Jurnal Health Sains: p�ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398�����

Vol. 2, No. 10, Oktober 2021

 

UJI AKTIVITAS FRAKSI ETIL ASETAT DAUN DARUJU (ACANTHUS ILICIFOLIUS L) TERHADAP BAKTERI PROPIONIBACTERIUM ACNES DAN STAPHYLOCOCCUS EPIDERMIDIS

 

Rаbimа, Riris Arisma Sunyaluri

Universitаs 17 Аgustus 1945 Jаkаrtа, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

 

info artikel

abstraK

Diterima

5 Oktober 2021

Direvisi

15 Oktober 2021

Disetujui

25 Oktober 2021

Daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) merupakan sejenis tanaman yang banyak tumbuh dan dikembangkan di Indonesia. Pada daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) ditemukan keberadaan banyak kandungan senyawa metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder bersifat non polar, semipolar dan polar sehingga untuk memaksimalkan pengekstrakan senyawa metabolit sekunder dilakukan dengan cara fraksinasi. Proses fraksinasi dalam penelitian ini menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan metanol, sedangkan bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar. Uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa fraksi etil aseat daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Uji aktivitas fraksi etil asetat daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) pada bakteri Propionibacterium acnes diperoleh pada konsentasi 20% dengan rata-rata diameter zona hambat sebesar 20,99 mm dimana pada katagori zona hambat termasuk dalam katagori kuat, Sedangkan terhadap bakteri Stаphylococcus epidermidis diperoleh pada kosentrasi 15% dengan rata-rata diameter zona hambat sebesаr 20,21 mm dimana pada katagori zona hambat termasuk dalam katagori kuat.

 

ABSTRACT

Daruju leaves (Acanthus Ilicifolius L) is a type of plant that is widely grown and developed in Indonesia. Daruju leaves (Acanthus Ilicifolius L) found the presence of many secondary metabolite compounds. Secondary metabolite compounds are non polar, semipolar and polar so that to maximize the extraction of secondary metabolites, fractionation is carried out. The fractionation process in this study used n-hexane, ethyl acetate and methanol as solvent, while the test bacteria used were Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis. Antibacterial activity testing was carried out using the agar diffusion method. The antibacterial activity test showed that the ethyl aceat fraction of Daruju leaves (Acanthus Ilicifolius L) was able to inhibit the growth of Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis bacteria. The activity test of the ethyl acetate fraction of Daruju leaves (Acanthus Ilicifolius L) on Propionibacterium acnes bacteria was obtained at a concentration of 20% with an average diameter of the inhibition zone of 20.99 mm where the inhibition zone category was included in the strong category, while the Stаphylococcus epidermidis bacteria were obtained in concentration of 15% with an average diameter of the inhibition zone of 20.21 mm where the inhibition zone category is included in the strong category.

Kata Kunci:

dаun daruju (Acanthus Ilicifolius L); fraksinasi; antibakteri

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keywords:

dаun daruju (Acanthus Ilicifolius L); fractionation; antibacterial


 


Pendahuluan

Di Indonesia banyak sekali tanaman yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri. salah satu tanaman yang memilik aktivitas antibakteri adalah daun daruju (Acanthus ilicifolius L) (Kaur et al., 2011). Tanaman Daun Daruju termasuk ke dalam keluarga Acanthaceae, yang mempunyai potensi cukup besar sebagai bahan baku obat alami. Daun Daruju mengandung senyawa saponin, flavonoid, polifenol dan tanin. Kandungan kimia dari Daun Daruju adalah asam amino, asam organik, asam sitrat, asam maleat, gliserin, suksinat, asam laktat, glutamin, glutamat, alanin, tanin dan sulfur (Sari et al., 2017). Bagian yang dapat dimanfaatkan adalah daun dalam keadaan segar maupun kering (Sunaryanti, 2012).

Obat tradisional cenderung menggunakan bagian-bagian tumbuhan yang dianggap memiliki khasiat untuk mengobati penyakit (Idrus et al., 2013). Padahal, hanya zat-zat tertentu pada tumbuhan tersebut yang memiliki khasiat sebagai obat, termasuk pula senyawa antibakteri (Mardiana & Buku, 2012). Senyawa aktif yang terdapat dalam tumbuhan tersebut dapat diketahui dengan melakukan proses pemisahan yang diawali dengan proses fraksinasi atau ekstraksi cair-cair. Fraksinasi ini dilakukan untuk memisahkan senyawa berdasarkan polaritasnya. Cara pemisahan ini menggunakan dua macam pelarut yang tidak bercampur, contohnya air (polar) dengan heksana atau kloroform (nonpolar) atau dengan pelarut organik lain (Ladeska et al., 2021).

