Jurnal Health Sains: p�ISSN:
2723-4339 e-ISSN:
2548-1398�����
Vol. 2, No. 11, November 2021
PENGARUH INTERVENSI EDUKASI KESEHATAN SECARA DARING
TERHADAP PENGETAHUAN BAHAYA ROKOK MASYARAKAT INDONESIA USIA 20-40
Felicia Lidya Kong, Vito Damay, Dyah Novita Anggraini
Universitas
Pelita Harapan (UPH) Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
info artikel |
abstraK |
Diterima 5 November 2021 Direvisi 15 November 2021 Disetujui 25 November 2021 |
Menurut World Health Organization, lebih dari 8 juta orang per tahun meninggal akibat konsumsi tembakau di seluruh dunia. Kurang lebih 90%
dari mereka meninggal akibat paparan secara langsung, sedangkan 10% lainnya akibat paparan dari orang lain. Ada sekitar 225.700 jiwa yang meninggal akibat rokok ataupun penyakit yang berkaitan dengan konsumsi tembakau tiap tahun di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mempertimbangkan usaha menurunkan tingkat konsumsi rokok melalui intervensi edukasi kesehatan tentang bahaya rokok. Metode yang digunakan yaitu one-group dengan desain pre-test post-test terhadap
108 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Responden mengikuti webinar kemudian mengisi kuesioner sebelum dan sesudah intervensi untuk diukur tingkat pengetahuannya tentang bahaya rokok. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan rata-rata
tingkat pengetahuan sebelum webinar dan sesudah
webinar pada responden dengan
nilai pre-test mencapai
149.07 dan post-test 157.78 dari total skor 170. Ditemukan adanya perbedaan bermakna (p<0.001) sehingga dapat disimpulkan bahwa intervensi edukasi kesehatan efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang bahaya rokok pada masyarakat Indonesia
berusia 20-40 tahun. ABSTRACT Based on data from the World Health Organization, more than 8 million of
the population died due to tobacco use globally. Around 90% of them died as a
result of direct use, while 10% were exposed by other people. There are
225.700 people killed by tobacco exposure and tobacco-related disease in
Indonesia each year. This research was conducted to consider efforts to
reduce the level of cigarette consumption through health education about the
dangers of smoking. The method used was a one-group pretest�posttest design.
A total of 108 people participated in the webinar and completed questionnaires
before and after the intervention to assess their level of knowledge about
the dangers of smoking. The findings revealed a difference in the mean level
of knowledge among respondents before and after the webinar, with pre-test
score of 149.07 and post-test score of 157.78 out of 170 as the total score.
There were significant differences (p < 0.001), implying that the health
education intervention was effective in increasing knowledge about the
dangers of smoking among Indonesians aged 20-40 years. |
Kata Kunci: edukasi kesehatan; tingkat pengetahuan; bahaya rokok Keywords: health education; knowledge; detrimental effects of smoking;
negative effects of smoking |
Pendahuluan
Berdasarkan data World Health
Organization tahun 2020 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020), ada lebih dari
8 juta orang per tahun yang
meninggal akibat konsumsi tembakau di seluruh dunia. Lebih dari 7 juta meninggal
karena paparan secara langsung, sedangkan 1.2 juta lainnya meninggal akibat paparan asap rokok dari lingkungan.
Ada sekitar 225.700 jiwa
yang meninggal akibat rokok ataupun penyakit
yang berkaitan dengan konsumsi tembakau tiap tahun di Indonesia.
Tingkat konsumsi
rokok yang tinggi masih menjadi perhatian
karena rokok tetap termasuk salah satu penyebab utama
penyakit yang dapat dicegah dan termasuk penyebab kematian dini di seluruh dunia (West, 2017).
Sebagian besar dari partisipan penelitian mengetahui bahwa merokok dapat menyebabkan
kanker paru dan meningkatkan risiko penyakit jantung, namun tingkat pengetahuan
partisipan masih sangat rendah terhadap dampak rokok yang dapat menyebabkan kanker mulut, stroke, dan impotensi sehingga mempengaruhi tingkat konsumsi rokok (Trofor et al., 2018).
