
Wong, J., Florence, E., Vanham, G., & Berneman, Z. N. (2012). MRNA-based
dendritic cell vaccination induces potent antiviral T-cell responses in
HIV-1-infected patients. Aids, 26(4). Google Scholar
Zeng, C., Zhang, C., Walker, P. G.,
& Dong, Y. (2020). Formulation and Delivery Technologies for mRNA
Vaccines. Google Scholar
Copyright
holder: Wil hel minah, Rahma
Ziska, Mohamad Isronijaya (2022) |
First
publication right: Jurnal Health Sains |
|
��������