MONITORING
PROFIL BERKAS ELEKTRON MENGGUNAKAN SENSOR CHATODE RAY TUBE
Fajar Fanani, Farid Samsu Hananto , Erna Hastuti
Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Jawa Timur, Indonesia
Email:[email protected],
[email protected], [email protected]
info
artikel |
abstrak |
Hanya menggunakan AIJ: Tanggal diterima Tanggal revisi Tanggal yang diterima |
Telah dilakukan rancang bangun
monitoring profil berkas elektron menggunakan chatode ray tube menggunakan
metode bahan pendar. Variasi tegangan inputan dilakukan pada 203 V, 205 V,
208 V, 210 V, 212 V, 213 V, 215 V, 218 V dan 220 V. Tegangan inputan
mempengaruhi perubahan pada diameter, intensitas iluminasi dan dosis serap
berkas elektron yang ditunjukkan hasil pengukuran pada nilai diameter dan
intensitas ilumninasi berkas elektron yang berbanding lurus dengan kenaikan
tegangan input. Sedangkan hasil pengukuran nilai dosis serap berkas elektron
terjadi kenaikan pada variabel tegangan 203 V hingga 210 V dan mengalami
penurunan pada tegangan 212 V, Kemudian mengalami kenaikan yakni semakin
tinggi tegangan inputan, semakin besar pula nilai dosis serap berkas elektron.
Hasil akurasi data pengukuran nilai dosis serap berkas elektron pada cathode
ray tube dengan data SNI radiasi untuk pengawetan bahan makanan, yaitu pada
variabel tegangan 208 Volt, 215 Volt dan 220 Volt memenuhi syarat untuk
radiasi pengawetan makanan, diantaranya dapat digunakan untuk menghambat
pertunasan selama penyimpanan pada umbi lapis dan umbi akar, menunda
pematangan dan memperpanjang masa simpan pada sayur dan buah segar selain
umbi lapis dan umbi bakar. Dan terakhir, digunakan untuk perlakuan karantina
dan membasmi serangga. |
Kata kunci: Cahtode
Ray Tube; Berkas Elektron; Energi Radiasi. |
Pendahuluan
Teknologi
pengawetan terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Teknologi pengawetan
dengan menggunakan bahan kimia mulai ditinggalkan, dan beralih kepada teknologi
yang bersih dari bahan kimia.
Radiasi berkas
elektron yang merupakan salah satu teknologi pengawet makanan, dihasilkan dari
mesin berkas elektron yakni fasilitas pengawetan yang memanfaatkan radiasi
elektron yang ditimbulkan oleh sumber energi listrik. Saat ini, teknologi
berkas elektron menjadi fokus perhatian banyak negara karena teknologi ini
diklaim tidak memiliki efek radiasi pengion dan tidak menggunakan bahan
radioaktif ketika difungsikan. Keseriusan negara-negara ini terlihat dengan
berkumpulnya para perwakilan dari 14 negara yang tergabung dalam payung kerja
sama regional (Regional Cooperative Agreements Regional Officer � RCARO) dalam
kerangka kerja sama selatan-selatan (United Nation Office for South-South
Cooperation) di Bali, 16-18 Oktober 2018 yang membahas perkembangan pemanfaatan
teknologi berkas elektron.1
Pemanfaatan
teknologi berkas elektron di sektor swasta masih cukup tinggi dalam bidang
industri kabel listrik. Meningkatnya pemanfaatan berkas elektron di dunia,
diperlukan adanya pengembangan dan pengadaan instalasi berkas elektron dengan
kemampuan lokal untuk menguasai teknologi pengawetan melalui pemanfaatan
radiasi berkas elektron dari sumber energi listrik.2
Keunggulan
dan kekurangan teknologi pengawet makanan yang menggunakan radiasi berkas
elektron, yakni tidak membutuhkan spesifikasi bangunan gedung yang rumit untuk
aspek keselamatan terhadap bahaya radiasi, tidak menimbulkan polusi pada
lingkungan, mudah dikontrol dan biaya operasi lebih rendah untuk produksi
masal.
Berdasarkan
penelitian sebelumnya, modul SE menggunakan 3 (tiga) electrode yang diikenal
tabung NEC pada tahun 2014, untuk meningkatkan kualitas profil berkas elektron.
Akan tetapi, tabung NEC membutuhkan energi listrik yang besar yaitu 30KV dalam
pengujiannya dan dibutuhkan biaya yang tinggi untuk merancang kontruksi dari
tabung NEC. Sehingga perlu adanya teknologi alternatif yang membutuhkan energi
listrik yang tidak terlalu besar dan biaya untuk merancang alat yang rendah
yaitu salah satunya menggunakan cathode ray tube sebagai alat ukur untuk
meningkatkan kualitas berkas elektron.3
Cathode ray
tube yang berasal dari tabung� televisi,
yang telah umum tersebar di masyarakat dan tidak membutuhkan energi listrik
yang besar dibanding tabung NEC. Diharapkan mampu menjadi alat ukur dalam
meningkatkan profil berkas elektron, yangmana sebagai landasan pemanfaatan
teknologi berkas elektron sebagai radiasi atau pemaparan sebagai metode
pengawetan makanan
Metode
Penelitian
Penelitian ini merupakan
jenis penelitian dengan metode eksperimen. Variable penelitian dan karakterisasi
pengujiannya telah ditentukan. Perancangan monitoring berkas elektron
menggunakan sensor tabung CRT dengan memvariasi tegangan masukan, yang
diharapkan menghasilkan bentuk profil berkas elektron bulat dan homogen.
Sehingga menjadi alat yang optimal untuk pemaparan suatu materi.
Penelitian monitoring
profil berkas elektron menggunakan sensor Chatode Ray Tube yang dimulai pada
bulan Juli 2019 sampai selesai bertempat di Laboratoriun Elektonika Jurusan
Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim, Malang.
Gambar 1 Prosedur Penelitian
Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua), data primer, data sekunder. Sumber
data primer diperoleh dari hasil penelitian yang didapatkan dari pengujian chatode
ray tube berupa data gambar, diameter, intensitas iluminasi dan energi radiasi
berkas elektron. Sedangkan data sekunder menggunakan data yang diperoleh dari
data SNI radiasi pengawet makanan digunakan sebagai acuan korelasi data.
Gambar 2 Skema Pengukuran Profil
Berkas Elektron
Tahap Analisis data ini
dilakukan membandingkan variasi tegangan dengan hasil data diameter Intensitas
dan energi radiasi berkas elektron menggunakan grafik dan korelasi data dengan
membandingkan data hasil pengukuran profil berkas elektron dengan data standart
radiasi bahan pangan yaitu berupa nilai dosis serap berkas elektron.
Data yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan menggunakan grafik pengaruh tegangan terhadap
intensitas berkas elektron dan pengaruh tegangan terhadap diameter dan luas
permukaan bentuk berkas elektron. Data diolah dengan Origin untuk mendapatkan
grafik pengaruh tegangan terhadap intensitas, bentuk dan luas permukaan berkas
elektron. Kemudian analisis grafik dari data pengujian cathode ray tube dibandingkan
dengan data SNI radiasi bahan pangan
Hasil dan Pembahasan
Prinsip kerja dari chatode ray tube sebagai sensor penghasil berkas
elektron, yaitu monitor dalam keadaan gelap atau intensitas cahayanya minim
agar pengujian mendapatkan hasil yang optimal. Setelah itu trafo motor
dihubungkan pada rangkaian chatode ray tube, kemudian memvariasikan tegangan
masukan dari trafo motor 203V, 205V, 208V, 210V, 212V, 213V, 215V, 218V dan
220V untuk mengamati bentuk berkas elektron yang menembak jendela Ti tabung TV.
Kemudian diukur menggunakan kamera 13 mega pixel untuk mengambil gambar profil
berkas elektron, luxmeter untuk mengukur intensitas, mistar untuk mengukur
diameter bentuk berkas elektron dan dosimeter untuk mengukur dosis serap berkas
elektron.
Chatode ray tube sebagai sensor penghasil berkas elektron dapat
memberikan gambaran bentuk profil berkas elektron dengan baik. Hal ini
diyakinkan dari data hasil pengkuran bahwa tegangan input dari trafo variable
dialirkan pada rangkaian transformator flyback yang akan memperbesar tegangan
inputan 10 kali lipat. Kemudian tegangan yang telah diperbesar diberikan ke
penyearah pendobel (melipat dua) sehingga outputnya sudah berupa tegangan
tinggi searah (DC) untuk proses penembakan berkas elektron yang sangat
mempengaruhi bentuk profil berkas elektron. Gambar bentuk profil berkas
elektron yang tertampil pada layar kaca tabung TV merupakan gambar sesungguhnya
dari bentuk profil berkas elektron.4
�
Gambar 3 Grafik Pengaruh Variasi Tegangan Terhadap Diameter Berkas
Elektron.
Berdasarkan grafik pengaruh tegangan terhadap diameter bentuk berkas
elektron menunjukkan diameter profil bekas elektron tidak memiliki perubahan
yang signifikan. Nilai optimum diameter berkas elektron adalah 1,336 cm,
sedangkan nilai minimum diameter berkas elektron adalah 0.402 cm. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tegangan dibawah 203 V tidak memberikan profil berkas
elekton yang berkualitas. Karena tegangan yang digunakan untuk memanaskan
filamen tidak dapat melucuti berkas elektron secara optimal sehingga berkas
elektron yang menumbuk layar tidak berebentuk bulat homogen yang tidak dapat
diketahui nilai diameter yang optimal.
Gambar 4 Grafik Pengaruh Variasi Tegangan Terhadap
Intensitas Berkas Elektron
Berdasarkan
grafik pengaruh tegangan pada inputan rangakain chatode ray tube terhadap
intensitas berkas elektron yaitu semakin besar tegangan inputannya semakin
besar pula nilai intensitas dari profil berkas elektron. Nilai optimum
intensitas iluminasi adalah 1258 lx, sedangkan nilai minimum intensitas
iluminasi adalah 530 lx. Sehingga tegangan 220 V merupakan tegangan optimum
yang digunakan flyback sebagai pelipat ganda tegangan untuk memanaskan filamen
pada beam elektron ditembakkan dengan nilai intensitas yang berbanding lurus dengan
nilai tegangannya. Redup terangnya bentuk profil berkas elektron bersesuaian
dengan besar kecilnya intensitas berkas elektron. Semakin besar intensitas
berkas elektron maka kualitas berkas elektron semakin baik untuk radiasi atau
pemaparan.6
Gambar 5 Grafik Pengaruh Variasi Tegangan Terhadap
Energi Radiasi Berkas Elektron
Berdasarkan
grafik pengaruh tegangan pada inputan rangakain chatode ray tube terhadap dosis
serap berkas elektron yaitu semakin besar tegangan inputannya semakin besar
pula nilai dosis serap dari berkas elektron. Tetapi pada variabel tegangan 212
V terjadi penurunan, hal ini dikarenakan input tegangan 203 hingga 212 Volt
belum terjadi kesetabilan dalam penembakan berkas elektron ke layar. Namun,
pada variabel tegangan 213 Volt hingga 220 Volt mengalami kenaikan konstan atau
tanpa adanya penurunan dosis serap. Nilai optimum dosis serap berkas elektron
pada chatode ray tube adalah 2,5002 kGy, sedangkan nilai minimum dosis serap
adalah 0,0031 kGy. Hal ini dikarenakan tegangan 220 V merupakan tegangan
optimum yang digunakan flyback pada chatode ray tube sebagai pelipat ganda
tegangan untuk memanaskan filamen pada beam elektron ditembakkan dengan nilai
dosis serap yang berbanding lurus dengan nilai tegangannya.7
Tabel 1 Hasil Pengukuran
Profil Berkas Elektron pada Cathode Ray
Tube
No |
Input (Volt) |
Profil Berkas Elektron |
Energi Radiasi (kGy) |
1 |
208 |
|
0,1507 |
2 |
215 |
|
1,0236 |
3 |
220 |
|
2,5002 |
Variabel
tegangan 208 Volt pada chatode ray tube menghasilkan dosis pemaparan berkas
elektron sebesar 0,1507 kGy. Berdasarkan data SNI radiasi pengawetan bahan
pangan, dosis serap 0,1507 kGy dapat digunakan untuk menghambat pertunasan
selama penyimpanan pada umbi lapis dan umbi akar.8
Variabel
tegangan 215 Volt pada chatode ray tube menghasilkan dosis pemaparan berkas
elektron sebesar 1,0236 kGy. Berdasarkan data SNI radiasi pengawetan bahan
pangan, dosis serap 1,0236 kGy dapat digunakan untuk menunda pematangan pada
sayur dan buah segar selain umbi lapis dan umbi bakar. Selain itu, dapat
digunakan untuk perlakuan karantina dan membasmi serangga.
