FORMULASI DAN EVALUASI FISIK SEDIAAN GEL RAMBUT EKSTRAK ETANOL DAUN PARE (MOMORDICA CHARANTIA L.) DENGAN VARIASI KONSENTRASI CARBOPOL 940

 

Yusuf Supriadi, Nurul Hanifah Hardiansyah

Akademi Farmasi Bumi Siliwangi Bandung Jawa Barat, Indonesia Email: [email protected], [email protected]

 

INFO ARTIKEL

ABSTRAK

Tanggal diterima: 2 Oktober 2020

Tanggal revisi: 10 Oktober 2020

Tanggal yang   diterima:   25

  Oktober 2020                           

Secara empiris, daun pare (Momordica charantia L.) digunakan oleh masyarakat untuk menyuburkan rambut yang tipis. Pada pria dan wanita rambut mempunyai peran penting bagi penampilan. Gel rambut merupakan produk penataan rambut yang memiliki peran vital dalam penataan rambut dengan mengatur dan menjaga rambut dalam posisi yang diinginkan serta membuat rambut tampak mengkilap, licin dan rapih. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan ekstrak etanol daun pare dalam sediaan gel rambut dengan menggunakan variasi konsentrasi carbopol 940 sebagai gelling agent yaitu 0,5%, 1 %, 1,5% dan 2% serta pengaruhnya terhadap evaluasi fisik sediaan gel rambut. Evaluasi fisik yang dilakukan meliputi uji organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, viskositas dan uji freeze-thaw. Hasil pengamatan organolepis, homogenitas dan pH pada penyimpanan 28 hari serta penyimpanan pada suhu 4 °C dan 45 °C tidak menunjukan perubahan. Hasil pengamatan lain menunjukan bahwa peningkatan konsentrasi carbopol berpengaruh signifikan terhadap daya sebar yang semakin rendah, daya lekat yang lama, dan

                                                        viskositas yang semakin tinggi.                                            

Kata kunci:

Gel rambut; Ekstrak etanol daun pare; Carbopol

 


Pendahuluan

Rambut memiliki peranan penting bagi penampilan pada pria dan wanita, tidak jarang kepercayaan diri seseorang dapat meningkat dengan rambut yang indah. Rambut merupakan “perhiasan” yang berharga, rambut yang tebal, panjang, hitam atau berwarna, berkilau, sehat dan mudah diatur memberikan daya pesona.

Masyarakat lebih mengenal buah pare (Momordica charantia L.) dibandingkan dengan tanamannya karena buah pare dipercaya memiliki khasiat dan manfaat dalam pengobatan (Widayanti, 2013), akan tetapi pemanfaatan pada daun pare masih kurang,

Beberapa tanaman telah dikembangkan untuk mengatasi masalah pada rambut, salah satunya adalah daun pare (Momordica


charantia L.). Secara empiris, daun pare digunakan oleh masyarakat untuk menyuburkan rambut yang tipis terutama untuk menyuburkan rambut pada bayi dan anak balita dengan menggunakan rendaman daun pare yang direndam semalaman (Rostamailis, 2008). Daun pare memiliki kandungan alkaloid, flavanoid, polifenol, tanin dan saponin (Mutiara, 2014).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Siska (2011), daun pare dapat berpotensi menyuburkan rambut pada kelinci jantan dengan konsentrasi 10%, lebih efektif dibandingkan dengan minoxidil 2%. Pada sediaan hairtonic, ekstrak daun pare pada konsentrasi 1%, 2% dan 4% menunjukkan kestabilan fisik yang baik pada penyimpanan suhu


kamar (25°± 2°C) dan suhu tinggi (40°±2°C) selama 8 minggu (Nusmara, 2012). Dalam bentuk sediaan shampo, ekstrak daun pare yang      menghasilkan     kestabilan      fisik optimum yaitu konsentrasi 1% (Jusnita dan Syah, 2017). Dalam bentuk sediaan gel dengan konsentrasi carbopol 940 0,5 % menghasilkan gel       yang    baik     pada konsentrasi ekstak etanol daun pare pada konsentrasi 1% dan 2% (Alfionita dan

Jusnita, 2018).

