FORMULASI DAN
EVALUASI FISIK SEDIAAN GEL RAMBUT EKSTRAK ETANOL DAUN PARE (MOMORDICA
CHARANTIA L.) DENGAN VARIASI
KONSENTRASI CARBOPOL 940
Yusuf Supriadi, Nurul Hanifah Hardiansyah
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi Bandung
Jawa Barat, Indonesia Email: [email protected], [email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Tanggal diterima: 2 Oktober 2020 Tanggal revisi: 10 Oktober 2020 Tanggal yang diterima: 25 Oktober 2020 |
Secara empiris, daun pare (Momordica charantia L.) digunakan oleh masyarakat untuk menyuburkan rambut yang tipis. Pada pria dan wanita rambut mempunyai peran penting bagi penampilan. Gel rambut merupakan produk penataan rambut yang memiliki peran vital dalam penataan rambut dengan mengatur dan menjaga rambut dalam posisi yang diinginkan serta membuat rambut tampak mengkilap, licin dan rapih. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak etanol daun pare dalam sediaan gel rambut dengan menggunakan variasi konsentrasi carbopol 940 sebagai gelling agent yaitu 0,5%, 1 %, 1,5% dan 2% serta pengaruhnya terhadap evaluasi fisik sediaan gel rambut. Evaluasi fisik yang dilakukan meliputi uji organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, viskositas dan uji freeze-thaw. Hasil pengamatan organolepis, homogenitas dan pH pada penyimpanan 28 hari serta penyimpanan pada suhu 4 °C dan 45 °C tidak menunjukan perubahan. Hasil pengamatan lain menunjukan bahwa peningkatan konsentrasi carbopol berpengaruh signifikan terhadap daya sebar yang semakin rendah, daya lekat yang lama, dan viskositas yang semakin tinggi. |
Kata kunci: Gel rambut; Ekstrak etanol daun pare; Carbopol |
Rambut memiliki peranan penting bagi penampilan pada pria dan wanita, tidak jarang kepercayaan diri seseorang dapat meningkat dengan rambut yang indah. Rambut merupakan “perhiasan” yang berharga, rambut yang tebal, panjang, hitam atau berwarna, berkilau, sehat dan mudah diatur memberikan daya pesona.
Masyarakat lebih mengenal buah pare (Momordica charantia L.) dibandingkan dengan tanamannya karena buah pare dipercaya memiliki khasiat dan manfaat dalam pengobatan (Widayanti, 2013), akan tetapi pemanfaatan pada daun pare masih kurang,
Beberapa tanaman telah dikembangkan untuk
mengatasi masalah pada rambut, salah satunya adalah daun pare (Momordica
charantia L.). Secara empiris, daun pare digunakan oleh masyarakat untuk menyuburkan rambut yang tipis terutama untuk menyuburkan rambut pada bayi dan anak balita dengan menggunakan rendaman daun pare yang direndam semalaman (Rostamailis, 2008). Daun pare memiliki kandungan alkaloid, flavanoid, polifenol, tanin dan saponin (Mutiara, 2014).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Siska (2011), daun pare dapat berpotensi menyuburkan rambut pada kelinci jantan dengan konsentrasi 10%, lebih efektif dibandingkan dengan minoxidil 2%. Pada sediaan hairtonic, ekstrak daun pare pada konsentrasi 1%, 2% dan 4% menunjukkan kestabilan fisik yang baik pada penyimpanan suhu
kamar (25°± 2°C) dan suhu tinggi (40°±2°C) selama 8 minggu (Nusmara, 2012). Dalam bentuk sediaan shampo, ekstrak daun pare yang menghasilkan kestabilan fisik optimum yaitu konsentrasi 1% (Jusnita dan Syah, 2017). Dalam bentuk sediaan gel dengan konsentrasi carbopol 940 0,5 % menghasilkan gel yang baik pada konsentrasi ekstak etanol daun pare pada konsentrasi 1% dan 2% (Alfionita dan
Jusnita, 2018).
Banyak produk penataan rambut tersedia di pasar dalam bentuk hair spray, gel, krim, wax, lotion, pomade dan lain-lain. Gel rambut memiliki peran vital dalam penataan rambut dengan mengatur dan menjaga rambut dalam posisi yang diinginkan serta membuat rambut tampak mengkilap, licin dan rapih (Sankar et al, 2018).
Formula Gel Rambut Ekstrak Daun Pare
Bahan |
|
Formula (%) |
|
Fungsi |
|
I |
II |
III |
IV |
||
Ekstrak Etanol
Daun Pare |
1 |
1 |
1 |
1 |
Penumbuh Rambut |
Carbopol 940 |
0,5 |
1 |
1,5 |
2,0 |
Basis gel |
PVP K-30 |
4 |
4 |
4 |
4 |
Pembentuk Film |
Gliserin |
6 |
6 |
6 |
6 |
Emolien |
Propilenglikol |
5 |
5 |
5 |
5 |
Humektan |
Metilparaben |
0,15 |
0,15 |
0,1 5 |
0,15 |
Pengawet |
Trietanolamin |
1,5 |
1,5 |
1,5 |
1,5 |
Pembasa |
Essence Apel |
qs |
qs |
qs |
qs |
Pewangi |
Aquadest ad |
100 |
100 |
100 |
100 |
Pembawa |
(Choundhari, A et al., 2014 dengan modifikasi) |
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik terhadap ekstrak daun pare (Momordica charantia L.) untuk diformulasikan pada sediaan gel rambut yang dapat digunakan untuk perawatan rambut sekaligus untuk tujuan estetika.
a.
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu mortir dan stamper, spatel, timbangan analitik (FUJITSU), gelas ukur (Pyrex), beaker glas (Pyrex), batang pengaduk, cawan penguap, pH Universal Indicator (MColorpHastTM), kaca transparan, cawan petri, penggaris, viskometer Brookfield LV, warmer (Sanbe) dan chiller (Panasonic).
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekstrak etanol daun pare, carbomer 940 (Brataco), PVP K-30 (Brataco), propilenglikol (Brataco), gliserin (Brataco), trietanolamin (Brataco), metil paraben (Brataco), esscence beraroma apel dan aquadest (Brataco).
c. Prosedur Pembuatan Sediaan
Gel Rambut Ekstrak
Etanol Daun Pare Carbopol dikembangkan
dengan aquadest dalam mortir kemudian gerus hingga homogen.
Setalah carbopol mengembang tambahkan
trietanolamin sedikit
demi sedikit hingga membentuk basis gel. Kemudian PVP sebagai pembentuk
film ditambahkan dan digerus sampai
homogen. Campuran metilparaben dan propilenglikol ditambahkan dan digerus hingga
homogen. Kemudian tambahkan gliserin digerus hingga
homogen. Ekstrak etanol
daun pare ditambahkan kedalam formulasi
sediaan gel rambut dan digerus
sampai homogen. Selanjutnya essence beraroma apel ditambahkan secukupnya untuk menutupi aroma
yang menyengat dari ekstrak etanol
daun pare kemudian
digerus sampai homogen. (Choundhari, A et al.,
2014)
Evaluasi sediaan gel dilakukan selama 28 hari dengan pengamatan pada hari ke-0, ke-7, ke-14 dan ke-28 (Sarlina, 2017).
Pengujian organoleptik dilakukan dengan mengamati sediaan dari bentuk, bau dan warna sediaan (Nurdiati dkk, 2017).
Uji Homogenitas dilakukan dengan cara gel dioleskan pada kaca objek, kemudian diamati susunan yang homogen. Gel yang baik tidak terdapat butiran kasar (Nurdiati dkk, 2017).
Pengukuran pH sediaan gel dilakukan denngan m///enggunakan pH indikator universal (Nurdiati, dkk., 2017). pH kulit kepala yaitu berkisar pH 4,5-6,5.
Gel ditimbang sebanyak 0,5 g, kemudian diletakkan di tengah benda transparan. Di atas gel diletakkan benda transparan lain dan pemberat, didiamkan selama satu menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya. Daya sebar gel yang baik antara 5-7 cm (Nurdiati dkk, 2017).
Uji daya lekat dilakukan dengan mengoleskan pada salah satu kaca objek dan ditutup dengan kaca objek lainnya, kemudian diberi beban 500 g diatasnya dan dibiarkan selama 5 menit. Setelah itu kaca objek diletakkan pada alat daya lekat dan dilepaskan beban seberat 80 g, dicatat waktu hingga kaca objek terlepas. Daya lekat sediaan semipadat sebaiknya lebih dari 1 detik (Saraung, V., Yamlean, P., dan Citraningtyas, 2018).
Gel ditimbang sebanyak 100 g dan dipindahkan ke dalam gelas kimia. Pengujian viskositas dilakukan menggunakkan Viskometer Brookfield LV dengan kecepatan 10 rpm selama 5 menit menggunakan spindel no.3 (Choudhari,i, A et al., 2014). Nilai viskositas (cPs) yang ditunjukkan pada alat Viskometer Brookfield LV merupakan nilai viskositas sediaan.
k. Uji Freeze-Thaw
Uji Freeze-Thaw pada sediaan gel dilakukan pada 6 siklus untuk tiap formula. Setiap siklus diamati setelah 48 jam penyimpanan pada suhu 4 °C dan 48 jam setelah pada suhu 45 °C selama 24 hari. Setiap siklus diamati apakah terjadi pemisahan fase atau tidak pada gel (Yati dkk., 2018).
a.
Hasil Uji Organoleptis
Secara organoleptis gel rambut yang mengandung ekstrak etanol daun pare pada FI, FII, FIII, dan FIV berwarna coklat dengan beraroma apel. Dari data evaluasi selama penyimpanan 28 hari tidak terjadi perubahan signifikan pada bentuk, warna dan bau yang menunjukan sediaan gel yang baik.
Dari data evaluasi selama penyimpanan 28 hari semua formula tidak terdapat butiran kasar pada sediaan menandakan sediaan memiliki homogenitas yang baik.
Evaluasi pH dimaksudkan untuk mengetahui dan memastikan tidak ada perubahan pH pada penyimpanan selama 28 hari dan untuk memastikan bahwa pH sesuai dengan pH kulit kepala yaitu berkisar pH 4,5-6,5. Jika terlau asam maka akan meyebabkan iritasi kulit. Jika terlalu basa maka
akan menyebabkan gatal-gatal dan kulit bersisik (Nusmara, 2012).
Dari data evaluasi selama penyimpanan 28 hari yang dapat dilihat pada Tabel 2. hasil nilai pH pada FI, FII dan FIII adalah 6 sedangkan pada FIV adalah 5, hal ini disebabkan karena konsentrasi carbopol yang bersifat asam lebih tinggi dari ketiga formulasi lainnya.
Hasil Evaluasi Uji pH
|
|
Nilai pH |
|
|
Formulasi |
Hari ke-0 |
Hari ke-7 |
Hari ke-14 |
Hari ke-28 |
FI |
6 |
6 |
6 |
6 |
FII |
6 |
6 |
6 |
6 |
FIII |
6 |
6 |
6 |
6 |
FIV |
5 |
5 |
5 |
5 |
Uji daya sebar bertujuan untuk melihat kemampuan penyebaran saat pemakaian. Daya sebar gel yang baik yaitu antara 5-7 cm (Nurdiati dkk, 2017). Dari data evaluasi selama penyimpanan 28 hari yang dapat dilihat pada Tabel 3. FI memiliki daya menyebar paling besar yaitu 6,7 cm, FII yaitu 6,4 cm, FIII yaitu 6,1 cm dan FIV memiliki daya menyebar paling sedikit yaitu 5 cm. Berdasarkan hasil pengujian daya sebar yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah carbopol akan meningkatkan kosistensi sediaan gel, sehingga akan menurunkan nilai daya sebar pada sediaan. Penurunan daya sebar terjadi meningkatnya ukuran unit molekul karena telah mengabsorbsi pelarut sehingga cairan tersebut tertahan dan meningkatkan tahanan untuk
mengalir dan menyebar.
Hasil Evaluasi Uji Daya Sebar
|
Diameter Daya
Sebar Gel (cm) |
|||
Formulasi |
Hari ke- 0 |
Hari ke-7 |
Hari ke- 14 |
Hari ke- 28 |
FI |
6,7 |
6,7 |
6,8 |
7,0 |
FII |
6,4 |
6,4 |
6,4 |
6,6 |
FIII |
6,1 |
6,1 |
6,2 |
6,4 |
FIV |
5,0 |
5,0 |
5,5 |
5,5 |
Dari data evaluasi selama penyimpanan 28 hari yang dapat dilihat pada Tabel 4. daya lekat gel paling cepat yaitu FI dengan konsentrasi carbopol 0,5% hal tersebut terjadi karena dalam formula memiliki kandungan air yang banyak. Hasil uji daya lekat setiap formula menunjukan dengan meningkatnya konsentrasi carbopol maka waktu lekat gel semakin lama. Hal ini terjadi karrena carbopol membentuk koloid dengan penambahan air. Koloid terbentuk karena zat terdispersinya mengabsorbsi medium pendispersinya sehingga menjadi sehingga menjadi kental dan bersifat lengket (Rowe et al., 2006).
Hasil Evaluasi
Uji Daya Lekat
|
Waktu daya lekat (detik) |
|||
Formulasi |
Hari ke-0 |
Hari ke-7 |
Hari ke-14 |
Hari ke-28 |
FI |
2,0 |
2,0 |
1,8 |
1,6 |
FII |
4,0 |
3,9 |
4,0 |
3,7 |
FIII |
4,7 |
4,5 |
4,5 |
4,0 |
FIV |
5,3 |
5,3 |
5,2 |
5,0 |
Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui kestabilan kosistensi suatu sediaan. Nilai viskositas berbanding terbalik dengan nilai daya
sebar, dimana semakin meningkat nilai viskositas maka nilai daya sebar akan mengalami penurunan dan sebaliknya. Pemeriksaan viskositas dilakukan menggunakan alat Viskometer Brookfield LV dengan spindel 4. Viskosital gel yang baik yaitu 20.000 -
40.000 cPs. Dari data evaluasi selama penyimpanan 28 hari yang dapat dilihat pada Tabel 5. viskositas sediaan gel yang dihasilkan menunjukan bahwa semakin tinggi carbopol, maka viskositas sediaan semakin meningkat. Semakin tinggi nilai viskositas, maka tingkat kekentalan suatu sediaan semakin tinggi pula karena jumlah polimer yang akan membentuk basis gel semakin banyak. Berdasarkan hasil pengukuran viskositas sediaan mengalami penurunan viskostitas hingga hari ke 28. Pergeseran nilai viskositas tidak boleh >10% (Yuliani, 2005). FI mengalami pergeseran nilai viskositas sebanyak 10,9%, FII sebanyak 4,4%, FII 6,6% dan FIV 1,23%. Penurunan viskositas dapat disebabkan sediaan gel menunjukan sineris yang merupakan proses keluarnya cairan yang terjerat dalam gel, oleh karena itu mengalami penurunan viskositas (Astuti, 2017). Berkurangnya kekentalan gel juga dapat disebabkan karena faktor luar seperti cara penyimpanan atau adanya pertumbuhan bakteri.
Nilai Viskositas (cPs) Formulasi Hari ke-0 Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-28 FI 27.500 27.000 27.000 24.500 FII 33.500 33.500 33.500 32.000 FIII 37.500 37.500 37.000 35.000 FIV 40.500 40.500 40.000 40.000
Hasil evaluasi
uji viskositas
g.
Hasil Uji Freeze-Thaw
Uji Freeze-Thaw dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan gel mengalami pemisahan fase setelah disimpan pada suhu 4 °C dan pada suhu
45 °C. (Yati, 2018) Pengamatan sediaan gel dilakukan pada 6 siklus untuk setiap formula.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dapat dilihat pada Tabel 6. bahwa semua formula tidak mengalami menunjukan adanya pemisahan fase dan tidak mengalami mengalami perubahan tampilan fisik baik dari bentuk, bau dan warna baik pada suhu 4 °C maupun suhu 45 °C. Hal ini menunjukan bahwa sediaan dapat stabil baik dalam penyimpanan suhu rendah, suhu kamar maupun suhu tinggi.
Perubahan penampilan fisik baik dari bentuk, bau dan warna baik pada suhu 4 °C maupun suhu 45 °C. Hal ini menunjukan bahwa sediaan dapat stabil baik dalam penyimpanan suhu rendah, suhu kamar maupun suhu tinggi.sediaan gel dilakukan pada 6 siklus untuk setiap formula. Berdasarkan hasil pengamatan yang dapat dilihat pada Tabel 6. bahwa semua formula tidak mengalami menunjukan adanya pemisahan fase dan tidak mengalami perubahan tampilan fisik baik dari bentuk, bau dan warna baik pada suhu 4 °C maupun suhu 45 °C. Hal ini menunjukan bahwa sediaan dapat stabil baik dalam penyimpanan suhu rendah, suhu kamar maupun suhu tinggi.
Hasil Evaluasi
Freeze Thaw
Formulasi |
Suhu |
SiklusEvaluasiFreeze-Thaw |
|||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
||
FI |
4 °C |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
|
45 °C |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
FII |
4 °C |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
|
45 °C |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
FIII |
4 °C |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
|
45 °C |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
FIV |
4 °C |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
|
45 °C |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
Analisis data statistik dilakukan menggunakan aplikasi IBM SPSS 20 yang terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Shapiro Wilk dengan confidence interval 95%. Hasil uji normalitas data tidak terdistribusi normal dengan p- value<0,05. Selanjutnya dilakukan analisis statistik non parametrik menggunakan metode Kruskal-Wallis. Berdasarkan hasil analisis data statistik, dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi carbopol pada FI, FII, FIII dan FIV memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil evaluasi pH, daya sebar, daya lekat, dan viskositas dengan nilai p- value<0,05.
Ekstrak daun pare (Momordica charantia L.) dapat diformulasikan pada sediaan gel rambut. Formula II dan III memenuhi semua persyaratan eveluasi fisik organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, viskositas dan freeze-thaw. Sedangkan formula I dan IV hanya memenuhi persyaratan eveluasi fisik organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat dan freeze-thaw namun tidak memenuhi persyaratan evaluasi viskositas. Variasi konsentrasi Carbopol 940 berpengaruh signifikan terhadap evaluasi evaluasi fisik pH, daya sebar, daya lekat yang lama, dan viskositas.
Alfionita
dan Jusnita. (2018). Uji Stabilitas Fisik Terhadap Formulasi
Sediaan Gel Rambut
Ekstrak Etanol 96% Daun Pare (Momordica Charantia
Linn.). Indonesia Natural
Research Pharmaceutichal Journal.
Vol 3, No. 1.
Annisa, L. (2017).
Formulasi dan Uji
Stabilitas Fisika-Kimia Sediaan
Gel Etil P-Metoksisinamat Dari Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga
L.). Skripsi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Progrram Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta.
Anwar, Effionora. (2012). Eksipien Dalam Sediaan
Farmasi Karakterisasi dan Aplikasi. Dian
Rakyat: Jakarta.
Astuti, Husni dan Hartono.
(2017). Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Antiseptik Tangan
Minyak Atsiri Bunga Lavender (Lavandula angustifolia Miller). Farmaka Vol 15 Nomor 1
Bahtiar, Rifqi. (2016). Optimasi Formula Gel Asam Salisilat dengan
Kombinasi Basis Karbomer
dan HPMC menggunakan Metode
SLD (Simplex Lattice Design). Skripsi Universitas Gajah
Mada.
BPOM. (2015).
Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 Tentang
Persyaratan Teknis Kosmetika.. Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia.
Choundhari,
A et al., (2014). Design, Development and Characterization of Novel Herbal Hair Styling
Preparation. IJPCBS Vol. 4 (3)
Draleos, Z. (2005).
Hair Care: An Illustrated Dermatologic Handbook. Taylor & Francis:
United Kingdom.
Herbie,T. (2015).
Kitab Tanaman Berkhasiat Obat -226-Tumbuhan Obat untuk Penyembuhan Penyakit
dan Kebugaran Tubuh Cetakan 1 Edited by Adhe. Octopus Publishing House:
Yogyakarta.
Jusnita,
N dan Syah, A. (2017). Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik dan Sediaan Shampo Dari Ekstrak
Etanol Daun Pare (Momordica Charantia
Linn.). Indonesia Natural
Research Pharmaceutichal Journal.
Vol 2, No. 1.
Kalagi, S. (2013). Histofisiologi Kulit. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen, November 2013, hlm. S12-20
Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. (2014).
Farmakope Indonesia Edisi V. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.
Kim, J., Lee, E., Park, S. (2003).
Rheological Properties and Microstructures of Carbopol gel network system.
Colloid & Polymer
Science, pp. 281, 614-623.
Marjoni, Riza. (2016). Dasar-dasar Fitokimia. CV.Trans Info Media: Jakarta Timur.
Mukul, S., Surabhi, K., dan Atul,
N. (2011). Cosmecuetical for the Skin:an
Overview, Asian Journal
of Pharmaceutical amd Clinical Research, 4(2):1.
Mutiara E, Wildan A. (2014). Ekstraksi Flavonoid
Dari Daun Pare (Momordica charantia
L.) Berbantu Gelombang Mikro Sebagai Penurun
Glukosa Secara In vitro. Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi: Semarang. Vol 10
(1).
Nurdianti, L., Fatimah, S., dan Aji, N., (2017). Pengembangan Formulasi Gel Rambut Antiketombe Ekstrak Daun
Pandan Wangi (Pandanus
amaryllifolius Roxb.) Dengan Menggunakkan Viscolam
Sebagai Gelling Agent Dan Uji Aktivitasnya Terhadap
Jamur Pityrosporum ovale. Jurnal Kesehatan Bakti Husada
Vol.17 No.2
Nusmara,
G. (2012). Uji Stabilitas Fisik dan Uji Aktivitas
Pertumbuhan Rambut Tikus
Putih Dari Sediaan Hair Tonic Yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Pare (Momordica Charantia Linn.). Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Jakarta.
Rahmawati
dan Hartanti, (2009). Efek Hair Tonic Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia L) dan Uji Fitokimianya. Pharmacy
Vol.06 No. 02
Rostamailis,
Hayatunnufus dan Yanita. (2008). Tata Kecantikan Rambut Jilid I Untuk Sekolah
Menengah Kejuruan.
Departemen Pendidikan Nasional.
Rowe,
R., et al. (2006). Handbook Of
Pharmaceutical Excipients, 5th Edition.
The Pharmaceutical Press: London.
Sankar
et al. (2018). Styling Polymers And Its
Influence On Mechanical Property In Hair Styling
Gel. J.Bio.Innov 7 (6)
Saraung, V., Yamlean,
P., dan Citraningtyas, G. (2018).
Formulasi Gel Ekstrak Etanol Daun Tapak Kuda (Ipomea
Pescaprae Linn.) dan Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap Staphylococus aerus. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi.
Vol. 7 No. 3.
Sarlina,
S., Razak, A. R., & Tandah, M. R. (2017). Uji Aktivitas
Antibakteri Sediaan Gel Ekstrak Daun Sereh (Cymbopogon nardus L. Rendle) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Penyebab Jerawat. Jurnal Farmasi
Galenika, 3(2), 143-149.
Widayanti, A., Naniek, SR., dan Damayanti, RA., (2013). Pengaruh Kombinasi
Sukrosa dan Fruktosa
Cair sebagai Pemanis terhadap
Sifat Fisik Kembang Gula Jeli Sari Buah
Pare (Momordica charantia L.).
Farmasains. Vol. 2 (1).
Yati,
K., Jufri,M., Gozan, M., Wahid, M., dan Dwita, L., (2018).
Pengaruh Variasi Konsentrasi Hidroxy
Propyl Methyl Cellulose
(HPMC) terhadap Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Tembakau (Nicotiana tabaccum L.) dan
Aktivitasnya terhadap
Streptococcus mutans.
Pharmaceutical Sciences
and Research (PSR),
5(3), 133-141,
Yuliani, S. (2005). Formulasi Gel Rapelan Minyak Atsiri Tanaman
Akar Wangi (Vetivera
Ziznoidesi L.) Optimasi
Komposisi Carbopol 3%- propilenglikol. Majalah
Farmasi Indonesia, 16(4), pp. 197-
203.
Copyright holder: Yusuf Supriadi, Nurul Hanifah Hardiansyah (2020) |
First publication right: Jurnal Health Sains |
This article is licensed under: |