Variabel
tegangan 220 Volt pada chatode ray tube menghasilkan dosis pemaparan berkas
elektron sebesar 2,5002 kGy. Berdasarkan data SNI radiasi pengawetan bahan
pangan, dosis serap 2,5 kGy dapat digunakan untuk memperpanjang masa simpan
sayur dan buah segar selain umbi lapis dan umbi bakar.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilitian rancang bangun monitoring profil berkas
elektron menggunakan chatode ray tube dapat disimpulkan bahwa variasi tegangan
input pada chatode ray tube mempengaruhi diameter dan intensitas iluminasi
berkas elektron, yakni semakin tinggi tegangan inputannya, semakin besar pula
diameter dan intensitas iluminasinya. Sedangkan nilai dosis serap terjadi
kenaikan pada variabel tegangan 203 V hingga 210 V dan mengalami penurunan pada
tegangan 212 V, Kemudian mengalami kenaikan yakni semakin tinggi tegangan
inputan, semakin besar pula nilai dosis serap berkas elektron.��
Hasil korelasi data pengukuran nilai energi radiasi berkas elektron pada
cathode ray tube dengan data SNI radiasi untuk pengawetan bahan makanan, yaitu
pada variabel tegangan 208 Volt, 215 Volt dan 220 Volt memenuhi syarat untuk
radiasi pengawetan makanan, diantaranya dapat digunakan untuk menghambat
pertunasan selama penyimpanan pada umbi lapis dan umbi akar, menunda pematangan
dan memperpanjang masa simpan pada sayur dan buah segar selain umbi lapis dan
umbi bakar. Dan terakhir, digunakan untuk perlakuan karantina dan membasmi
serangga.
BIBLIOGRAFI
Antariksawan Riza A, dan M. Anwar S.
Persembahan Untuk Negeri. BATAN Press; Yogyakarta. 2015.
Djoko, S, P. Teknologi Mesin Berkas Elektron. Diktat
Materi Kuliah BATAN Accelerator School; Yogyakarta. 2004.
Darsono, Suhartono, Suprapto, dan Elin
Nuraini. Pengukuran Profil Berkas Elektron dari Sumber Elektron Tipe Pierce menggunakan sensor Tabung TV
Bekas. Jurnal BATAN. 2015: 1(2); 17-86.
Elyakim N. S., Patty, Endiyas Waluyo, dan
Liefson Lacobus. 2015. Pengukuran e/m Elektron Menggunakan Tabung Televisi
(TV) dan Kumparan Hemholz. Jurnal
Penelitian Pendidikan IPA.2015: 1(3);
67-69.
Darsono, Suhartono, Suprapto, dan Elin
Nuraini. Pengukuran Profil Berkas Elektron dari Sumber Elektron Tipe Pierce menggunakan sensor Tabung TV
Bekas. Jurnal BATAN. 2015: 1(2); 85-91.
Darsono, Suhartono, Suprapto, dan Elin
Nuraini. 2015. Pengukuran Profil Berkas Elektron dari Sumber Elektron Tipe Pierce menggunakan sensor Tabung TV
Bekas. Jurnal BATAN. 2015: 1(2); 85- 87.
Yunus Yadi, Nugroho
Trisanyoto, dan Ari Ekasakti.
Analisis Transformator Flyback sebagai Pembangkit Tegangan Tinggi untuk Pesawat
Sinar-X Medik. Jurnal SNATIF. 2016: 1(3); 33-41.
Djoko, S, P. Teknologi Mesin Berkas Elektron. Diktat
Materi Kuliah BATAN Accelerator School.2004.
Copyright
holder: Fajar Fanani, Farid Samsu
Hananto , Erna Hastuti (2020) |
First publication
right: Jurnal Health Sains |
|