Banyak produk penataan rambut tersedia di pasar dalam bentuk hair spray, gel, krim, wax, lotion, pomade dan lain-lain. Gel rambut memiliki peran vital dalam penataan rambut dengan mengatur dan menjaga rambut dalam posisi yang diinginkan serta membuat rambut tampak mengkilap, licin dan rapih (Sankar et al, 2018).

 

Tabel 1

Formula Gel Rambut Ekstrak Daun Pare

 

Bahan

 

Formula (%)

 

Fungsi

                                          I           

II        

III        

IV                                     

Ekstrak          Etanol Daun Pare

1

1

1

1

Penumbuh Rambut

Carbopol 940

0,5

1

1,5

2,0

Basis gel

PVP K-30

4

4

4

4

Pembentuk Film

Gliserin

6

6

6

6

Emolien

Propilenglikol

5

5

5

5

Humektan

Metilparaben

0,15

0,15

0,1

5

0,15

Pengawet

Trietanolamin

1,5

1,5

1,5

1,5

Pembasa

Essence Apel

qs

qs

qs

qs

Pewangi

  Aquadest ad                   

100       

100      

100      

100      

Pembawa             

(Choundhari, A et al., 2014 dengan modifikasi)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik terhadap ekstrak daun pare (Momordica charantia L.) untuk diformulasikan pada sediaan gel rambut yang dapat digunakan untuk perawatan rambut sekaligus untuk tujuan estetika.


Metode Penelitian

a.   Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu mortir dan stamper, spatel, timbangan analitik (FUJITSU), gelas ukur (Pyrex), beaker glas (Pyrex), batang pengaduk, cawan penguap, pH Universal            Indicator (MColorpHastTM), kaca transparan, cawan petri, penggaris, viskometer Brookfield LV, warmer (Sanbe) dan chiller (Panasonic).

b.   Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekstrak etanol daun pare, carbomer 940 (Brataco), PVP K-30 (Brataco), propilenglikol (Brataco), gliserin (Brataco), trietanolamin (Brataco), metil paraben (Brataco), esscence beraroma apel dan aquadest (Brataco).

c.   Prosedur Pembuatan Sediaan Gel Rambut Ekstrak Etanol Daun Pare Carbopol                                                                       dikembangkan dengan     aquadest       dalam              mortir kemudian gerus hingga homogen. Setalah                             carbopol                mengembang tambahkan trietanolamin sedikit demi sedikit hingga membentuk basis gel. Kemudian PVP sebagai pembentuk film ditambahkan dan digerus sampai homogen.                             Campuran metilparaben dan propilenglikol ditambahkan dan digerus hingga homogen. Kemudian tambahkan gliserin digerus hingga homogen. Ekstrak etanol daun pare ditambahkan     kedalam     formulasi sediaan  gel       rambut             dan      digerus sampai                                    homogen.                        Selanjutnya essence beraroma apel ditambahkan secukupnya untuk menutupi aroma yang menyengat dari ekstrak etanol daun pare kemudian digerus sampai homogen. (Choundhari, A et al.,

2014)


d.    Uji Evaluasi Sediaan Gel Rambut Ekstrak Etanol daun Pare

Evaluasi sediaan gel dilakukan selama 28 hari dengan pengamatan pada hari ke-0, ke-7, ke-14 dan ke-28 (Sarlina, 2017).

e.     Uji Organoleptis

Pengujian organoleptik dilakukan dengan mengamati sediaan dari bentuk, bau dan warna sediaan (Nurdiati dkk, 2017).

f.    Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan dengan cara gel dioleskan pada kaca objek, kemudian diamati susunan yang homogen. Gel yang baik tidak terdapat butiran kasar (Nurdiati dkk, 2017).

g.     Uji pH

Pengukuran pH sediaan gel dilakukan denngan m///enggunakan pH indikator universal (Nurdiati, dkk., 2017). pH kulit kepala yaitu berkisar pH 4,5-6,5.

h.    Uji Daya Sebar

Gel ditimbang sebanyak 0,5 g, kemudian diletakkan di tengah benda transparan. Di atas gel diletakkan benda transparan lain dan pemberat, didiamkan selama satu menit, kemudian  dicatat diameter penyebarannya. Daya sebar gel yang baik antara 5-7 cm (Nurdiati dkk, 2017).

i.      Uji Daya Lekat

Uji daya lekat dilakukan dengan mengoleskan pada salah satu kaca objek dan ditutup dengan kaca objek lainnya, kemudian diberi beban 500 g diatasnya dan dibiarkan selama 5 menit. Setelah itu kaca objek diletakkan pada alat daya lekat dan dilepaskan beban seberat 80 g, dicatat waktu hingga kaca objek terlepas. Daya lekat sediaan semipadat sebaiknya lebih dari 1 detik (Saraung, V., Yamlean, P., dan Citraningtyas, 2018).


j.      Uji Viskositas

Gel ditimbang sebanyak 100 g dan dipindahkan ke dalam gelas kimia. Pengujian viskositas dilakukan        menggunakkan Viskometer Brookfield LV dengan kecepatan 10 rpm selama 5 menit menggunakan spindel no.3 (Choudhari,i, A et al., 2014). Nilai viskositas (cPs) yang ditunjukkan pada alat Viskometer Brookfield LV merupakan nilai viskositas sediaan.

k.   Uji Freeze-Thaw

Uji Freeze-Thaw pada sediaan gel dilakukan pada 6 siklus untuk tiap formula. Setiap siklus diamati setelah 48 jam penyimpanan pada suhu 4 °C dan 48 jam setelah pada suhu 45 °C selama 24 hari. Setiap siklus diamati apakah terjadi pemisahan fase atau tidak pada gel (Yati dkk.,  2018).

 

Hasil dan Pembahasan

a.   Hasil Uji Organoleptis

Secara organoleptis gel rambut yang mengandung ekstrak etanol daun pare pada FI, FII, FIII, dan FIV berwarna coklat dengan beraroma apel. Dari data evaluasi selama penyimpanan 28 hari tidak terjadi perubahan signifikan pada bentuk, warna dan bau yang menunjukan sediaan gel yang baik.

b.    Hasil Uji Homogenitas

Dari data evaluasi selama penyimpanan 28 hari semua formula tidak terdapat butiran kasar pada sediaan menandakan sediaan memiliki homogenitas yang baik.

c.   Hasil Uji pH

Evaluasi pH dimaksudkan untuk mengetahui dan memastikan tidak ada perubahan pH pada penyimpanan selama 28 hari dan untuk memastikan bahwa pH sesuai dengan pH kulit kepala yaitu berkisar pH 4,5-6,5. Jika terlau asam maka akan meyebabkan iritasi kulit. Jika terlalu basa maka


akan menyebabkan gatal-gatal dan kulit bersisik (Nusmara, 2012).

Dari data evaluasi selama penyimpanan 28 hari yang dapat dilihat pada Tabel 2. hasil nilai pH pada FI, FII dan FIII adalah 6 sedangkan pada FIV adalah 5, hal ini disebabkan karena konsentrasi carbopol yang bersifat asam lebih tinggi dari ketiga formulasi lainnya.

 

Tabel 2

Hasil Evaluasi Uji pH

 

 

 

                 Nilai pH                

 

Formulasi

Hari

   ke-0    

Hari ke-7   

Hari ke-14  

Hari ke-28

FI

6

6

6

6

FII

6

6

6

6

FIII

6

6

6

6

       FIV           

5         

5         

5         

5    

 

d.  Hasil Uji Daya Sebar

Uji daya sebar bertujuan untuk melihat kemampuan penyebaran saat pemakaian. Daya sebar gel yang baik yaitu antara 5-7 cm (Nurdiati dkk, 2017). Dari                 data                    evaluasi                       selama penyimpanan 28 hari yang dapat dilihat pada            Tabel    3.    FI    memiliki    daya menyebar paling besar yaitu 6,7 cm, FII yaitu 6,4 cm, FIII yaitu 6,1 cm dan FIV memiliki daya menyebar paling sedikit yaitu 5 cm. Berdasarkan hasil pengujian daya                      sebar    yang    diperoleh,        dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah carbopol akan meningkatkan kosistensi sediaan gel, sehingga akan menurunkan nilai daya sebar pada sediaan. Penurunan daya sebar terjadi meningkatnya ukuran unit molekul karena telah mengabsorbsi pelarut sehingga cairan tersebut tertahan dan meningkatkan                 tahanan            untuk

mengalir dan menyebar.


Tabel 3

Hasil Evaluasi Uji Daya Sebar

 

 

    Diameter Daya Sebar Gel (cm)   

Formulasi

Hari ke-

       0        

Hari

ke-7       

Hari ke-

14          

Hari ke-

28    

FI

6,7

6,7

6,8

7,0

FII

6,4

6,4

6,4

6,6

FIII

6,1

6,1

6,2

6,4

      FIV          

5,0        

5,0        

5,5         

5,5    

 

e.   Hasil Uji Daya Lekat

Dari data evaluasi selama penyimpanan 28 hari yang dapat dilihat pada Tabel 4. daya lekat gel paling cepat yaitu FI dengan konsentrasi carbopol 0,5% hal tersebut terjadi karena dalam formula memiliki kandungan air yang banyak. Hasil uji daya lekat setiap formula menunjukan dengan meningkatnya konsentrasi carbopol maka waktu lekat gel semakin lama. Hal ini terjadi karrena carbopol membentuk koloid dengan penambahan air. Koloid terbentuk karena zat terdispersinya mengabsorbsi      medium pendispersinya sehingga menjadi sehingga menjadi kental dan bersifat lengket (Rowe et al., 2006).

 

Tabel 4

      Hasil Evaluasi Uji Daya Lekat             

 

 

        Waktu daya lekat (detik)       

Formulasi

Hari

    ke-0     

Hari

ke-7    

Hari

ke-14    

Hari ke-28  

FI

2,0

2,0

1,8

1,6

FII

4,0

3,9

4,0

3,7

FIII

4,7

4,5

4,5

4,0

       FIV           

5,3       

5,3       

5,2        

5,0   

 

 

f.    Hasil Uji Viskositas

Uji viskositas dilakukan untuk mengetahui kestabilan kosistensi suatu sediaan. Nilai viskositas berbanding terbalik dengan nilai daya


sebar, dimana semakin meningkat nilai viskositas maka nilai daya sebar akan mengalami penurunan dan sebaliknya. Pemeriksaan viskositas dilakukan menggunakan alat Viskometer Brookfield LV dengan spindel 4. Viskosital gel yang baik yaitu 20.000 -

40.000 cPs. Dari data evaluasi selama penyimpanan 28 hari yang dapat dilihat pada Tabel 5. viskositas sediaan gel yang dihasilkan menunjukan bahwa semakin tinggi carbopol, maka viskositas sediaan semakin meningkat. Semakin tinggi nilai viskositas, maka tingkat kekentalan suatu sediaan semakin tinggi pula karena jumlah polimer yang akan membentuk basis gel semakin banyak. Berdasarkan hasil pengukuran viskositas sediaan mengalami penurunan viskostitas hingga hari ke 28. Pergeseran nilai viskositas tidak boleh >10% (Yuliani, 2005). FI mengalami pergeseran nilai viskositas sebanyak 10,9%, FII sebanyak 4,4%, FII 6,6% dan FIV 1,23%. Penurunan viskositas dapat disebabkan sediaan gel menunjukan sineris yang merupakan proses keluarnya cairan yang terjerat dalam gel, oleh karena itu mengalami penurunan viskositas (Astuti, 2017). Berkurangnya kekentalan gel juga dapat disebabkan karena faktor luar seperti cara penyimpanan atau adanya pertumbuhan bakteri.

Tabel 5

 

           Nilai Viskositas (cPs)          

Formulasi

Hari

    ke-0     

Hari

ke-7     

Hari

ke-14    

Hari ke-28

FI

27.500

27.000

27.000

24.500

FII

33.500

33.500

33.500

32.000

FIII

37.500

37.500

37.000

35.000

      FIV      

40.500

40.500

40.000

40.000  

 

 
           Hasil evaluasi uji viskositas           

 

 

 

 

 

 

 

 

g.   Hasil Uji Freeze-Thaw

Uji Freeze-Thaw dilakukan untuk mengetahui apakah sediaan gel mengalami pemisahan fase setelah disimpan pada suhu 4 °C dan pada suhu


45 °C. (Yati, 2018) Pengamatan sediaan gel dilakukan pada 6 siklus untuk setiap formula.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dapat dilihat pada Tabel 6. bahwa semua formula tidak mengalami menunjukan adanya pemisahan fase dan tidak mengalami mengalami perubahan tampilan fisik baik dari bentuk, bau dan warna baik pada suhu 4 °C maupun suhu 45 °C. Hal ini menunjukan bahwa sediaan dapat stabil baik dalam penyimpanan suhu rendah, suhu kamar maupun suhu tinggi.

Perubahan penampilan fisik baik dari bentuk, bau dan warna baik pada suhu 4 °C maupun suhu 45 °C. Hal ini menunjukan bahwa sediaan dapat stabil baik dalam penyimpanan suhu rendah, suhu kamar maupun suhu tinggi.sediaan gel dilakukan pada 6 siklus untuk setiap formula. Berdasarkan hasil pengamatan yang dapat dilihat pada Tabel 6. bahwa semua formula tidak mengalami menunjukan adanya pemisahan fase dan tidak mengalami perubahan tampilan fisik baik dari bentuk, bau dan warna baik pada suhu 4 °C maupun suhu 45 °C. Hal ini menunjukan bahwa sediaan dapat stabil baik dalam penyimpanan suhu rendah, suhu kamar maupun suhu tinggi.

Tabel 6

        Hasil Evaluasi Freeze Thaw                    

 

Formulasi

Suhu

SiklusEvaluasiFreeze-Thaw    

1

2

3

4

5

6

FI

4 °C

-

-

-

-

-

-

 

45 °C

-

-

-

-

-

-

FII

4 °C

-

-

-

-

-

-

 

45 °C

-

-

-

-

-

-

FIII

4 °C

-

-

-

-

-

-

 

45 °C

-

-

-

-

-

-

FIV

4 °C

-

-

-

-

-

-

 

45 °C

-

-

-

-

-

-


 

h.  Hasil Analisis Statistika

Analisis data statistik dilakukan menggunakan aplikasi IBM SPSS 20 yang terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Shapiro Wilk dengan confidence interval 95%. Hasil uji normalitas data tidak terdistribusi normal dengan p- value<0,05. Selanjutnya dilakukan analisis statistik non parametrik menggunakan metode Kruskal-Wallis. Berdasarkan hasil analisis data statistik, dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi carbopol pada FI, FII, FIII dan FIV memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil evaluasi pH, daya sebar, daya lekat, dan viskositas dengan nilai p- value<0,05.

 

Kesimpulan

Ekstrak daun pare (Momordica charantia L.) dapat diformulasikan pada sediaan gel rambut. Formula II dan III memenuhi semua persyaratan eveluasi fisik organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, viskositas dan freeze-thaw. Sedangkan formula I dan IV hanya memenuhi persyaratan eveluasi fisik organoleptis, homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat dan freeze-thaw namun tidak memenuhi persyaratan evaluasi viskositas. Variasi konsentrasi Carbopol 940 berpengaruh signifikan terhadap evaluasi evaluasi fisik pH, daya sebar, daya lekat yang lama, dan viskositas.

 

BIBILOGRAFI

 

Alfionita dan Jusnita. (2018). Uji Stabilitas Fisik Terhadap Formulasi Sediaan Gel Rambut Ekstrak Etanol 96% Daun Pare (Momordica Charantia Linn.). Indonesia Natural Research Pharmaceutichal Journal. Vol 3, No. 1.

 

Annisa, L. (2017). Formulasi dan Uji


Stabilitas Fisika-Kimia Sediaan Gel Etil P-Metoksisinamat Dari Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga L.). Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Progrram Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta.

 

Anwar, Effionora. (2012). Eksipien Dalam Sediaan Farmasi Karakterisasi dan Aplikasi. Dian Rakyat: Jakarta.

 

Astuti, Husni dan Hartono. (2017). Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Gel Antiseptik Tangan Minyak Atsiri Bunga Lavender (Lavandula angustifolia Miller). Farmaka Vol 15 Nomor 1

 

Bahtiar, Rifqi. (2016). Optimasi Formula Gel Asam Salisilat dengan Kombinasi Basis Karbomer dan HPMC menggunakan Metode SLD (Simplex Lattice Design). Skripsi Universitas Gajah Mada.

 

BPOM. (2015). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Persyaratan Teknis Kosmetika.. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

 

Choundhari, A et al., (2014). Design, Development and Characterization of Novel Herbal Hair Styling Preparation. IJPCBS Vol. 4 (3)

 

Draleos, Z. (2005). Hair Care: An Illustrated     Dermatologic Handbook. Taylor & Francis: United Kingdom.

 

Herbie,T. (2015). Kitab Tanaman Berkhasiat Obat -226-Tumbuhan Obat untuk Penyembuhan Penyakit


dan Kebugaran Tubuh Cetakan 1 Edited by Adhe. Octopus Publishing House: Yogyakarta.

 

Jusnita, N dan Syah, A. (2017). Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik dan Sediaan Shampo Dari Ekstrak Etanol Daun Pare (Momordica Charantia Linn.). Indonesia Natural Research Pharmaceutichal Journal. Vol 2, No. 1.

 

Kalagi, S. (2013). Histofisiologi Kulit. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen, November 2013, hlm. S12-20

 

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

 

Kim,   J.,   Lee,   E.,   Park,   S.   (2003).

Rheological Properties and Microstructures of Carbopol gel network system. Colloid & Polymer Science, pp. 281, 614-623.

 

Marjoni, Riza. (2016). Dasar-dasar Fitokimia. CV.Trans Info Media: Jakarta Timur.

 

Mukul, S., Surabhi, K., dan Atul, N. (2011). Cosmecuetical for the Skin:an Overview, Asian Journal of Pharmaceutical amd Clinical Research, 4(2):1.

 

Mutiara E, Wildan A. (2014). Ekstraksi Flavonoid Dari Daun Pare (Momordica charantia L.) Berbantu Gelombang Mikro Sebagai Penurun Glukosa Secara In vitro. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi: Semarang. Vol 10 (1).

 

Nurdianti, L., Fatimah, S., dan Aji, N., (2017). Pengembangan Formulasi Gel Rambut Antiketombe Ekstrak Daun


Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) Dengan Menggunakkan Viscolam Sebagai Gelling Agent Dan Uji Aktivitasnya Terhadap Jamur Pityrosporum ovale. Jurnal Kesehatan Bakti Husada Vol.17 No.2

 

Nusmara, G. (2012). Uji Stabilitas Fisik dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Tikus Putih Dari Sediaan Hair Tonic Yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Pare (Momordica Charantia Linn.). Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia. Jakarta.

 

Rahmawati dan Hartanti, (2009). Efek Hair Tonic Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L) dan Uji Fitokimianya. Pharmacy Vol.06 No. 02

 

Rostamailis, Hayatunnufus dan Yanita. (2008). Tata Kecantikan Rambut Jilid I Untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional.

 

Rowe, R., et al. (2006). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th Edition. The Pharmaceutical Press: London.

 

Sankar et al. (2018). Styling Polymers And Its Influence On Mechanical Property In Hair Styling Gel. J.Bio.Innov 7 (6)

 

Saraung, V., Yamlean, P., dan Citraningtyas, G. (2018). Formulasi Gel Ekstrak Etanol Daun Tapak Kuda (Ipomea Pescaprae Linn.) dan Uji Aktivitas Antibakteri           Terhadap Staphylococus aerus. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 7 No. 3.


 

Sarlina, S., Razak, A. R., & Tandah, M. R. (2017). Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Gel Ekstrak Daun Sereh (Cymbopogon nardus L. Rendle) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Penyebab Jerawat. Jurnal Farmasi Galenika, 3(2), 143-149.

 

Widayanti, A., Naniek, SR., dan Damayanti, RA., (2013). Pengaruh Kombinasi Sukrosa dan Fruktosa Cair sebagai Pemanis terhadap Sifat Fisik Kembang Gula Jeli Sari Buah Pare (Momordica charantia L.). Farmasains. Vol. 2 (1).

 

Yati, K., Jufri,M., Gozan, M., Wahid, M., dan Dwita, L., (2018). Pengaruh Variasi Konsentrasi Hidroxy Propyl Methyl Cellulose (HPMC) terhadap Stabilitas Fisik Gel Ekstrak Tembakau (Nicotiana tabaccum L.) dan

 

 

 

 


Aktivitasnya                      terhadap

Streptococcus                      mutans. Pharmaceutical Sciences and Research (PSR), 5(3), 133-141,

 

Yuliani, S. (2005). Formulasi Gel Rapelan Minyak Atsiri Tanaman Akar Wangi (Vetivera Ziznoidesi L.) Optimasi Komposisi Carbopol 3%-      propilenglikol.      Majalah

Farmasi Indonesia, 16(4), pp. 197-

203.

 

 


 

 

Copyright holder:

Yusuf Supriadi, Nurul Hanifah Hardiansyah (2020)

 

First publication right:

Jurnal Health Sains

 

This article is licensed under: