Jurnal Health Sains : p–ISSN:
2723-4339 e-ISSN : 2548-1398
Vol. 1, No. 5, November 2020
HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PENULARAN PENYAKIT DENGAN
PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PASIR NANGKA KABUPATEN TANGERANG
Linda
Silitonga, Ayu Pratiwi, Rina Puspitasari
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Yatsi
Tangerang, Banten, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
info artikel |
abstrak |
Tanggal diterima: 5 November 2020 Tanggal revisi: 15 November 2020 Tanggal yang diterima: 25 November 2020 |
Tuberkulosis (TBC)
menjadi masalah kesehatan global. Sepertiga populasi dunia tertular TBC dan
menjadi penyebab utama kedua kematian dari penyakit menular diseluruh dunia.
Penyakit Tuberkulosis dapat terjadi karena adanya perilaku dan sikap keluarga
yang kurang baik. Begitupun dalam hal mempercepat proses penyembuhan pasien
TB Paru diperlukan perawatan yang sangat intensif terlebih dari pihak
keluarga. Tujuan untuk mengetahui hubungan kecemasan tentang penularan
penyakit dengan peran keluarga dalam perawatan penyakit TB Paru di wilayah
kerja Puskesmas Pasir Nangka Kabupaten Tangerang. Desain penelitian termasuk
survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan
menggunakan rumus Slovin dengan jumlah sampel sebanyak 106 responden. Pengambilan
sampel menggunakan tehnik accidental sampling. Penelitian ini menggunakan
analisis univariat dan bivariat dengan uji Chi Square. Hasil berdasarkan
analisis univariat dari 106 responden mayoritas kecemasan berat sebesar 43,4%
dan peran keluarga baik sebesar 60,4%. Hasil analisis bivariat dengan uji chi
square didapat ada hubungan antara kecemasan tentang penularan penyakit
(p-value 0,000) dengan
peran keluarga dalam perawatan penyakit TB Paru. Kesimpulan
adanya hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan peran keluarga. Saran
agar responden dapat aktif dan meningkatkan pengetahuannya mengenai penyakit
TB Paru dan juga cara pencegahannya, supaya dapat membedakan mana yang perlu
dicemaskan dan mana yang tidak perlu dicemaskan, dan agar dapat menumbuhkan
kesadaran kepada keluarga juga masyarakat supaya bahu membahu untuk melakukan
upaya perawatan penyakit TB Paru. |
Kata kunci: Kecemasan; Peran Keluarga; TB Paru |
Pendahuluan
Tuberkulosis
(TBC) masih menjadi masalah kesehatan global. Sepertiga dari populasi dunia
sudah tertular dengan TBC dimana sebagian besar penderita TBC adalah usia
produktif (15-55 tahun). Hal ini menyebabkan kesehatan yang buruk di antara
jutaan orang setiap tahun dan menjadi penyebab utama kedua kematian dari
penyakit menular diseluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus
(HIV)/AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Menurut World Health
Organization (WHO), pada tahun 2011 insiden kasus TB 12%. Secara global
kejadian tuberkulosis turun rata-rata 1,5% per tahun sejak tahun 2010 dan
sekarang 18% lebih rendah dari tingkat tahun 2010. Pada tahun 2014, dari 9,6
juta kasus tuberkulosis 58% berada di Asia Tenggara dan prevalensi tuberkulosis
pada tahun 2015 sebesar 42% (Kemenkes, 2016).
TBC juga merupakan salah satu indikator
keberhasilan SDGs yang harus dicapai oleh Indonesia, yaitu menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian menjadi setengahnya di tahun 2030. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan penderita penyakit Tuberkulosis (TBC) di
Indonesia mencapai 1.020.000. Namun, yang dilaporkan ke Kementrian Kesehatan
(Kemenkes) sekitar 450 ribu kasus, jadi sisanya masih tidak terlaporkan.