Penelitian dari China juga menunjukkan hal serupa, yakni rendahnya
pengetahuan akan bahaya rokok turut
ambil andil dalam tingginya tingkat konsumsi (Zhang et al., 2019).
Namun, hasil
yang berbeda muncul dalam penelitan oleh (Xu et al., 2015), yaitu pada responden laki-laki dewasa tidak ditemukan adanya signifikansi antara tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang bahaya rokok dengan keinginan
untuk berhenti merokok. Sehingga melalui data tersebut, penting untuk mengetahui
bagaimana tingkat pengetahuan tentang bahaya rokok masyarakat
Indonesia, terutama pada kalangan
usia 20 hingga 40 tahun.
Penelitian seperti
ini masih minim dilakukan pada orang Indonesia, khususnya
yang berusia 20 hingga 40 tahun. Penelitian terdahulu dengan topik serupa dilakukan
pada siswa sekolah dasar kelas 4-6 (Kosasih et al., 2018).
Berdasarkan data dari Pusat
Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia pada tahun
2018 (Kemenkes, 2018),
jumlah konsumsi tembakau paling rendah berada pada kelompok usia 15-24 tahun kemudian meningkat hingga mencapai puncak di antara 35-54 tahun dan kembali menurun di usia 55 tahun ke atas.
Selain itu, pada rentang usia ini
orang-orang mulai bereksperimen
dengan banyak hal termasuk merokok.
Kisaran usia 20-40 tahun merupakan generasi penerus dan akan menjadi orang tua, bahkan ada
yang sudah menjadi orang tua di dalam keluarga.
Pengetahuan tentang bahaya rokok yang dimiliki secara langsung atau tidak
langsung akan dilihat dan dicontoh oleh orang
yang lebih muda di sekitar mereka (Durowade et al., 2018).
Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh intervensi edukasi kesehatan terhadap tingkat pengetahuan masyarakat Indonesia berusia 20-40 tahun tentang bahaya rokok karena dapat
mencakup responden dengan rentang usia sesuai data tersebut.
Penelitian ini
dilakukan untuk mempertimbangkan usaha menurunkan tingkat konsumsi rokok melalui intervensi edukasi kesehatan tentang bahaya rokok.
Metode Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu desain one-group dengan pre-test post-test dan purposive sampling.
Sebelum pengumpulan data dilakukan, peneliti menyiapkan materi dan mengajukan izin kerja sama dengan
KlikDokter sebagai sarana penjangkauan responden yang lebih luas. Informasi mengenai waktu dan tempat pelaksanaan webinar dibagikan melalui halaman Facebook Klik Dokter dan media sosial peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner demografis dan pre-test kepada responden yang harus diisi sebelum webinar dimulai. Setelah materi dalam webinar selesai disampaikan, responden diberikan post-test. Tabulasi dilakukan dengan menggunakan aplikasi Microsoft
Excel, sedangkan pengelolaan
data menggunakan aplikasi
SPSS.
Target
responden yang memenuhi kriteria berupa orang Indonesia dengan usia 20-40 tahun. Jika bersedia menjadi bagian dari penelitian, akan diminta untuk
mengikuti kegiatan web
seminar dan mengisi kuesioner
demografi. Target responden
perlu mengisi pre-test sebelum mendengarkan pemaparan materi. Setelah materi sudah disampaikan,
target responden diminta untuk mengisi post-test. Pengisian pre-test, post-test, dan kuesioner demografi masing-masing
kurang lebih memerlukan waktu 10 � 15 menit.
Penelitian
ini merupakan penelitian analitik komparatif numerik berpasangan 2 kelompok sehingga untuk menghitung jumlah sampel, perlu menggunakan
rumus:
N=(〖(Zα+Zβ)〗^2� S^2)/〖(x_1-x_2)〗^2
Nilai
Z diambil dari tabel Z hipotesis 1 arah dengan nilai
Zα = 1.64, nilai Zβ = 0.84, dan nilai S (variasi data) = 0.675, sehingga dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:
=((1.64+0.84)^2� 〖0,675〗^2)/(2.60-2.87)^2
=
((2.48)^2� 〖0,675〗^2)/(-0.27)^2
=38
sampel.
Namun, demi mendapatkan jumlah responden yang lebih mencukupi keperluan data, maka sampel dilipatgandakan
menjadi 76 sampel.
Data
yang diolah menggunakan aplikasi SPSS berupa data primer hasil pengisian kuesioner demografi, pre-test,
dan post-test melalui google form yang diambil dari penelitian
sebelumnya yang sudah ada. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis Wilcoxon signed
ranks test.
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil Penelitian
Kegiatan yang telah dilakukan
yaitu pengisian form persetujuan bersamaan dengan form demografi. Sebelum webinar dimulai, peserta diberikan pre-test. Setelah
webinar berakhir, responden
juga diminta untuk mengisi post-test. Sehingga, dari pelaksanaan penelitian, ada 108 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan dapat digunakan datanya untuk diolah.
Data demografik dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 1
Karakteristik Demografi
No |
Variabel |
Frekuensi |
|
Jumlah
(n) |
Persentase
(%) |
||
1. |
Jenis
kelamin |
|
|
|
Laki-laki |
41 |
38% |
|
Perempuan |
67 |
62% |
|
|
|
|
2. |
Usia |
|
|
|
20-30 tahun |
73 |
67.6% |
|
31-40 tahun |
35 |
32.4% |
|
|
|
|
3. |
Pendidikan |
|
|
|
Tamat
SD sederajat |
1 |
0.9% |
|
Tamat
SMP sederajat |
0 |
0% |
|
Tamat
SMA sederajat |
60 |
55.6% |
|
Tamat
Diploma/D3 |
8 |
7.4% |
|
Tamat Sarjana/S1 |
33 |
30.6% |
|
Tamat
Magister/S2 |
5 |
4.6% |
|
Tamat Doktoral/S3 |
1 |
0.9% |
|
|
|
|
4. |
Pekerjaan |
|
|
|
Mahasiswa/Pelajar |
44 |
40.7% |
|
Freelancer |
1 |
0.9% |
|
Karyawan |
31 |
28.7% |
|
Apoteker |
2 |
1.9% |
|
Pedagang |
1 |
0.9% |
|
PNS/ASN |
2 |
1.9% |
|
Tenaga Kesehatan |
23 |
21.3% |
|
Wiraswasta |
1 |
0.9% |
|
Tidak bekerja |
3 |
2.8% |
|
|
|
|
5. |
Status merokok |
|
|
|
Merokok |
6 |
5.6% |
|
Sudah berhenti merokok |
6 |
5.6% |
|
Tidak merokok |
96 |
88.8% |
Berdasarkan tabel 1, responden
penelitian ini lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 67 orang (62%). Responden
yang bergabung paling banyak
dari rentang usia 20 hingga 30 tahun, mencapai 73 orang (67.6%).
Sebagian besar sudah menempuh pendidikan hingga tamat SMA sederajat dengan jumlah 60 orang (55.6%). Ada 44 responden
(40.7%) yang masih menjadi mahasiswa/pelajar, 31 orang sebagai karyawan (28.7%), dan 23
orang berprofesi sebagai tenaga kesehatan (21.3%). Mayoritas responden tidak merokok, hingga mencapai jumlah 96 orang (88.8%).
Tabel 2
Tingkat Pengetahuan
Responden Sebelum Dan Setelah
Intervensi Edukasi Bahaya Rokok
No. |
Variabel |
n |
Mean � SD |
Median |
Min/Max |
p Value |
1. |
Pre-test |
108 |
149.07 � 18.673 |
160 |
70/170 |
<0,001 |
2. |
Post-test |
108 |
157.78 � 10.619 |
160 |
100/170 |
Tabel
2 menunjukkan adanya perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan sebelum webinar dan sesudah webinar pada responden dengan nilai rerata
pre-test mencapai 149.07 dan post-test 157.78 dari total skor 170.
Tabel 3
Perbandingan Total Skor Sebelum Dan Sesudah Intervensi
|
N |
Mean Rank |
Sum of Ranks |
|
posttest - pretest |
Negative Ranks |
7a |
14.71 |
103.00 |
Positive Ranks |
42b |
26.71 |
1122.00 |
|
Ties |
59c |
|
|
|
Total |
108 |
|
|
|
a. posttest
< pretest |
||||
b. posttest
> pretest |
||||
c. posttest =
pretest |
Berdasarkan
tabel 3, dapat dilihat bahwa terdapat
7 responden yang mendapat nilai lebih rendah
setelah intervensi, 42 orang
mendapat nilai lebih tinggi setelah
intervensi, dan 59 orang mendapatkan
skor yang sama baik sebelum maupun
sesudah intervensi.
Tabel 4
Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test
|
Posttest - pretest |
Z |
-5.150b |
Asymp. Sig.
(2-tailed) |
<0.001 |
a. Wilcoxon
Signed Ranks Test |
|
b. Based on
negative ranks. |
Melalui
metode uji hipotesis non-parametrik Wilcoxon signed-rank test, dapat
dilihat pada tabel 4 bahwa nilai probabilitas
kurang dari 0.05. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan skor yang signifikan setelah intervensi berupa webinar bahaya rokok.
Tabel 5
Tingkat Pengetahuan
Responden Sebelum Dan
Setelah Intervensi Edukasi Bahaya Rokok Pada Kelompok Pendidikan Tertentu
Variabel |
n |
Mean � SD |
Median |
p Value |
|
1. |
Belum tamat akademi/universitas Pre-test Post-test |
61 |
145.08 � 21.184 159.18 � 8.812 |
150 160 |
<0.001 |
2. |
Tamat
akademi/universitas Pre-test Post-test |
47 |
155.96 � 12.452 154.26 � 13.310 |
160 160 |
0.130 |
Berdasarkan
tabel 5 dapat dilihat bahwa pada populasi responden yang belum tamat akademi/universitas
(56.5%) mengalami peningkatan
pengetahuan secara signifikan (p <0.001) setelah diberi intervensi. Namun, pada kelompok tamat akademi/universitas (43.5%)
tidak ditemukan adanya efek edukasi
yang signifikan (p = 0.130).
Dari hasil uji hipotesis menggunakan metode Wilcoxon signed-rank test, pada kelompok responden yang belum tamat akademi/universitas
menunjukkan adanya peningkatan nilai setelah intervensi pada 35 orang dari total 61 orang. 4 orang lainnya mengalami penurunan nilai dan 22 orang mendapatkan skor yang sama, baik sebelum
webinar maupun sesudah
webinar. Sedangkan, pada populasi
tamat akademi/universitas ditemukan ada 37 orang tidak mengalami perubahan skor pada pre-test dan
post-test. 7 orang mengalami penurunan
nilai, dan hanya 3 orang
yang mengalami peningkatan skor setelah intervensi
(Etrawati, 2014).
Tabel 6
Persentase Jawaban Benar
Pada Pre-Test Dan Post-Test
No. |
Pertanyaan |
Pre-test N (%) |
Post-test N (%) |
1. |
Merokok dapat menyebabkan
kanker paru |
107 (99.1%) |
107 (99.1%) |
2. |
Merokok dapat menyebabkan
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) |
102 (94.4%) |
106 (98.1%) |
3. |
Merokok dapat menyebabkan
bronkitis kronis |
100 (92.6%) |
106 (98.1%) |
4. |
Merokok dapat menyebabkan
kanker tenggorokan |
104 (96.3%) |
107 (99.1%) |
5. |
Merokok dapat menyebabkan
kanker mulut |
102 (94.4%) |
104 (96.3%) |
6. |
Merokok dapat menyebabkan penyakit jantung |
103 (95.4%) |
107 (99.1%) |
7. |
Merokok dapat mengganggu
sistem imun/kekebalan tubuh |
92 (85.2%) |
102 (94.4%) |
8. |
Merokok dapat meningkatkan
risiko terkena tuberkulosis |
89 (82.4%) |
103 (95.4%) |
9. |
Merokok dapat menyebabkan
strok serebral |
82 (75.9%) |
98 (90.7%) |
10. |
Nikotin yang terkandung dalam rokok merupakan
zat adiktif |
103 (95.4%) |
108 (100%) |
11. |
Merokok memiliki dampak langsung terhadap kesehatan |
100 (92.6%) |
104 (96.3%) |
12. |
Merokok saat sedang
hamil dapat membahayakan janin |
106 (98.1%) |
108 (100%) |
13. |
Konsumsi vape/rokok elektronik menimbulkan risiko kanker yang lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional/rokok kretek/tembakau linting |
66 (61.1%) |
50 (46.3%) |
14. |
Lingkungan bebas rokok
membantu menjaga kesehatan tubuh |
104 (96.3%) |
106 (98.1%) |
15. |
Menghirup asap rokok dari lingkungan sekitar (second-hand smoking/perokok
pasif) berbahaya untuk kesehatan |
106 (98.1%) |
108 (100%) |
16. |
Residu atau sisa
asap rokok dari lingkungan sekitar yang menetap di permukaan benda disebut juga Thirdhand
Smoke (THS) |
85 (78.7%) |
103 (95.4%) |
17. |
Merokok memiliki efek terhadap faktor psikologis, penampilan, sosial, dan ekonomi |
100 (92.6%) |
108 (100%) |
Dari tabel 6, sebagian besar responden mengalami peningkatan jawaban benar setelah menerima
intervensi. Bahkan pada beberapa pertanyaan, seluruh responden menjawab dengan benar. Hasil yang mencolok terlihat pada pertanyaan tentang efek karsinogenik
rokok elektronik/vape dibandingkan dengan rokok konvensional. Sebelum intervensi terdapat 66 orang (61.1%) yang menjawab
benar, sedangkan setelah intervensi hanya 50 orang (46.3%) yang menjawab
dengan benar.
B.
Pembahasan
Dari
184 peserta webinar melalui
Zoom Meeting dan Facebook Live, ada 108 peserta yang memenuhi kriteria inklusi menjadi responden penelitian ini. Nilai rata-rata usia responden yaitu 26,87. Usia responden yang diperlukan mulai dari 20 hingga
40 tahun. Edukasi kesehatan khususnya tentang bahaya rokok disampaikan pada kelompok usia ini
karena pada rentang usia ini orang-orang mulai bereksperimen dengan banyak hal termasuk merokok (Mulyani,
2015). Kelompok
usia ini juga merupakan generasi penerus dan akan menjadi orang tua, bahkan ada yang sudah menjadi orang tua di dalam keluarga.
Pengetahuan tentang bahaya rokok yang dimiliki baik secara
langsung atau tidak langsung akan dilihat dan dicontoh oleh orang yang lebih muda di sekitar mereka (Durowade et al., 2018).
Edukasi kesehatan diharapkan dapat mengurangi tingkat inisiasi merokok dan mengurangi kebiasaan merokok di masyarakat, khususnya di Indonesia (Munir, 2017). Sebagian besar partisipan termasuk dalam populasi orang yang tidak merokok yaitu mencapai
96 orang (88.8%). Sehingga hal
ini sesuai dengan tujuan edukasi.
Rentang tingkat pendidikan
dan jenis pekerjaan responden dalam penelitian ini cukup luas. Hal ini menjadi kelebihan
penelitian karena dapat menggambarkan populasi masyarakat Indonesia
yang juga beragam. Banyak penelitian
dilakukan pada kelompok tertentu (misalnya, khusus bagi penyedia
layanan kesehatan atau pelajar), sehingga hasilnya bisa saja tidak
berlaku untuk populasi umum. Selain itu, persentase
non-perokok lebih banyak daripada perokok juga dapat memberi gambaran populasi non-perokok dibandingkan dengan perokok di Indonesia. Menurut
data Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah perokokok dengan usia di atas 15 tahun walau
cukup tinggi persentasenya, tetap masih lebih sedikit
dibandingkan dengan populasi non-perokok.
Pada
penelitian ini, terlihat bahwa intervensi berupa webinar efektif dalam meningkatkan
pengetahuan responden mengenai bahaya rokok. Rata-rata skor partisipan sebelum intervensi yaitu 149.07 kemudian mengalami peningkatan setelah menerima edukasi tentang bahaya rokok dengan rata-rata skor 157.78 dari total skor maksimal 170. Penelitian seperti ini pernah dilakukan
oleh (Kosasih et al., 2018)
pada 323 siswa Sekolah Dasar
di Bandung dengan hasil yang
serupa, yaitu terjadi peningkatan pengetahuan pada responden setelah diberikan intervensi berupa edukasi kesehatan tentang bahaya rokok secara interaktif,
di mana para peserta bisa bertanya dan berdiskusi dengan pemberi materi.
Hasil
edukasi kesehatan kepada responden secara keseluruhan memiliki nilai yang signifikan antara pre-test dan
post-test (p < 0.001). Ini menunjukkan
bahwa intervensi berupa pemaparan materi dan pemberian informasi mengenai bahaya rokok sangat diperlukan untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan usaha pencegahan merokok. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh (Durowade et al., 2018), yaitu ditemukan adanya peningkatan pengetahuan secara signifikan antara sebelum intervensi dengan setelah intervensi berupa edukasi kesehatan pada partisipan yang berusia 19-26 tahun di Nigeria.
Hasil
yang berbeda ditemukan jika data dikelompokkan sesuai tingkat pendidikan. Pada kelompok responden dengan pendidikan belum lulus akademi/universitas yaitu yang hanya lulus Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan setelah diberi intervensi secara berarti (p <0.001). Namun, pada kelompok partisipan dengan pendidikan terakhir tamat akademi/universitas tidak menunjukkan adanya efek intervensi
yang signifikan (p=0.130). Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempengaruhi
pengetahuan awal seseorang tentang bahaya rokok sehingga
materi yang diberikan melalui webinar sudah terlebih dahulu mereka ketahui. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Xu et al., 2015)
pada 538 pria berusia 18-45
tahun di China, ditemukan juga
bahwa pria muda dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki pemahaman yang lebih banyak tentang
bahaya rokok.
Setelah
diberi edukasi tentang bahaya rokok, sebagian besar responden menunjukkan hasil test yang meningkat. Seluruh partisipan sudah mengerti bahwa nikotin merupakan zat adiktif, rokok
dapat membahayakan janin, menghirup asap rokok dari lingkungan
sekitar berbahaya bagi kesehatan, dan merokok dapat memberi
efek terhadap faktor psikologis, penampilan, sosial, dan ekonomi. Hal ini tampak dari hasil
pre-test yang menunjukkan bahwa
108 orang (100%) menjawab pertanyaan
tersebut dengan benar.
Namun, terlihat perbedaan
yang mencolok pada pertanyaan
�Konsumsi vape/rokok elektronik menimbulkan risiko kanker yang lebih rendah dibandingkan
dengan rokok konvensional/rokok kretek/tembakau linting�. Sebelum intervensi ada 66 orang (61.1%)
yang menjawab dengan benar, dan setelah intervensi menjadi 50 orang saja (46.3%). Melalui hasil tersebut, ditemukan bahwa partisipan belum mengerti benar tentang perbedaan efek karsinogenik rokok konvensional dan rokok elektronik.
Dari
penelitian ini, responden mendapatkan informasi tentang bahaya rokok demi meningkatkan kesadaran publik secara efektif
mengenai risiko penyakit, konsekuensi ekonomi, dan dampak terhadap lingkungan akibat konsumsi rokok sehingga mengurangi angka inisiasi merokok pada populasi non-perokok. Sedangkan bagi populasi perokok, diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan kesadaran untuk berhenti merokok. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang pernah dilakukan oleh (Park et al., 2018), yaitu tingkat pengetahuan
tentang rokok yang lebih tinggi atau
lebih baik akan menimbulkan sikap positif terhadap
niat berhenti merokok.
Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah intervensi edukasi kesehatan mengenai bahaya rokok berpengaruh secara berarti pada tingkat pengetahuan masyarakat Indonesia berusia
20-40 tahun.
BIBLIOGRAFI
Durowade,
K. A., Salaudeen, A. G., Akande, T. M., Musa, O. I., Bolarinwa, O. A., Olokoba,
L. B., Fasiku, M. M., & Adetokunbo, S. (2018). Traditional Eye Medication:
A Rural-Urban Comparison Of Use And Association With Glaucoma Among Adults In
Ilorin-West Local Government Area, North-Central Nigeria. Journal Of
Community Medicine And Primary Health Care, 30(1), 86�98. Google Scholar
Etrawati,
F. (2014). Perilaku Merokok Pada Remaja: Kajian Faktor Sosio Psikologis. Jurnal
Ilmu Kesehatan Masyarakat, 5(2). Google Scholar
Kemenkes,
R. I. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. In Online) Http://Www. Depkes. Go.
Id/Resources/Download/Info-Terkini/Materi_Rakorpop_2018/Hasil% 20riskesdas
(Vol. 202018). Google Scholar
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pertanyaan Dan Jawaban Terkait
Coronavirus Disease 2019 ( Covid-19 ). World Health Organization, 2019,
1�13. Google Scholar
Kosasih,
C. E., Solehati, T., & Lukman, M. (2018). Pengaruh Edukasi Kesehatan Bahaya
Rokok Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan,
11(1), 1�8. Google Scholar
Mulyani,
T. (2015). Dinamika Perilaku Merokok Pada Remaja. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar
Munir,
M. (2017). Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang Risiko Merokok Pada Santri
Mahasiswa Di Asrama Uin Sunan Ampel Surabaya. Uin Sunan Ampel Surabaya. Google Scholar
Park,
J., Lim, M. K., Yun, E. H., Oh, J.-K., Jeong, B. Y., Cheon, Y., & Lim, S.
(2018). Influences Of Tobacco-Related Knowledge On Awareness And Behavior
Towards Smoking. Journal Of Korean Medical Science, 33(47). Google Scholar
Trofor,
A. C., Papadakis, S., Lotrean, L. M., Radu-Loghin, C., Eremia, M., Mihaltan,
F., Driezen, P., Kyriakos, C. N., Mons, U., & Demj�n, T. (2018). Knowledge
Of The Health Risks Of Smoking And Impact Of Cigarette Warning Labels Among
Tobacco Users In Six European Countries: Findings From The Eurest-Plus Itc
Europe Surveys. Tobacco Induced Diseases, 16. Google Scholar
West,
R. (2017). Tobacco Smoking: Health Impact, Prevalence, Correlates And
Interventions. Psychology & Health, 32(8), 1018�1036. Google Scholar
Xu,
X., Liu, L., Sharma, M., & Zhao, Y. (2015). Smoking-Related Knowledge,
Attitudes, Behaviors, Smoking Cessation Idea And Education Level Among Young
Adult Male Smokers In Chongqing, China. International Journal Of
Environmental Research And Public Health, 12(2), 2135�2149. Google Scholar
Zhang,
M., Liu, S., Yang, L., Jiang, Y., Huang, Z., Zhao, Z., Deng, Q., Li, Y., Zhou,
M., & Wang, L. (2019). Prevalence Of Smoking And Knowledge About The
Hazards Of Smoking Among 170 000 Chinese Adults, 2013�2014. Nicotine And
Tobacco Research, 21(12), 1644�1651. Google Scholar
Copyright holder: Felicia Lidya Kong, Vito Damay,
Dyah Novita Anggraini (2021) |
First publication right: Jurnal Health Sains |
This article
is licensed under: |