Jurnal Health Sains: p�ISSN:
2723-4339 e-ISSN:
2548-1398�����
Vol. 2, No. 10, Oktober 2021
PROFIL EKSOTROPIA SENSORIS DAN OUTCOMES DARI PENATALAKSANAAN
SURGIKAL DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2018-2020
Deny Wiryulisda, Julita
Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas, Dr. M.
Djamil RSUD Padang Sumatera Barat, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
info artikel |
abstraK |
Diterima 5 Oktober 2021 Direvisi 15 Oktober 2021 Disetujui 25 Oktober 2021 |
Dari etiologi, kelainan retina adalah penyebab paling besar dari eksotropia
dengan 4 kasus (33,33%). Pasien manajemen dengan bedah dan wth monocular reses-resect operasi
hang back. Dari 6 bulan tindak lanjut, pasien tersebut hasil kosmetik yang memuaskan dengan orthotropia 85,71%. Sensoris eksotropia pasien berusia 21-30 tahun Penyebab paling umum dari strabismu
sensorik adalah kelainan retina, dan hasil jangka panjang operasi untuk eksotropia sensorik memuaskan. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui profil eksotropia sensoris dan outcomes dari penatalaksanaan surgikal di rsup dr. m. djamil padang tahun 2018-2020. Hasil perawatan bedah dievaluasi dengan memeriksa tes hirsberg dan tes prisma krimsky. Sebanyak 12 pasien termasuk, di antaranya 6 kasus (50%) adalah pria dan wanita 6 kasus (50%), dan pasien berusia 21-30 tahun sekitar 33,33%.� Dievaluasi untuk ketajaman Visual, Melalui evaluasi segmen anterior menggunakan lampu celah, dan pemeriksaan fundus dilakukan, dan menemukan penyimpangan mata dengan melakukan tes hisberg dan prisma krimsky dekat dan tes jarak. Hasil perawatan bedah dievaluasi dengan memeriksa tes hirsberg dan tes prisma krimsky.
Sebanyak 12 pasien termasuk, di antaranya 6 kasus (50%) adalah pria dan wanita 6 kasus (50%), dan pasien berusia 21-30 tahun sekitar 33,33%. Dari etiologi, kelainan retina adalah penyebab paling besar dari eksotropia dengan 4 kasus (33,33%). Pasien manajemen dengan bedah dan wth monocular reses-resect operasi
hang back. Dari 6 bulan tindak
lanjut, pasien tersebut hasil kosmetik yang memuaskan dengan orthotropia 85,71%. Sensoris eksotropia pasien berusia 21-30 tahun Penyebab paling umum dari strabismu
sensorik adalah kelainan retina, dan hasil jangka panjang operasi untuk eksotropia sensorik memuaskan. ABSTRACT Of the etiologies, retinal abnormalities were the most common cause of
exotropia with 4 cases (33.33%). Patient management with surgical and wth monocular recess-resect surgery hangs back. From 6
months of follow-up, the patient had satisfactory cosmetic results with
85.71% orthotropia. Sensory exotropia of patients
aged 21-30 years The most common cause of sensory strabismu
is retinal abnormalities, and the long-term results of surgery for sensory
exotropia are satisfactory. The purpose of the study was to find out the profile of sensory exotropia
and outcomes of surgikal management in dr.m. djamil padang hospital in 2018-2020. The results of surgical
treatment are evaluated by examining the hirsberg
test and the creamy prism test. A total of 12 patients included, of whom 6
cases (50%) were men and women 6 cases (50%), and patients aged 21-30 years
about 33.33%.� Evaluated for Visual
acuity, through evaluation of the anterior segment using a slit lamp, and a
fundus examination was performed, and found eye irregularities by conducting hisberg tests and close cream prisms and distance tests.
The results of surgical treatment are evaluated by examining the hirsberg test and the creamy prism test. A total of 12
patients included, of whom 6 cases (50%) were men and women 6 cases (50%),
and patients aged 21-30 years about 33.33%. Of the etiologies, retinal
abnormalities were the most common cause of exotropia with 4 cases (33.33%).
Patient management with surgical and wth monocular
recess-resect surgery hangs back. From 6 months of follow-up, the patient had
satisfactory cosmetic results with 85.71% orthotropia.
Sensory exotropia of patients aged 21-30 years The most common cause of
sensory strabismu is retinal abnormalities, and the
long-term results of surgery forsensory exotropia
are satisfactory. |
Kata Kunci: exotropia sensorik; monocular reses resect
kembali operasi hang back Keywords: sensory exotropia; monocular
reses resect hang back surgery |
Pendahuluan
Eksodeviasi merupakan divergent strabismus yang dapat
terjadi secara manifes atau laten. Eksodeviasi terjadi lebih banyak di daerah timur tengah,
subequatorial Afrika, dan daerah timur
dibandingkan dengan Amerika
Serikat. Faktor resiko dari eksotropia
termasuk kelahiran prematur, riwayat keluarga strabismus, astigmastima,
miopia dan anisometropia (Denny & Daniel, 2003; Wallace et al.,
2018).
Eksotropia traumatik dapat disebabkan oleh adanya trauma terbuka/tertutup pada kepala/mata. Trauma pada otot ekstraokuler akan menyebabkan gangguan gerakan bola mata yang spesifik. Salah satu penanganan bedah pada eksotropia traumatik karena ruptur total otot rektus medial adalah dengan transposisi vertical (Oka et al., 2018).
Eksotropiaadalah suatu keadaan didapat�� atau�� kongenital (jarang) dimana sumbu visual dari satu atau kedua
mata berdeviasi ke luar, yang bersifat
konstan, intermiten, atau laten (Tumewu, 2013). Eksotropia alternan merupakan bentuk eksotropia laten dimana bola mata dapat melakukan fiksasi secara bergantian. Hal ini dapat terjadi bila
kedua matamasih memiliki tajam penglihatan yang memungkinkan melakukan fiksasi. Terapi eksotropia�� dapat�� berupa�� koreksi terhadap gangguan refraksi yang ada, pem-berian kacamata prisma, latihan orthoptik,dan pembedahan (Wright et al., 2006).
Eksotropia sensoris merupakan unilateral
divergent misalignment dari mata,
yang disebabkan oleh hilangnya
penglihatan atau buruknya penglihatan yang sudah lama (Gunawan et al., 2018). Eksotropia sensoris dapat disebabkan oleh hilangnya penglihatan pada satu mata oleh ambliopia anisometropia, opasitas
kornea, opasitas lensa, atropi papil,
hipoplasia nervus optikus, lesi pada retina. Prevalensi dari eksotropia sensoris adalah 5% - 9%. Mekanisme berkembangnya eksotropia sensori dapat diakibatkan oleh binocular
rivalry, eksoforia dekompensasi
dan faktor mekanik. Manajemen eksotropia sensoris dibagi menjadi manajemen non bedah dan manajemen bedah (Chatzistefanou et al., 2009; Chaudhuri & Demer, 2014; Merino et al.,
2011).
Karena masih sedikitnya penelitian mengenai kasus eksotropia dan outcomes dari manajemen di RS M. Djamil Padang,
mendorongpeneliti untuk melakukan penelitian mengenai profil eksotropia sensoris dan outcomes dari monokular surgery di RS Dr.
M. Djamil Padang periode Januari 2018 sampai Desember 2020.
Mengetahui profil pasien eksotropia
sensoris dan outcomes dari penatalaksanaan eksotropia sensoris di RSUP Dr. M. Djamil
Padang periode Januari 2018
sampai Desember 2020.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui
profil eksotropia sensoris dan outcomes dari penatalaksanaan surgikal di RSUP Dr.
M. Djamil padang tahun 2018-2020.
Manfaat penelitian ini adalah untuk lebih
memahami tentang eksotropia sensoris dan outcomes.
Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat retrospektif deskriptif terhadap pasien eksotropia sensoris di RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Data diambil dari
status khusus subbagian
strabismus dan rekam medis,
kemudian dikelompokkan menurut data umum dan data
strabismus. Data umum mencakup
umur dan jenis kelamin pasien. Data strabismus mencakup etiologi, besar strabismus, dan penatalaksanaan.
Populasi adalah semua pasien eksotropia
sensoris yang berobat dan dirawat di bagian mata RSUP Dr. M. Djamil Padang dari bulan Januari
2018 hingga Desember 2020. Sampel adalah semua
pasien eksotropia sensoris� yang berobat
dan dirawat di bagian mata RSUP Dr. M. Djamil Padang dari bulan Januari
2018 hingga Desember 2020
yang memenuhi kriteria inklusi.
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien eksotropia
sensoris�� yang
telah didiagnosis di poliklinik mata subbagian strabismus RSUP Dr. M. Djamil
Padang dari bulan Januari 2018 sampai Desember 2020 dan yang memiliki kelengkapan data rekam medis. Kriteria eksklusi adalah pasien dengan eksotropia
sensoris, namun belum dilakukan penatalaksanaan dan tidak memiliki kelengkapan data rekam medis.
Definisi Operasional pada penelitian ini adalah Eksotropia sensoris yaitu Eksotropia sensoris merupakan deviasi akibat dari hilangnya
penglihatan yang dapat diakibatkan oleh ambliopia
anisometropia, opasitas kornea,
opasitas lensa, atropi papil, hipoplasia
nervus optikus, lesi pada
retina.
Cara dan prosedur kerja
yaitu Data deskriptif berupa variabel numerik disajikan dalam bentuk rerata,
sedangkan variabel kategorik disajikan dalam bentuk frekuensi
dan persentase.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
Selama periode Januari 2018 hingga Desember 2020, terdapat 12 kasus
eksotropia sensoris�� yang berobat ke
poliklinik mata sub bagian strabismus dan dilakukan penatalaksanaan surgikal
di� RSUP dr. M. Djamil Padang.
Karakteristik pasien eksotropia sensoris berdasarkan usia dan jenis kelamin
tampak pada tabel 1 dan tabel �2.
Tabel 1
Distribusi Jenis kelamin pasien eksotropia sensoris� di Poliklinik RSUP. Dr. M. djamil Padang pada
tahun 2018-2020.
Usia�(Tahun) |
Jumlah |
Persentase |
1-10 |
2 |
16,67% |
11-20 |
3 |
25% |
21-30 |
4 |
33,33% |
31-40 |
3 |
25% |
Total |
12 |
100% |
Tabel 2
Distribusi Usia pasien
eksotropia sensoris di Poliklinik RSUP. Dr. M. Djamil
Padang pada tahun 2018-2020
Jenis�Kelamin |
Jumlah |
Persentase |
Laki-laki |
6 |
50% |
Perempuan |
6 |
50% |
Total |
12 |
100% |
Berdasarkan keseluruhan
pasien eksotropia sensoris yang berobat ke Poliklinik RSUP Dr.M.Djamil Padang, terdapat usia yang bervariasi yaitu antara usia 1 tahun
sampai 39 tahun.Dimana usia 21-30 tahun merupakan usia terbanyak dengan eksotropia sensoris yaitu 33,33% dibandingkan rentang usia lainnya.
Untuk jenis kelamin, tidak terdapat perbedaan yang terdiagnosa eksotropia sensoris, karena baik jenis kelamin
laki-laki dan perempuan sama-sama (50%) untuk penderita laki-laki dan perempuan.
Tabel 3
Distribusi etiologi
pasien eksotropia sensoris di Poliklinik RSUP. Dr.
M. Djamil Padang pada tahun
2018-2020
Etiologi |
Jumlah |
Persentase |
Ambliopia |
3 |
25% |
Keratopati |
1 |
8,33% |
katarak |
2 |
16,67% |
Atropi�papil |
3 |
25% |
Kelainan�retina |
4 |
33,33% |
Total |
12 |
100% |
Penelitian ini menemukan dari 12 kasus eksotropia sensoris didapatkan etiologi terbanyak yaitu kelainan retina, sebanyak 4 kasus (33,33%), dan etiologi lain, yaitu kelainan papil saraf optik,
berupa atropi papil dan amblyopia, masing-masing sebanyak
3 kasus (25%). Keratopati
dan dan katarak merupakan etiologi lain, namun bukan
merupakan etiologi terbanyak, yaitu sekitar 8,33% dan 16,67%.
Tabel 4
Distribusi menurut besar
deviasi pasien eksotropia sensoris di Poliklinik RSUP. Dr. M. Djamil
Padang pada tahun 2018-2020
Besar�deviasi (∆D) |
Jumlah |
Persentase |
15-30 |
2 |
16,67% |
>30-60 |
3 |
25% |
>90 |
7 |
58,33% |
Total |
12 |
100% |
Setelah dilakukan pemeriksaan
strabismus, pada pasien eksotropia
sensoris yang diteliti dari tahun 2018-2020 ini, besar deviasi
yang ditemukan bervariasi. Besar deviasi >90 prisma dioptri ditemukan pada 7 kasus (58,33%),
dan sisanya dengan besar deviasi >30-60 prisma dioptri (25%) dan deviasi 15-30 prisma dioptri sebanyak 2 kasus (16,67%).
Tabel 5
Distribusi menurut penatalaksanaan
pasien eksotropia sensoris di Poliklinik RSUP. Dr.
M. Djamil Padang pada tahun
2018-2020
Penatalaksanaan |
Jumlah |
Persentase |
Non surgikal |
5 |
41,67% |
Surgikal�(monocular reses-resect surgery) |
7 |
58,33% |
Total |
12 |
100% |
Sebagian besar kasus eksotropia sensoris ditatalaksana dengan tindakan operasi, yaitu tindakan surgical sebanyak 7 kasus (58,33%) dimana tindakan berupa monocular reses-resect surgery.
Tabel 6
Outcomes
setelah 6 bulan surgikal monocular reses-resect pasien
eksotropia sensoris di Poliklinik RSUP. Dr. M. djamil
Padang pada tahun 2018-2020
outcomes |
Jumlah |
Persentase |
orthotropia |
6 |
85,71% |
Under corection |
0 |
�0 % |
Over corection |
1 |
14,29% |
Total |
7 |
100% |
Dari semua kasus eksotropia sensoris yang dilakukan tindakan surgical, dilakukan follow up sampai 6 bulan. Dimana outcomes orthotropia
didapatkan pada 6 kasus
(85,71%).
B. Pembahasan
Eksodeviasi
merupakan divergent strabismus yang dapat terjadi secara
manifes atau laten. Eksodeviasi terjadi lebih banyak di daerah timur tengah,
subequatorial Afrika, dan daerah timur
jika dibandingkan dengan Amerika Serikat. Faktor resiko dari
eksotropia termasuk kelahiran prematur, riwayat keluarga strabismus, astigmastima, miopia dan
anisometropia. Jenkins melakukan suatu
studi observasi yang menyatakan bahwa daerah yang lebih dekat equator mempunyai angka terjadinya eksodeviasi 2 kali lebih tinggi.
Eksotropia
sensoris merupakan juling keluar yang dapat disebabkan oleh hilangnya penglihatan pada satu mata, jika
hilangnya penglihatan sebelum umur 4 tahun dapat terjadi
esotropia. Sedangkan jika hilangnya penglihatan setelah umur 4 tahun dapat terjadi
eksotropia. Mekanisme berkembangnya eksotropia sensori dapat diakibatkan
oleh binocular rivalry, eksoforia dekompensasi
dan faktor mekanik. Manajemen eksotropia sensoris dibagi menjadi manajemen non bedah dan manajemen bedah (Kraft, 2017; Merino et al., 2011; Wright et al., 2006).
Berdasarkan
hasil penelitian didapatkan disteibusi usia terbanyak adalah pada usia 21-30 tahun (33,33%). Dari penelitian Kim
Geun dkk didapatkan rentang usia dari usia
lahir sampai usia 44 tahun. Attada TR dkk, pada penelitian klinikal studi strabismus, tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap jenis kelamin, sesuai dengan penelitian
ini, dimana laki-laki dan perempuan dengan persentase yang sama (50%) (Attada et al., 2016; Kim et al., 2012).
Eksotropia
sensoris merupakan deviasi akibat dari hilangnya penglihatan yang dapat diakibatkan oleh ambliopia
anisometropia, opasitas kornea,
opasitas lensa, atropi papil, hipoplasia
nervus optikus, lesi pada
retina. Dimana prevalensi dari
eksotropia sensoris adalah 5% - 9%. Sidikaro dan von Noorden melaporkan bahwa ambliopia anisometropik adalah penyebab paling sering, diikuti oleh katarak dan opasiti kornea. Nazmun, Havertape melaporkan yang paling sering ditemukan yaitu katarak, diikuti oleh atropi papil dan kemudian ambliopia anisometropia.
Dikutip dari kepustakaan (Wright et al., 2006). Berbeda dengan penelitian ini, etiologi kelainan retina yang
paling banyak ditemukan
(33,33%), diikuti dengan kelainan papil nervus optik (atropi papil),
dan kelainan kornea dan katarak.
Beberapa
faktor etiologi dari strabismus sensoris mempengeruhi jenis deviasi yang terjadi. Dimana
onset dari usia, dan tajam penglihatan (visual
acuity), kelainan refraksi,
dan kelainan intraorbita menjadi beberapa penyebab tersering dari strabismus sensoris. Pada penelitian (Jung & Kim, 2018)
mendapatkan katarak kongenital merupakan etiologi tersering penyebab strabismus sensoris.
Onset terjadinya strabismus sensoris
tidak mempengeruhi arah deviasi yang terjadi. Namun, kasus kelainan refraksi, khususnya hipermetropia lebih menyebabkan esotropia dibandingkan
eksotropia (Chang et al., 2011; Jung & Kim, 2018).
Keberhasilan
manajemen eksotropia sensoris dengan tindakan surgikal monocular
recess-resect, memberikan angka
keberhasilan yang tinggi.
Pada penelitian ini, sekitar 85,71% dengan hasil kosmetik yang baik (orthotropia) setelah 6 bulan follow up. Penelitian Jeung Eun dkk, mendapatkan
setelah 1 tahun tindakan surgikal pada pasien strabismus sensoris dengan angka keberhasil
sebanyak 64,1%, dan 28,1% pasien
dengan rekuren deviasi.
Makino et
al. melaporkan bahwa 165
(14,9%) dari 1.105 pasien dengan strabismus sensori telah mengalami operasi strabismus. Jenis prosedur operasi yang dilakukan adalah recess-resect
pada pasien eksotropia dan
esotropia dan dilaporkan bahwa
semua 165 pasien mencapai kesuksesan dalam hasil operasi.dikutip
dari kepustakaan (Makino et al., 2015).
Kesimpulan
Pada tahun 2018-2020 terdapat 12 pasein eksotropia sensoris yang berobat ke poliklinik RSUP Dr.M.Djamil Padang, dengan sebagian besar usia 21-30 tahun, dan dengan etiologi terbanyak adalah kelainan retina. Terdapat outcomes yang baik dari estetika setealh
manajemen surgical dengan
follow up selama 6 bulan, dimana sebagian besar pasien dengan
keberhasilan surgical.
BIBLIOGRAFI
Attada, T.
R., Deepika, M., & Laxmi, S. (2016). Strabismus In Paediatric Age (3�16
Year): A Clinical Study. Int J Res Med Sci, 4(6), 1903�1909. Google Scholar
Chang,
J. H., Kim, H. D., Lee, J. B., & Han, S.-H. (2011). Supermaximal Recession
And Resection In Large-Angle Sensory Exotropia. Korean Journal Of
Ophthalmology, 25(2), 139�141. Google Scholar
Chatzistefanou,
K. I., Droutsas, K. D., & Chimonidou, E. (2009). Reversal Of Unilateral
Medial Rectus Recession And Lateral Rectus Resection For The Correction Of
Consecutive Exotropia. British Journal Of Ophthalmology, 93(6),
742�746. Google Scholar
Chaudhuri,
Z., & Demer, J. L. (2014). Surgical Outcomes Following Rectus Muscle
Plication: A Potentially Reversible, Vessel-Sparing Alternative To Resection. Jama
Ophthalmology, 132(5), 579�585. Google Scholar
Denny,
M., & Daniel, J. (2003). Pediatric Ophthalmology And Strabismus. San
Francisco, Ca: American Academy Of Ophthalmology, 1, 9�12. Google Scholar
Gunawan,
C. N., Surasmiati, N. M. A., Kusumadjaja, I. M. A., & Utari, N. M. L.
(2018). Tatalaksana Bedah Pada Eksotropia Traumatika Et Causa Ruptur Total
Otot Rectus Medial: Laporan Kasus. Google Scholar
Jung,
E. H., & Kim, S.-J. (2018). Surgical Results And Factors Affecting Outcome
In Adult Patients With Sensory Exotropia. Eye, 32(12), 1851�1857. Google Scholar
Kim,
I. G., Park, J. M., & Lee, S. J. (2012). Factors Associated With The
Direction Of Ocular Deviation In Sensory Horizontal Strabismus And Unilateral
Organic Ocular Problems. Korean Journal Of Ophthalmology, 26(3),
199�202. Google Scholar
Kraft,
S. P. (2017). Special Forms Of Comitant Exotropia. Taylor And Hoyt�s
Pediatric Ophthalmology And Strabismus. 5th Edition. Edinburgh: Elsevier,
818�826. Google Scholar
Makino,
S., Hozawa, K., Kondo, R., Kanai, M., Suto, H., Ito, K., & Mawatari, G.
(2015). Surgical Outcomes Of Sensory Strabismus. Sch J App Med Sci, 3,
1791�1793. Google Scholar
Merino,
P., Mateos, C., De Lia�o, P. G., Franco, G., Nieva, I., & Barreto, A.
(2011). Horizontal Sensory Strabismus: Characteristics And Treatment Results. Archivos
De La Sociedad Espa�ola De Oftalmolog�a (English Edition), 86(11),
358�362. Google Scholar
Oka,
R. V., Kamaluddin, H. M. T., & Handayati, D. (2018). Rasionalitas
Penggunaan Ranitidin Pada Pasien Gastritis Di Puskesmas Alang-Alang Lebar
Palembang. Majalah Kedokteran Sriwijaya, 50(3), 115�124. Google Scholar
Tumewu,
S. I. E. (2013). Ambliopia Bilateral Disertai Eksotropia Alternans Dan
Astigmatisma Miopia Kompositus. Jurnal Biomedik: Jbm, 5(1). Google Scholar
Wallace,
D. K., Christiansen, S. P., Sprunger, D. T., Melia, M., Lee, K. A., Morse, C.
L., & Repka, M. X. (2018). Esotropia And Exotropia Preferred Practice
Pattern�. Ophthalmology, 125(1), P143�P183. Google Scholar
Wright,
K. W., Spiegel, P. H., & Thompson, L. (2006). Handbook Of Pediatric
Strabismus And Amblyopia. 1st (Edn.). Google Scholar
Copyright holder: Deny Wiryulisda, Julita
(2021) |
First publication right: Jurnal Health Sains |
This article is licensed under: |