Padahal Kemenkes mengklaim sudah memberikan pelayanan kepada sekitar 730.000
orang penderita atau sekitar 70 persennya. Kemenkes terus berupaya
mengeliminasi TBC pada 2035 bisa diwujudkan. Karena itu pemerintah terus
berupaya meningkatkan penemuan kasus ini sebanyak-banyaknya agar langsung
mengurangi sumber penularan (Kemenkes, 2016).
Berdasarkan
sumber data Dinas Kesehatan Provinsi Banten, Kasus TB di Indonesia pada tahun
2017 menduduki posisi ke 8 dari seluruh provinsi di Indonesia yaitu dengan
16.608 kasus, sedangkan beban TB ini baru dicapai 42% yakni dari perkiraan
kasus TB 40.277 ditemukan 17.108 kasus. Oleh karena Kesuksesan dalam penanggulangan
TB adalah dengan menemukan penderita dan mengobati penderita sampai sembuh,
maka diperlukan suatu inovasi strategi komitmen dan kebijakan pengambil
keputusan seperti yang dilakukan provinsi Banten dengan melakukan Gerakan
Banten Eliminasi TBC (Pencarian terduga penderita TB secara pasif, masif aktif,
intensif dan masif oleh OPD dan komponen masyarakat Banten, diperiksa lab dan
klinis, diobati dan dipantau sampai sembuh), hal ini juga sesuai kebijakan
Kemenkes RI yang menargetkan Indonesia berhasil mengeliminasi penyakit TB
(Tuberkulosis) pada Tahun 2030 (Amri, 2018).
Penyakit
Tuberkulosis dapat terjadi karena adanya perilaku dan sikap keluarga yang
kurang baik, diantaranya jarang sekali menggunakan masker debu, kontrol rutin 6
bulan sekali, serta pemeriksaan dahak. Dalam hal ini bagaimana seharusnya
keluarga klien yang terdiagnosa TB paru mengetahui secara jelas dan benar apa
sebenarnya penyakit Tuberkulosis ini, dan bagaimana cara penularan dan
pencegahannya. Penyakit tuberculosis disebabkan oleh mikroorganisme
Mycobacterium tuberculosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan
ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya dan membentuk
kolonisasi di bronkiolus atau alveolus. (WHO, 2015).
Untuk
mempercepat proses penyembuhan pasien TB Paru maka diperlukan perawatan yang
sangat intensif terlebih dari pihak keluarga. Dalam sebuah keluarga, disfungsi
apa saja (penyakit, cedera, perpisahan) yang mempengaruhi satu atau lebih
anggota keluarga, dan dalam hal tertentu sering kali akan mempengaruhi satu
atau lebih anggota keluarga, yang lain secara keseluruhan serta ada semacam
hubungan yang kuat antara keluarga dengan status kesehatan anggotanya, bahwa
peran dari keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan
anggota keluarga secara individu, mulai dari strategi – strategi hingga fase
rehabilitasi. Menurut (Friedman et al., 2010) bahwa peran
keluarga dalam perawatan TB paru bisa dalam bentuk dukungan emosional,
penghargaan, instrumental dan informasi.
Peran keluarga
bisa di mulai dari mengkaji atau memulai dan memberikan perawatan kesehatan.
Hal ini sangat penting dalam membantu setiap anggota keluarga untuk mencapai
suatu keadaan sehat hingga tingkat optimum. Oleh karena itu, mengingat penyakit
TB Paru merupakan penyakit mematikan dan menular, maka jika salah satu anggota
dari keluarga ada yang penderita TB Paru maka akan sangat berpengaruh terhadap
anggota keluarga yang lain salah satunya adalah timbulnya kecemasan terhadap
adanya penularan (Friedman et al., 2010).
Kecemasan
(ansietas) merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak
menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat
diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek
yang spesifik. Kecemasan pada individu dapat memberikan motivasi untuk mencapai
sesuatu dan merupakan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup.
Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri atau
identitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu. Kecemasan
dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan bagian dari kehidupan
sehari-hari, menghasilkan peringatan yang berharga dan penting untuk upaya
memelihara keseimbangan diri dan melindungi diri (Sulistyawati, 2012).
Kecemasan
merupakan hal yang akrab dalam hidup manusia. Kecemasan bukanlah hal yang aneh
karena setiap orang pasti pernah mengalami kecemasan. Kecemasan sangat
berhubungan dengan perasaan tidak pasti dan ketidakberdayaan sebagai hasil
penilaian terhadap suatu objek atau keadaan. Ansietas timbul sebagai respon
terhadap stres, baik stres fisik dan fisiologis. Artinya, ansietas terjadi ketika
seorang merasa terancam baik fisik maupun psikologis (Asmadi,
2013).
Adanya suatu
penyakit yang serius dan kronis salah satunya adalah TB Paru pada diri
seseorang anggota keluarga biasanya memiliki pengaruh yang mendalam pada sistem
keluarga, khususnya pada struktur peran dan pelaksanaan struktur keluarga,
karena anggota keluarga merasa cemas tertular oleh anggota keluarga yang lain
yang menderita penyakit TB Paru. Banyak studi yang secara konsisten
mendokumentasikan stres dan beban-beban yang dihadapi keluarga, khususnya oleh
yang merawat ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
kronis. Pemberian perawatan di rumah yang berkesinambungan ini dapat
mengakibatkan konsekuensi-konsekuensi negatif yang serius bagi pemberi
perawatan (Friedman et al., 2010).
Menurut
penelitian (Priyatin, 2017) yang berjudul
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Anggota Keluarga Terhadap
Penularan TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sokaraja II Kabupaten Banyumas”.
Hasil penelitian ini menunjukkan Terdapat hubungan yang cukup kuat dan
signifikan dan positif antara persepsi anggota keluarga terhadap pengobatan TB
paru dengan kecemasan anggota keluarga terhadap penularan TB paru, yang
dibuktikan oleh nilai t hitung lebih besar dari t tabel (3,706 > 2,048) dan
koefisien korelasi sebesar 0,491 (< 0,5).
Hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Sari, 2016) yang berjudul
“Hubungan Kecemasan Tentang Penularan Penyakit Dengan Peran Keluarga Dalam
Perawatan Penyakit Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol I Sukoharjo”
menunjukkan hasil bahwa nilai rxy sebesar 0,606 dan nilai probabilitas
(p-value) 0,000 lebih kecil dari (alpha) = 0,05 berdasarkan hasil ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa hipotesis nol ditolak dan secara statistik disimpulkan
hubungan kecemasan keluarga tentang penularan TB paru dengan peran keluarga
dalam perawatan TB paru. Hubungan tingkat kecemasan tentang penularan penyakit
TB paru dengan peran keluarga dalam perawatan penyakit TB paru termasuk dalam
kategori kuat.
Penelitian-penelitian
terkait tentang kecemasan tentang penularan penyakit dengan peran keluarga
dalam perawatan penyakit TB paru di Indonesia masih banyak meninggalkan kesan
keluarga dengan tingkat kecemasan yang berlebih. Sehingga penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti yaitu mengenai kecemasan tentang penularan penyakit
dengan peran keluarga dalam perawatan penyakit TB paru. Kabupaten Tangerang
dengan jumlah penduduk 3,107,668 jiwa pada tahun 2017 ditemukan jumlah kasus TB
Paru positif sebanyak 1,896 kasus, laki- laki 1,152 kasus (60,76%) dan
Perempuan 744 kasus (39,2%). Jumlah seluruh kasus TB Laki – laki 2,070 kasus
(59%) dan perempuan 1,440 (41,%). Kasus TB Anak 0-14 Tahun mencapai 207 kasus
(5,90%) (Depkes, 2009).
