Jurnal Health Sains: p�ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398�����

Vol. 2, No. 7, Juli 2021

 

PENGARUH PERAWATAN METODE KANGGURU TERHADAP STRESS HEMODINAMIK PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RS ANNISA TANGERANG 2020

 

Nurpaijah, Ria Setia Sari

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Yatsi Tangerang Banten, Indonesia

Email[email protected], [email protected]

 

INFO ARTIKEL

abstrAK

Diterima

5 Juli 2021

Direvisi

15 Juli 2021

Disetujui

25 Juli 2021

Kondisi di Neonatologi berupa kebisingan, pencahayaan, bau-bauan, penggunaan alat dan prosedur yang dapat menimbulkan stress dan nyeri sangat berkontribusi terhadap morbiditas. Bayi baru lahir sering terpapar dengan sejumlah prosedur yang menyebabkan nyeri baik prosedur diagnostic, prosedur terapeutik, maupun pemasangan alat untuk monitoring parameter fisiologis. Semua tindakan ini bisa menimbulkan stress pada bayi. Dampak jika bayi stress adalah perubahan pada fungsi fisiologis bayi, seperti hipotermi, peningkatan denyut jantung bayi, frekuensi nafas akan menyebabkan apneu berulang, presentasi Hemoglobin yang di ikat oleh oksigen (SPO2) cenderung menurun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kangguru terhadap stress hemodinamik pada bayi berat lahir rendah di Rumah Sakit Annisa tangerang 2020. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimental design: one group pre test and post test design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 35 responden. Tehnik yang digunakan untuk pengambilan data adalah accidental sampling. Hasil penelitian: Berdasarkan uji statistik bahwa p-value < 0,05 maka dapat dinyatakan HO ditolak artinya ada pengaruh antara Perawatan Metode Kangguru Terhadap Stress Hemodinamik Pada Bayi Berat Lahir Rendah Di Rs Annisa Tangerang 2020. ada pengaruh antara Perawatan Metode Kangguru Terhadap Stress Hemodinamik Pada Bayi Berat Lahir Rendah Di Rs Annisa Tangerang 2020.

 

ABSTRACT
Conditions in Neonatology in the form of noise, lighting, smells, the use of tools and procedures that can cause stress and pain greatly contribute to morbidity. Newborns are often exposed to a number of procedures that cause pain, both diagnostic procedures, therapeutic procedures, and installation of monitoring tools. Physiological parameters. All of these actions can put stress on the baby. The impact if the baby is stressed is a change inthe baby's physiological functions, such as hypothermia, an increase in the baby's heart rate, the frequency of breath will cause repeated apnea, the presentation of hemoglobin bound by oxygen (SPO2) tends to decrease. The purpose of this study was to determine the effect of Kangaroo Treatment Method on Physiological Stress in Low Birth Weight Infants at Rs Annisa Tangerang 2020. The research method used in this study was a quasi experimental design: one group pre test and post test design. The population in this study amounted to 35 respondents. The technique used for data collection is accidental sampling. Results: Based on the statistical test that the p-value <0.05, it can be stated that HO is rejected, meaning that there is an influence between Kangaroo Method Treatment on Physiological Stress in Low Birth Weight Infants at Rs Annisa Tangerang 2020. There is an influence between KangarooTreatmentMethodsonStress Physiology of Low Birth Weight Babies at Rs Annisa Tangerang 2020.

Kata Kunci:

BBLR; stres fisiologis bayi; PMK

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keywords:

LBW; baby physiological stress; PMK




Pendahuluan

Pelayanan kesehatan neonatus diperlukan perhatian khusus dalam memberikan terutama pada hari-hari pertama kehidupannya yang sangat rentan karena banyak�� perubahan�� yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim kekehidupan diluar rahim. Sempurna dalam memproduksi panas maka bayi sangat rentan untuk mengalami penurunan panas (Nelson et al., 2012). Mengingat secara fisiologis bayi belum mampu menyesuaikan dengan lingkungan baru setelah dilahirkan, dukungan lingkungan agar��� bayi tetap terjaga kehangatannya sangat diperlukan. Bayi baru lahir kehilangan panas empat kali lebih besar dari pada orang dewasa, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan suhu. Pada 30 menit pertama bayi dapat mengalami penurunan suhu 34 �C. Pada ruangan dengan suhu 20-25 �C suhu kulit bayi turun sekitar 0,3�Cper menit. Penurunan suhu diakibatkan oleh kehilangan���� panassecara konduksi, konveksi,����� evaporasi�������� dan radiasi. Kemampuan bayi yang belum.

