Jurnal Health Sains: p�ISSN:
2723-4339 e-ISSN:
2548-1398�����
Vol. 2, No. 10, Oktober 2021
UJI AKTIVITAS FRAKSI ETIL ASETAT DAUN DARUJU (ACANTHUS
ILICIFOLIUS L) TERHADAP BAKTERI PROPIONIBACTERIUM ACNES DAN STAPHYLOCOCCUS
EPIDERMIDIS
Rаbimа, Riris Arisma Sunyaluri
Universitаs 17 Аgustus
1945 Jаkаrtа, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
info artikel |
abstraK |
Diterima 5 Oktober 2021 Direvisi 15 Oktober 2021 Disetujui 25 Oktober 2021 |
Daun daruju (Acanthus Ilicifolius L)
merupakan sejenis tanaman yang banyak tumbuh dan dikembangkan di
Indonesia. Pada daun daruju
(Acanthus Ilicifolius L) ditemukan
keberadaan banyak kandungan senyawa metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder bersifat non polar,
semipolar dan polar sehingga untuk
memaksimalkan pengekstrakan
senyawa metabolit sekunder dilakukan dengan cara fraksinasi.
Proses fraksinasi dalam penelitian ini menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan metanol, sedangkan bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus
epidermidis. Pengujian aktivitas
antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar. Uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa fraksi etil aseat daun
daruju (Acanthus Ilicifolius
L) mampu menghambat pertumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Uji aktivitas fraksi etil asetat daun
daruju (Acanthus Ilicifolius
L) pada bakteri Propionibacterium acnes diperoleh pada konsentasi 20% dengan rata-rata diameter zona hambat
sebesar 20,99 mm dimana
pada katagori zona hambat
termasuk dalam katagori kuat, Sedangkan terhadap bakteri Stаphylococcus
epidermidis diperoleh pada kosentrasi
15% dengan rata-rata diameter zona hambat sebesаr 20,21 mm dimana pada katagori zona hambat termasuk dalam katagori kuat. ABSTRACT Daruju leaves (Acanthus Ilicifolius
L) is a type of plant that is widely grown and developed in Indonesia. Daruju leaves (Acanthus Ilicifolius
L) found the presence of many secondary metabolite compounds. Secondary
metabolite compounds are non polar, semipolar and
polar so that to maximize the extraction of secondary metabolites,
fractionation is carried out. The fractionation process in this study used
n-hexane, ethyl acetate and methanol as solvent, while the test bacteria used
were Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis. Antibacterial
activity testing was carried out using the agar diffusion method. The
antibacterial activity test showed that the ethyl aceat
fraction of Daruju leaves (Acanthus Ilicifolius L) was able to inhibit the growth of Propionibacterium
acnes and Staphylococcus epidermidis bacteria. The activity test of the ethyl
acetate fraction of Daruju leaves (Acanthus Ilicifolius L) on Propionibacterium acnes bacteria was
obtained at a concentration of 20% with an average diameter of the inhibition
zone of 20.99 mm where the inhibition zone category was included in the
strong category, while the Stаphylococcus
epidermidis bacteria were obtained in concentration of 15% with an average diameter
of the inhibition zone of 20.21 mm where the inhibition zone category is
included in the strong category. |
Kata Kunci: dаun daruju
(Acanthus Ilicifolius L); fraksinasi;
antibakteri Keywords: dаun daruju (Acanthus Ilicifolius L); fractionation; antibacterial |
Pendahuluan
Di Indonesia banyak sekali
tanaman yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri. salah satu tanaman yang memilik aktivitas antibakteri adalah daun daruju
(Acanthus ilicifolius L) (Kaur et al., 2011). Tanaman Daun Daruju
termasuk ke dalam keluarga Acanthaceae, yang mempunyai potensi cukup besar
sebagai bahan baku obat alami.
Daun Daruju mengandung senyawa saponin,
flavonoid, polifenol dan tanin.