Propionibacterium acnes merupakan salah satu bakteri ini tidak patogen pada kondisi normal, Sekresi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea menghasilkan air, asam amino, urea, garam dan asam lemak yang menjadi sumber nutrisi bagi bakteri (Carolia & Noventi, 2016). Bakteri ini berperan pada proses kemotaktik inflamasi dan pembentukan enzim lipolitik pengubah fraksi sebum menjadi massa padat, yang menyebabkan terjadinya penyumbatan pada saluran kelenjar sebasea. Bakteri tersebut juga dapat menyerang sistem imunitas yang menyebabkan munculnya kemerahan dan bengkak kecil (Jawetz, 2008).

Staphylococcus epidermidis adalah salah satu spesies bakteri dari genus Staphylococcus yang diketahui dapat menyebabkan infeksi oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah) (Handoko, 2013).

 

Metode Penelitian

Desаin pаdа penelitiаn ini menggunаkаn desаin eksperimentаl dengаn metode pengujiаn аntibаkteri secаrа difusi cаkrаm. Penelitiаn ini dilаkukаn di lаbolаtorium Univeritаs 17 Аgustus 1945 Jаkаrtа.

Аlаt-аlаt yаng digunаkаn pаdа penelitiаn ini terdiri dаri mаserаtor, beаker glаss, timbаngаn аnаlitik, rotаry evаporаtor, cаwаn porselin, oven, bаtаng pengаduk, corong kаcа, аutoklаf, lаmpu spiritus, incubаtor, lаbu ukur, ose, cаwаn petri, pinset, tаbung reаksi, pemijаr, lumpаng dаn аlu, spаtel, sudip, gelаs ukur, аlumunium foil, blаnk disk, jаngkа sorong, viskometer, pengukur pH meter,

Bаhаn yаg digunаkаn pаdа penelitiаn ini daun daruju, metаnol, аkuаdest, MHА, аsаm аsetаt, kаrbopol, metil pаrаben, propilenglikol, Propionibacterium acnes, Stаphylococcus epidermidis, TSА, HCL 2N, pereаksi mаyer, drаgendrof, bаuchаrdаd, NH4OH 25%, аlkohol, аsаm аsetаt аnhidrаt, logаm Mg, Fecl3, HCL pekаt, H2SO4, lаrutаn Mc Fаrlаnd.

Penelitian ini menggunakan bahan simplisia dari daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) yang telah dideterminasi terlebih dahulu. Daun daruju dilakukan sortasi basah, kemudian simplisia dicuci dan diangin-anginkan hingga diperoleh simplisia yang kering. Selanjutnya dilakukan sortasi kering untuk memisahkan simplisia dari kotoran. Setelah itu, simplisia dihaluskan dan diayak dengan menggunakan ayakan nomor 60 (Dewoto, 2007).

 

Hasil dan Pembahasan

1.   Determinasi Tanaman

Tujuan dari determinasi ini adalah untuk memastikan tanaman yang digunakan benar-benar tanaman Daun Daruju (Acanthus Ilicifolius L). Selain itu juga determinasi ini dilakukan untuk mengetahui sepesies tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar Daun Daruju (Acanthus Ilicifolius L) dan termasuk kedalam familia Acanthaceae.

Tanaman Daun Daruju (Acanthus Ilicifolius L) diperoleh dari BALITRO Bogor. Berdasarkan hasil determinasi yang dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong maka diketahui bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah Daun Daruju (Acanthus Ilicifolius L) yang termasuk kedalam familia Acanthaceae.

2.   Hasil Fraksinasi Daun Daruju (Acanthus Ilicifolius L)

Fraksinasi dilakukan terhadap 1,5 kg serbuk simplisia daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) dengan metode maserasi, karena metode maserasi merupakan metode untuk menghasilkan esktrak dengan cara dingin yang dapat menarik senyawa yang diinginkan dengan faktor keruskan senyawa kimia yang relative lebih kecil dan senyawa yang tidak tahan panas. Caranya menggunakan pelarut metanol sebanyak 5 liter dalam botol yang berwarna gelap selama 3x3 hari, dimana setiap 3 hari sekali filter disaring, kemudian ampas dimaserasi kembali. Maserasi kemudian diuapkan dengan alat penguap yaitu rotary evaporator pada suhu tidah lebih dari 500C hingga diperoleh ekstrak kental, kemudian hasil maserat dengan pelarut metanol di fraksinasi kembali dengan menggunakan heksan kemudian didapatkan residu dan fraksi air, setelah itu fraksi air di fraksinasikan kembali dengan etil asetat yang nantinya akan menghasilkan residu dan fraksi etil asetat dari daun daruju, kemudian dipekatkan dengan rotary evaporator.

Hasil uji organoleptik ekstrak berupa ekstrak kental, berwarna hijau kehitaman, berbau aromatik lemah dan memiliki rasa pahit.

3.   Karakteristik Ekstrak

Uji kontrol kualitas fraksi etil asetat Daun Daruju meliputi uji organoleptis dan uji susut pengeringan. Pemeriksaan organoleptis dilakukan untuk mengetahui hasil fisik dari fraksi etil asetat Daun Daruju meliputi bentuk, warna, dan bau. Hasil pemeriksaan organoleptis fraksi etil asetat Daun Daruju dapat dilihat di tabel 1.

 

Tabel 1

Pengamatan Organoleptis Daun Daruju (Acanthus Ilicifolius L)

Uji Organoleptis

Hasil

Bau

Khas aromatic

Warna

Hijau Pekat

Bentuk

Ekstrak Kental

 

4.   Hasil Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia merupakan analis kualitatif terhadap senyawa-senyawa metabolit sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolit sekunder yang berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa tersebut dapat diidentifikasi dengan pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan dari metabolit sekunder (Heyne, 1987).

 


 

Tabel 2

Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Daruju (Acanthus Ilicifolius L)

Kandungan Kimia

Pereaksi

Pengamatan

Ekstrak Daun Daruju

(Acanthus Ilicifolius L)

Alkaloid

Mayer, Dragendorf, Bouchardad

kuning,��� �������

jingga,

coklat

Positif

Saponin

H2O kocokBerbusa

Coklat tua + Berbusa

Positif

Tanin

FeCl3

Hitam

Negatif

Fenolik

Methanol + NaOH 10%

Membentuk dua lapisan, lapisan atas coklat tua dan lapisan bawah coklat muda

Positif

Flavonoid

HCl P + logam Mg

Fluoresensi Coklat

Positif

Triterpenoid

Liebermann-Burchard

Coklat

Positif

Steroid

Liebermann-Burchard

Coklat

Positif

Glikosida

FeCl3+H2SO4P

Membentuk dua lapisan, lapisan atas bening dan lapisan bawahhijau tua

Positif

 


Skrining dilakukan untuk memastikan zat aktif yang terkandung dalam simplisia dengan reaksi kimia. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa tanaman Daun Daruju mengandung Alkaloid, Saponin, Fenolik, Flavonoid, Triterpenoid, Steroid dan Glikosida.

Mekanisme kerja Flavonoid dan Fenolik sebagai antibakteri adalah flavanoid dan fenolik menyebabkan terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom sebagai hasil interaksi antara flavanoid dengan DNA bakteri. Senyawa alkaloid memiliki mekanisme penghambat dengan cara menggunakan komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut. Senyawa saponin mempunyai kemampuan sebagai pembersih, sehingga efektif untuk anti jerawat (Afiff & Amilah, 2017).

5.   Hasil Uji Aktivitas Fraksi Etil Asetat daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus Epidermidis

Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) terhadap Bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. menggunakan fraksi etil asetat daun daruju dengan konsentrasi 15%, 20%, dan 25%.

Kemudian uji dilakuan dengan metode difusi dengan cakram. Dengan fraksi etil asetat daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) dalam media Muller Hinton Agar (MHA) yang telah diberikan Bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis.

Pada pengujian aktivitas antibakteri ini diperlukan kontrol positif clindamysin dan kontrol negatif berupa DMSO 10% Dari hasil pewarnaan gram yang dilihat pada mikroskop menunjukkan bahwa bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis memiiliki gram positif dan berbentuk kokus.

Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi etil asetat daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) dengan metode difusi cakram. Diperoleh data zona hambat bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis dengan perolehan 3 kali penggulangan dapat dilihat pada tabel 3.

 


 

Tabel 3

Uji Pendahuluan Aktivitas Fraksi Etil Asetat daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) Terhadap bakteri Jerawat Propionibacterium acnes dan Staphylococcus Epidermidis

Jenis

Bakteri

Kelompok perlakuan

Diameter Zona Hambat

Rata-rata

(mm)

1

2

3

P. acnes

5%

7,53

8,87

9,76

8,72

P. acnes

10%

9,26

10.04

8,67

9,32

P. acnes

15%

12,49

11,10

11,04

11,21

P. acnes

20%

13,41

14,26

13,32

13,33

P. acnes

25%

15,97

16,04

15,81

15,94

S. epidermidis

5%

9,94

10,36

9,67

9,99

S. epidermidis

10%

12,29

13,85

12,06

12,73

S. epidermidis

15%

14,98

13,49

14,79

14,42

S. epidermidis

20%

16,08

15,00

17,09

16,05

S. epidermidis

25%

18,56

14,97

19,42

17,65

 

Tabel 4 ������

Zona Hambat Uji Aktivitas Fraksi Etil Asetat daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes

Jenis

Bakteri

Kelompok perlakuan

Diameter Zona Hambat

Rata-rata

(mm)

1

2

3

P. acnes

KKP

(Antibiotik Clindamycin)

 

31,50

 

29,58

 

32,67

 

31,25

P. acnes

KKN

(DMSO 10%)

0

0

0

0

P. acnes

15%

18,49

16,10

20,04

18,21

P. acnes

20%

22,41

21,26

19,32

20,99

P. acnes

25%

15,97

20,04

17,81

17,94

 


Berdasarkan zona hambat uji aktivitas fraksi etil aseat daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) terhadap bakteriPropionibacterium acnes pada table 4 menunjukan bahwa ketiga konsentrasi 15%, 20% dan 25% adanya uji aktivitas yang sesuai pada konsentrasi masing � masing yaitu pada konsentasi 15% diperoleh zona hambat bakteri Propionibacterium acnes sebesar 18,21 dimana pada katagori zona hambat termasuk dalam katagori sedang. Dan pada konsentraasi 20% diperoleh zona hambat bakteri Propionibacterium acnes sebesar 20,99 dimana pada katagori zona hambat termasuk dalam katagori kuat. Selanjutnya pada konsentraasi 25% diperoleh zona hambat bakteri Propionibacterium acnes sebesar 17,94 dimana pada katagori zona hambat termasuk dalam katagori sedang. Sedangkan kontrol negatif DMSO 10% tidak menunjukan adanya zona hambatan. Sehingga dapat dikatakan DMSO 10% tidak berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri, hal ini membuktikan bahwa aktivitas antibakteri merupakan aktivitas dari fraksi etil asetat daun daruju pada konsentrasi 15%, 20% dan 25%. Hasil ini karena golongan yang terkandung dalam fraksi etil asetat daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) bersifat antibakteri yaitu adanya alkaloid, flavonoid, fenol dan saponin.

 


 

Tabel 5

Zona Hambat Uji Aktivitas Fraksi Etil Asetat daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) Terhadap Bakteri Jerawat Staphylococcus Epidermidis

Jenis

Bakteri

Kelompok perlakuan

Diameter Zona Hambat

Rata-rata

(mm)

1

2

3

S. epidermidis

KKP

(Antibiotik Clindamycin)

 

28,50

 

29,58

 

30,67

 

29,58

S. epidermidis

KKN

(DMSO 10%)

0

0

0

0

S. epidermidis

15%

20, 49

19,10

21,04

20,21

S. epidermidis

20%

17,41

19,26

18,32

18,33

S. epidermidis

25%

15,97

24,04

17,81

19,27

 


Berdasarkan uji zona hambat aktivitas fraksi etil aseat daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) terhadap bakteri Staphylococcus Epidermidis pada table 5 menunjukan bahwa ketiga konsentrasi 15%, 20% dan 25% adanya uji aktivitas yang sesuai pada konsentrasi masing � masing yaitu pada konsentasi 15% diperoleh zona hambat bakteri Staphylococcus Epidermidis sebesar 20,21 dimana pada katagori zona hambat termasuk dalam katagori kuat. Dan pada konsentraasi 20% diperoleh zona hambat bakteri Staphylococcus Epidermidis sebesar 18,33 dimana pada katagori zona hambat termasuk dalam katagori sedang. Selanjutnya pada konsentraasi 25% diperoleh zona hambat bakteri Staphylococcus Epidermidis sebesar 19,27 dimana pada katagori zona hambat termasuk dalam katagori sedang. Sedangkan kontrol negatif DMSO 10% tidak menunjukan adanya zona hambatan. Sehingga dapat dikatakan DMSO 10% tidak berpengaruh terhadap aktivitas antibakteri, hal ini membuktikan bahwa aktivitas antibakteri merupakan aktivitas dari fraksi etil asetat daun daruju pada konsentrasi 15%, 20% dan 25%. Hasil ini karena golongan yang terkandung dalam fraksi etil asetat daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) bersifat antibakteri yaitu adanya alkaloid, flavonoid, fenol dan saponin (Satolom, 2015).