Berat bayi lahir rendah adalah berat bayi lahir kurang dari 2500gram atau 5,5 pounds (Handini, 2013) jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di indoonesia masih cukup tinggi. Data WHO mencatat Indonesia berada di peringkat Sembilan dunia dengan persentasi BBLR lebih dari 15,5 persen dari kelahiran bayi setiap tahunnya. Sehingga perlu adanya cara untuk menaikan suhu tubuh bayi salah satu cara yaitu perawatan metode kanguru.

Bayi berat lahir rendah merupakan faktor risiko yang mempunyai�� kontribusi terhadap kematian�� dan�� kelahiran�� bayi khususnya pada masa perinatal. Dampak kelahiran BBLR berpengaruh terhadap kualitas����� generasi mendatang, ditandai dengan lambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak dan akan berpengaruh penurunan kecerdasan (Depkes, 2010).

Suhu bayi yang rendah mengakibatkan proses metabolik dan fisiologi melambat. Kecepatan pernafasan dan denyut jantung sangat melambat, tekanan darah rendah dan kesadaran menghilang.Bila keadaan ini terus berlanjut dan tidak mendapatkan penanganan maka dapat menimbulkan kematian pada bayi baru lahir (Yunanto & Medyawati, 2014).�� Biasanya upaya�� menghangatkan bayi dilakukan dengan cara menempatkan bayi di dalam incubator. Selain�������� di incubator kondisi di Neonatologi berupa kebisingan, pencahayaan, bau-bauan, penggunaan alat dan prosedur yang dapat menimbulkan stress dan nyeri sangat berkontribusi terhadap�� morbiditas. Bayi baru lahir sering terpapar dengan sejumlah prosedur yang menyebabkan nyeri baik prosedur diagnostic, prosedur terapeutik, maupun pemasangan���� alat untuk monitoring parameter fisiologis. Semua tindakan ini bisa menimbulkan stress pada bayi. Dampak jika bayi stress adalah perubahan pada fungsi fisiologis bayi, seperti hipotermi, peningkatan����� denyut jantung bayi, frekuensi nafas akan menyebabkan apneu berulang, presentasi Hemoglobin yang di ikat oleh oksigen (SPO2) cenderung menurun (Gitto.E.).

Kondisi pelayanan kesehatan ibu dan anak di Indonesia tidak selalu memungkinkan untuk tersedianya incubator dalam jumlah yang cukup. Masalah ini diharapkan dapat teratasi dengan meluaskan pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK).��������������������� Perawatan metode kanguru (PMK) ditemukan oleh UNICEF pada tahun 1983. Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan asuhan kontak kulit dengan kulit agar bayi memperoleh kehangatan dari tubuh ibunya (Kameliawati & Diana, 2020).��

Manfaat dari cara perawatan metode kanguru diantaranya detak jantung bayi stabil, pernafasannya lebih teratur, sehingga penyebaran oksigen keseluruh tubuh pun lebih baik. Bayi dapat tidur dengan nyenyak dan lama, lebih tenang, lebih jarang menangis dan kenaikan berat badannya menjadi lebih cepat, mempermudah pemberian ASI, mempereratikatanbathin antaraibudan anak, serta mempersingkat masa perawatan antaraibudananak(Wati et al., 2014). Dari studi pendahuluan peneliti melakukan pengecekan terhadap Bayi Berat Lahir Rendah����� menggunakkan metode PMK di RS ANNISA Tangerang di dapatkan data bayi berat lahir rendah pada bulan desember 2020 ada 35 bayi, dan pada bulan januri 2020 terdapat 31 bayi, dan pada bulan februari terdapat 21 bayi. Bahwa di RS Annisa PMK sudah terpapar tetapi belum maksimal di aplikasikan, karena beban kerja perawat yang cukup tinggi dan juga belum adanya keaktifan dari ibu-ibu dengan bayi berat lahir rendah karena kurang pengetahuan mengenai PMK. Bayibayi dalam incubator ada beberapa yang tidak di lakukan PMK secara continue dan di dapatkan hasil bahwa bayi yg selalu di lakukan PMK secara continue perkembangan pada bayi lebih cepat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kangguru terhadap stress hemodinamik pada bayi berat lahir rendah di Rumah Sakit annisa tangerang 2020.