Puskesmas Pasir
Nangka merupakan salah satu puskesmas di wilayah Kabupaten Tangerang.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Pasir Nangka, menunjukkan data
pada tahun 2018 kasus TB paru sebanyak 116 orang, yang terbagi dalam data
pertriwulan sebagai berikut : triwulan I sebanyak 27 orang, triwulan II
sebanyak 27 orang, triwulan III sebanyak 29 orang dan triwulan IV sebanyak 33
orang. Kasus TB paru ini mengalami peningkatan di tahun 2019 menjadi 143 orang,
dan perincian data pertriwulan : triwulan I sebanyak 30 orang, triwulan II
sebanyak 18 orang, triwulan III sebanyak 28 orang dan triwulan IV sebanyak 67
orang. Bila dilihat berdasarkan data pertahun maupun data pertriwulan dapat
diketahui bahwa kasus TB paru mengalami peningkatan.
Berdasarkan
latar belakang ini peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Hubungan Kecemasan
Tentang Penularan Penyakit Dengan Peran Keluarga Dalam Perawatan Penyakit TB
Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Nangka Kabupaten Tangerang”.
Metode
Penelitian
Pengolahan
data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
(1) Editing merupakan upaya memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh
atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau
setelah data terkumpul. Peneliti mengecek kembali setiap data dan jawaban dari
setiap pertanyaan pada kuesioner yang telah dikumpulkan; (2) Coding merupakan
kegiatan pemberian numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa
kategori. Pemberian kode sangat penting dilakukan bila pengolahan data dan
analisa data menggunakan komputer. Dalam pembuatan kode dibuat pula daftar kode
dan artinya dalam suatu buku (kode book) untuk mempermudah melihat kembali
lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel. Peneliti memberikan kode pada
setiap item untuk mempermudah dalam pengolahan data yang menggunakan perangkat
lunak komputer yaitu perangkat lunak; (3) Entry data adalah kegiatan memasukan
data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau dSata base komputer
dengan menggunakan program perangkat lunak, kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi. Peneliti
memasukan setiap data ke dalam data set yaitu variabel view dan data view
sebelum data tersebut diolah;
(4) Cleaning Yaitu Pada tahap ini data yang telah ada diperiksa
kembali untuk memastikan bahwa data bersih dari kesalahan. Pada penelitian ini
peneliti mengkoreksi kembali data-data yang telah dientry dan mengubah setiap
kesalahan atau kekeliruan yang terjadi pada saat melakukan entry data. Peneliti
memeriksa kembali data yang telah di entry ke dalam komputer dengan mencocokkan
data yang ada pada kuesioner; (5) Processing : Tahap
ini merupakan tahap akhir dari pengolahan data, data yang sudah ada akan
diproses dengan komputer. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua
analisis data yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Peneliti akan
memproses kembali setiap data sesuai dengan tujuan yang diinginkan yaitu
menganalisis data univariat dan bivariat (Notoatmodjo, 2015).
Analisis
data dalam penelitian ini dilakukan meliputi analisis univariat dan bivariat.
Dengan dibantu program SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi
21.0. Analisa univariat yaitu dengan menampilkan tabel – tabel distribusi
frekuensi untuk melihat gambaran distribusi frekuensi responden menurut
variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun variabel independen.
Analisa bivariat digunakan dalam penelitian dengan tujuan untuk melihat dua
variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Uji statistik yang digunakan
dalam analisis bivariat adalah uji chi square, alasannya adalah bahwa uji ini
dilakukan pada variabel yang bersifat katagorik/kualitatif. Uji ini bertujuan
untuk menguji perbedaan proporsi dua atau lebih kelompok sampel (Hastono, 2017).
Hasil
akhir uji statistik adalah untuk mengetahui apakah keputusan uji Ho ditolak
atau Ho gagal ditolak. Dengan ketentuan apabila p value < α (0,05), maka Ho
ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna, jika p value > α maka Ho gagal
ditolak, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antar variabel (Hastono, 2017).
Hasil dan Pembahasan
1. Analisis Univariat
a. Usia
Tabel 1
Distribusi
Frekuensi Usia Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Nangka Kabupaten
Tangerang
Usia |
Frekuensi |
|
n |
% |
|
Dewasa akhir
(36-45 tahun) Dewasa awal (26-35 tahun) |
22 84 |
20,8 79,2 |
Jumlah |
106 |
100 |
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 106
responden mayoritas dengan usia dewasa akhir (36-45 tahun) sebesar 79,2%.
b. Pendidikan
Tabel 2.
Distribusi Frekuensi Pendidikan
Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Nangka Kabupaten Tangerang
Pendidikan |
Frekuensi |
|
n |
% |
|
SD SMP SMA PT |
2 64 39 1 |
1,9 60,4 36,8 0,9 |
Jumlah |
106 |
100 |
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 106
responden mayoritas pendidikan SMP sebesar 60,4%.
c. Pekerjaan
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden
di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Nangka Kabupaten Tangerang
Pekerjaan |
Frekuensi |
|
n |
% |
|
Tidak bekerja Bekerja |
86 20 |
81,1 18,9 |
Jumlah |
106 |
100 |
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 106 responden mayoritas
tidak bekerja sebesar 81,1%.
d. Kecemasan
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Kecemasan Tentang
Penularan Penyakit di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Nangka Kabupaten Tangerang
Kecemasan |
Frekuensi |
|
N |
% |
|
Tidak cemas Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Panik |
2 12 29 46 17 |
1,9 11,3 27,4 43,4 16 |
Jumlah |
106 |
100 |
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 106
responden mayoritas responden dengan kecemasan berat sebesar 43,4%.
e. Peran keluarga
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Peran Keluarga
Dalam Perawatan Penyakit TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Nangka
Kabupaten Tangerang
Peran
Keluarga |
Frekuensi |
|
N |
% |
|
Baik Buruk |
64 42 |
60,4 39,6 |
Jumlah |
106 |
100 |
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 106
responden mayoritas responden dengan peran keluarga baik sebesar 60,4%.
2. Analisa Bivariat
Hasil analisis bivariat pada responden yang tidak
cemas dari 26 responden mayoritas dengan peran keluarga baik, yaitu sebanyak 2
orang (100%), dan paling sedikit responden pada kecemasan panik dari 17
responden mayoritas dengan peran keluarga buruk, yaitu sebanyak 15 orang
(88,2%). Hasil uji statistik dengan Chi Square diperoleh p-value = 0,000
artinya p < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, berarti ada
hubungan antara kecemasan tentang penularan penyakit dengan peran keluarga
dalam perawatan penyakit TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Pasir Nangka Kabupaten
Tangerang.
Tabel
4
Hubungan Kecemasan Tentang Penularan
Penyakit Dengan Peran Keluarga Dalam Perawatan Penyakit TB Paru di Wilayah
Kerja Puskesmas Pasir Nangka Kabupaten Tangerang
Kejadian Kelebihan Berat Badan |
Total |
P. Value |
|||||
Ya |
Tidak |
|
|
||||
N |
% |
n |
% |
n |
% |
|
|
Tidak Cemas Cemas Ringan Cemas Sedang Cemas Berat Panik |
2 10 19 31 2 |
100 83,3 65,5 67,4 11,8 |
0 2 10 15 15 |
0 16,7 34,5 32,6 88,2 |
2 12 29 46 17 |
100 100 100 100 100 |
0,000 |
Total |
64 |
60,4 |
42 |
39,6 |
106 |
100 |
|
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 106 responden di
Wilayah kerja Puskesmas Pasir Nangka Kabupaten Tangerang, diketahui mayoritas
dengan usia dewasa akhir (36-45 tahun) yaitu sebanyak 84 orang (79,2%), dan
yang paling sedikit usia dewasa awal (26-35 tahun) sebanyak 22 orang (20,8%).
Pada pendidikan mayoritas pendidikan SMP yaitu sebanyak 64 orang (60,4%),
dan yang minoritas responden pendidikan perguruan tinggi sebanyak 1 orang
(0,9%).
Pada pekerjaan mayoritas tidak bekerja yaitu sebanyak 86 orang (81,1%),
dan yang minoritas responden bekerja sebanyak 20 orang (18,9%).
2. Kecemasan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 106 responden di
Wilayah kerja Puskesmas Pasir Nangka Kabupaten Tangerang, diketahui mayoritas
responden dengan kecemasan berat sebanyak 46 orang (43,4%), dan yang minoritas
responden yang tidak cemas sebanyak 2 orang (1,9%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Sari,
2016) yang berjudul “Hubungan
Kecemasan Tentang Penularan Penyakit Dengan Peran Keluarga Dalam Perawatan
Penyakit Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol I Sukoharjo” menunjukkan
hasil bahwa dari 39 orang yang diteliti sebagian besar mengalami kecemasan
berat yaitu sebanyak 19 orang (49%).
Menurut (Smeltzer,
2014) yang menyatakan bahwa
kecemasan (Ansietas) merupakan reaksi emosional terhadap penilaian individu
yang subyektif, yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak diketahui
secara khusus penyebabnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa kecemasan pada pasien
sebelum pembedahan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dirasakan oleh pasien
karena tidak mengetahui tentang konsekuensi proses pembedahan.
Hal ini diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh (Asmadi,
2013), bahwa kecemasan sangat
berhubungan dengan perasaan tidak pasti dan ketidakberdayaan sebagai hasil penilaian
terhadap suatu objek atau keadaan. Ansietas timbul sebagai respon terhadap
stres, baik stres fisik dan fisiologis. Artinya, Ansietas terjadi ketika
seorang merasa terancam baik fisik maupun psikologis.
Menurut peneliti banyaknya responden dengan tingkat kecemasan yang berat
dikarenakan pada diori responden banyak kurang mengetahui tentang apa itu
penyakit TB paru, yang mereka tahu TB paru adalah penyakit menular yang
mempunyai kesan menakutkan. Hal ini diperrkuat dengan tingkat pendidikan
responden yang sebagian besar berpendidikan rendah, hal inilah yang menjadi
pemicu dari tinggi dan banyaknnya tingkat kecemasan berat pada penelitian ini
3. Peran Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 106 responden di
Wilayah kerja Puskesmas Pasir Nangka Kabupaten Tangerang, diketahui mayoritas
responden dengan peran keluarga baik sebanyak 64 orang (60,4%), dan responden
dengan peran keluarga buruk sebanyak 42 orang (39,6%).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sari,
2016) yang berjudul “Hubungan
Kecemasan Tentang Penularan Penyakit Dengan Peran Keluarga Dalam Perawatan
Penyakit Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol I Sukoharjo” menunjukkan
hasil bahwa dari 39 orang yang diteliti sebagian besar peran keluarga sedang
sebanyak 28 orang (72%) dan peran keluarga baik sebanyak 9 orang (23%),
sedangkan peran keluarga yang kurang sebanyak 2 orang (5%).
Menurut (Ruben,
2013) bahwa Peranan merupakan
aspek yang dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang yang melakukan
hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu
peranan. Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan
merupakan suatu bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan oleh seseorang
dalam suatu kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan status atau
kedudukan.
Dalam pernyataannya yang lain (Ruben,
2013) menyatakan bahwa peran
sebagai “a set of expected behavior patterns attributed to someone occupying a
given position in a social unit”. Aktivitas individu dalam kesehariannya hidup
bermasyarakat berhubungan erat dengan peran. Karena peran mengandung hal dan
kewajiban yang harus dijalani seorang individu dalam bermasyarakat. Sebuah
peran harus dijalankan sesuai dengan norma- norma yang berlaku juga di
masyarakat. Seorang individu akan terlihat status sosialnya hanya dari peran
yang dijalankan dalam kesehariannya.
Menurut peneliti banyaknya responden dengan peran keluarga yang baik
dikarenakan daerah tempat dilakukannya penelitian merupakan daerah yang masih
kental dengan adat dan budaya bahwasanya anak harus berbakti pada orang tua dan
budaya saling mendukung juga membantu pada sanak keluarga yang sedang
memerlukan bantuan. Hal inilah yang menjadikan banyaknya peran keluarga yang
baik.
4.
Hubungan
Kecemasan Tentang Penularan Penyakit Dengan Peran
Keluarga Dalam Perawatan Penyakit TB Paru
Berdasarkan hasil penelitian analisis bivariat diperoleh bahwa pada
responden yang tidak cemas dari 26 responden mayoritas dengan peran keluarga
baik, yaitu sebanyak 2 orang (100%). Pada kecemasan ringan dari 12 responden
mayoritas dengan peran keluarga baik, yaitu sebanyak 10 orang (83,3%). Pada
kecemasan sedang dari 29 responden mayoritas dengan peran keluarga baik, yaitu
sebanyak 19 orang (65,5%). Pada kecemasan berat dari 46 responden mayoritas
dengan peran keluarga baik, yaitu sebanyak 31 orang (67,4%). Pada kecemasan
panik dari 17 responden mayoritas dengan peran keluarga buruk, yaitu sebanyak
15 orang (88,2%).
Hasil uji statistik dengan Chi Square diperoleh p-value = 0,000 artinya p
< α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, berarti ada hubungan
antara kecemasan tentang penularan penyakit dengan peran keluarga dalam
perawatan penyakit TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Pasir Nangka Kabupaten
Tangerang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Priyatin,
2017) yang berjudul
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Anggota Keluarga Terhadap
Penularan TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Sokaraja II Kabupaten Banyumas”.
Hasil penelitian ini menunjukkan Terdapat hubungan yang cukup kuat dan
signifikan dan positif antara persepsi anggota keluarga terhadap pengobatan TB
paru dengan kecemasan anggota keluarga terhadap penularan TB paru, yang
dibuktikan oleh nilai t hitung lebih besar dari t tabel (3,706 > 2,048) dan
koefisien korelasi sebesar 0,491 (< 0,5).
Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Sari,
2016) yang berjudul “Hubungan
Kecemasan Tentang Penularan Penyakit Dengan Peran Keluarga Dalam Perawatan
Penyakit Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol I Sukoharjo” menunjukkan
hasil bahwa nilai rxy sebesar 0,606 dan nilai probabilitas (p-value) 0,000
lebih kecil dari (alpha) = 0,05 berdasarkan hasil ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa hipotesis nol ditolak dan secara statistik disimpulkan hubungan kecemasan
keluarga tentang penularan TB paru dengan peran keluarga dalam perawatan TB
paru. Hubungan tingkat kecemasan tentang penularan penyakit TB paru dengan
peran keluarga dalam perawatan penyakit TB paru termasuk dalam kategori kuat.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan (Friedman
et al., 2010) menyatakan bahwa Peran
keluarga bisa di mulai dari mengkaji atau memulai dan memberikan perawatan
kesehatan. Hal ini sangat penting dalam membantu setiap anggota keluarga untuk
mencapai suatu keadaan sehat hingga tingkat optimum. Oleh karena itu, mengingat
penyakit TB Paru merupakan penyakit mematikan dan menular, maka jika salah satu
anggota dari keluarga ada yang penderita TB Paru maka akan sangat berpengaruh
terhadap anggota keluarga yang lain salah satunya adalah timbulnya kecemasan
terhadap adanya penularan.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan (Setiadi,
2013) yang menyatakan bahwa
dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung
selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Jenis dukungan
yang diberikan keluarga untuk mengurangi kecemasan pasien itu sendiri adalah
dukungan informasional, dimana keluarga memberikan nasehat, saran, dukungan
jasmani maupun rohani. Dukungan emosional juga diberikan keluarga, yang
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan,
perhatian, mendengarkan dan didengarkan. Dukungan lainnya adalah dukungan
penilaian dan dukungan instrumental.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan (Sulistyawati,
2012) bahwa pada pasien yang tidak
mendapatkan dukungan keluarga akan mengalami kecemasan yang meningkat. Pada
umumnya jika seseorang memiliki sistem pendukung yang kuat, kerentanan terhadap
penyakit mental akan rendah.
Menurut peneliti adanya hubungan antara kecemasan tentang penularan
penyakit dengan peran keluarga dalam perawatan penyakit TB Paru di wilayah
kerja Puskesmas Pasir Nangka Kabupaten Tangerang, dikarenakan peran serta
keluarga dalam hal perawatan terhadap anggota keluarga yang sedang mengalami
sakit tentunya tidak terlepas dari kecemasan akan penularan penyakit tersebut.
Semakin berat kecemasan akan penularan penyakit itu makan akan semakin buruk
peran keluarga dalam hal perawatan terhadap anggota keluarganya yang sakit itu.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang
telah dilakukan pada 106 responden yang anggota keluarganya menderita TBC di
Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Nangka Kabupaten Tangerang maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Berdasarkan karakteristik dari 106
responden, diketahui mayoritas dengan usia dewasa akhir (36-45 tahun) yaitu
sebanyak 84 orang (79,2%), pendidikan SMP yaitu sebanyak 64 orang (60,4%), dan
tidak bekerja yaitu sebanyak 86 orang (81,1%).
Berdasarkan distribusi frekuensi
kecemasan diketahui mayoritas responden dengan kecemasan berat sebanyak 46
orang (43,4%).
Berdasarkan distribusi frekuensi peran
keluarga mayoritas responden dengan peran keluarga baik sebanyak 64 orang
(60,4%).
Ada hubungan antara kecemasan tentang
penularan penyakit dengan peran keluarga dalam perawatan penyakit TB Paru di
wilayah kerja Puskesmas Pasir Nangka Kabupaten Tangerang, terbukti dari hasil
uji statistik dimana P Value 0,000.
BIBLIOGRAFI
Amri, H. (2018). Gerakan
Banten Eliminasi TB Sebagai Upaya Percepatan Pemberantasan TB di Propinsi
Banten. Banten : Widyaiswara Ahli Madya BPSDMD Provinsi Banten.
Asmadi. (2013). Teknik Prosedural
Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika.
Depkes, R. I. (2009). Profil
kesehatan indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Friedman, M. M., Bowden, V. R., &
Jones, E. G. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: Riset, teori, dan praktik,
alih bahasa, Akhir Yani S. Hamid Dkk.
Hastono, S. P. (2017). Analisis
data pada bidang kesehatan.
Kemenkes, R. (2016). Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta : Depkes RI.
Priyatin. (2017). Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Anggota Keluarga Terhadap Penularan TB Paru
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sokaraja II Kabupaten Banyumas. Banyumas : STIKES
YAKPERMAS.
Ruben. (2013). Communication and
Human Behaviour 5th edition. Jakarta : Rajawali Pers.
Sari, E. N. (2016). Hubungan
Kecemasan tentang Penularan Penyakit dengan Peran Keluarga dalam Perawatan
Penyakit TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol I Sukoharjo.
Setiadi, N. (2013). Konsep dan
praktek penulisan riset keperawatan edisi 2. Jakarta: Graha ilmu.
Smeltzer, B. (2014). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (Ed 8). Jakarta: EGC.
Sulistyawati. (2012). Komunikasi
Terapeutik Teori dan Praktek. Jakarta: EGC.
Wahyu Hidayati. (2014). Gambaran
Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga Terhadap Efek Samping Pengobatan TB Paru Di
Wilayah Puskesmas Pabuaran Tumpeng. Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
WHO. (2015). Internasional Global
Tuberkulosis Report 2015.
Copyright holder: Linda Silitonga, Ayu Pratiwi, Rina
Puspitasari (2020) |
First publication right: Jurnal Health Sains |
This article is licensed under: |