Jurnal Health Sains: p–ISSN : 2723-4339 e-ISSN : 2548-1398 Vol. 1, No. 5, November 2020
Hera Hijriani,
Aat Agustini, Atih Karnila
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Majalengka, Jawa Barat, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
Tanggal diterima: 5 November 2020
Tanggal revisi: 15 November 2020
Tanggal yang diterima: 25
November 2020 Kata kunci:
Pengetahuan; Kejadian Diare; Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Diare
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mencapai 71,92, angka ini meningkat sebesar 0,53 poin atau tumbuh sebesar 0,74 persen dibandingkan tahun 2018. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia angka kesakitan diare untuk semua golongan umur adalah sekitar 120-360 per 1000 penduduk(12%-36%). Tujuan penelitian ini yaitu hubungan pengetahuan ibu tentang perilaku hidup bersih sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada anak di ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Kelas B Kabupaten Subang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 84 responden, pengambilan data dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data berupa data primer. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan kategori baik (57,1%). Angka kejadian diare berada pada kategori diare tanpa dehidrasi (56%). Analisis Bivariat (Chi Square) variabel pengetahuan dengan kejadian diare p.Value = 0,000 (p.Value <0,05) Kesimpulan penelitian yang penulis lakukan adalah terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada anak di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Kelas B Kabupaten Subang. Saran dari penelitian ini adalah promosi kesehatan tentang PHBS keluarga dan pencegahan diare balita perlu dilakukan terutama di tingkat Poliklinik dan
Ruang rawat inap.
Ariska Pramesti Sagita Cahyani, Putri Aprilia Aini H, Ertien Rining Nawangsari
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pembangunan manusia di Indonesia terus mengalami kemajuan. Di mana, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mencapai 71,92, angka ini meningkat sebesar 0,53 poin atau tumbuh sebesar 0,74 persen dibandingkan tahun 2018. Salah satu indikator meningkatnya IPM di Indonesia adalah keberhasilannya yaitu mampu ditekannya angka kejadian penyakit menular seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), Pneumonia, Tuberkulosis Paru, Hepatitis, Diare, dan Malaria (BPS,2020).
Penyakit diare merupakan penyebab kematian kedua pada anak di bawah lima tahun dengan jumlah 525.000 (0,030%) anak setiap tahun. Secara global, ada hampir 1,7 miliar kasus penyakit diare anak-anak setiap tahun. Kejadian diare dapat berlangsung beberapa hari dan dapat menimbulkan dehidrasi.Penyebab utama kematian akibat diare adalah dehidrasi dan penyebab lainnya adalah infeksi bakteri septik.Anak kekurangan gizi atau memiliki gangguan kekebalan serta orang pengindap HIV paling berisiko mengalami diare yang mengancam jiwa (Organization, 2017).
Angka kesakitan kematian akibat diare masih relatif tinggi. Beberapa survey di Indonesia menunjukkan angka kesakitan diare untuk semua golongan umur adalah sekitar 120-360 per 1000 penduduk (12%- 36%), dan untuk golongan balita menderita satu atau dua kali episode diare pada setiap tahunnya, 76% kematian karena diare terjadi pada bayi dan balita terutama 2 tahun pertama usia bayi. Pada bayi kasus diare menduduki urutan kedua setelah Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) sebagai penyebab kematian (Sani & Abidin, 2014).
Prevalensi diare di Indonesia menurut karakteristik berdasarkan Riskesdas 2018 tercatat sebanyak 18.225 (9%) anak dengan
diare golongan umur < 1 tahun, 73.188 (11,5
%) anak dengan diare golongan umur 1-4 tahun, 182.338 (6,2 %) anak dengan diare golongan umur 5-14 tahun, dan sebanyak 165.644 (6,7 %) anak dengan diare golongan umur 15-24 tahun (Kemenkes, 2019).
Prevalensi diare di Provinsi Jawa Barat menurut karakteristik berdasarkan Riskesdas
2018 tercatat sebanyak 1.287 (10,40%) anak dengan diare golongan umur < 1 tahun,
5.312 (13,43 %)anakdengan diare golongan umur 1-4 tahun, 12.806(6,98%) anak dengan diare golongan umur 5-14 tahun, dan sebanyak 12.409 (7,24 %) anak dengan diare golongan umur 15-24 tahun. Selanjutnya prevalensi diare di Kabupaten Subang berdasarkan Riskesdas 2018 kejadian diare tercatat sebanyak 2.379 (5,61%) jiwa. Sedangkan prevalensi kejadian diare pada Balita tercatat sebanyak 184 (9,58%) (Kemenkes, 2019).
Diare merupakan peningkatan frekuensi dan perubahan konsitensi faeces yang disebabkan oleh agen infeksi pada gastrointestinal dan sering terjadi pada balitadan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.Sementara untuk bayi dan anak-anak, pengeluaran tinja > 10 g/kg/24 jam, sedangkan rata- rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/24 jam seperti yang diungkapkan oleh (Juffrie et al., 2010).
Faktor-faktor kejadian diare dipengaruhi oleh kurang memadainya penyediaan air bersih, air yang tercemar oleh tinja, sarana kebersihan yang masih kurang, tempat pembuangan tinja yang tidak hygienis kebersihan lingkungan dan perorangan yang kurang dan kebersihan makanan yang kurang memadai. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi enam golongan yaitu karena infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immunodefinisit, dan penyebab lain. (Ginting, 2018).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, melalui komunikasi, informasi dan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, dengan pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerman) sebagai upaya mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan (Kemenkes, 2017).
Berdasarkan hasil laporan bulanan Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Kabupaten Subang bulan Januari-Desember 2019 tercatat sebanyak 545 anak terkena
diare, tercatat pada bulan Januari sebanyak
47 (8,62%), Februari sebanyak 37 (6,79%), Maret sebanyak 43 (7,89%), April sebanyak 49 (8,99%), Mei sebanyak 43 (7,89%), Juni sebanyak 47 (8,62%), Juli sebanyak 47(8,62%), Agustus sebanyak 47 (8,62%), September sebanyak 50 (9,17%), Oktober sebanyak 50 (9,17%), November sebanyak 43 (7,89%) dan bulan Desember sebanyak 42 (7,71%) (Rekam Medik RSUD Kelas B Kab. Subang, 2019).
Dari data tersebut peneliti kemudian melakukan studi pendahuluan pada 10 ibu yang anaknya dirawat, dimana 4 ibu (40 %) memiliki anak tidak dengan riwayat diare, ketika diwawancarai semua ibu mengatakan paham tentang apa itu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), seperti harus mencuci tangan dengan air dan sabun saat hendak memberi makan pada anak, harus mengantarkan anak untuk BAB di toilet/jamban, air minum harus berada dalam wadah yang bersih dan selalu tertutup, serta manfaat PHBS bagi keluarga mereka yaitu agar keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
Sedangkan pada 6 ibu (60 %) yang memiliki balita dengan riwayat diare, diketahui bahwa semua ibu belum mengetahui tentang apa itu PHBS dan manfaat PHBS bagi keluarganya sendiri, yaitu 2 orang ibu (33,3%) menjawab tidak selalu mengantarkan anaknya untuk BAB di jamban dikarenakan sibuk bekerja sehingga terkadang anak BAB di sembarang tempat, 1 orang ibu (16,7%) hanya mencuci tangan dengan air tanpa sabun sebelum memberi makan pada anak karena ibu beranggapan bahwa mencuci tangan dengan air saja sudah cukup, dan 3 orang ibu (50%) tidak selalu menyimpan air dalam keadaan tertutup karena beranggapan bahwa air yang sudah dimasak sampai mendidih sudah bebas dari segala macam kuman penyakit.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu tentang perilaku hidup bersih sehat (PHBS) dengan kejadian
diare pada anak di ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Kelas B Kabupaten Subang.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian korelasional, dalam hal ini peneliti berupaya mencari hubungan antar variabel dan menguji berdasarkan teori yang ada (Nursalam, 2016). Desain yang digunakan adalah cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali, pada satu saat, dengan maksud bahwa rancangan ini menggambarkan hubungan penyakit dan paparannya sehingga pokok permasalahannya yang ada dapat terungkap. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang tentang perilaku hidup bersih sehat (PHBS) dengan kejadian diare pada anak di ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Kelas B Kabupaten Subang.
Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri dari atas subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Adapun jumlah populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang anaknya diare sedang dirawat di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah KelasB Kabupaten Subang bulan Januari-Desember 2019 sebanyak 545 orang.
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling disebut juga judgement sampling. Adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eklusi, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang dikenal sebelumnya. Berdasarkan pemilihan teknik sampel yang peneliti pilih, maka peneliti memilih subjek pada ibu yang memiliki anak dengan diare yang dirawat di
Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Kabupaten Subang (Nursalam, 2016), Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 84 responden.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak komputer melalui dua jenis analisis statistik, yaitu :
a. Analisis Univariat
Analisa ini dilakukan untuk melihat presentase/proporsi tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis presentase ini bertujuan menghitung jumlah kategori dari jawaban responden dan menghasilkan distribusi frekuensi dari persentase dari tiap variabel. Variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif yaitu menggunakan angka-angka dari data yang terkumpul kemudian diambil kesimpulan secara umum (Notoatmodjo, 2015).
b. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan tabulasi silang antara variabel bebas dan variabel terikat serta mencari hubungan antara keduanya. Kriteria pengujian adalah ; bila ρ value ≤ α (0,05) maka ada hubungan yang signifikan, tetapi bila ρ value > α (0,05) maka tida ada hubungan yang signifikan. Analisis ini digunakan untuk melihat adanya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Dalam analisa ini uji statistik yang digunakan Chi-Square.
Gambaran Kejadian
Diare Pada Anak Anggrek
Rumah Sakit Umum Kelas B Kabupaten Subang
N o |
Pengetahuan |
Jumlah |
Presentase |
1. |
Diare Tanpa Dehidrasi |
47 |
56 |
2. |
Diare Dehidrasi Ringan/Sedang |
20 |
23,8 |
3. |
Diare Dehidrasi Berat |
17 |
20,2 |
|
Total |
84 |
100 |
Penget ahuan Kejadia n diare To tal % P Va lue Diare tanp a
dehid rasi Diare dehidra si ringan/s edang Dehi drasi Berat N % N % N % Kurang 11 14 11 36 100 0,0 baik 30,6 38,9 30,6 48 100 00 Baik 36 6 6 75 12,5 12,5 Total 47 20 17 84 200 56 23,8 20,2
Hubungan
Pengetahuan Ibu Tentang Perilaku
Hidup Bersih Sehat (PHBS) Dengan
Kejadian Diare Pada Anak Di Ruang Anggrek
Rumah Sakit Umum Kelas B Kabupaten Subang
Tabel 4.1
No Pengetahuan Jumlah Presentase 1. Kurang Baik 38 42,9 2. Baik 48 57,1 4 Total 84 100
Pembahasan
1. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Dengan Kejadian Diare Pada Anak di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Kelas B Kabupaten Subang.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap pengetahuan ibu tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS), pengetahuan ibu dengan kategori baik tentang Perilaku
Hidup Bersih Sehat (PHBS) lebih tinggi yaitu 48 responden (57,1%) dibandingkan pengetahuan ibu dengan kategori kurang baik tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) yaitu 36, responden (42,9%). Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya responden telah mendapatkan informasi yang baik tentang diare, melihat data tersebut tenaga kesehatan diupayakan dapat memberikan penyuluhan secara komprehensif khususnya tentang diare, sehingga di masa mendatang pengetahuan ibu tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) lebih baik lagi.
Menurut (Notoatmodjo, 2015) bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukanpenginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan mempengaruhi perilaku seseorang, mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2015). Hasil penelitian lain diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang PHBS sebagian berada pada kategori cukup sebanyak 36 orang (61,0%) menunjukan ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang PHBS (YUVRISTA, 2019). Hasil penelitian dapat dijadikan tolok ukur tingkat pengetahuan, sehingga responden mampu meningkatkan wawasannya terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sesuai dengan standar yang dicanangkan oleh pemerintah, mengenal tatacara penanganan diare di rumah tangga.
2. Gambaran kejadian diare pada anak di ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Kelas B Kabupaten Subang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian anak dengan diare tanpa dehidrasi lebih tinggi yaitu 47 responden (56%) dibandingkan kejadian diare pada anak dengan diare dehidrasi ringan/sedang yaitu 20 responden (23,8%), dan diare dehidrasi berat yaitu 17 responden (20,2%). Kondisi ini dimungkinkan karena data yang diambil dalam penelitian kali ini peneliti langsung mendapatkan data dari keluarga. Hal ini berarti bahwa data yang didapatkan peneliti adalah data pada keluarga yang anaknya mempunyai riwayat atau sedang mengalami diare yang dirawat dirumah atau yang dibawa ke tempat pelayanan kesehatan.
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, karena tingginya angka kesakitan dan angka kematian akibat diare. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa insiden diare bervariasi dari tahun ke tahun.
3. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare pada Anak di Ruang Anggrek Rumah Sakit Umum Kelas B KabupatenSubang.
Hasil penelitian diketahui bahwa ada sebanyak diketahui sebanyak 36 responden (75%) memiliki pengetahuan baik tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan kejadian diare tanpa dehidrasi, sedangkan diantara ibu dengan pengetahuan kurang baik yaitu sebanyak
11 responden (30,6%) dengan kejadian diare tanpa dehidrasi. Hasil uji statistik Chi Square diketahui p.Value = 0,000 (p.Value
> 0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan yangbermakna antara pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan kejadiandiare.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh (Notoatmodjo, 2018), yang mengatakan bahwa pengetahuan seseorang terhadap
kesehatan merupakan salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang, jadi jika ibu tidak pernah mendapatkan informasi atau penyuluhan tentang diare akan berpengaruh terhadap pemahaman ibu tentang diare, khususnya padaanaknya.
Penelitian sejalan dengan penelitian (Widyastuti, 2012) tentang Faktor-Faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu tentang pencegahan diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas 4 Ulu Palembang tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan tingkat pengetahuan terhadap kejadian diare Pvalue0,000.
Penelitian ini sejalan pula dengan penelitian (YUVRISTA, 2019) menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang cukup tentang PHBS cenderung memiliki balita dengan diare (77,8%), p-value 0,003
< α 0,05 yang berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang PHBS dengan kejadian diare pada balita. Selanjutnya hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Irianty, Hayati, & Riza, 2018) Tentang Pengetahuan Keluarga tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kejadian Diare pada Balita. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan tidak berhubungan dengan kejadian diare Pvalue 0,112.
Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan manusia seperti melihat, mendengar, mencium, raba, rasa dan lainnya terhadap suatu objek tertentu, dalam hal ini pengetahuan di pengaruhi oleh mata dan telinga. Respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, pengetahuan gejala, penyebab, pengobatan mempengaruhi perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2015).
Peningkatan promosi kesehatan tentang PHBS keluarga dan pencegahan diare balita perlu dilakukan terutama di tingkat Poliklinik dan Ruang rawat inap. Peningkatan promosi kesehatan untuk
pencegahan diare difokuskan pada penerapan PHBS dalam tatanan rumah tangga. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi untuk pendampingan penerapan PHBS keluarga juga harus diperhatikan dengan memberdayakan SDM yang tersedia baik di Poliklinik maupun Rawat Jalan.
Lebih dari setengahnya pengetahuan ibu tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) berada pada kategoribaik. Lebih dari setengahnya angka kejadian diare berada pada kategori diare tanpadehidrasi. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dengan kejadian diare p.Value = 0,000 (p.Value >0,05).
Ginting, Lia Angryani. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Ny. A Masa Hamil Trimester Iii Sampai Dengan Keluarga Berencana Di Klinik Bersalin Rosmery Barus Kecamatan Patumbak Tahun 2017.
Irianty, Hilda, Hayati, Ridha, & Riza, Yeni. (2018). Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Dengan Kejadian Diare Pada Balita. Promotif: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(1), 1–10.
Juffrie, M., Soenarto, S. S. Y., Oswari, H., Arief, S., Rosalina, I., & Mulyani, N. S. (2010). Buku Ajar Gastroenterologi- Hepatologi. In Jakarta: Badan Penerbit Idai.
Kemenkes, R. I. (2017). Analisis Lansia Di Indonesia. Jakarta: Pusat Data Informasi Kementrian Kesehatan Ri.
Kemenkes, R. I. (2019). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015- 2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan Ri.
Notoatmodjo, S. (2015). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan (Cetakan V). Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta. Rineka Cipta.
Nursalam, Nidn. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salimba Medika.
Organization, World Health. (2017). Global Hepatitis Report 2017. World Health Organization.
Sani, Nopi, & Abidin, Zainal. (2014).
Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Ibu Balita Dengan Kejadian Diare Akut Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Candra Mukti Kabupaten Tulang Bawang Barat. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, 1(3).
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Widyastuti, Tri. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Terhadap Pencegahan Diare Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puekesmas 4 Ulu Palembang Tahun 2012. Universitas Muhammadiyah Palembang.
Yuvrista, Yuliana. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Phbs Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Jubelan. Universitas Ngudi Waluyo.
Copyright holder: Hera Hijriani, Aat Agustini, Atih Karnila (2020) |
First publication right: Jurnal Health Sains |
This article is licensed under: |