 

Metode Penelitian

Rancangan penelitian desain quasi eksperimental design: one group pre test and post test. Populasi pada penelitian ini berjumlah 35 orang. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling.

 

Hasil dan Pembahasan

A.   Hasil Penelitian

1.    Univariat

Berdasarkan distribusi frekuensi suhu tubuh dari 35 responden, didapatkan hasil nilai mean suhu tubuh sebelum dilakukan��������� PMK adalah 36,2. Pada pengukuran kedua di dapat rata- rata suhu tubuh setelah dilakukan PMK adalah 36,7. Berdasarkan tabel 5.2 distribusi frekuensi denyut nadi dari 35 responden, didapatkan hasil�� nilai mean denyut�� nadi sebelum dilakukan PMK adalah 139x/menit. Pada pengukuran�� kedua�� di�� dapat�� rata-rata denyut nadi setelah dilakukan PMK adalah 152x/menit.

Berdasarkan distribusi frekuensi saturasi���� oksigen dari 35 responden, didapatkan hasil������ nilai mean saturasi oksigen sebelum dilakukan PMK adalah 96. Pada pengukuran kedua di dapat rata- rata saturasi oksigen setelah dilakukan PMK adalah 97.

2.    Bivariat

Dari hasil uji statistik di dapatkan nilai P Value yaitu 0,006 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara perawatan metode kangguru terhadap suhu tubuh pada bayi berat lahir rendah

Dari hasil uji statistik di dapatkan nilai P Value yaitu 0,017 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara perawatan metode kangguru terhadap denyut nadi pada bayi berat lahir rendah

Dari hasil uji statistik di dapatkan nilai P Value yaitu 0,028 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara perawatan metode kangguru terhadap saturasi oksigen�� pada�� bayi�� berat�� lahir rendah.

B.   Pembahasan

1.    Pengaruh antara PMK terhadap Suhu BBLR

Hasil nilaimean��� suhu tubuh sebelum dilakukan PMK adalah 36,2. Pada pengukuran kedua di dapat rata- rata suhu tubuh setelah dilakukan PMK adalah 36,7. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 3. Dari hasil uji statistik di dapatkan nilai P Value yaitu 0,006 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara perawatan metode kangguru terhadap suhu tubuh pada bayi berat lahir rendah

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Deswita 2010 yang berjudulpengaruh perawatan metode kanguru terhadap respon fisiologis bayi�. Penelitian tersebut���� menunjukan hasil bahwa semua���� suhu bayi yang dilakukan PMK mengalami kenaikan yang bermakna����� dibandingkan�� yang���� tidak dilakukan�� PMK�� dengan�� nilai�� P-Value 0,000.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh (Andi-Pallawa & Alam, 2013) juga menunjukan hasil yang sama dengan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan semua suhu tubuh bayi yang dilakukan PMK mengalami kenaikan bermakna dibandingkan bayi yang tidak dilakukan PMK (p<0,001, a =0,05).

Hasil penelitian lain yang dilakukan PMK�� oleh (Ali et al., 2009), menunjukkan selama rata-rata 25 hari pada 114 responden, menemukan suhu tubuh bayi yang dilakukan PMK, mengalami peningkatan yang bermakna (p<0,001). PMK dilakukan rata-rata 6 jam sehari pada setiap semua responden. Menurut peneliti, PMK dapat menaikkan suhu tubuh bayi secara bermakna,������ walaupun dimonitor setelah 1 jam pada hari pertama.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Widayati et al., 2011) bahwa, penelitian dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok kontrol sebanyak 56 bayi dan kelompok intervensi sebanyak 58 bayi. PMK secara bermakna menunjukan perbedaan suhu tubuh bayi antara kelompok kontrol dan kelompok interveensi, dengan p-value 0,001 < 0,05.