Kandungan kimia dari Daun Daruju
adalah asam amino, asam organik, asam
sitrat, asam maleat, gliserin, suksinat, asam laktat, glutamin, glutamat, alanin, tanin dan sulfur (Sari et al., 2017).
Bagian yang dapat dimanfaatkan
adalah daun dalam keadaan segar maupun kering (Sunaryanti, 2012).
Obat tradisional cenderung menggunakan bagian-bagian tumbuhan yang dianggap memiliki khasiat untuk mengobati
penyakit (Idrus et al., 2013).
Padahal, hanya zat-zat tertentu pada tumbuhan tersebut yang memiliki khasiat sebagai obat, termasuk
pula senyawa antibakteri (Mardiana & Buku, 2012).
Senyawa aktif yang terdapat dalam tumbuhan tersebut dapat diketahui dengan melakukan proses pemisahan yang diawali dengan proses fraksinasi atau ekstraksi cair-cair. Fraksinasi ini dilakukan untuk
memisahkan senyawa berdasarkan polaritasnya. Cara pemisahan ini menggunakan
dua macam pelarut yang tidak bercampur, contohnya air (polar) dengan heksana atau kloroform (nonpolar) atau dengan pelarut
organik lain (Ladeska et al., 2021).
Propionibacterium acnes merupakan salah satu bakteri ini
tidak patogen pada kondisi normal, Sekresi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea menghasilkan air, asam amino,
urea, garam dan asam lemak yang menjadi
sumber nutrisi bagi bakteri (Carolia & Noventi, 2016). Bakteri ini berperan
pada proses kemotaktik inflamasi
dan pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi sebum menjadi massa padat, yang menyebabkan terjadinya penyumbatan pada saluran kelenjar sebasea. Bakteri tersebut juga dapat menyerang sistem imunitas yang menyebabkan munculnya kemerahan dan bengkak kecil (Jawetz, 2008).
Staphylococcus epidermidis adalah salah satu spesies bakteri
dari genus Staphylococcus yang diketahui
dapat menyebabkan infeksi oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan
tubuh yang melemah) (Handoko, 2013).
Metode Penelitian
Desаin pаdа penelitiаn ini menggunаkаn desаin
eksperimentаl dengаn
metode pengujiаn аntibаkteri secаrа
difusi cаkrаm. Penelitiаn ini dilаkukаn di lаbolаtorium
Univeritаs 17 Аgustus
1945 Jаkаrtа.
Аlаt-аlаt yаng digunаkаn pаdа
penelitiаn ini terdiri dаri mаserаtor, beаker
glаss, timbаngаn
аnаlitik, rotаry
evаporаtor, cаwаn
porselin, oven, bаtаng
pengаduk, corong kаcа, аutoklаf,
lаmpu spiritus, incubаtor,
lаbu ukur, ose, cаwаn petri, pinset, tаbung reаksi, pemijаr, lumpаng dаn аlu, spаtel, sudip, gelаs ukur, аlumunium foil, blаnk disk, jаngkа
sorong, viskometer, pengukur pH meter,
Bаhаn yаg digunаkаn
pаdа penelitiаn
ini daun daruju, metаnol, аkuаdest, MHА, аsаm
аsetаt, kаrbopol,
metil pаrаben, propilenglikol, Propionibacterium acnes, Stаphylococcus epidermidis, TSА, HCL 2N, pereаksi mаyer, drаgendrof, bаuchаrdаd,
NH4OH 25%, аlkohol, аsаm
аsetаt аnhidrаt,
logаm Mg, Fecl3, HCL pekаt,
H2SO4, lаrutаn Mc Fаrlаnd.
Penelitian ini menggunakan bahan simplisia dari daun daruju
(Acanthus Ilicifolius L) yang telah
dideterminasi terlebih dahulu. Daun daruju
dilakukan sortasi basah, kemudian simplisia dicuci dan diangin-anginkan hingga diperoleh simplisia yang kering. Selanjutnya dilakukan sortasi kering untuk memisahkan
simplisia dari kotoran. Setelah itu, simplisia dihaluskan dan diayak dengan menggunakan
ayakan nomor 60 (Dewoto, 2007).
Hasil dan Pembahasan
1.
Determinasi
Tanaman
Tujuan
dari determinasi ini adalah untuk
memastikan tanaman yang digunakan benar-benar tanaman Daun Daruju
(Acanthus Ilicifolius L). Selain
itu juga determinasi ini dilakukan untuk
mengetahui sepesies tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar
Daun Daruju (Acanthus Ilicifolius L) dan termasuk kedalam familia Acanthaceae.
Tanaman
Daun Daruju (Acanthus Ilicifolius L) diperoleh dari BALITRO Bogor. Berdasarkan hasil determinasi yang dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong maka
diketahui bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Daun
Daruju (Acanthus Ilicifolius
L) yang termasuk kedalam familia Acanthaceae.
2.
Hasil Fraksinasi
Daun Daruju (Acanthus Ilicifolius L)
Fraksinasi
dilakukan terhadap 1,5 kg serbuk simplisia daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) dengan metode maserasi, karena metode maserasi
merupakan metode untuk menghasilkan esktrak dengan cara dingin yang dapat menarik senyawa
yang diinginkan dengan faktor keruskan senyawa kimia yang relative lebih kecil dan senyawa yang tidak tahan panas. Caranya
menggunakan pelarut metanol sebanyak 5 liter dalam botol
yang berwarna gelap selama 3x3 hari, dimana setiap 3 hari sekali filter disaring, kemudian ampas dimaserasi kembali. Maserasi kemudian diuapkan dengan alat penguap
yaitu rotary evaporator pada suhu
tidah lebih dari 500C hingga diperoleh ekstrak kental, kemudian hasil maserat dengan
pelarut metanol di fraksinasi kembali dengan menggunakan heksan kemudian didapatkan residu dan fraksi air, setelah itu fraksi air di fraksinasikan kembali dengan etil asetat
yang nantinya akan menghasilkan residu dan fraksi etil asetat
dari daun daruju, kemudian dipekatkan dengan rotary
evaporator.
Hasil uji organoleptik ekstrak berupa ekstrak kental, berwarna hijau kehitaman, berbau aromatik lemah dan memiliki rasa pahit.
3.
Karakteristik
Ekstrak
Uji
kontrol kualitas fraksi etil asetat
Daun Daruju meliputi uji organoleptis dan uji
susut pengeringan. Pemeriksaan organoleptis dilakukan untuk mengetahui hasil fisik dari fraksi
etil asetat Daun Daruju meliputi
bentuk, warna, dan bau. Hasil pemeriksaan organoleptis fraksi etil asetat Daun
Daruju dapat dilihat di tabel 1.
Tabel 1
Pengamatan Organoleptis
Daun Daruju (Acanthus Ilicifolius L)
Uji Organoleptis |
Hasil |
Bau |
Khas aromatic |
Warna |
Hijau Pekat |
Bentuk |
Ekstrak Kental |
4.
Hasil Skrining
Fitokimia
Skrining
fitokimia merupakan analis kualitatif terhadap senyawa-senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari
bahan alam terdiri atas berbagai
macam metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap
golongan dari metabolit sekunder (Heyne, 1987).
Tabel 2
Hasil Skrining Fitokimia
Ekstrak Daun Daruju (Acanthus Ilicifolius L)
Kandungan Kimia |
Pereaksi |
Pengamatan |
Ekstrak Daun Daruju (Acanthus Ilicifolius L) |
Alkaloid |
Mayer, Dragendorf, Bouchardad |
↓kuning,��� �������� ↓jingga, ↓coklat |
Positif |
Saponin |
H2O kocok → Berbusa |
Coklat tua + Berbusa |
Positif |
Tanin |
FeCl3 |
Hitam |
Negatif |
Fenolik |
Methanol + NaOH 10% |
Membentuk dua lapisan, lapisan atas coklat tua
dan lapisan bawah coklat muda |
Positif |
Flavonoid |
HCl P + logam Mg |
Fluoresensi Coklat |
Positif |
Triterpenoid |
Liebermann-Burchard |
Coklat |
Positif |
Steroid |
Liebermann-Burchard |
Coklat |
Positif |
Glikosida |
FeCl3+H2SO4P |
Membentuk dua lapisan, lapisan atas bening dan lapisan bawah ↓ hijau tua |
Positif |
Skrining
dilakukan untuk memastikan zat aktif yang terkandung dalam simplisia dengan reaksi kimia.
Hasil yang didapat menunjukkan
bahwa tanaman Daun Daruju mengandung
Alkaloid, Saponin, Fenolik, Flavonoid, Triterpenoid,
Steroid dan Glikosida.
Mekanisme
kerja Flavonoid dan Fenolik
sebagai antibakteri adalah flavanoid dan fenolik menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom
dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavanoid dengan DNA bakteri. Senyawa alkaloid memiliki mekanisme penghambat dengan cara menggunakan
komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk
secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut. Senyawa
saponin mempunyai kemampuan
sebagai pembersih, sehingga efektif untuk anti jerawat (Afiff & Amilah, 2017).
5.
Hasil Uji Aktivitas
Fraksi Etil Asetat daun daruju
(Acanthus Ilicifolius L) Terhadap
Bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus
Epidermidis
Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat
daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) terhadap Bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus
epidermidis. menggunakan fraksi
etil asetat daun daruju dengan
konsentrasi 15%, 20%, dan 25%.
Kemudian
uji dilakuan dengan metode difusi dengan
cakram. Dengan fraksi etil asetat
daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) dalam media Muller
Hinton Agar (MHA) yang telah diberikan
Bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus
epidermidis.
Pada pengujian aktivitas antibakteri ini diperlukan kontrol positif clindamysin dan kontrol negatif berupa DMSO 10% Dari hasil pewarnaan gram yang dilihat pada mikroskop menunjukkan bahwa bakteri Propionibacterium
acnes dan Staphylococcus epidermidis memiiliki gram positif dan berbentuk kokus.
Hasil
uji aktivitas antibakteri fraksi etil asetat
daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) dengan metode difusi cakram.
Diperoleh data zona hambat bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus
epidermidis dengan perolehan
3 kali penggulangan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3
Uji Pendahuluan Aktivitas
Fraksi Etil Asetat daun daruju
(Acanthus Ilicifolius L) Terhadap
bakteri Jerawat
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus Epidermidis
Jenis Bakteri |
Kelompok perlakuan |
Diameter Zona Hambat |
Rata-rata (mm) |
||
1 |
2 |
3 |
|||
P.
acnes |
5% |
7,53 |
8,87 |
9,76 |
8,72 |
P.
acnes |
10% |
9,26 |
10.04 |
8,67 |
9,32 |
P. acnes |
15% |
12,49 |
11,10 |
11,04 |
11,21 |
P.
acnes |
20% |
13,41 |
14,26 |
13,32 |
13,33 |
P.
acnes |
25% |
15,97 |
16,04 |
15,81 |
15,94 |
S.
epidermidis |
5% |
9,94 |
10,36 |
9,67 |
9,99 |
S.
epidermidis |
10% |
12,29 |
13,85 |
12,06 |
12,73 |
S.
epidermidis |
15% |
14,98 |
13,49 |
14,79 |
14,42 |
S. epidermidis |
20% |
16,08 |
15,00 |
17,09 |
16,05 |
S.
epidermidis |
25% |
18,56 |
14,97 |
19,42 |
17,65 |
Tabel 4 ������
Zona Hambat Uji Aktivitas
Fraksi Etil Asetat daun daruju
(Acanthus Ilicifolius L) Terhadap
Bakteri Propionibacterium acnes
Jenis Bakteri |
Kelompok perlakuan |
Diameter Zona Hambat |
Rata-rata (mm) |
||
1 |
2 |
3 |
|||
P.
acnes |
KKP (Antibiotik
Clindamycin) |
31,50 |
29,58 |
32,67 |
31,25 |
P.