Senyawa flavonoid merupakan golongan senyawa fenol yang diketahui memiliki aktivitas antimiroba yang bersifat bakterisidal namun tidak bersifat sporisidal. Mekanisme senyawa fenol sebagai antibakteri dengan cara mendenturasi protein dengan merusak lipid pada membrane plasma mikroorganisme, sehingga menyebabkan isi sel keluar (Pratiwi, 2013).

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan fraksi etil asetat daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis yaitu dengan adanya zona hambat yang terbentuk disekitar blandisc.

Fraksi etil asetat daun daruju (Acanthus Ilicifolius L) terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan staphylococcus epidermidis konsentrasi yang paling aktif yaitu pada konsentrasi 20% dan 15% dengan zona hambat 20,99 dan 20,21 dengan katagori kuat.

 

BIBLIOGRAFI

 

Afiff, F. E., & Amilah, S. (2017). Efektivitas Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda Citrifolia L.) Dan Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) Terhadap Zona Hambat Pertumbuhan Staphylococcus Aureus. Stigma: Jurnal Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Unipa, 10(01). Google Scholar

 

Carolia, N., & Noventi, W. (2016). Potensi Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle L.) Sebagai Alternatif Terapi Acne Vulgaris. Jurnal Majority, 5(1), 140�145. Google Scholar

 

Dewoto, H. R. (2007). Pengembangan Obat Tradisional Indonesia Menjadi Fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia, 57(7), 205�211. Google Scholar

 

Handoko, R. (2013). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan Sala (Cynometra Ramiflora L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus Epidermidis, Pseudomonas Aeruginosa, Dan Klebsiella Pneumoniae Serta Bioautografinya. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar

 

Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia Ii. Badan Litbang Kehutanan, Jakarta, 659. Google Scholar

 

Idrus, R. B., Bialangi, N., & Alio, L. (2013). Isolasi Dan Karakterisasi Senyawa Alkaloid Dari Biji Tumbuhan Sirsak (Annona Muricata Linn). Jurnal Sainstek, 7(01). Google Scholar

 

Jawetz, M. (2008). Adelberg Mikrobiologi Kedokteran. Alih Bahasa Oleh Huriwati Hartanto. Penerbit Buku Kedokteran Ecg, Jakarta. Google Scholar

 

Kaur, M., Oberoi, D. P. S., Sogi, D. S., & Gill, B. S. (2011). Physicochemical, Morphological And Pasting Properties Of Acid Treated Starches From Different Botanical Sources. Journal Of Food Science And Technology, 48(4), 460�465 Google Scholar.

 

Ladeska, V., Am, R. A., & Hanani, E. (2021). Colocasia Esculanta L.(Talas): Kajian Farmakognosi, Fitokimia Dan Aktivitas Farmakologi. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 3(2), 351�358. Google Scholar

 

Mardiana, L., & Buku, T. K. (2012). Daun Ajaib Tumpas Penyakit. Penebar Swadaya Grup. Google Scholar

 

Pratiwi, Y. (2013). Hubungan Locus Of Control Dengan Kepuasan Kerja Karyawan Vincent Maestro Group Surabaya. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Google Scholar

 

Sari, D. J., Fadiawati, N., & Tania, L. (2017). Efektivitas E-Book Interaktif Asam Basa Berbasis Representasi Kimia Dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Kimia, 7(2), 237�250. Google Scholar

 

Satolom, C. C. (2015). Isolasi Senyawa Flavonoid Pada Biji Pinang Yaki (Areca Vestiaria Giseke). Jurnal Mipa, 4(1), 40�45. Google Scholar

 

 

Sunaryanti, D. P. (2012). Analisis Keanekaragaman Tanaman Kana (Canna Sp.) Berdasarkan Karakter Morfologi. Universitas Airlangga. Google Scholar

 

 

 


Copyright holder:

Rаbimа, Riris Arisma Sunyaluri (2021)

 

First publication right:

Jurnal Health Sains

 

This article is licensed under: