Jurnal Health Sains: p�ISSN:
2723-4339 e-ISSN:
2548-1398�����
Vol. 2, No. 10, Oktober 2021
UJI COBA LAPANGAN TERKAIT NASEHAT PERJALANAN (WHO)
DALAM TRAVELLING SELAMA PANDEMI COVID-19
Sarah Geltri
Harahap1, Paramita Boni Lestari1,
Irmawati Apriany Thobias1,
Yania Febsi1, Hadi
Pratomo2
1Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
2Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
info artikel |
abstraK |
Diterima 5 Oktober 2021 Direvisi 15 Oktober 2021 Disetujui 25 Oktober 2021 |
World Health Organization menetapkan status pandemic Covid-19 diikuti
dengan berbagai advice dalam rangka pengurangan penyebaran virus, salah satunya
terkait travelling.
Indonesia saat ini belum ada travel advice khusus
yang disusun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melakukan travelling selama masa pandemi Covid-19. Maka dari itu,
dibutuhkan travel advice yang
mengacu pada travel advice yang
dibuat oleh WHO yang sesuaikan
dengan persepsi masyarakat di Indonesia. Tujuan
untuk menilai bagaimana persepsi masyarakat (informan) terhadap video travel advice yang
dikeluarkan oleh WHO untuk
mengurangi penyebaran
Covid-19 selama dalam perjalanan. Metode penelitian ini merupakan penelitian qualitative deskriptif
mengenai persepsi masyarakat terhadap video
travel advice sebagai panduan
melakukan travelling selama
masa pandemi COVID-19 untuk
kemudian dilakukan triangulasi data dan dianalis secara mendalam. Variabel yang digunakan menggunakan teori pretest.
Hasil Penelitian ada variasi jawaban dan pendapat dari informan terhadap video Q and A
tersebut. Secara keseluruhan ditemukan pendapat yang mengatakan bahwa video tersebut cukup menarik dan dapat memberikan informasi yang membantu masyarakat yang ingin melakukan travelling atau perjalanan. Kesimpulan berdasarkan
persepsi yang disampaikan
infoman dalam penelitian ini, secara umum video Q and A yang direkomendasikan oleh WHO dapat
diterapkan di Indonesia, menyesuaikan
dengan perkembangan penyakit dan keadaan di
Indonesia saat ini. ABSTRACT WHO determines the Covid-19 pandemic status followed
by various advice in order to reduce the spread of the virus, one of which is
related to traveling. Indonesia currently has no
specific travel advice that has been prepared to meet the needs of the
community in traveling during the Covid-19 pandemic. Therefore, travel advice
is needed which refers to travel advice made by WHO that is adjusted to the
perception of the people in Indonesia. Objective: To assess how the public
perception (informant) of the travel advice video issued by WHO to reduce the
spread of Covid-19 during the trip. Method: This research is a qualitative descriptive
study of people's perceptions of video travel advice as a guide for traveling
during the COVID-19 pandemic for triangulation of data and in-depth analysis.
The variable used is using pretest theory. Research Results: There are
variations of answers and opinions from informants on the Q and A videos. Overall
found opinions that say that the video is quite interesting and can provide
information that helps people who want to travel or travel. Conclusion: Based
on the perceptions conveyed by the information in this study, in general the
Q and A videos recommended by WHO can be applied in Indonesia, by adjusting
to the development of the disease and the current situation in Indonesia |
Kata Kunci: who travel advice; pandemi covid-19; uji coba � Keywords: travel advice; covid-19;
pretesting |
Pendahuluan
�� Coronavirus
disease (Covid-19) adalah penyakit
menular yang disebabkan
oleh SARS-CoV yang merupakan
jenis baru dari coronavirus. Sebagian besar
orang yang terinfeksi virus Covid-19 akan mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang
dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus (Susilo et al., 2020). Akan tetapi pada orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki masalah medis mendasar seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit
pernapasan kronis, dan kanker akan beresiko
lebih besar berkembang menjadi penyakit serius (World Health Organization, 2020).
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala
ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS)
dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease (Covid-19) adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia (RI, 2020).
Ada dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease (COVID-19) adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Pada tanggal 31 Desember 2019, wabah penyakit pernapasan kemudian terbukti disebabkan oleh virus
corona baru, yang secara resmi bernama Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19), Rekomendasi standar untuk mencegah
penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara
teratur, menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung
dengan ternak dan hewan liar serta menghindari kontak dekat dengan siapa
pun yang menunjukkan gejala
penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin. Selain itu, menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di fasilitas kesehatan terutama unit gawat darurat (Setyawan, 2020).
Dalam menangani kasus COVID-19 setiap negara memiliki cara tersendiri yaitu terdiri dari
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium darah, pemeriksaan CT Scan dada, pemeriksaan tes swab, pemeriksaan tes urine, pemasangan oksigen, pemasangan ventilasi mekanik, Tindakan Extracorporeal Membrane Oxygention (ECMO), serta pemberian obat ceftriaxone, Azitromisin, Piramivir, iopinavir-Ritonavir, nafamostat
dan globulin Imun Intravena
(IVIG), masing-masing pasien berbeda
berdasarkan riwayat sakit yang diderita (Nurhayati & Pratiwi, 2020).
Setiap daerah maupun setiap negara memiliki cara tersendiri
dalam menangani kasus COVID-19 dikarenakan sampai sekarang belum ada pengobatan
ataupun vaksin yang pasti yang dapat mengobati kasus COVID-19 yang melanda di seluruh penjuru dunia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan
virus corona atau coronavirus disease 2019 (Covid-19)
sebagai pandemi pada tanggal 11 Maret 2020 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Penetapan sebagai pandemi global disertai dengan berbagai advice dalam rangka pengurangan penyebaran virus, salah satunya terkait travelling. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Indonesia mengkonfirmasi
jumlah kasus Covid-19 yang terus meningkat setiap harinya, per tanggal 29 Mei 2020 mencapai
25.216 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1520 orang (OECD, 2021). Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci tangan secara
teratur, menerapkan etika batuk dan bersin, menghindari kontak secara langsung
dengan ternak dan hewan liar serta menghindari kontak dekat dengan siapa
pun yang menunjukkan gejala
penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin (Wibowo & Pratiwi, 2020).
Selain itu, menerapkan travel advice saat
travelling selama masa pandemi
Covid-19 merupakan salah satu
hal yang sangat penting untuk mencegah penyebaran infeksi. Meskipun pedoman travelling dapat membantu mencegah penyebaran infeksi, di Indonesia saat ini belum ada
travel advice khusus yang disusun
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melakukan travelling selama masa pandemi Covid-19 (RI, 2020)
Travel Advice yang dikeluarkan oleh WHO merupakan suatu pedoman dalam
melaksanakan travelling baik
keluar daerah maupun keluar negara (World Health Organization, 2020).
Pedoman ini ditujukan kepada semua masyarakat di dunia yang akan melakukan perjalanan, agar selama dalam perjalanan tidak terjadi penularan
atau penyebaran lebih lanjut Covid-19. Untuk itu, tim
peneliti menyusun travel
advice yang mengacu pada travel advice
yang dibuat oleh WHO dan disesuaikan
dengan persepsi masyarakat hasil penelitian ini (Herliandry et al., 2020).
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menilai bagaimana persepsi masyarakat (informan) terhadap video travel
advice yang dikeluarkan oleh WHO untuk
mengurangi penyebaran
Covid-19 selama dalam perjalanan (Patel, 2020).
Tujuan penelitian adalah untuk menilai persepsi
informan terhadap video
travel advice yg dikeluarkan
oleh WHO dalam mengurangi penyebaran COVID-19 selama perjalanan.
Manfaat penelitian ini adalah dengan adanya
hasil penelitian ini diharapkan, Kementerian kesehatan RI dapat membuat travel advice yang sesuai
dengan keadaan COVID-19 di
Indonesia.
Metode Penelitian
�� Jenis penelitian ini adalah kualitatif,
merupakan sebuah pendekatan yang memungkinkan peneliti untuk membahas pengalaman seseorang secara rinci dengan menggunakan
serangkaian penelitian khusus seperti indepth interview (Hennink et al., 2020). Informan dipilih secara purposive sampling
sebanyak 5 informan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu memiliki
riwayat travelling diluar maupun di dalam negeri selama masa pandemi Covid-19 di bulan Desember 2019-April 2020, memahami bahasa Inggris, berumur 20-50 tahun, mempunyai aplikasi zoom atau media online lainnya dan kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu tidak bisa
menggunakan aplikasi zoom
dan tidak mempunyai media
online lainnya, tidak melakukan travelling selama masa pandemi Covid-19.
Instrumen penelitian berupa panduan wawancara mendalam yang meliputi lima aspek pre-testing communication. Panduan wawancara diuji coba kepada sasaran
yang memiliki kriteria yang
sama dengan informan penelitian sebanyak 2 orang. Tujuan uji coba adalah untuk
menilai instrumen wawancara mendalam yang telah disusun meliputi:
kejelasan pertanyaan, urutan pertanyaan, durasi wawancara, serta mengevaluasi adanya pertanyaan berulang sehingga penggalian persepsi informan dapat lebih mendalam. Hasil uji coba instrumen kemudian dijadikan bahan evaluasi untuk memperbaiki dan menyempurnakan instrumen penelitian sebelum digunakan saat wawancara mendalam dengan informan dalam penelitian ini.
Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui wawancara
mendalam secara virtual menggunakan aplikasi zoom-in selama � 90 menit dalam satu kali pertemuan oleh tim peneliti Mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia. Sebelum
pengumpulan data dilakukan,
tim peneliti memberikan penjelasan tentang apa yang akan dilakukan, apa yang menjadi hak serta kewajiban
informan. Penelti juga memberikan penjelasan tentang perlunya persetujuan secara tertulis (informed
consent) yang mengacu pada Deklarasi
Helsinki, berisikan pentingnya
informasi yang dimiliki, keterbukaan, kejujuran, jaminan kerahasiaan, dan kesukarelaan informan.� Saat wawancara berlangsung, peneliti mencatat dan mengontrol rekaman saat wawancara dan diskusi melalui perekaman dalam aplikasi zoom-in.
Analisis dilakukan dengan cara tematik. Transkrip
wawancara dikonfirmasi kembali kepada informan, memberikan kesempatan kepada informan untuk memeriksa kebenaran pernyataan yang dikutip dalam transkrip. Dan sesudahnya informan memberikan persetujuan terkait data yang dikumpulkan tersebut (Kumboyono, 2016).
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1.
Karakteristik
Informan
Informan
dalam penelitian ini berjumlah 5 orang dengan riwayat perjalanan domestik pada rentan waktu bulan
april dan mei 2020. Usia informan berkisar
antara 25-38 tahun. Berikut adalah karakteristik informan penelitian.
Tabel 1
Karakteristik Informan
Penelitian Uji Coba Lapangan Terkait Nasehat Perjalanan (WHO) dalam Travelling Selama Pandemi Covid-19
Kode Informan |
Umur |
Pekerjaan |
Tanggal Perjalanan |
Tujuan Perjalanan |
Jenis Transportasi |
ES |
25 tahun |
Peneliti |
21 April 2020 |
Bandung-Banjarmasin |
Pesawat Udara |
DF |
28 tahun |
Peneliti |
22 April 2020 |
Bandung-Surabaya |
Kereta Api |
FQ |
37 tahun |
PNS |
10 Mei 2020 |
Jakarta-Batam |
Pesawat Udara |
AZ |
28 tahun |
Mahasiswi |
5 April 2020 |
Semarang-Padang |
Pesawat Udara |
NH |
38 tahun |
PNS |
25 Februari
2020 |
Jakarta-Ambon |
Pesawat Udara |
Berdasarkan
informasi dari kelima informan tersebut mengenai persepsi informan terhadap video Q and A dari WHO
yang berkaitan dengan komponen variabel pretest yang disajikan dalam Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2
Tema, Sub-tema
dan Pernyataan Informan Penelitian Uji Coba Lapangan Terkait Nasehat Perjalanan (WHO) dalam Travelling Selama Pandemi Covid-19
Tema |
Sub-tema |
Pernyataan |
Daya Tarik (Attraction) |
Durasi |
��..dirasa tidak
terlalu panjang sih, sedang-sedang aja.� (Informan ES) ���untuk durasi pada video ini sesuai dengan
banyaknya pertanyaan yang ditanyakan. Jadi tidak terlalu lama menurut saya..�
(Informan FQ) �Durasinya terlalu panjang� (Informan AZ) �Dari durasi nya kurang lebih
cukup� (Informan NH) |
|
Gambar |
��.jadi kurang
bagus aja itu dilihatnya, kurang nyaman gitu..� (Informan ES) ��gambarnya sih
uda bagus ya ,..� (Informan DF) ��kualitasnya
sudah baik, namun videonya cuma menampilakn satu angel saja. Jadi terkesan monoton..� (Informan AZ) �Dari tampilan gambar ada masukan,
ini kan wawancara dari 2 orang, sebaiknya ditambahkan ada beberapa praktek ttg cuci
tangan yang baik�.� (Informan NH) |
|
Warna |
��Untuk warnanya uda pas..� (Informan
DF) �untuk warna kurang..� (Informan FQ) �sudah cukup
menarik. Terdapat banyak bendera bendera di seluruh dunia, sehingga menambah ketertarikan penonton..� (Informan AZ) �Kalo tampilan warna cukup bagus,
tampak kontras dan latar belakang juga mendukung �� (Informan NH) |
|
Kejelasan Suara |
�Cukup jelas. �Intonasinya
jelas, terus kecepatan bicaranya ga terlalu cepat. Masih bisa diresapi...� (Informan ES) ���mengenai
suara, meskipun dia berada diluar
gedung, tapi dari segi penjelasan
cukup�.� (Informan FQ) ��sudah cukup
jelas dan bersih�� (Informan AZ) �Kejelasan
suara bagus. Vocalnya jelas, intonasi dan artikulasi nya juga bisa ditangkap�.� (Informan NH) |
Pemahaman (Comprehension) |
Bahasa |
�Untuk bahasa, karena saya kan berbahasa
inggris pasif, itu sudah cukup
jelas, saya bisa tangkap, kecepatan bicaranya sedang terus intonasinya jelas, saya bisa mendapatkan
informasi yang saya harapkan gitu.� (Informan ES) �Bahasa
yang digunakan sudah cukup jelas dan mudah dipahami. Dari segi pronounciation dan aksen, sudah cukup jelas� (Informan AZ) �Dari bahasa cukup bagus dan mudah dimengerti� (Informan
NH) ���saya sih paham
dari sisi bahasanya, tapi itu durasinya yang lama sih orang cepat bosan�� (Informan DF) |
|
Konten atau isi pesan |
��saya cukup paham dengan
informasi yang disampaikan,
�.�. (Informan
ES) ��disitu kan udah dijelasin
gimana cara proteksinya, udah jelas banget sih dari pesan
pesannya ya� (Informan DF) �Ya, paham. Dari mulai pesan terkait saat akan bepergian
kita harus
tau dulu lokasi yang akan kita tuju,
�.telah disampaikan hal-hal yang harus dilakukan selama perjalanan hingga tanda-tanda seseorang terkena
covid-19� seperti
batuk, demam, sesak nafas juga dijelaskan dalam video� (Informan FQ) ��Paham,,� juga terkait penularan, tanda dan gejala Covid-19�. (Informan NH) |
Penerimaan (Accepted) |
Pesan yang tidak disetujui |
��Hmmm karena memang ini yang ngeluarin WHO ya uda standard, jadi saya setuju- setuju saja sih�� (Informan DF) ��Ada yang tidak saya setujui.
Yaitu dari penyampaian narasumber yang tidak mempermasalahkan melakukan traveling�.� (Informan AZ)��� ��Ada, yaitu tentang pernyataan tidak perlu membatalkan rencana perjalanan �.(Informan
NH) |
|
Informasi
yang membosankan yang dipaparkan
berulang ulang |
��Hmm yang berulang
ulang itu tentang cara peunularan sih, dan tentang awak kabin� gimana cara
memproteksi diri tuh yang sering� banget diualang ulang,� yah tapi mungkin itu ya
penekanan dari video itu ada disnana
gitu�� (informan DF) �Ada beberapa
pertanyaan yang mirip-mirip,
jadi karena pertanyaannya hampir sama, jawabannya juga hampir sama.�(Informan FQ) �Ada sih beberapa
pertanyaan yang di ulang ulang. namun menurut saya tidak masalah...�(Informan AZ) �Tidak terkesan
membosankan.�(Informan NH) |
Keterlibatan
Diri (Self Involvement) |
Siapa target sasaran |
��Karena disini uda jelas banget
ya untuk traveller termasuk pemudik yang pulang kampung, khusus yang perjalanan kelaur kota video ini cocok ya
menurut saya.� (Informan DF) �Menurut
saya videonya berlaku umum, mengingatkan kembali jika akan berpergian
dan akan melalkukan perjalanan� (Informan FQ) �Untuk
saya sendiri karena saya sendiri
memang telah melakukan perjalan kira kira 3 minggu
yang lalu...� (Informan
AZ) �Pesan
ini ditujukan secara umum kepada
masyarakat umum.� (Informan NH) |
|
Tindakan yang dilakukan |
�Saya mencoba sebaik
mungkin ya melakukan prosedur yang disarankan gitu. Eemm.. menggunakan pelindung diri lah, menggunakan
masker. Kalau saya batuk/bersin ya saya menutup
mulut dengan lengan, menjaga kebersihan, cuci tangan sesering mungkin dan bawa hand sanitizer. Udah
sih itu.� (Informan ES) �Ehmm dari saat saya masuk itu
pakai masker, saya kan naik kereta api� ya saat pulang itu,
setiap saat kita pegang barang
kayak pegangan pintu, atau kita dari
belakang, atau kamar mandi apakai hand sanitizier, dan jangan pernah pegang wajah kalua belum cuci tangan pakai
hand sanitizer, itu sih kalau saya ya�
(Informan DF) �dengan menjaga kebersihan, rajin cuci tangan,
memakai masker, gunakan
APD. Dan jika setelah selesai berpergian kita harus segera
mencuci pakaian dan memperhatikan kebersihan� (Informan FQ) |
|
Kesesuaian antara saran WHO mengenai
tindakan yang dilakukan selama perjalnan |
��Dan kemaren
waktu pulang , pas kebetulan pulang KAI buat phyicall distancing jarak antar penumpang stu dan yang ainnya itu lumayan jauh,
danada pembatasan jumlah penumpang.� (informan
DF) �sudah sesuai dengan arahan WHO, saya menggunakan masker, membawa handsanitizer sendiri. Ketika akan melakkan perjalanan kita harus siapkan dulu, dan hrs tau prosedure apa yang harus dilakukan. Bahkan di pesawat banyak orang yang memakai kacamata gogle sebagai upaya melindungi dirinya.� (Informan FQ) �Pada saat melakukan
traveling kemaren cukup mirip dengan travel advice WHO.
Bahkan selalu menggunakan masker, walau dalam video tersebut disarankan hanya pada orang sakit saja� (Informan AZ) |
Ajakan (Persuasion) |
Keyakinan dan keinginan �informan
untuk menerapkan travel
advice |
�� karena saya ingin terhindar
dari virus ini aja gitu supaya
tidak tertular. Saya ingin melakukannya sebaik mungkin.� (Informan ES) �.. ya karena itu sudah
aturan ya harus dilakukan, untuk proteksi diri kan,�.� (Informan DF) �iya akan menerapkan
rekomendasi tersebut..� ( Informan
FQ) �Saya sangat yakin
untuk menerapkan travel
advice dari WHO.�Informan AZ)� �Bisa, tetapi penjelasannya harus lebih detail. �( Informan NH) |
|
Perbedaan sikap� sebelum
dan setelah menonton
video Q and A
travel advice oleh WHO |
�sebenarnya apa yang disampaikan di video tersebut, kita sudah tau informasi-informasi tesebut sebelumnya. Namun pesan-pesan di video tersebut bisa dijadikan reminder untuk mengingatkan kita untuk menjaga
perilaku bersih.� ( Informan
FQ) �Gak ada
sih, biasa biasa aja, standar
sih, karena bukan sesuatu yang kontroversial �� ( Informan DF) ��saya rasa sih sama ya karena
ya saat melakukan perjalanan sebelumnya saya sepertinya sudah melakukan
apa yang disarankan oleh WHO
tersebut...�(Informan ES) �� pesan2 di video tersebut bisa dijadikan reminder untuk mengingatkan kita untuk mej=njaga
prilaku bersih.� ( Informan
FQ) �Tidak ada perbedaan
sikap secara keseluruhan setelah dan sebelum
menonton video Q and A dari
WHO.� ( Informan AZ) |
|
Informasi yang dapat diterapkan
di Indonesia |
���. Kalo eemm.. selebihnya saya kira sangat bisa sih diterapkan di Indonesia.� ( informan ES) �karena pesan di video tersebut mudah dilaksanakan jadi bisa diterapkan sebagai pedoman travelling saat
pandemi.�(Informan FQ) ��..perlu
di filter lagi, terutama larangan mudik atau melakukan perjalanan� ( Informan AZ) |
|
Saran
Informan terhadap Travel
Advice |
�sarannya
akan sama dengan yang ada di video yaitu
dengan memperhatikan kebersihan, menggunakan alat pelindung diri ketika berpergian.�( Informan
FQ) .. untuk
keseluruhan untuk proteksi diri sendiri masker dan handsanitzer
sih uda cukup�(
Informan DF) ��ya kalau yang sesuai WHO gitu ya, mungkin . ya ada
tambahan kalau dari saya ya
mungkin considering kalau
keperluannya travelling itu
benar-benar butuh atau enggak. Paling itu sih. Kalau
memang tidak penting-penting sekali ya tidak usah
bepergian. Saya kira sih itu..( Informan ES) �Ketika
berpergian harus memperhatikan perilaku hidup bersih, membawa handsanitizer, rajin cuci tangan,
memperhatikan etika batuk.
Jika hendak berpergian harus membawa surat keterangan sehat dari dokter
dan harus melakukan 2x pemeriksaan Rapid Test atau
PCR.� ( Informan NH) �Saran yang dapat saya berikan sesuai rekomendasi WHO: Sadar diri, sadar
akan kesehatan diri sendiri, melakukan personal hygiene.�( Informan AZ) |
B. Pembahasan
1.
Daya
Tarik (Attraction)
Video Q and
A yang dikeluarkan oleh WHO diperuntukkan
masyarakat awam, tenaga kesehatan, maupun pegawai pemerintahan serta pekerja di bandara. Sehingga cideo ini seharusnya memiliki daya Tarik, ada penonton tidak
merasa bosan dan paham isi pesan
yang ingin disampaikan. Dalam sebuah video sangat penting sekali memperhatikan komponen-komponen durasi, gambar, warna dan kejelasan suara. Video yang bagus itu dapat mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu dimana video yang berdurasi 15 menit mampu menerangkan konten video dengan baik (Susilana & Riyana, 2009). Selain itu juga diperlukan audio dan visual yang apik
agar video menjadi video yang berbeda
dan menarik perhatian audien agar tidak bosan, tidak terlalu
dekat tidak terlalu jauh. Serta tidak mengandung insur negative dan mempunyai judul yang membuat penasaran.
Namun
dalam video Q and A travel advice oleh Who dianggap belum cukup menarik,
karena tidak memenuhi aspek komponen komponen video yang bagus. Daya Tarik masyarakat (Informan) untuk menonton video ini akan sedikit
berkurang karena durasi terlalu lama dan informasi yang disampaikan dilakukan secara berulang ulang, sehingga menimbulkan kebosanan.
2.
Pemahaman
(Comprehension)
Video Q and
A WHO terkait travel advice cukup
dipahami masyarakat baik dari sisi
penggunaan bahasa maupun pemahaman isi pesan atau
konten. Menurut informan bahasa yang digunakan cukup jelas, bisa dimengerti,
tempo dan intonasinya jelas
sehingga mudah mendapatkan informasi yang diharapkan. Saran yang disampaikan
oleh salah satu informan terkait penggunaan bahasa adalah jika
untuk edukasi sebaiknya menggunakan bahasa sesuai dengan
negara tujuan/target tapi karena capaiannya umum, dikatakan sudah baik dengan
penggunaan bahasa inggris. Pemahaman terkait konten atau isi pesan,
kelima informan dapat menjelaskan kembali pesan yang disampaikan dalam video tersebut diantaranya terkait pesan membatalkan
perjalanan yang telah direncanakan, cara penularan Covid-19, praktik kebersihan dalam perjalanan, praktik perilaku yang perlu dilakukan petugas airport dan
airlines, efektivitas penggunaan
masker, stigmatisasi terhadap
orang dari daerah tinggi kasus, ruangan
hotel atau spesifik tempat yang digunakan selama travelling, menghindari keramaian, tindakan yang dilakukan saat berada dalam satu
penerbangan dengan orang
suspect Covid-19, regulasi perjalanan
menggunakan kapal, proteksi bayi dalam
perjalanan, frekuensi mencuci tangan, waktu isolasi diri,
serta tanda dan gejala Covid-19.
Berdasarkan
studi yang dilakukan oleh (Saleh et al., 2016)
penyampaian konten atau isi pesan
harus memperhatikan kemudahan menerima pesan yang disampaikan, kejelasan pesan yang disampaikan, pesan moral yang terkandung didalamnya, fungsi pesan untuk
mentransfer pengetahuan dan
pesan yang disampaikan dapat mengembangkan sikap. Hal ini sesuai dengan pemahaman
informan dimana pesan yang disampaikan dalam video tersebut mudah diterima dengan baik. Hal yang perlu diperhatikan agar pesan mudah diterima
yaitu konten atau isi pesan
menyesuaikan dengan kebutuhan, karakteristik, minat dan kondisi penerima pesan yang disampaikan, selain itu tokoh yang terlibat harus sesuai sehingga pesan yang disampaikan melalui tokoh yang ditampilkan bisa diterima oleh penonton. Pesan yang disampaikan harus secara jelas
dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh penerima pesan tentang sesuatu
yang perlu dan tidak perlu sehingga pesan mampu membentuk
pemikiran dan sikap yang positif.
3.
Penerimaan
(Accepted)
Pesan
yang disampaikan pada video Q and A oleh WHO ini disampaikan dengan jelas. Namun
ada beberapa pesan yang tidak disetujui oleh informan. Dari 5 informan ada 1 informan yang menyatakan setuju dengan pesan
yang disampaikan. Sedangkan
4 informan mengatakan tidak setuju dengan
pesan yang disampaikan. Dalam penelitian ini, semua informan
menekankan bahwa pesan dari WHO tentang tidak perlunya
membatalkan perjalanan selama masa pandemi, cukup ditentang oleh informan. Menurut mereka pernyataan tersebut harus dipikirkan dan dipertimbangkan kembali. Sama halnya dengan himbauan dari pemerintah Indonesia, yang menyatakan untuk tidak melakukan perjalanan selama masa pandemi Covid-19. Baik itu perjalanan ke luar atau
dalam negri. Kemudian, pernyataan WHO mengenai penggunaan masker bagi yang sakit saja, juga di tentang oleh beberapa informan. Dikarenakan menurut pendapat mereka, pada saat ini menggunakan
masker diwajibkan bagi seluruh masyarakat jika berada diluar
rumah. Apalagi telah ada himbauan
dari pemerintah Indonesia. Himbauan tertuang dalam Seruan Gubernur
DKI Jakarta Nomor 9 Tahun
2020, tentang penggunaan
masker untuk mencegah penularan Corona virus disease (COVID-19).
Didalam
video Q and A tentang pedoman
travelling yang direkomendasikan oleh WHO terdapat beberapa pertanyaan yang diulang ulang menurut 4 informan, namun ada pendapat dari
informan yang menyatakan bahwa hal tersebut
masih dapat diterima karena berupa pesan yang cukup penting. Pengulangan pesan merupakan suatu strategi untuk mendekati sasaran. Suatu pesan yang diulang-ulang akan diingat oleh penerima pesan tersebut. Sesuai dengan pertanyaan pengulangan yang ada dalam video tersebut, dimaksudkan agar yang menonton
video dapat paham dan terus mengingat bahwa pesan tersebut
penting. Pesan dalam video Q and A WHO yang mengalami
pengulangan yaitu cara penularan virus dan cara proteksi diri.
Namun, informan tidak merasa bosan
oleh pengulangan pesan tersebut karena masih dalam batas
wajar. Menurut teori three-hit theory, berpendapat
bahwa pengulanngan maksimum adalah tiga kali. Oleh karena itu, pengulangan pesan yang disampaikan WHO pada
video Q and A pedoman travelling tidak
membosankan dan cukup berpengaruh dalam menarik perhatian, menimbulkan rasa tertarik, keinginan, dan mendorong informan untuk melakukan tindakan dalam pesan tersebut.
Sehingga informan dapat mengingat pesan, serta mereka
memberikan tanggapan yang positif terhadap pesan tersebut.
4.
Keterlibatan
Diri
Keterlibatan
diri ini melihat dari perfektif
informan terutama dalam hal memberikan
pendapat ataupun pendirian tentang isi pesan yang disampaikan WHO dalam video QnA tentang bagaimana
melakukan perjalanan selama masa pandemi covid-19. Informan akan mempunyai
sikap yang menjadi pilihannya untuk dapat diterapkan dan diharapkan dapat mempengaruhi masyarakat dalam upaya pencegahan
penyebaran covid-19 selama melakukan perjalanan.
Sikap
dapat diterjemahkan dengan sikap terhadap
objek tertentu diikuti dengan kecenderungan untuk melakukan tindakan sesuai dengan objek.
Mengatakan bahwa sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya. Pengaruh langsung tersebut lebih berupa predisposisi
perilaku yang akan direalisasikan apabila kondisi dan situasi memungkinkan.� Sikap itu terdiri
dari tiga komponen pokok yaitu : Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek, artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek, Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalam faktor emosi) orang tersebut terhadap objek, dan Kecenderungan untuk bertindak, artinya sikap merupakan
komponen yang mendahului tindakan atau perilaku
terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka.
Ketiga
komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam kaitan
ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap sosial terbentuk
oleh adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Pada tahap ini terjadi hubungan
yang saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan individu
yang lain. Dalam interaksi ini individu membentuk
pola sikap tertentu terhadap objek psikologis yang dihadapinya.
5.
Ajakan
(Persuasion)
Perubahan
perilaku pada informan sebelum dan setelah menonton video travel advice dari
WHO, salah satu informan menyatakan adanya perubahan perilaku setelah menonton video tersebut, yaitu perubahan perilaku untuk selalu membawa
handsanitizer. Perubahan perilaku ini didasarkan
oleh kesediaan untuk berubah (readdliness to change)
dari dalam diri informan untuk
terhindar dari tertularnya virus Covid-19 selama
melakukan perjalanan.
Beberapa
saran diungkapkan oleh informan
untuk travel advice yang dapat
di terapkan di Indonesia� sesuai dengan travel advice yang disarankan
oleh WHO adalah yaitu menerapkan physical distancing selama
melakukan perjalanan disebabkan virus Covid-19 dapat mudah menyebar terutama pada lingkungan yang ramai dan penuh orang dengan jarak < 1,5 meter, melakukan pemeriksaan Rapid test
(PCR) sebelum dan sesudah perjalanan, melakukan personal hygiene
seperti mencuci tangan yang benar atau menyiapkan antiseptic seperti handsanitizer, menggunakan masker serta menerapkan etika batuk atau bersin
dengan benar. Menurut anjuran WHO saat batuk atau
bersin, menutup hidung dan mulut dengan lengan yang terlipat atau tisu,
segera membuang tisu tersebut setelah
dipakai, dan membersihkan tangan. Saran yang telah diberikan oleh informan terhadap travel advice yang dapat
diterapkan oleh masyarakat selama melakukan perjalanan ditengah pandemi Covid- 19 diharapkan dapat mencegah tertularnya terhadap virus Covid
-19 bagi traveller dalam melakukan perjalanan.
Kesimpulan
Secara umum persepsi informan terkait video Q n A yang
direkomendasikan oleh WHO dikatakan
dapat diterapkan di
Indonesia dengan catatan penyesuaian perkembangan informasi penyakit dan keadaan di Indonesia saat ini. Beberapa saran yang diajukan oleh informan untuk digunakan sebagai pedoman dalam menyusun travel advice di
Indonesia yaitu memperbaharui
pernyataan tentang tidak perlu membatalkan
rencana travelling pada masa pandemi
covid-19, memperbaharui pernyataan
tentang penggunaan masker
yang hanya digunakan oleh
orang sakit saja, melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum melakukan perjalanan, dianjurkan menggunakan transportasi pribadi jika memang harus
melakukan perjalanan.
BIBLIOGRAFI
Hennink,
M., Hutter, I., & Bailey, A. (2020). Qualitative Research Methods.
Sage. Google Scholar
Herliandry,
L. D., Nurhasanah, N., Suban, M. E., & Kuswanto, H. (2020). Pembelajaran
Pada Masa Pandemi Covid-19. Jtp-Jurnal Teknologi Pendidikan, 22(1),
65�70. Google Scholar
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pertanyaan Dan Jawaban Terkait
Coronavirus Disease 2019 ( Covid-19 ). World Health Organization, 2019,
1�13. Google Scholar
Kumboyono,
N. (2016). Identification And Exploration Of The Needs For Health Care In
Tuberculosis Patients Dropping Out From Therapy In Malang City: A Qualitative
Phenomenological Study. Indian Journal Of Public Health, 60(1),
10. Google Scholar
Nurhayati,
E., & Pratiwi, A. (2020). Case Management For Covid-19 Pneumonia:
Literature Review. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan, 13(2),
100�109. Google Scholar
Oecd.
(2021). Tackling The Mental Health Impact Of The Covid-19 Crisis: An
Integrated, Whole-Of-Society Response. May, 1�16. Google Scholar
Patel,
K. (2020). Mental Health Implications Of Covid-19 On Children With
Disabilities. Asian Journal Of Psychiatry, 54, 102273. Google Scholar
Ri,
K. (2020). Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19)�.
Kemenkes Ri, 0�115. Google Scholar
Saleh,
Y. R., Arya, I. F., & Afriandi, I. (2016). Film Yang Efektif Sebagai Media
Promosi Kesehatan Bagi Masyarakat. Jurnal Sistem Kesehatan, 2(2). Google Scholar
Setyawan,
F. E. B. (2020). Prosiding Webinar Seri 1: Covid-19, Apa Dan
Bagaimana?�Covid-19 Pada Tinjauan Kedokteran Keluarga.� Google Scholar
Susilana,
R., & Riyana, C. (2009). Media Pembelajaran. Bandung: Cv Wacana Prima. Google Scholar
Susilo,
A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Herikurniawan,
H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Chen, L. K., Widhani,
A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F., Jasirwan, C. O. M.,
& Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur
Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45. Google Scholar
Wibowo,
F. T., & Pratiwi, A. (2020). Manajemen Pneumonia Corona Virus Disease
2019 (Covid-19): A Literature Review. Google Scholar
World
Health Organization. (2020). Situation Report-62 Who Risk Assessment Global
Level Very High. Google Scholar
Copyright holder: Sarah Geltri Harahap,
Paramita Boni Lestari, Irmawati
Apriany Thobias, Yania Febsi, Hadi Pratomo (2021) |
First publication right: Jurnal Health Sains |
This article is licensed under: |