acnes |
KKN (DMSO 10%) |
0 |
0 |
0 |
0 |
P.
acnes |
15% |
18,49 |
16,10 |
20,04 |
18,21 |
P. acnes |
20% |
22,41 |
21,26 |
19,32 |
20,99 |
P.
acnes |
25% |
15,97 |
20,04 |
17,81 |
17,94 |
Berdasarkan
zona hambat uji aktivitas fraksi etil aseat
daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) terhadap bakteri� Propionibacterium acnes pada table 4 menunjukan bahwa ketiga konsentrasi 15%, 20% dan
25% adanya uji aktivitas
yang sesuai pada konsentrasi
masing � masing yaitu pada konsentasi
15% diperoleh zona hambat bakteri Propionibacterium acnes sebesar
18,21 dimana pada katagori
zona hambat termasuk dalam katagori sedang. Dan pada konsentraasi 20%
diperoleh zona hambat bakteri Propionibacterium acnes sebesar
20,99 dimana pada katagori
zona hambat termasuk dalam katagori kuat. Selanjutnya pada konsentraasi 25% diperoleh zona hambat bakteri Propionibacterium
acnes sebesar 17,94 dimana
pada katagori zona hambat termasuk dalam katagori sedang. Sedangkan kontrol negatif DMSO 10% tidak menunjukan adanya zona hambatan. Sehingga dapat dikatakan DMSO 10% tidak berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri, hal ini membuktikan bahwa aktivitas antibakteri merupakan aktivitas dari fraksi etil asetat
daun daruju pada konsentrasi 15%, 20% dan 25%. Hasil ini
karena golongan yang terkandung dalam fraksi etil asetat
daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) bersifat antibakteri yaitu adanya alkaloid, flavonoid, fenol
dan saponin.
Tabel 5
Zona Hambat Uji Aktivitas
Fraksi Etil Asetat daun daruju
(Acanthus Ilicifolius L) Terhadap
Bakteri Jerawat
Staphylococcus Epidermidis
Jenis Bakteri |
Kelompok perlakuan |
Diameter Zona Hambat |
Rata-rata (mm) |
||
1 |
2 |
3 |
|||
S.
epidermidis |
KKP (Antibiotik
Clindamycin) |
28,50 |
29,58 |
30,67 |
29,58 |
S. epidermidis
|
KKN (DMSO 10%) |
0 |
0 |
0 |
0 |
S.
epidermidis |
15% |
20, 49 |
19,10 |
21,04 |
20,21 |
S.
epidermidis |
20% |
17,41 |
19,26 |
18,32 |
18,33 |
S.
epidermidis |
25% |
15,97 |
24,04 |
17,81 |
19,27 |
Berdasarkan uji zona hambat aktivitas fraksi etil aseat
daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) terhadap bakteri Staphylococcus Epidermidis pada table 5 menunjukan bahwa ketiga konsentrasi 15%, 20% dan
25% adanya uji aktivitas
yang sesuai pada konsentrasi
masing � masing yaitu pada konsentasi
15% diperoleh zona hambat bakteri Staphylococcus Epidermidis sebesar
20,21 dimana pada katagori
zona hambat termasuk dalam katagori kuat. Dan pada konsentraasi 20% diperoleh zona hambat bakteri Staphylococcus Epidermidis sebesar
18,33 dimana pada katagori
zona hambat termasuk dalam katagori sedang. Selanjutnya pada konsentraasi 25% diperoleh zona hambat bakteri Staphylococcus
Epidermidis sebesar 19,27 dimana
pada katagori zona hambat termasuk dalam katagori sedang. Sedangkan kontrol negatif DMSO 10% tidak menunjukan adanya zona hambatan. Sehingga dapat dikatakan DMSO 10% tidak berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri, hal ini membuktikan bahwa aktivitas antibakteri merupakan aktivitas dari fraksi etil asetat
daun daruju pada konsentrasi 15%, 20% dan 25%. Hasil ini
karena golongan yang terkandung dalam fraksi etil asetat
daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) bersifat antibakteri yaitu adanya alkaloid, flavonoid, fenol
dan saponin (Satolom, 2015).
Senyawa flavonoid merupakan golongan senyawa fenol yang diketahui memiliki aktivitas antimiroba yang bersifat bakterisidal namun tidak bersifat
sporisidal. Mekanisme senyawa fenol sebagai
antibakteri dengan cara mendenturasi protein dengan merusak lipid pada
membrane plasma mikroorganisme, sehingga
menyebabkan isi sel keluar (Pratiwi, 2013).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan dapat disimpulkan fraksi etil asetat
daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri
Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis yaitu
dengan adanya zona hambat yang terbentuk disekitar blandisc.
Fraksi etil asetat daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan staphylococcus
epidermidis konsentrasi yang paling aktif yaitu pada konsentrasi 20% dan 15% dengan
zona hambat 20,99 dan 20,21 dengan
katagori kuat.
BIBLIOGRAFI
Afiff,
F. E., & Amilah, S. (2017). Efektivitas Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda
Citrifolia L.) Dan Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) Terhadap
Zona Hambat Pertumbuhan Staphylococcus Aureus. Stigma: Jurnal Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam Unipa, 10(01). Google Scholar
Carolia,
N., & Noventi, W. (2016). Potensi Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle L.)
Sebagai Alternatif Terapi Acne Vulgaris. Jurnal Majority, 5(1),
140�145. Google Scholar
Dewoto,
H. R. (2007). Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. Majalah
Kedokteran Indonesia, 57(7), 205�211. Google Scholar
Handoko,
R. (2013). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan Sala
(Cynometra Ramiflora L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus Epidermidis,
Pseudomonas Aeruginosa, Dan Klebsiella Pneumoniae Serta Bioautografinya.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar
Heyne,
K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia Ii. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta,
659. Google Scholar
Idrus,
R. B., Bialangi, N., & Alio, L. (2013). Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa
Alkaloid Dari Biji Tumbuhan Sirsak (Annona Muricata Linn). Jurnal Sainstek,
7(01). Google Scholar
Jawetz,
M. (2008). Adelberg Mikrobiologi Kedokteran. Alih Bahasa Oleh Huriwati
Hartanto. Penerbit Buku Kedokteran Ecg, Jakarta. Google Scholar
Kaur,
M., Oberoi, D. P. S., Sogi, D. S., & Gill, B. S. (2011). Physicochemical,
Morphological And Pasting Properties Of Acid Treated Starches From Different
Botanical Sources. Journal Of Food Science And Technology, 48(4),
460�465 Google Scholar.
Ladeska,
V., Am, R. A., & Hanani, E. (2021). Colocasia Esculanta L.(Talas): Kajian
Farmakognosi, Fitokimia Dan Aktivitas Farmakologi. Jurnal Sains Dan
Kesehatan, 3(2), 351�358. Google Scholar
Mardiana,
L., & Buku, T. K. (2012). Daun Ajaib Tumpas Penyakit. Penebar
Swadaya Grup. Google Scholar
Pratiwi,
Y. (2013). Hubungan Locus Of Control Dengan Kepuasan Kerja Karyawan Vincent
Maestro Group Surabaya. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Google Scholar
Sari,
D. J., Fadiawati, N., & Tania, L. (2017). Efektivitas E-Book Interaktif
Asam Basa Berbasis Representasi Kimia Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Kimia, 7(2), 237�250. Google Scholar
Satolom,
C. C. (2015). Isolasi Senyawa Flavonoid Pada Biji Pinang Yaki (Areca Vestiaria
Giseke). Jurnal Mipa, 4(1), 40�45. Google Scholar
Sunaryanti,
D. P. (2012). Analisis Keanekaragaman Tanaman Kana (Canna Sp.) Berdasarkan
Karakter Morfologi. Universitas Airlangga. Google Scholar
Copyright holder: Rаbimа, Riris
Arisma Sunyaluri (2021) |
First publication right: Jurnal Health Sains |
This article
is licensed under: |