Jurnal Health Sains: p�ISSN:
2723-4339 e-ISSN:
2548-1398�����
Vol. 2, No. 10, Oktober 2021
PENGARUH STANDING FRAME EXERCISE TERHADAP DENYUT NADI
PADA ANAK CEREBRAL PALSY
Nada �Ainul Mardliyah, Agus Widodo
Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Jawa Tengah Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
info artikel |
abstraK |
Diterima 5 Oktober 2021 Direvisi 15 Oktober 2021 Disetujui 25 Oktober 2021 |
Anak-anak dengan Cerebral Palsy (CP)
memiliki kelainan pada
vital signs, salah satunya terjadi
peningkatan denyut nadi pada saat istirahat. Peningkatan denyut nadi ini
dikaitkan dengan peningkatan tingkat disabilitas motorik, yang berlaku untuk anak-anak yang tidak bisa berjalan dan diklasifikasikan Gross Motor Function Classification
System (GMFCS) level IV dan V. Namun, fungsi sistem saraf otonom pada anak-anak CP belum dieksplorasi secara mendalam dan memadai. Sistem saraf otonom berfungsi untuk mempertahankan
homeostasis dan mengatur berbagai
fungsi otomatis tubuh, termasuk suhu, denyut nadi, tekanan darah, dan pencernaan. Standing
frame exercise berfungsi untuk
megelola Orthostatic Hypotension (OH) dan meningkatkan fungsi sistem kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh standing
frame exercise terhadap denyut
nadi pada anak CP GMFCS
IV-V. Jenis penelitian Quasy Experimental dengan menggunakan Two Pre-Test and Post-Test with
Control Group Design. Sampel berjumlah 12 responden dibagi rata menjadi dua kelompok perlakuan terapi konvensional (berupa massage) dengan standing frame exercise dan kelompok
kontrol terapi konvensional saja. Frekuensi 3 kali seminggu. Instrumen pengukuran menggunakan pulse oxymeter.
Hasil uji statistik Paired Sample t-Test pada kelompok perlakuan diperoleh p-value 0,006 dan pada kelompok
kontrol diperoleh 0,044. Kesimpulannya terdapat pengaruh standing frame exercise terhadap
denyut nadi pada anak CP. ABSTRACT Children with Cerebral Palsy (CP) have abnormalities
in vital signs, one of which is an increase in pulse at rest. This increase
in pulse rate is associated with an increase in the level of motor
disability, which applies to children who cannot walk and is classified as
level IV and V Gross Motor Function Classification System (GMFCS). However,
the function of the autonomic nervous system in children with CP has not been
explored in depth and sufficiently. The autonomic nervous system functions to
maintain homeostasis and regulates various automatic functions of the body,
including temperature, pulse, blood pressure, and digestive. Standing frame
exercise functions to manage Orthostatic Hypotension (OH) and improve the
function of the cardiovascular system. This research aims to knowing the
effect of standing frame exercise on pulse in children with CP. This type of
research is Quasy Experimental using Two Pre-Test
and Post-Test with Control Group Design. A sample of 12 respondents was
divided equally into two groups of conventional treatments (massages) with
standing frame exercise and the control group conventional therapy only.
Frequency 3 times a week. The measurement instrument uses a pulse oxymeter. Paired Sample t-Test statistical test results
in the treatment group obtained p-value 0.006 and 0.044 in the control group.
The conclusion is there is an influence of standing frame exercise on the
pulse in children with CP. |
Kata Kunci: cerebral palsy; standing frame exercise; denyut
nadi Keywords: cerebral palsy;
standing frame exercise; heart rate / pulse |
Pendahuluan
Fungsi sistem saraf otonom pada anak-anak Cerebral
Palsy (CP) belum dieksplorasi
secara mendalam dan memadai (Israeli-Mendlovic et al., 2014).
Sistem saraf otonom menginervasi hampir setiap organ dalam tubuh manusia
dan mengendalikan banyak fungsi untuk mempertahankan
homeostasis (Ziemssen & Reichmann, 2010)
dan mengatur berbagai fungsi tubuh, termasuk
suhu, denyut nadi, tekanan darah,
dan pencernaan (Agrawal, 2010).
Anak-anak CP memiliki kelainan pada vital
signs, salah satunya terjadi
peningkatan denyut nadi pada saat istirahat. Peningkatan denyut nadi ini
dikaitkan dengan peningkatan tingkat disabilitas motorik, yang berlaku untuk anak-anak
yang tidak bisa berjalan dan diklasifikasikan Gross Motor Function Classification System (GMFCS) level IV dan V (Ibrahim et al., 2018).
Prevalensi kelahiran anak CP
di Indonesia berdasarkan data riset kesehatan
dasar (Riskesdas RI) tahun 2010 pada kelompok umur 24-59 bulan sebanyak 0,09%. Kemenkes memperkirakan insidensi CP 1 sampai 5 per 1000 kelahiran hidup (Wuyaningsih & Larasati, 2018). Sedangkan di Inggris dan Wales adalah sekitar
2,5 per 1000 kelahiran hidup.
Sekitar 25% anak CP adalah GMFCS level IV atau V (Goodwin et al., 2018).
Serta morbiditas pada anak
CP dengan gangguan sistem kardiovaskular sebanyak 1,4% (Ibrahim et al., 2018).
Adanya gangguan pada sistem sirkulasi dan kardiorespirasi sering menyebabkan gangguan dalam proses terapi. Seperti anak akan mengalami
gejala penurunan kesadaran, mual, pusing, dan muntah. Penyebabnya karena posisi supine lying yang terlalu
lama (prolonged supine lying) kemudian secara tiba-tiba diterapi dengan menggunakan banyak berbagai perubahan posisi. Mulai dari
posisi horizontal ke posisi vertikal. Seperti halnya dengan penggunaan standing frame
exercise. Standing frame exercise yaitu berdiri dengan menggunakan alat standing.
Fungsi dari alat ini adalah
untuk megelola Orthostatic
Hypotension (OH) (Newman & Barker, 2012)
dan meningkatkan fungsi sistem kardiovaskular (Rivi et al., 2014).
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh standing frame exercise terhadap
denyut nadi pada anak CP GMFCS IV-V.
Metode Penelitian
Penelitian ini telah dapat persetujuan
dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Ilmu Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Quasy Experimental Design dengan pendekatan Two Pre-Test and Post-Test with Control Group
Design. Dalam penelitian
ini dibagi menjadi kelompok perlakuan terapi konvensional (berupa massage) dengan standing frame exercise dan kelompok
kontrol terapi konvensional tanpa standing frame
exercise. Dilakukan pre-test sebelum
diberikan perlakuan dan
post-test setelah diberikan
perlakuan untuk mengetahui pengaruh standing
frame exercise terhadap denyut
nadi pada anak CP dengan GMFCS level IV-V. Dilaksanakan
pada bulan Januari 2020 di Pediatric
and Neurodevelopmental Therapy Center (PNTC) Karanganyar
dan Yayasan Pembinaan Anak Cacat
(YPAC) Surakarta dengan jumlah
12 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi.
Adapun kriteria inklusi dalam pengambilan sampel yaitu 1) Diagnosa dokter dengan CP, 2) CP dengan GMFCS
level IV-V, 3) Anak dengan range usia
4-12 tahun. Sedangkan kriteria eksklusi meliputi 1) Anak-anak dengan gangguan saraf degeneratif dan penyakit genetik, 2) CP hipotonus, 3) Anak-anak dengan gangguan kardiovaskuler yang signifikan,
4) Anak mengkonsumsi obat
yang dapat mempengaruhi denyut nadi. Uji normalitas data dengan shapiro-wilk, uji pengaruh dengan paired sample t-test, dan uji beda
pengaruh dengan independent
sample test.
Denyut nadi adalah parameter kardiovaskular yang sederhana dan
mudah untuk diakses (Caetano & Delgado Alves, 2015). Denyut nadi pada anak-anak
CP meningkat dibandingkan dengan anak-anak yang normal. Peningkatan denyut nadi ini telah
dikaitkan dengan peningkatan tingkat kecacatan motorik, yang berlaku untuk anak-anak
yang tidak dapat berjalan dan diklasifikasikan pada
GMFCS tingkat IV dan V (Ibrahim et al., 2018).
Tabel 1
Denyut Nadi Normal
Age |
Heart Rate (Beats per Minute) at Rest |
0-1 Months |
100-180 |
1-12 Months |
100-180 |
13 Months-3 Years |
70-110 |
4-6 Years |
70-110 |
7-12 Years |
70-110 |
13-19 Years |
55-90 |
Pemeriksaan denyut nadi menggunakan
instrumen berupa pulse oxymeter, dengan cara meletakkan pulse oxymeter pada jari telunjuk anak dan tunggu hingga muncul
angka pada monitor
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1.
Karakteristik
Responden
Tabel 2
Karakteristik Responden
Karakteristik |
Kelompok Perlakuan |
Kelompok Kontrol |
||
n = 6 |
% |
n =� 6 |
% |
|
Jenis Kelamin |
|
|
|
|
Laki-laki |
2 |
33.34% |
3 |
50% |
Perempuan |
4 |
66.66% |
3 |
50% |
Usia |
|
|
|
|
4 |
2 |
33.34% |
|
|
6 |
1 |
16.66% |
|
|
8 |
|
|
2 |
33.34% |
9 |
2 |
33.34% |
|
|
10 |
|
|
1 |
16.66% |
11 |
1 |
16.66% |
2 |
33.34% |
12 |
|
|
1 |
16.66% |
Level GMFCS |
|
|
|
|
IV |
3 |
50% |
3 |
50% |
V |
3 |
50% |
3 |
50% |
Denyut
Nadi Pre-test |
|
|
|
|
Normal
(70-110) |
2 |
33.34% |
4 |
66.66% |
Takikardi (> 110) |
4 |
66.66% |
2 |
33.34% |
Denyut
Nadi Post-test |
|
|
|
|
Normal
(&0-110) |
6 |
100% |
5 |
83.33% |
Takikardi (> 110) |
- |
|
1 |
16.67% |
Berdasarkan
data tersebut dapat diketahui bahwa responden penelitian pada kelompok perlakuan terbanyak adalah jenis kelamin perempuan
yaitu sebanyak 4 anak dengan persentase
66,66%, sedangkan pada kelompok
kontrol memiliki jumlah yang sama antara laki-laki dan perempuan yaitu 3 anak dengan persentase
50%. Usia responden kelompok perlakuan terbanyak pada usia 4 dan 9 tahun masing-masing 2 anak dengan persentase 33,34%. Sedangkan responden kelompok kontrol terbanyak pada usia 8 dan 11 tahun masing-masing 2 anak dengan persentase 33,34%. Responden penelitian berdasarkan level GMFCS kelompok perlakuan dan kelompok kontrol masing-masing terdiri dari 3 anak dengan
GMFCS level IV dan 3 anak dengan
GMFCS level V dengan persentase
50%. Denyut nadi pre-test
pada kelompok perlakuan terbanyak adalah anak dengan takikardi
yaitu sebanyak 4 anak dengan persentase
66,66%. Sedangkan pada kelompok
kontrol responden terbanyak memiliki denyut nadi nomal
yaitu sebanyak 4 anak dengan persentase
66,66%. Denyut nadi
post-test pada kelompok perlakuan
semua anak memiliki denyut nadi normal dengan persentase 100%. Sedangkan pada kelompok kontrol responden terbanyak memiliki denyut nadi nomal yaitu
sebanyak 5 anak dengan persentase 83,33%.
2.
Hasil Analisa Data
Tabel 3
Hasil Uji Pengaruh Paired Sample
t-Test
Kelompok |
Mean |
SD |
p-value |
Keterangan |
Perlakuan (n=6) |
|
|
0,006 |
Signifikan |
-
Pre-test |
115,33 |
5,75 |
||
-
Post-test |
93,33 |
12,56 |
||
Kontrol (n=6) |
|
|
0,044 |
Signifikan |
-
Pre-test |
98,5 |
15,05 |
||
-
Post-test |
93 |
16,11 |
Berdasarkan
hasil uji pada tabel di atas diperoleh nilai p 0,006 sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh nilai p 0,044. Karena
sig. (2-tailed) < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Oleh karena itu maka
dilakukan uji beda pengaruh antar kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Tabel 4
Hasil Uji
Independent Samples Test antara Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol
Selisih Pre-test Post-test |
p-value |
Kesimpulan |
Denyut Nadi |
0,009 |
Signifikan |
Berdasarkan
tabel di atas dapat diketahui bahwa uji beda pengaruh terhadap selisih denyut nadi pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol diperoleh p-value 0,009 dimana jika p < 0,05 maka signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara kelompok perlakuan yang diberikan massage dan standing frame exercise dengan kelompok kontrol yang diberikan massage saja terhadap denyut
nadi pada anak CP dengan GMFCS level IV-V.
B. Pembahasan
1.
Pengaruh
Pemberian Standing Frame Exercise terhadap
Denyut Nadi pada Kelompok Perlakuan
Berdasarkan
dengan hasil analisa data penelitian pada tabel 4.6 bahwa terdapat pengaruh standing frame
exercise terhadap denyut nadi pada anak CP GMFCS level
IV-V dengan nilai p 0,006
(< 0,05) atau signifikan
berpengaruh. Hasil penelitian
ini didukung literatur sitematic review yang dilakukan Paleg et al (2013) dengan pemberian standing frame
exercise selama 40 menit,
3-4 kali dalam seminggu, dilakukan secara berulang dan progresif diyakini dapat meningkatkan sirkulasi fungsional dan sistem kardiopulmuner. Akan tetapi, hasilnya belum dipelajari secara sitematis.
Saat
berdiri, menyebabkan perpindahan darah cepat ke bawah
500 ke 700 mL dari penyimpanan pusat ke dalam splanknik
(pembuluh darah sistem gastrointestinal) dan pembuluh
darah ekstremitas bawah. Tekanan darah berlebihan yang dihasilkan menurun, dan jika tidak dikompensasi
dapat menyebabkan OH dan Orthostatic
Intolerance (OI). Kompensasi peredaran
darah untuk ortostasis terjadi melalui saraf simpatis
dan parasimpatis sistem saraf otonom untuk
denyut nadi dan kontrol tekanan darah yang tepat. Respon baroreflex normal terhadap
penurunan tekanan darah melibatkan vasokonstriksi perifer dan takikardia refleks (Medow et al., 2017).
Beberapa
responden memiliki denyut nadi awal
yang normal meskipun mereka
dikategorkan dalam level
GMFCS IV dan V, mungkin dikarenakan
durasi perilaku sedenter yang berbeda. Pada anak-anak yang memiliki denyut nadi awal
yang normal mereka memiliki
aktifitas sehari-hari seperti bersekelolah, sehingga durasi perilaku sedenter berkurang. Dapat disebut dengan perilaku sedenter jika nilai MET (Metabolic Equivalent of Task) ≤
1,5 (Verschuren et al., 2014).
Namun, bagaimanapun penulis belum mempelajari
secara lanjut tentang MET dan perilaku sedenter pada responden.
Beberapa
anak memeliki denyut nadi tinggi
hingga > 120 kali per menit
dikarenakan perilaku sedenter yang berkepanjangan (prolonged supine lying). Anak CP dengan perilaku sedenter dapat menyebabkan disfungsi saraf otonom dan mempengaruhi denyut nadi menjadi lebih
tinggi (Pastore et al., 2011)
2.
Pengaruh
Pemberian Massage terhadap Denyut Nadi pada Kelompok Kontrol
Berdasarkan
dengan hasil analisa data penelitian pada tabel 4.6 bahwa terdapat pengaruh massage terhadap denyut nadi pada anak CP GMFCS level
IV-V dengan nilai p 0,044
(< 0,05) atau signifikan
berpengaruh. Massage merupakan
salah satu metode yang dapat mengurangi tingkat stres dan meningkatkan fungsi kardiopulmoner. Hasil menunjukkan
bahwa massage dapat mengurangi denyut nadi dan meningkatkan SaO2 dengan mengemukakan teori bahwa tekanan
saat massage yang moderat dapat merangsang aktivitas vagal dan mengurangi stres (Elsagh et al., 2019).
Namun
(Yates et al., 2014)
mengamati tidak ada perubahan denyut
nadi bayi selama massage dan 30 menit setelahnya. Hasil kontroversial mungkin disebabkan oleh teknik massage yang diadopsi satu hari untuk
setiap bayi.
3.
Perbandingan
Kelompok Perlakuan dengan Standing Frame Exercise dan Kelompok
Kontrol dengan Massage
Berdasarkan
hasil data penelitian yang dilakukan selama 4 minggu dengan frekuensi
3 kali dalam seminggu pada anak CP dengan GMFCS level IV-V
di PNTC Karanganyar dan YPAC Surakarta, kelompok perlakuan diberikan standing frame exercise dan kelompok
kontrol diberikan massage.
Pada kelompok perlakuan didapat hasil rata-rata selisih denyut nadi pre-test dan posttest adalah
6,81. Sedangkan pada kelompok
kontrol hasil rata-rata selisih denyut nadi pre-test dan post-test adalah
1,05. Kemudian diperoleh nilai p-value 0,009 yang berati ada perbedaan pengaruh
antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.
Hasil dari kedua data tersebut kelompok perlakuan memiliki angka yang lebih tinggi dari kelompok
kontrol sehingga dapat disimpulkan jika metode terapi
konvensional berupa massage
dilakukan maka penambahan standing frame exercise akan
lebih efektif dalam penurunan denyut nadi. Oleh karena itu, diharapkan
dapat menjadi pertimbangan untuk ditambahkan dalam program pelaksanaan fisioterapi dan pemeriksaan tanda-tanda vital
pada kasus CP khususnya dengan GMFCS level IV-V.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh standing frame exercise terhadap
denyut nadi pada anak CP dengan GMFCS level IV-V.
BIBLIOGRAFI
Agrawal,
S. (2010). Autonomic Dysfunction In Children With Cerebral Palsy, Static
Encephalopathy, And Similar Conditions. Google Scholar
Caetano,
J., & Delgado Alves, J. (2015). Heart Rate And Cardiovascular Protection. European
Journal Of Internal Medicine, 26(4), 217�222. Google Scholar
Elsagh,
A., Lotfi, R., Amiri, S., & Gooya, H. H. (2019). Comparison Of Massage And
Prone Position On Heart Rate And Blood Oxygen Saturation Level In Preterm
Neonates Hospitalized In Neonatal Intensive Care Unit: A Randomized Controlled
Trial. Iranian Journal Of Nursing And Midwifery Research, 24(5),
343. Google Scholar
Goodwin,
J., Lecouturier, J., Basu, A., Colver, A., Crombie, S., Smith, J., Howel, D.,
Mccoll, E., Parr, J. R., Kolehmainen, N., Roberts, A., Miller, K., &
Cadwgan, J. (2018). Standing Frames For Children With Cerebral Palsy: A
Mixed-Methods Feasibility Study. Health Technology Assessment, 22(50),
1�231. Google Scholar
Ibrahim,
A. I., Muaidi, Q. I., & Alghamde, A. A. (2018). Abnormalities Of Vital
Signs In Children With Cerebral Palsy: Relationship To Physical Disabilities. Journal
Of Developmental And Physical Disabilities, 30(1), 55�67. Google Scholar
Israeli-Mendlovic,
H., Mendlovic, J., & Katz-Leurer, M. (2014). Heart Rate And Heart Rate
Variability Parameters At Rest, During Activity And Passive Standing Among
Children With Cerebral Palsy Gmfcs Iv�V. Developmental Neurorehabilitation,
17(6), 398�402. Google Scholar
Medow,
M. S., Merchant, S., Suggs, M., Terilli, C., O�donnell-Smith, B., & Stewart,
J. M. (2017). Postural Heart Rate Changes In Young Patients With Vasovagal
Syncope. Pediatrics, 139(4). Google Scholar
Newman,
M., & Barker, K. (2012). The Effect Of Supported Standing In Adults With
Upper Motor Neurone Disorders: A Systematic Review. Clinical Rehabilitation,
26(12), 1059�1077. Google Scholar
Pastore,
C. A., Samesima, N., Imada, R., Reis, M., Santos, M. T., Ferreira, M. C.,
Grupi, C., Fumagalli, F., Wagenfuhr, J., & Chammas, M. (2011).
Characterization Of The Electrocardiographic Pattern Of Individuals With
Cerebral Palsy. Journal Of Electrocardiology, 44(2), 138�141. Google Scholar
Rivi,
E., Filippi, M., Fornasari, E., Mascia, M. T., Ferrari, A., & Costi, S.
(2014). Effectiveness Of Standing Frame On Constipation In Children With Cerebral
Palsy: A Single-Subject Study. Occupational Therapy International, 21(3),
115�123. Google Scholar
Verschuren,
O., Darrah, J., Novak, I., Ketelaar, M., & Wiart, L. (2014).
Health-Enhancing Physical Activity In Children With Cerebral Palsy: More Of The
Same Is Not Enough. Physical Therapy, 94(2), 297�305. Google Scholar
Wuyaningsih,
E. W., & Larasati, D. I. (2018). Nurseline Journal. 3(1). Google Scholar
Yates,
C. C., Mitchell, A. J., Booth, M. Y., Williams, D. K., Lowe, L. M., & Hall,
R. W. (2014). The Effects Of Massage Therapy To Induce Sleep In Infants Born
Preterm. Pediatric Physical Therapy: The Official Publication Of The Section
On Pediatrics Of The American Physical Therapy Association, 26(4),
405. Google Scholar
Ziemssen,
T., & Reichmann, H. (2010). Journal Of The Neurological Sciences
Cardiovascular Autonomic Dysfunction In Parkinson � S Disease. Journal Of
The Neurological Sciences, 289(1�2), 74�80. Google Scholar
Copyright holder: Nada �Ainul Mardliyah,
Agus Widodo (2021) |
First publication right: Jurnal Health Sains |
This article
is licensed under: |