Jurnal Health Sains: p�ISSN: 2723-4339 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 3, No.7, Juli 2022
Ranti Fitriyanti, Emma Emmawati, Anne
Yuliantini
Universitas
Bhakti Kencana, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
artikel info |
abstraK |
Diterima: 02 Juli 2022 Direvisi: �Juli 2022 Dipublish: Juli 2022 |
Antosianin adalah senyawa fenolik dan memberikan
warna alami yang bisa ditemukan pada buah. Buah-buahan mengandung warna yang
khas karena mengandung senyawa antosianin. Antosianin memiliki
sifat khusus berubah warna pada pH tertentu yang secara spesifik dapat
menyerap cahaya dari ultraviolet (UV) ke daerah serapan violet, tetapi lebih
kuat di daerah spektrum tampak. Dalam penelitian ini menggambarkan kandungan
beberapa sampel dari buah-buahan yang mengandung senyawa antosianin
sebagai indikator alami. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
review analis antosianin dari buah menggunakan metode spektofotometri
UV-Vis. Penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka (Library Research).
Penelitian dengan studi pustaka dilakukan dengan mencari artikel-artikel
terdahulu yang berisi penelitian terkait antosianin dari beberapa
sampel buah yang menggunakan metode spektofotometri UV-Vis dengan berbagai
bahan pelarut yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan antosianin
dapat diperoleh dengan cara ekstraksi. Proses ekstraksi antosianin
dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti metode ekstraksi, perbandingan
ukuran alat ekstraksi, kondisi bahan, lama waktu ekstraksi, jenis asam,
konsentrasi asam/pH, rasio bahan dan pelarut, dan jenis pelarut. Semakin
banyak pelarut yang digunakan, semakin tinggi hasil ekstrak. Semakin tinggi
rasio bahan: pelarut, semakin tinggi hasil karena rasio bahan: pelarut yang
lebih tinggi. Pelarut berpengaruh terhadap total antosianin pada buah
yang diteliti dalam literature review ini. Selanjutnya penelitian ini
menunjukkan bahwa cara terbaik untuk mengekstrak pigmen antosianin
dari bahan alam adalah
dengan cara perendaman, sedangkan pelarut yang dapat mengekstrak pigmen antosianin
secara optimal adalah dengan etanol-HCl. Hasil penelitian ini merupakan pelarut
paling efektif yang dapat digunakan dalam menarik antosianin. Abstract Anthocyanins are phenolic compounds and
provide the natural color found in fruit. Fruits contain a distinctive color
because they contain anthocyanin compounds. Anthocyanins have a special
property of changing color at a certain pH which can specifically absorb
light from the ultraviolet (UV) to the violet absorption region, but is
stronger in the visible spectrum. This study describes the content of several
samples of fruits that contain anthocyanin compounds as natural indicators.
The purpose of this study was to determine the analysis of anthocyanin
analysis of fruit using UV-Vis spectrophotometry method. This research is a
literature study (Library Research). Literature research was conducted by
looking for previous articles containing research related to anthocyanins
from several fruit samples using the UV-Vis spectrophotometry method with various
solvents used. The results showed that anthocyanins can be obtained by
extraction. The anthocyanin extraction process is influenced by a number of
factors such as the extraction method, the ratio of the size of the
extraction tool, the condition of the material, the length of the extraction
time, the type of acid, the concentration of acid/pH, the ratio of the
material and the solvent, and the type of solvent. The more solvent used, the
higher the extract yield. The higher the material:solvent ratio, the higher
the yield due to the higher material:solvent ratio. The solvent has an effect
on the total anthocyanin in the fruit studied in this literature review.
Furthermore, this study showed that the best way to extract anthocyanin
pigments from natural ingredients was by immersion, while the solvent that
could optimally extract anthocyanin pigments was ethanol-HCl. The results of
this review show that it is the most effective solvent that can be used to
attract anthocyanins. |
Kata Kunci: antosianin; buah; pelarut; ekstraksi; spektofotometri. Keywords:
anthocyanins; fruit; solvent; extraction;
spectrophotometry. |
Pendahuluan
Antosianin
pada tumbuhan merupakan zat pewarna yang penting dan paling melimpah serta
memiliki warna yang menakjubkan. Warna ini tergantung pada struktur kimia dan
pH yang dikandungnya (Ayun & Endara, 2022).
Tumbuhan yang memainkan peran penting dalam kehidupan manusia (Conner et al., 2017)
yang mengandung senyawa antosianin sebagai indikator alami. Diantara
buah yang mengandung antosianin adalah buah manggis (Supiyanti et al., 2010), buah
rambutan (Hutapea et al., 2014),
buah terong oleh (Fendri et al., 2020),
buah senggani (Zulfina et al., 2018),
buah pucuk merah (Sukemi et al., 2018), buah jenitri (Lestario et al., 2011).
Selanjutnya antosianin yang terkandung dalam buah ini menjadi fokus
kajian dalam literature review ini.
Pewarna alami dipilih
berdasarkan ketersediaannya di alam, dan kemudahan memperolehnya (Meilianti, 2020)
bahwa dengan menggunakan indikator ini, kita dapat menentukan
apakah suatu larutan bersifat asam, basa atau netral. Cara mengetahuinya adalah
dengan meneteskan ekstrak tumbuhan ke dalam larutan, kemudian diamati perubahan
warnanya. Dengan mengubah warna, kita dapat menentukan larutan mana yang
mengandung asam atau basa (Friyatmoko Wahyu et al., 2008).
Dengan adanya permasalahan tersebut, peneliti ingin mencari kondisi
yang optimum untuk memperoleh kadar dari antosianin yang maksimal dari
beberapa sampel buah yang yang menggunakan berbagai macam pelarut diantaranya
buah manggis, buah rambutan, terong, buah senggani, buah pucuk merah, dan buah
jenitri. Kebaruan dari penelitian ini adalah membahas dan membandingkan pelarut
dari enam buah yang diteliti. Selanjutnya, supaya penelitian ini fokus meneliti kandungan antosianin
dari sampel buah menggunakan berbagai macam pelarut sebagai indikator alami
yang menggunakan metode yang sama, yaitu metode spektofotometri.
Metode� Penelitian
Penelitian
dilakukan berfokus pada beberapa artikel penelitian yang berkaitan dengan topik
penelitian. Artikel penelitian yang dicantumkan dari penelusuran pustaka dalam
rentang waktu 10 tahun terakhir (2011-2021) dari pencarian sumber data base
seperti Portal Garuda, Google Scholar, MDPI, Elsevier, PubMed, dan sumber dengan
kata kunci: �Anthocyanin� �Natural Indicator� �Spectrophotometry�
dalam bahasa Indonesia pencarian kata �Antosianin� �Indikator Alami�
�Spektofotometri�. Sedangkan penunjang lainnya yang digunakan yaitu perpustakaan
sekunder yang digunakan adalah buku-buku ilmiah yang sesuai dengan pokok
bahasan tinjauan pustaka.
Beberapa
artikel ilmiah dipilih berdasarkan beberapa kriteria yang berhubungan dengan
topik �Review Jurnal Analisis Antosianin dari Buah dengan Berbagai Macam
Pelarut Menggunakan Metode Spektofotometri UV-Vis�. Pada kriteria pertama yang
digunakan yaitu jurnal yang dipublikasi pada rentang sepuluh tahun kebelakang.
Selain itu, pemilihan jurnal dilakukan berdasarkan judul, abstrak dan teks
secara keseluruhan. Setelah melalui tahap penyaringan ekstraksi data,
penelitian ini dapat menggunakan teknik kualitatif dengan menggunakan data yang
memenuhi syarat inklusi dengan menggunakan teknik secara kualitatif.
Hasil dan
Pembahasan
Antosianin dari bahan alam
dapat diperoleh dengan cara ekstraksi. Proses ekstraksi antosianin
dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti metode ekstraksi, perbandingan ukuran
alat ekstraksi, kondisi bahan (kekeringan, kekerasan, dan ukuran), lama waktu
ekstraksi, jenis asam, konsentrasi asam/pH, rasio bahan dan pelarut, dan jenis
pelarut (Zulfina et al., 2018).
Pigmen antosianin akan berwarna merah jika berada dalam sitoplasma sel
bersifat asam dan berwarna ungu dalam sitoplasma sel bersifat basa. Penggunaan
asam sitrat dengan konsentrasi yang berbeda tersebut yang mempengaruhi nilai pH
pelarut, sehingga nilai intensitas warna yang diperoleh berbeda (Zulfina et al., 2018).
Sifat
fisika dan kimia antosianin dilihat dari kelarutannya dalam pelarut
polar seperti metanol, aseton atau kloroform, seringkali dengan air dan
pengasaman dengan asam klorida atau asam format (Amanda & Kurniaty, 2017). Pengasaman dengan asam lemah menghindari hidrolisis antosianin
jika dibandingkan dengan penggunaan asam kuat yaitu asam klorida (Fatonah & Nora Idiawati, 2016).
Ekstraksi
antosianin dalam penelitian ini dibatasi hanya mengkaji tentang
penggunaan pelarut yang bersifat polar, antosianin adalah zat warna yang
bersifat polar dan akan larut pada pelarut polar. Dari beberapa jurnal yang di
review dalam penelitian ini, menggunakan berbagai macam pelarut. Diantara pelarut yang digunakan untuk ekstraksi antosianin diantaranya
adalah pelarut aquadest, etanol, metanol, asam sitrat (Nasrullah, Husain, H., & Syahrir, 2020).
Pelarut aquades merupakan pelarut yang paling polar dibandingkan dengan pelarut
lainnya. Aquades banyak digunakan sebagai bahan pencampur atau pelarut kimia.
Menurut (Hasanah & Novian, 2020) alasan penggunaan pelarut etanol karena etanol memiliki sifat
tidak beracun (non toksik), aman dan mampu menarik lebih banyak senyawa secara
sederhana. Alasan lain pemilihan etanol sebagai pelarut adalah karena flavonoid
umumnya berbentuk glikosida polar sehingga harus dilarutkan dalam pelarut
polar, dan etanol merupakan pelarut polar (Hasanah & Novian, 2020).
Menurut (Fatonah & Nora Idiawati, 2016)
penggunaan pelarut metanol digunakan karena metanol merupakan pelarut yang
mampu memecah dinding sel dan sitoplasma. Menurut (Kristiana et al., 2012)
gliserol merupakan pelarut organik yang mengandung gugus poliol yang dapat
meningkatkan kelarutan bahan obat dalam air.
Senyawa
fitokimia diidentifikasi setelah proses ekstraksi untuk menentukan golongan
senyawa yang ada pada buah yang diteliti. Sehingga jenis pelarut mempengaruhi
jenis fitokimia yang diekstraksi dan berpengaruh sangat besar terhadap pelarut.
Pada penelitian (Pustiari et al., 2014)
menggunakan pelarut etanol diasamkan dengan asam sitrat 3% menarik antosianin
lebih efektif dan optimal. Hal ini sejalan dengan penelitian (Amalia & Afnani, 2013)
yang menyimpulkan bahwa antosianin terbesar didapat dari menggunakan
pelarut etanol dengan campuran asam sitrat 3%. Sementara hasil penelitian yang
berbeda didapat dari penelitian (Yusuf
et al., 2021) yang menyimpulkan bahwa pelarut yang optimal
dalam mengekstraksi antosianin secara optimal adalah etanol-HCl. Penambahan
asam klorida atau asam asetat pada campuran pelarut polar dengan asam menyebabkan
pH turun sehingga semakin memperkuat kestabilan antosianin (Yusuf et al., 2021).
Menurut
(Kurniawati & Alauhdin, 2020) ekstraksi antosianin
untuk pengujian asam basa lebih baik jika menggunakan pelarut etanol. Ekstraksi
dilakukan dalam kondisi asam karena antosianin tidak stabil dalam
larutan netral atau basa.� Suasana asam
lebih baik untuk proses ekstraksi senyawa golongan flavonoid karena membran sel
tanaman dapat terdenaturasi dalam keadaan asam, sehingga senyawa flavonoid
dapat keluar dari sel tanaman. Beberapa jenis pengasaman yang digunakan untuk
mengekstrak antosianin adalah HCl dan asam sitrat (Hidayat & Saati, 2006).
Pemilihan pelarut untuk ekstraksi, dimana semakin asam pelarut yang digunakan
untuk ekstraksi, maka semakin tinggi intensitas warna yang diperoleh dari
ekstrak buah senggani. Hal ini juga berbanding lurus dengan kandungan antosianin
yang menunjukkan nilai tertinggi pada penggunaan asam sitrat 20% (Zulfina et al., 2018).
Semakin banyak pelarut yang digunakan, semakin tinggi hasil ekstrak. Semakin
tinggi rasio bahan: pelarut, semakin tinggi hasil karena rasio bahan: pelarut
yang lebih tinggi, dan ekstraksi komponen yang tidak diinginkan lainnya,
termasuk asam organik, untuk mendapatkan komponen yang cukup dari senyawa yang
diekstraksi. Peningkatan rendemen hasil ekstraksi karena kontak antara matriks
bahan dengan pelarut lebih besar dengan penggunaan jumlah pelarut yang lebih
banyak, sehingga memudahkan pelarut untuk menembus matriks seluler bahan dan
melarutkan target tersebut (Farida & Nisa, 2015).
Dari
beberapa review jurnal yang menjadi jurnal terpilih dalam penelitian ini banyak
menggunakan pelarut etanol dalam proses ekstraksi antosianin. Metode
ekstraksi antioksidan alami (antosianin) dari tanaman umumnya dilakukan
dengan menggunakan pelarut organik (metanol, aseton, etanol). Namun, penggunaan
pelarut ini cenderung menyebabkan masalah residu dan memiliki efek merugikan
pada komponen makanan dan lingkungan. Dengan alasan tersebut, maka upaya
penggunaan metode untuk ekstraksi senyawa bioaktif (antosianin) dari
bahan tanaman mempunyai potensi yang sangat menjanjikan (Yudiono, 2011).
Berdasarkan
hasil review jurnal diketahui bahwa "Pelarut memiliki pengaruh pada senyawa
yang diekstraksi, yang menunjukkan bahwa persentase pelarut yang lebih tinggi
untuk sampel memberikan hasil tertinggi untuk sampel yang diekstraksi�. Cara
terbaik untuk mengekstrak pigmen Antosianin merupakan bahan alami dengan
cara perendaman, sedangkan pelarut yang dapat mengekstrak pigmen antosianin
secara optimal adalah dengan cara perendaman etanol-HCl. Ekstrak pigmen antosianin
menunjukkan perubahan warna menjadi merah ketika direaksikan dengan larutan
asam dan berubah menjadi hijau kebiruan menjadi kuning ketika berinteraksi
dengan larutan basa. Hasil review ini menunjukkan pelarut yang digunakan dalam jurnal
(Yusuf et al., 2021)
menunjukkan pelarut paling efektif yang dapat digunakan dalam menarik antosianin.
Dapat disederhanakan bahwa pelarut berpengaruh terhadap total antosianin
pada buah yang diteliti dalam literature review ini, hasil penelitian berbeda
didapat dari penelitian (Zulfina et al., 2018)
bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap total antosianin, namun
berpengaruh sangat nyata (P≤0,01) terhadap intensitas warna ekstrak buah
senggani.
Kesimpulan
Antosianin dapat diperoleh dengan cara ekstraksi. Proses ekstraksi antosianin
dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti metode ekstraksi, perbandingan ukuran
alat ekstraksi, kondisi bahan, lama waktu ekstraksi, jenis asam, konsentrasi
asam/pH, rasio bahan dan pelarut, dan jenis pelarut. Semakin banyak pelarut
yang digunakan, semakin tinggi hasil ekstrak. Semakin tinggi rasio bahan:
pelarut, semakin tinggi hasil karena rasio bahan: pelarut yang lebih tinggi.
Pelarut berpengaruh terhadap total antosianin pada buah yang diteliti
dalam literature review ini, hasil penelitian berbeda didapat dari penelitian (Zulfina et al., 2018)
bahwa pelarut tidak berpengaruh terhadap total antosianin, hanya
berpengaruh terhadap intensitas warna. Selanjutnya penelitian ini menunjukkan
bahwa cara terbaik untuk mengekstrak pigmen antosianin dari bahan alam
adalah dengan cara perendaman, sedangkan pelarut yang dapat mengekstrak pigmen
antosianin secara optimal adalah dengan etanol-HCl. Hasil review ini menunjukkan
pelarut yang digunakan dalam jurnal (Yusuf et al., 2021)
menunjukkan pelarut paling efektif yang dapat digunakan dalam menarik antosianin.
BIBLIOGRAFI
Amalia, F., & Afnani, G. N. (2013).
Extraction and stability test of anthocyanin from buni fruits (Antidesma Bunius
L) as an alternative natural and safe food colorants. Journal of Food and
Pharmaceutical Sciences, 1(2). Google Scholar
Amanda, A., & Kurniaty, I. (2017).
Pengaruh waktu maserasi terhadap rendemen zat antosianin pewarna alami
minuman jelly dari terong ungu. Prosiding Semnastek. Google Scholar
Ayun, Q., & Endara, R. (2022).
Optimasi Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus Costaricensis) Untuk
Mendapatkan Kadar Antosianin Maksimal. Prosiding: Konferensi Nasional
Matematika Dan IPA Universitas PGRI Banyuwangi, 2(1), 175�181. Google Scholar
Conner, T. S., Brookie, K. L., Carr, A.
C., Mainvil, L. A., & Vissers, M. C. M. (2017). Let them eat fruit! The
effect of fruit and vegetable consumption on psychological well-being in young
adults: A randomized controlled trial. PloS One, 12(2), e0171206.
Google Scholar
Farida, R., & Nisa, F. C. (2015).
Ekstraksi Antosianin Limbah Kulit Manggis Metode Microwave Assisted
Extraction (Lama Ekstraksi Dan Rasio Bahan: Pelarut)[In Press April 2015]. Jurnal
Pangan Dan Agroindustri, 3(2), 362�373. Google Scholar
Fatonah, N., & Nora Idiawati, H.
(2016). Uji Stabilitas Zat Warna Ekstrak Buah Senggani (Melastoma malabathricum
L.). Jurnal Kimia Khatulistiwa, 5(1). Google Scholar
Fendri, S. T. J., Verawati, V., &
Nuras, P. S. (2020). Stabilitas Antosianin Dari Kulit Terong Belanda
Merah (Solanum betaceum Cav.) TERHADAP PH DAN SUHU. Jurnal Katalisator, 5(1),
64�73. Google Scholar
Friyatmoko Wahyu, K.,
Hidayat, A., & Retnoyuanni, M. (2008). Efektivitas Penggunaan Limbah Serbuk
Gergaji Pohon Nangka (Artocarpus Heterophyllus L.) Sebagai Alternatif Pembuatan
Indikator Asambasa. Pelita-Jurnal Penelitian Mahasiswa UNY, 2. Google Scholar
Hasanah, N., & Novian, D. R. (2020).
Analisis Ekstrak Etanol Buah Labu Kuning (Cucurbita Moschata D.). J Para
Pemikir, 9(1), 54�59. Google Scholar
Hidayat, N., & Saati, E. A. (2006).
Membuat pewarna alami. Penerbit Trubus Agrisarana, Surabaya. Google Scholar
Hutapea, E. R. F., Siahaan, L. O., &
Tambun, R. (2014). Ekstraksi pigmen antosianin dari kulit rambutan
(Nephelium lappaceum) dengan pelarut metanol. Jurnal Teknik Kimia USU, 3(2). Google Scholar
Kristiana, H. D., Ariviani, S., &
Khasanah, L. U. (2012). Ekstraksi pigmen antosianin buah senggani
(Melastoma malabathricum auct. Non linn) dengan variasi jenis pelarut. Jurnal
Teknosains Pangan, 1(1). Google Scholar
Kurniawati, A., &
Alauhdin, M. (2020). Ekstraksi Dan Analisis Zat Warna Ekstrak Kulit Buah
Manggis (Garciana Mangostana L.) Serta Aplikasinya Sebagai Indikator Asam-Basa.
Indonesian Journal of Chemical Science, 9(1), 56�62. Google Scholar
Lestario, L. N., Rahayuni, E., &
Timotius, K. H. (2011). Kandungan antosianin dan identifikasi
antosianidin dari kulit buah jenitri (Elaeocarpus angustifolius Blume). Agritech,
31(2). Google Scholar
Meilianti, M. (2020). Karakterisasi Permen
Jelly Umbi Bit Merah (Beta Vulgaris. L) Dengan Penambahan Ekstrak Buah Sirsak
Dan Variasi Pektin. Jurnal Distilasi, 3(2), 39�47. Google Scholar
Nasrullah, Husain, H., & Syahrir,
M. (2020). Pengaruh Suhu Dan Waktu Pemanasan Terhadap Stabilitas Pigmen Antosianin
Ekstrak Asam Sitrat Kulit Buah Naga Merah. Google Scholar
Pustiari, P. A., Leliqia, N. P. E., &
Wijayanti, N. (2014). Penentuan Rendemen Antosianin Total Ekstrak Kulit
Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.) dengan Pengeringan Oven. Jurnal
Farmasi Udayana, 3(2), 279726. Google Scholar
Sukemi,
S., Usman, U., Putra, B. I., Purwati, W., Rahmawati, N. N., & Pradani, S.
D. A. (2018). Acid Base Indicator from Shoot-Leaves Ethanol Extract of Pucuk
Merah (Syzygium oleana). JKPK (Jurnal Kimia Dan Pendidikan Kimia), 2(3),
139�144. Google Scholar
Supiyanti, W., Wulansari, E. D.,
& Kusmita, L. (2010). Test of antioxidant activity and determination of
total anthocyanin content in rind of mangosteen (Garcinia mangostana L). Majalah
Obat Tradisional, 15(2), 64�70. Google Scholar
Yudiono, K. (2011). Ekstraksi Antosianin
Dari Ubijalar Ungu (Ipomoea Batatas Cv. Ayamurasaki) Dengan Teknik Ekstraksi
Subcritical Water. Teknologi Pangan: Media Informasi Dan Komunikasi Ilmiah
Teknologi Pertanian, 2(1). Google Scholar
Yusuf, A. G., Najiyah, N., Mulyono, E.
W. S., & Abdilah, F. (2021). Studi Literatur Potensi Ekstrak Zat Warna Alam
sebagai Indikator Asam Basa Alternatif. Fullerene Journal of Chemistry, 6(2),
124�134. Google Scholar
Zulfina, T., Safriani, N., & El Husna,
N. (2018). Ekstraksi Antosianin dari Buah Senggani (Melastoma polyanthum
BI.) dengan Variasi Rasio Bahan dengan Pelarut dan Konsentrasi Asam Sitrat. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 3(4), 835�839. Google Scholar
Copyright
holder: Ranti Fitriyanti, Emma
Emmawati, Anne Yuliantini (2022) |
First
publication right: Jurnal Health Sains |
|