Penelitian lainnya juga menunjukan hasil yang sama, dari hasil penelitan yang dilakukan kepada 16 responden oleh (Begum et al., 2008), menyebutkan���������� bahwa ditemukan kenaikan������ suhu���� tubuh�� bayi setelah dilakukan PMK selama 1 jam , rata� rata kenaikan suhu tubuh bayi sebesar 0,3�cdenganp=0,01.Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Yulia, 2017) yang menyatakan bahwa Berdasarkan uji T-test(Pairedsampel test) bahwa rata�rata pengukuran suhu BBLR sebelum dilakukan perawatan metode kanguru (PMK) adalah 36,22 �c dengan standar deviasi 3,193. Pada pengukuran kedua di dapat rata-rata suhu BBLR sesudah dilakukan perawatan metode kanguru (PMK) adalah 36,74 �c dengan standar deviasi 3,229.

Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 0,52 dengan standar deviasi 0,036 dari hasil uji statistik di dapatkan nilai P-Value yaitu 0,028 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara Perawatan Metode Kangguru (PMK) terhadap suhu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Abdul Aziz Singkawang.

Panas tubuh pada setiap bayi tidak sama karena daya tahan tubuh masing- masing��� berbeda. Hasil penelitian menunjukan bahwa masih ada bayi yang mengalami penurunan suhu tubuh setelah dilakukan PMK. Peneliti�� berpendapat bahwa hal tersebut dikarenakan adanya proses infeksi ringan yang dialami bayi. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh (Chuah & Sri Ramalu, 2011) yang mengemukakan bahwa PMK�� dapat menurunkan suhu tubuh bayi yang mengalami masalah karena infeksi ringan.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Shety, 2007), bahwa ibu mampu mengontrol suhu tubuh bayi lebih baik daripada inkubator. PMK dapat menyebabkan suhu tubuh bisa meningkat 2�c jika bayi kedinginan dan menurunkan 1�c jika bayi kepanasan.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh (Waiman et al., 2016) yang menunjukan bahwa PMK alternatif pengganti inkubator, adapun kelebihannya antara lainmerupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar, yaitu adanya kontakkulitbayike kulitibu,dimana tubuh ibu akan menjadiThermoregulator bagi bayinya,������ sehingga jika bayi kedinginan maka PMK akan berfungsi menaikan suhu bayi dan jika bayi kepanasan maka�� PMK�� akan�� berfungsi untuk menurunkan suhu bayi.

Kemampuan mempertahankan suhu pada BBLR yang dilakukan PMK menunjukan hasil yang lebih baik, oleh karena itu, PMK sangat berguna dalam pencegahan hipotermia pada perawatan BBLR Secara garis besar manfaat PMK adalah������ Suhu��� tubuh�� bayi lebih�������� stabil daripadayang dirawat di inkubator (Wiwin, 2018).

Pada proses PMK, Panas tubuh ibu akan berpindah melalui kontak kulit dari dada ibu ke kulit tubuh bayi, sehingga menjaga bayi tetap hangat. Selimut atau penutup tubuh ibu dan bayi, diharapkan dapat menjaga bayi dari suhu lingkungan sekitarnya.

Penelitian lain juga menyebutkan bahwa PMK mempengaruhi stabilitas pengukuran suhu���� tubuh. Beberapa penelitian meyebutkan bahwa PMK sangat baik untuk mencegah bayi prematur jatuh�� kedalam kondisi hipotermia. Observasi perubahansuhu tubuh pada bayi prematur sangat dianjurkan, karena ada kemungkinan bayi menjadi kepanasan. Bayi prematur yang kepanasan akan mengakibatkan peningkatan metabolisme dan asupan oksigen, penurunan efisiensi metabolisme, dan mempengaruhi kestabilan fisiologis tubuh (Wiwin, 2018).

PMK dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, secara terus menerus dalam 24 jam atau yang disebut dengan secara kontinyu, dan secara intermiten atau disebut juga dengan cara selang seling. PMK disarankan dilakukan secara kontinyu, akan tetapi pada rumah�� sakit yang tidak menyiapkan fasilitas rawat gabung atau pada bayi dalam keadaan kondisi tertentu, bisa menggunakan PMK secara intermiten. Pelaksanaan PMK secara intermiten juga memberikan manfaat sebagai pelengkap perawatan konvensional atau inkubator (Wiwin, 2018).

Dalam������ penelitian ini, peneliti menerapkan PMK secara intermiten. PMK dilakukan, selama 1,5 jam,�� sebelum melakukan intervensi peneliti menemui calon ibu dari bayi yang ingin dilakukan PMK, setelahitupeneliti melakukan pre test untuk mengetahui suhu tubuh bayi, setelah itu dilakukan intervensi berupa perawatan metode kangguru ,adapun prosesnya yaitu yang pertama meletakkan bayi dengan posisi tegak diantara payudara ibu, kontak kulit dada ke dada, yang kedua Kepala bayi menghadap ke samping dengan posisi sedikit menengadah supaya jalan nafas terbuka dan ada kontak mata dengan ibu. Ketiga Panggul bayi dalam posisi seperti katak dan yang keempat Ikat dengan kain di bawah telinga bayi. Ikatan yang kencang di bagian punggung sedangkan bagian��� perut dilonggarkan supaya bayi dapat bernafas lega.Setelah dilakukan penerapan perawatan metode kangguru dilakukan proses pos test suhu tubuh dengan mengukur kembali suhu tubuh responden.

2.    Pengaruh antara PMK terhadap denyut jantung BBLR

Hasil nilai mean��� denyut nadi sebelum dilakukan PMK���� adalah 139x/menit. Pada pengukuran kedua di dapat rata-rata denyut nadi setelah dilakukan PMK adalah 152x/menit. Dari hasil uji statistik di dapatkan nilai P Value yaitu 0,017 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara perawatan metode kangguru terhadap denyut nadi pada bayi berat lahir rendah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh syamsu 2013 yang menyatakan bahwa Rata-rata frekuensi denyut jantungbayi sebelum dan sesudah dilakukan PMKdi RSUD Undata dan RSUD Anutapura Palu, menunjukkan perbedaan yang bermakna (P =0,000,=0,05).Hasil penelitianinisesuai dengan penelitian yang menyebutkan bahwa manfaat PMK adalah stabilitas suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan perilaku bayi lebih baik, misalnya tangisan bayi berkurang dan sewaktu bangun terlihat lebih waspada (Syamsu, 2013).Penelitian yang menggunakan alat monitor kontinyu, telah menemukan bahwa selama perawatan menggunakan metode kanguru, laju frekuensi denyut jantung bayi relatif stabil dan konstan (Amalia & Herawati, 2018).

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Deswita et al., 2010) yang menyebutkan bahwa Frekuensidenyut jantungbayi sebelum dan sesudah dilakukan PMK Rata-rata frekuensi denyut jantung bayi prematur sebelum dan sesudah dilakukan PMK di RSAB Harapan Kita Dan RSUP Fatmawati Jakarta, menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0.006 a=0.05).

Frekuensi denyut jantung bayi prematur yang mengalami kenaikan dapat terjadi akibat karena perubahan posisi dari horizontal menjadi posisi vertikal. Hal ini terjadi akibat pengaruh gaya�� gravitasi bumi. Menurut peneliti, bayi prematur cenderung mengalami bradikardi. PMK mempunyai pengaruh posistif��������� pada bayi, karena bayi merasakan detak jantung ibu, sehingga apabila bayi yang mengalami bradikardi akan�������� terstimulasi agar jantungnya kembali berdenyut mengiringi detak jantung ibu.

3.    Pengaruh antara PMK terhadap Saturasi Oksigen BBLR

Hasil nilai mean saturasi oksigen sebelum dilakukan PMK adalah 96. Pada pengukuran kedua di dapat rata- rata saturasi oksigen setelah dilakukan PMK adalah 97. Dari hasil uji statistik di dapatkan nilai P Value yaitu 0,028 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara perawatan metode kangguru terhadap saturasi oksigen pada�� bayi berat lahir rendah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Syamsu tahun 2013 yang menyatakan bahwa Rata- rata saturasi oksigen sebelum dan sesudah dilakukan PMK di RSUD Undata dan RSUD Anutapura Palu, menunjukkan perbedaan yang bermakna����� (P=0,000). Hasil penelitian ini sesuai���� dengan penelitian lain, yang menyebutkan bahwa PMK dapat menaikkan level saturasi oksigen secara signiikan dengan (p=0.000 = 0,05). Responden pada penelitian ini sebanyak�� 30 ��bayi�� yang mempunyai berat badan�� lahirrendah (Priyatmoko, 2015). Hasil penelitian lain juga mengatakan PMK dapat menjaga kestabilan saturasi oksigen. PMK secara bermakna mengurangi frekuensinafas dan meningkatkan saturasi oksigen.

Hasil penelitian ini juga sesuai denganpenelitian���� yang dilakukan oleh (Deswita et al., 2010) yang menyebutkan bahwa Rata-rata saturasi oksigen bayi prematur sebelum dan sesudah dilakukan PMK di RSAB Harapan Kita Dan RSUP Fatmawati Jakarta, menunjukkan perbedaan yang bermakna������� (p=0.004 a=0.05). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian lain, yang menyebutkan bahwa PMK dapat menaikkan level saturasi oksigen secara signifikan dengan (p =0.000 a=0.05).

Hal ini bisa disebabkan oleh posisi bayiyangtegak,sehingga dipengaruhi oleh gravitasi bumi dan berefek pada ventilasi dan perfusi respirasi (Wardani, 2016) Menurut peneliti, saturasi oksigen cenderung mengalami penurunan, apabila frekuensi������ denyut jantung mengalami bradikardi atau tachikardi. Frekuensi denyut. Jantung yang lambat atau sangat cepat, akan mempengaruhi sirkulasi darah keseluruh�� tubuh. Sirkulasi�� darah�� yang tidak adekuat keseluruh tubuh, terutama bagian perifer, sehingga saturasi oksigen yang dipantau melalui pulse oxymetri menunjukkan kurang dari 90%.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya tentang Pengaruh perawatan metode kangguru terhadap stres hemodinamik pada bayi berat lahir rendah, maka dapat ditarik kesimpulan hasil nilai mean suhu tubuh sebelum dilakukan PMK adalah 36,2. Pada pengukuran kedua di dapat rata-rata suhu tubuh setelah dilakukan PMK adalah 36,7. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 3. Dari hasil uji statistik di dapatkan nilai P Value yaitu 0,006 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara perawatan metode kangguru terhadap suhu tubuh pada bayi berat lahir rendah.

Hasil nilai mean denyut nadi sebelum dilakukan PMK adalah 139x/menit. Pada pengukuran kedua di dapat rata-rata denyut nadi setelah dilakukan PMK adalah 152x/menit. Dari hasil uji statistik di dapatkan nilai P Value yaitu 0,017 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara perawatan metode kangguru terhadap denyut nadi pada bayi berat lahir rendah.

Hasil nilai mean saturasi oksigen sebelum dilakukan PMK adalah 96. Pada pengukuran kedua di dapat rata-rata saturasi oksigen setelah dilakukan PMK adalah 97. Dari hasil uji statistik di dapatkan nilai P Value yaitu 0,028 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara perawatan metode kangguru terhadap saturasi oksigen pada bayi berat lahir rendah.

 

BIBLIOGRAFI

 

Ali, H., Azad, M. A. K., Anisuzzaman, M., Chowdhury, M. M. R., Hoque, M., & Sharful, M. I. (2009). Livelihood Status Of The Fish Farmers In Some Selected Areas Of Tarakanda Upazila Of Mymensingh District. J. Agrofor. Environ, 3(2), 85�89. Google Scholar

 

Amalia, L., & Herawati, E. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dalam Pelaksanaan Perawatan Metode Kangguru. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 4(2), 152�161. Google Scholar

 

Andi-Pallawa, B., & Alam, A. F. A. (2013). A Comparative Analysis Between English And Indonesian Phonological Systems. International Journal Of English Language Education, 1(3), 103�129. Google Scholar

 

 

Begum, A. N., Jones, M. R., Lim, G. P., Morihara, T., Kim, P., Heath, D. D., Rock, C. L., Pruitt, M. A., Yang, F., & Hudspeth, B. (2008). Curcumin Structure-Function, Bioavailability, And Efficacy In Models Of Neuroinflammation And Alzheimer�s Disease. Journal Of Pharmacology And Experimental Therapeutics, 326(1), 196�208. Google Scholar

 

Chuah, C. W., & Sri Ramalu, S. (2011). Students Satisfaction Towards The University: Does Service Quality Matters? International Journal Of Education, 3(2), 1�15. Google Scholar

 

Depkes, R. I. (2010). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Depkes Ri. Google Scholar

 

Deswita, L., Nazar, R., Ishak, A., Ahmad, R., & Pop, I. (2010). Similarity Solutions For Mixed Convection Boundary Layer Flow Over A Permeable Horizontal Flat Plate. Applied Mathematics And Computation, 217(6), 2619�2630. Google Scholar

 

Handini, D. (2013). Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijambe. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar

 

Kameliawati, F., & Diana, H. (2020). Gambaran Umum Kepercayaan Diri Ibu Yang Memiliki Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di Kabupaten Pringsewu Lampung. Wellness And Healthy Magazine, 2(1), 199�203. Google Scholar

 

Nelson, P. T., Alafuzoff, I., Bigio, E. H., Bouras, C., Braak, H., Cairns, N. J., Castellani, R. J., Crain, B. J., Davies, P., & Tredici, K. Del. (2012). Correlation Of Alzheimer Disease Neuropathologic Changes With Cognitive Status: A Review Of The Literature. Journal Of Neuropathology & Experimental Neurology, 71(5), 362�381. Google Scholar

 

Priyatmoko, S. A. (2015). Pengaruh Lifestyle Dan Social Influence Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Pada Pengguna Sepatu Futsal Merek Specs). Manajemen-Fe. Google Scholar

 

Shety, T. S. (2007). Uses Of Ultrasonography In Evaluation Of Acute Abdominal Pain In Equines. Masters Thesis, Zagazig University, Egypt. Google Scholar

 

Syamsu, A. F. (2013). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Fungsi Fisiologis Bayi Prematur Dan Kepercayaan Diri Ibu Dalam Merawat Bayi. Jurnal Keperawatan Soedirman, 8(3), 87�91. Google Scholar

 

Waiman, E., Soedjatmiko, S., Gunardi, H., Sekartini, R., & Endyarni, B. (2016). Sensori Integrasi: Dasar Dan Efektivitas Terapi. Sari Pediatri, 13(2), 129�136. Google Scholar

 

Wardani, A. (2016). Implementasi Konvensi Pbb Tahun 1990 Tentang Perlindungan Buruh Migran Beserta Anggota Keluarga Oleh Pemerintah Indonesia. Universitas Jember. Google Scholar

 

Wati, K. D., Herawati, N. T., Ak, S. E., & Sinarwati, N. I. K. (2014). Pengaruh Kompetensi Sdm, Penerapan Sap, Dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah. Jimat (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Undiksha, 2(1). Google Scholar

 

Widayati, A., Suryawati, S., De Crespigny, C., & Hiller, J. E. (2011). Self Medication With Antibiotics In Yogyakarta City Indonesia: A Cross Sectional Population-Based Survey. Bmc Research Notes, 4(1), 1�8. Google Scholar

 

Wiwin, O. (2018). Gambaran Karakteristik Dan Teknik Menyusui Pada Ibu Postpartum Di Ruang D Rs. X Tahun 2018. Stik Sint Carolus. Google Scholar

 

Yulia, E. (2017). The Mediating Effect Of Investment Decisions And Financing Decisions On The Effect Of Corporate Risk And Dividend Policy Against Corporate Value. Journal Of Advanced Research In Law And Economics (Jarle), 8(23), 40�51. Google Scholar

 

Yunanto, M., & Medyawati, H. (2014). Monetary And Fiscal Policy Analysis: Which Is More Effective? Journal Of Indonesian Economy & Business, 29(3). Google Scholar


 

 

Copyright holder:

Nurpaijah, Ria Setia Sari (2021)

 

First publication right:

Jurnal Health Sains

 

This article is licensed under: