Jurnal Health Sains: p�ISSN:
2723-4339 e-ISSN:
2548-1398�����
Vol. 2, No. 7, Juli 2021
PENGARUH PERAWATAN METODE KANGGURU TERHADAP STRESS
HEMODINAMIK PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RS ANNISA TANGERANG 2020
Nurpaijah,
Ria Setia Sari
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)
Yatsi Tangerang Banten, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
INFO ARTIKEL |
abstrAK |
Diterima 5 Juli 2021 Direvisi 15 Juli 2021 Disetujui 25 Juli 2021 |
Kondisi di Neonatologi berupa kebisingan, pencahayaan, bau-bauan, penggunaan alat dan prosedur yang dapat menimbulkan stress dan nyeri sangat berkontribusi terhadap morbiditas. Bayi baru lahir
sering terpapar dengan sejumlah prosedur yang menyebabkan nyeri baik prosedur
diagnostic, prosedur terapeutik,
maupun pemasangan alat untuk monitoring parameter
fisiologis. Semua tindakan ini bisa menimbulkan stress pada bayi. Dampak jika bayi stress adalah perubahan pada fungsi fisiologis bayi, seperti hipotermi, peningkatan denyut jantung bayi, frekuensi nafas akan menyebabkan
apneu berulang, presentasi Hemoglobin yang di ikat oleh oksigen (SPO2) cenderung menurun. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perawatan metode kangguru terhadap stress hemodinamik pada bayi berat lahir rendah
di Rumah Sakit Annisa tangerang 2020. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimental
design: one group pre test and post test design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 35 responden. Tehnik yang digunakan untuk pengambilan data adalah
accidental sampling. Hasil penelitian: Berdasarkan uji statistik bahwa p-value < 0,05 maka dapat dinyatakan HO ditolak artinya ada pengaruh antara Perawatan Metode Kangguru Terhadap Stress Hemodinamik Pada Bayi Berat Lahir Rendah Di Rs Annisa Tangerang 2020. ada pengaruh antara Perawatan Metode Kangguru Terhadap Stress Hemodinamik Pada Bayi Berat Lahir Rendah Di Rs Annisa Tangerang 2020. ABSTRACT |
Kata Kunci: BBLR; stres fisiologis
bayi; PMK Keywords: LBW; baby
physiological stress; PMK |
Pendahuluan
Pelayanan kesehatan neonatus diperlukan perhatian khusus dalam memberikan
terutama pada hari-hari pertama kehidupannya yang sangat rentan karena
banyak�� perubahan�� yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan
di dalam rahim kekehidupan diluar rahim. Sempurna dalam memproduksi panas maka bayi
sangat rentan untuk mengalami penurunan panas (Nelson et al., 2012).
Mengingat secara fisiologis bayi belum mampu menyesuaikan
dengan lingkungan baru setelah dilahirkan, dukungan lingkungan agar��� bayi tetap terjaga
kehangatannya sangat diperlukan. Bayi baru lahir kehilangan
panas empat kali lebih besar dari
pada orang dewasa, sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan suhu. Pada 30 menit pertama bayi
dapat mengalami penurunan suhu 34 �C. Pada ruangan dengan suhu 20-25 �C suhu kulit bayi turun
sekitar 0,3�C� per menit. Penurunan suhu diakibatkan oleh kehilangan���� panas� secara konduksi, konveksi,����� evaporasi�������� dan radiasi. Kemampuan bayi yang belum.
Berat bayi lahir rendah
adalah berat bayi lahir kurang
dari 2500gram atau 5,5
pounds (Handini, 2013) jumlah
bayi berat lahir rendah (BBLR) di indoonesia masih cukup tinggi. Data WHO mencatat Indonesia berada di peringkat Sembilan dunia dengan persentasi BBLR lebih dari 15,5 persen dari kelahiran bayi setiap tahunnya.
Sehingga perlu adanya cara untuk
menaikan suhu tubuh bayi salah satu cara yaitu
perawatan metode kanguru.
Bayi berat lahir rendah
merupakan faktor risiko yang mempunyai�� kontribusi terhadap kematian�� dan�� kelahiran�� bayi khususnya pada masa
perinatal. Dampak kelahiran
BBLR berpengaruh terhadap kualitas����� generasi mendatang, ditandai dengan lambatnya pertumbuhan dan perkembangan anak dan akan berpengaruh penurunan kecerdasan (Depkes, 2010).
Suhu bayi yang rendah mengakibatkan proses metabolik
dan fisiologi melambat. Kecepatan pernafasan dan denyut jantung sangat melambat, tekanan darah rendah
dan kesadaran menghilang.� Bila keadaan ini terus
berlanjut dan tidak mendapatkan penanganan maka dapat menimbulkan kematian pada bayi baru lahir (Yunanto & Medyawati, 2014).�� Biasanya upaya�� menghangatkan bayi dilakukan dengan cara menempatkan bayi di dalam incubator. Selain�������� di
incubator kondisi di Neonatologi
berupa kebisingan, pencahayaan, bau-bauan, penggunaan alat dan prosedur yang dapat menimbulkan stress dan nyeri sangat berkontribusi terhadap�� morbiditas. Bayi baru lahir sering
terpapar dengan sejumlah prosedur yang menyebabkan nyeri baik prosedur diagnostic, prosedur terapeutik, maupun pemasangan���� alat untuk monitoring parameter fisiologis.
Semua tindakan ini bisa menimbulkan
stress pada bayi. Dampak jika bayi stress adalah perubahan pada fungsi fisiologis bayi, seperti hipotermi,
peningkatan����� denyut jantung bayi, frekuensi nafas akan menyebabkan
apneu berulang, presentasi Hemoglobin yang di ikat oleh oksigen
(SPO2) cenderung menurun (Gitto.E.).
Kondisi pelayanan kesehatan ibu dan anak di Indonesia tidak selalu memungkinkan
untuk tersedianya incubator
dalam jumlah yang cukup. Masalah ini diharapkan dapat teratasi dengan meluaskan pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK).��������������������� Perawatan
metode kanguru (PMK) ditemukan oleh UNICEF pada tahun
1983. Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan asuhan kontak kulit
dengan kulit agar bayi memperoleh kehangatan dari tubuh ibunya (Kameliawati & Diana, 2020).��
Manfaat dari cara perawatan
metode kanguru diantaranya detak jantung bayi stabil,
pernafasannya lebih teratur, sehingga penyebaran oksigen keseluruh tubuh pun lebih baik. Bayi
dapat tidur dengan nyenyak dan lama, lebih tenang, lebih
jarang menangis dan kenaikan berat badannya menjadi lebih cepat, mempermudah pemberian ASI, mempererat� ikatan� bathin antara� ibu� dan anak, serta mempersingkat masa perawatan antara� ibu� dan� anak� (Wati et al., 2014).
Dari studi pendahuluan peneliti melakukan pengecekan terhadap Bayi Berat Lahir Rendah����� menggunakkan metode PMK di RS
ANNISA Tangerang di dapatkan data bayi
berat lahir rendah pada bulan desember 2020 ada 35 bayi, dan pada bulan januri 2020 terdapat 31 bayi, dan pada bulan februari terdapat 21 bayi. Bahwa di RS Annisa PMK sudah terpapar tetapi belum maksimal di aplikasikan, karena beban kerja perawat
yang cukup tinggi dan juga belum adanya keaktifan
dari ibu-ibu dengan bayi berat
lahir rendah karena kurang pengetahuan
mengenai PMK. Bayi�bayi dalam incubator ada beberapa yang tidak di lakukan PMK secara continue dan di dapatkan hasil bahwa bayi
yg selalu di lakukan PMK secara continue perkembangan pada bayi lebih cepat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh perawatan metode kangguru terhadap stress hemodinamik pada bayi berat lahir
rendah di Rumah Sakit annisa tangerang
2020.
Metode Penelitian
Rancangan penelitian desain quasi eksperimental design: one group pre test and post
test. Populasi pada penelitian
ini berjumlah 35 orang.
Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah accidental sampling.
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil Penelitian
1.
Univariat
Berdasarkan distribusi
frekuensi suhu tubuh dari 35 responden,
didapatkan hasil nilai mean suhu tubuh sebelum dilakukan��������� PMK adalah
36,2. Pada pengukuran kedua
di dapat rata- rata suhu tubuh setelah dilakukan
PMK adalah 36,7. Berdasarkan
tabel 5.2 distribusi frekuensi denyut nadi dari 35 responden,
didapatkan hasil�� nilai mean denyut�� nadi sebelum dilakukan
PMK adalah 139x/menit. Pada
pengukuran�� kedua�� di�� dapat�� rata-rata denyut nadi setelah dilakukan
PMK adalah 152x/menit.
Berdasarkan distribusi
frekuensi saturasi���� oksigen dari 35 responden, didapatkan hasil������ nilai mean saturasi oksigen sebelum dilakukan PMK adalah 96. Pada pengukuran kedua di dapat rata- rata saturasi oksigen setelah dilakukan PMK adalah 97.
2.
Bivariat
Dari hasil uji statistik
di dapatkan nilai P Value yaitu 0,006 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara
perawatan metode kangguru terhadap suhu tubuh pada bayi berat lahir
rendah
Dari hasil uji statistik
di dapatkan nilai P Value yaitu 0,017 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara
perawatan metode kangguru terhadap denyut nadi pada bayi berat lahir
rendah
Dari hasil uji statistik
di dapatkan nilai P Value yaitu 0,028 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara
perawatan metode kangguru terhadap saturasi oksigen�� pada��
bayi�� berat�� lahir rendah.
B.
Pembahasan
1.
Pengaruh antara
PMK terhadap Suhu BBLR
Hasil nilai� mean��� suhu tubuh sebelum dilakukan
PMK adalah 36,2. Pada pengukuran
kedua di dapat rata- rata suhu tubuh setelah
dilakukan PMK adalah 36,7. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 3. Dari hasil uji statistik di dapatkan nilai P Value yaitu 0,006 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara
perawatan metode kangguru terhadap suhu tubuh pada bayi berat lahir
rendah
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Deswita
2010 yang berjudul �pengaruh
perawatan metode kanguru terhadap respon fisiologis bayi�. Penelitian tersebut���� menunjukan hasil bahwa semua���� suhu bayi yang dilakukan PMK mengalami kenaikan yang bermakna����� dibandingkan�� yang���� tidak dilakukan�� PMK�� dengan�� nilai�� P-Value 0,000.
Penelitian lainnya
yang dilakukan oleh (Andi-Pallawa & Alam, 2013)
juga menunjukan hasil yang sama dengan penelitian
ini. Hasil penelitian menunjukkan semua suhu tubuh bayi
yang dilakukan PMK mengalami
kenaikan bermakna dibandingkan bayi yang tidak dilakukan PMK (p<0,001, a =0,05).
Hasil penelitian lain yang dilakukan PMK�� oleh
(Ali et al., 2009),
menunjukkan selama
rata-rata 25 hari pada 114 responden,
menemukan suhu tubuh bayi yang dilakukan PMK, mengalami peningkatan yang bermakna
(p<0,001). PMK dilakukan rata-rata 6 jam sehari pada setiap semua responden. Menurut peneliti, PMK dapat menaikkan suhu tubuh bayi
secara bermakna,������ walaupun dimonitor setelah 1 jam pada hari pertama.
Hasil penelitian ini
juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Widayati et al., 2011)
bahwa, penelitian dilakukan pada dua kelompok yaitu kelompok kontrol sebanyak 56 bayi dan kelompok intervensi sebanyak 58 bayi. PMK secara bermakna menunjukan perbedaan suhu tubuh bayi
antara kelompok kontrol dan kelompok interveensi, dengan p-value 0,001
< 0,05.
Penelitian lainnya
juga menunjukan hasil yang sama, dari hasil
penelitan yang dilakukan kepada 16 responden oleh (Begum et al., 2008), menyebutkan���������� bahwa ditemukan kenaikan������ suhu���� tubuh�� bayi setelah dilakukan
PMK selama 1 jam , rata� rata kenaikan
suhu tubuh bayi sebesar 0,3� �c� dengan� p� =�
0,01.� Hasil penelitian
tersebut sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti.
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Yulia, 2017)
yang menyatakan bahwa Berdasarkan uji T-test�
(Paired� sampel
test) bahwa rata�rata pengukuran
suhu BBLR sebelum dilakukan perawatan metode kanguru (PMK) adalah 36,22 �c dengan standar deviasi 3,193. Pada pengukuran kedua di dapat rata-rata suhu BBLR sesudah dilakukan perawatan metode kanguru (PMK) adalah 36,74 �c dengan standar deviasi 3,229.
Terlihat nilai mean
perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 0,52 dengan standar deviasi 0,036 dari hasil uji statistik di dapatkan nilai P-Value yaitu 0,028 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara
Perawatan Metode Kangguru (PMK) terhadap suhu Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi
RSUD Abdul Aziz Singkawang.
Panas tubuh pada setiap bayi tidak
sama karena daya tahan tubuh
masing- masing��� berbeda.
Hasil penelitian menunjukan
bahwa masih ada bayi yang mengalami
penurunan suhu tubuh setelah dilakukan
PMK. Peneliti��
berpendapat bahwa hal tersebut dikarenakan
adanya proses infeksi ringan yang dialami bayi. Hal ini diperkuat
oleh penelitian yang dilakukan� oleh (Chuah & Sri Ramalu, 2011)
yang mengemukakan bahwa PMK�� dapat menurunkan suhu tubuh bayi yang mengalami masalah karena infeksi ringan.
Hasil penelitian ini
juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Shety, 2007),
bahwa ibu mampu mengontrol suhu tubuh bayi
lebih baik daripada inkubator. PMK dapat menyebabkan suhu tubuh bisa
meningkat 2�c jika bayi kedinginan dan menurunkan 1�c jika bayi kepanasan.
Hasil penelitian ini
juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh (Waiman et al., 2016)
yang menunjukan bahwa PMK alternatif pengganti inkubator, adapun kelebihannya antara lain� merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar, yaitu adanya kontak� kulit� bayi� ke kulit� ibu,� dimana tubuh ibu
akan menjadi� Thermoregulator bagi
bayinya,������ sehingga jika bayi
kedinginan maka PMK akan berfungsi menaikan suhu bayi
dan jika bayi kepanasan maka�� PMK�� akan�� berfungsi untuk menurunkan suhu bayi.
Kemampuan mempertahankan
suhu pada BBLR yang dilakukan
PMK menunjukan hasil yang lebih baik, oleh karena itu, PMK sangat berguna dalam pencegahan hipotermia pada perawatan BBLR Secara garis besar manfaat PMK adalah������ Suhu��� tubuh�� bayi lebih�������� stabil daripada� yang dirawat di inkubator (Wiwin, 2018).
Pada proses PMK, Panas tubuh
ibu akan berpindah melalui kontak kulit dari
dada ibu ke kulit tubuh bayi,
sehingga menjaga bayi tetap hangat.
Selimut atau penutup tubuh ibu
dan bayi, diharapkan dapat menjaga bayi
dari suhu lingkungan sekitarnya.
Penelitian lain juga menyebutkan
bahwa PMK mempengaruhi stabilitas pengukuran suhu���� tubuh. Beberapa penelitian meyebutkan bahwa PMK sangat baik untuk mencegah
bayi prematur� jatuh�� kedalam kondisi hipotermia. Observasi perubahan� suhu tubuh pada bayi prematur sangat dianjurkan, karena ada kemungkinan bayi menjadi kepanasan.
Bayi prematur yang kepanasan akan mengakibatkan peningkatan metabolisme dan asupan oksigen, penurunan efisiensi metabolisme, dan mempengaruhi kestabilan fisiologis tubuh (Wiwin, 2018).
PMK dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu, secara terus menerus dalam
24 jam atau yang disebut dengan secara kontinyu,
dan secara intermiten atau disebut juga dengan cara selang
seling. PMK disarankan dilakukan secara kontinyu, akan tetapi pada rumah�� sakit yang tidak menyiapkan fasilitas rawat gabung atau pada bayi dalam keadaan
kondisi tertentu, bisa menggunakan PMK secara intermiten. Pelaksanaan PMK secara intermiten juga memberikan manfaat sebagai pelengkap perawatan konvensional atau inkubator (Wiwin, 2018).
Dalam������ penelitian ini, peneliti menerapkan PMK secara intermiten. PMK dilakukan, selama 1,5 jam,�� sebelum melakukan intervensi peneliti menemui calon ibu dari
bayi yang ingin dilakukan PMK, setelah� itu� peneliti melakukan pre test untuk mengetahui suhu tubuh bayi,
setelah itu dilakukan intervensi berupa perawatan metode kangguru ,adapun prosesnya yaitu yang pertama meletakkan bayi dengan posisi tegak
diantara payudara ibu, kontak kulit
dada ke dada, yang kedua Kepala bayi menghadap
ke samping dengan posisi sedikit
menengadah supaya jalan nafas terbuka
dan ada kontak mata dengan ibu.
Ketiga Panggul bayi dalam posisi
seperti katak dan yang keempat Ikat dengan kain di bawah telinga
bayi. Ikatan yang kencang di bagian punggung sedangkan bagian��� perut dilonggarkan supaya bayi dapat bernafas
lega.� Setelah dilakukan penerapan perawatan metode kangguru dilakukan proses pos
test suhu tubuh dengan mengukur kembali suhu tubuh
responden.
2.
Pengaruh antara
PMK terhadap denyut jantung BBLR
Hasil nilai mean��� denyut nadi sebelum dilakukan PMK���� adalah 139x/menit. Pada pengukuran kedua di dapat rata-rata denyut nadi setelah
dilakukan PMK adalah 152x/menit. Dari hasil uji statistik di dapatkan nilai P Value yaitu 0,017 maka dapat disimpulkan
ada pengaruh antara perawatan metode kangguru terhadap denyut nadi pada bayi berat lahir rendah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh syamsu
2013 yang menyatakan bahwa
Rata-rata frekuensi denyut jantungbayi sebelum dan sesudah dilakukan PMKdi RSUD Undata dan RSUD Anutapura Palu, menunjukkan perbedaan yang bermakna (P =0,000,=0,05).� Hasil penelitian� ini� sesuai dengan penelitian yang menyebutkan bahwa manfaat PMK adalah stabilitas suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan perilaku bayi lebih
baik, misalnya tangisan bayi berkurang
dan sewaktu bangun terlihat lebih waspada (Syamsu, 2013).� Penelitian yang menggunakan alat monitor kontinyu, telah menemukan bahwa selama perawatan menggunakan metode kanguru, laju frekuensi
denyut jantung bayi relatif stabil
dan konstan (Amalia & Herawati, 2018).
Hasil penelitian ini
juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Deswita et al., 2010)
yang menyebutkan bahwa Frekuensi� denyut jantung� bayi sebelum dan sesudah dilakukan PMK Rata-rata frekuensi
denyut jantung bayi prematur sebelum
dan sesudah dilakukan PMK
di RSAB Harapan Kita Dan RSUP Fatmawati Jakarta, menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0.006 a=0.05).
Frekuensi denyut jantung bayi prematur
yang mengalami kenaikan dapat terjadi akibat
karena perubahan posisi dari horizontal menjadi posisi vertikal. Hal ini terjadi akibat pengaruh gaya�� gravitasi bumi. Menurut peneliti,
bayi prematur cenderung mengalami bradikardi. PMK mempunyai pengaruh posistif��������� pada bayi, karena bayi merasakan
detak jantung ibu, sehingga apabila
bayi yang mengalami bradikardi akan�������� terstimulasi agar
jantungnya kembali berdenyut mengiringi detak jantung ibu.
3.
Pengaruh antara
PMK terhadap Saturasi Oksigen BBLR
Hasil nilai mean saturasi
oksigen sebelum dilakukan PMK adalah 96. Pada pengukuran kedua di dapat rata- rata saturasi oksigen setelah dilakukan PMK adalah 97. Dari hasil uji statistik di dapatkan nilai P Value yaitu 0,028 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara
perawatan metode kangguru terhadap saturasi oksigen pada�� bayi berat lahir rendah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Syamsu tahun 2013 yang menyatakan bahwa Rata- rata saturasi oksigen sebelum dan sesudah dilakukan PMK di RSUD Undata dan RSUD Anutapura Palu, menunjukkan perbedaan yang bermakna����� (P=0,000). Hasil penelitian
ini sesuai���� dengan penelitian lain, yang menyebutkan bahwa PMK dapat menaikkan level saturasi oksigen secara signiikan dengan (p=0.000 = 0,05). Responden pada penelitian ini sebanyak�� 30 ��bayi�� yang mempunyai berat badan�� lahir� rendah (Priyatmoko, 2015). Hasil penelitian lain juga mengatakan
PMK dapat menjaga kestabilan saturasi oksigen. PMK secara bermakna mengurangi frekuensinafas dan meningkatkan saturasi oksigen.
Hasil penelitian ini
juga sesuai denganpenelitian���� yang dilakukan
oleh (Deswita et al., 2010)
yang menyebutkan bahwa
Rata-rata saturasi oksigen bayi prematur sebelum
dan sesudah dilakukan PMK
di RSAB Harapan Kita Dan RSUP Fatmawati Jakarta, menunjukkan perbedaan yang bermakna������� (p=0.004
a=0.05). Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian lain, yang menyebutkan bahwa PMK dapat menaikkan level saturasi oksigen secara signifikan dengan (p =0.000
a=0.05).
Hal ini bisa disebabkan oleh posisi bayi� yang� tegak,� sehingga dipengaruhi oleh gravitasi bumi dan berefek pada ventilasi dan perfusi respirasi (Wardani, 2016)
Menurut peneliti, saturasi oksigen cenderung mengalami penurunan, apabila frekuensi������ denyut jantung mengalami bradikardi atau tachikardi. Frekuensi denyut. Jantung yang lambat atau sangat cepat,
akan mempengaruhi sirkulasi darah keseluruh�� tubuh. Sirkulasi�� darah�� yang tidak adekuat keseluruh tubuh, terutama bagian perifer, sehingga saturasi oksigen yang dipantau melalui pulse oxymetri menunjukkan kurang dari 90%.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
serta pembahasan yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya tentang Pengaruh perawatan metode kangguru terhadap stres hemodinamik pada bayi berat lahir
rendah, maka dapat ditarik kesimpulan
hasil nilai mean suhu tubuh sebelum
dilakukan PMK adalah 36,2.
Pada pengukuran kedua di dapat rata-rata suhu tubuh setelah dilakukan
PMK adalah 36,7. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 3. Dari hasil uji statistik di dapatkan nilai P Value yaitu 0,006 maka dapat disimpulkan
ada pengaruh antara perawatan metode kangguru terhadap suhu tubuh
pada bayi berat lahir rendah.
Hasil nilai mean denyut nadi sebelum dilakukan
PMK adalah 139x/menit. Pada
pengukuran kedua di dapat rata-rata denyut nadi setelah dilakukan
PMK adalah 152x/menit. Dari
hasil uji statistik di dapatkan nilai P Value yaitu 0,017 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara
perawatan metode kangguru terhadap denyut nadi pada bayi berat lahir
rendah.
Hasil nilai mean saturasi oksigen sebelum dilakukan PMK adalah 96. Pada pengukuran kedua di dapat rata-rata saturasi oksigen setelah dilakukan PMK adalah 97. Dari hasil uji statistik di dapatkan nilai P Value yaitu 0,028 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara
perawatan metode kangguru terhadap saturasi oksigen pada bayi berat lahir
rendah.
BIBLIOGRAFI
Ali, H.,
Azad, M. A. K., Anisuzzaman, M., Chowdhury, M. M. R., Hoque, M., & Sharful,
M. I. (2009). Livelihood Status Of The Fish Farmers In Some Selected Areas Of
Tarakanda Upazila Of Mymensingh District. J. Agrofor. Environ, 3(2),
85�89. Google Scholar
Amalia,
L., & Herawati, E. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dalam Pelaksanaan
Perawatan Metode Kangguru. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 4(2),
152�161. Google Scholar
Andi-Pallawa,
B., & Alam, A. F. A. (2013). A Comparative Analysis Between English And
Indonesian Phonological Systems. International Journal Of English Language
Education, 1(3), 103�129. Google Scholar
Begum,
A. N., Jones, M. R., Lim, G. P., Morihara, T., Kim, P., Heath, D. D., Rock, C.
L., Pruitt, M. A., Yang, F., & Hudspeth, B. (2008). Curcumin
Structure-Function, Bioavailability, And Efficacy In Models Of
Neuroinflammation And Alzheimer�s Disease. Journal Of Pharmacology And
Experimental Therapeutics, 326(1), 196�208. Google Scholar
Chuah,
C. W., & Sri Ramalu, S. (2011). Students Satisfaction Towards The
University: Does Service Quality Matters? International Journal Of Education,
3(2), 1�15. Google Scholar
Depkes,
R. I. (2010). Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Depkes Ri. Google Scholar
Deswita,
L., Nazar, R., Ishak, A., Ahmad, R., & Pop, I. (2010). Similarity Solutions
For Mixed Convection Boundary Layer Flow Over A Permeable Horizontal Flat
Plate. Applied Mathematics And Computation, 217(6), 2619�2630. Google Scholar
Handini,
D. (2013). Hubungan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kalijambe. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar
Kameliawati,
F., & Diana, H. (2020). Gambaran Umum Kepercayaan Diri Ibu Yang Memiliki
Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di Kabupaten Pringsewu Lampung. Wellness And
Healthy Magazine, 2(1), 199�203. Google Scholar
Nelson,
P. T., Alafuzoff, I., Bigio, E. H., Bouras, C., Braak, H., Cairns, N. J.,
Castellani, R. J., Crain, B. J., Davies, P., & Tredici, K. Del. (2012).
Correlation Of Alzheimer Disease Neuropathologic Changes With Cognitive Status:
A Review Of The Literature. Journal Of Neuropathology & Experimental
Neurology, 71(5), 362�381. Google Scholar
Priyatmoko,
S. A. (2015). Pengaruh Lifestyle Dan Social Influence Terhadap Keputusan
Pembelian (Studi Pada Pengguna Sepatu Futsal Merek Specs). Manajemen-Fe. Google Scholar
Shety,
T. S. (2007). Uses Of Ultrasonography In Evaluation Of Acute Abdominal Pain
In Equines. Masters Thesis, Zagazig University, Egypt. Google Scholar
Syamsu,
A. F. (2013). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru Terhadap Fungsi Fisiologis Bayi
Prematur Dan Kepercayaan Diri Ibu Dalam Merawat Bayi. Jurnal Keperawatan
Soedirman, 8(3), 87�91. Google Scholar
Waiman,
E., Soedjatmiko, S., Gunardi, H., Sekartini, R., & Endyarni, B. (2016).
Sensori Integrasi: Dasar Dan Efektivitas Terapi. Sari Pediatri, 13(2),
129�136. Google Scholar
Wardani,
A. (2016). Implementasi Konvensi Pbb Tahun 1990 Tentang Perlindungan Buruh
Migran Beserta Anggota Keluarga Oleh Pemerintah Indonesia. Universitas
Jember. Google Scholar
Wati,
K. D., Herawati, N. T., Ak, S. E., & Sinarwati, N. I. K. (2014). Pengaruh
Kompetensi Sdm, Penerapan Sap, Dan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan Daerah. Jimat (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi)
Undiksha, 2(1). Google Scholar
Widayati,
A., Suryawati, S., De Crespigny, C., & Hiller, J. E. (2011). Self
Medication With Antibiotics In Yogyakarta City Indonesia: A Cross Sectional
Population-Based Survey. Bmc Research Notes, 4(1), 1�8. Google Scholar
Wiwin,
O. (2018). Gambaran Karakteristik Dan Teknik Menyusui Pada Ibu Postpartum Di
Ruang D Rs. X Tahun 2018. Stik Sint Carolus. Google Scholar
Yulia,
E. (2017). The Mediating Effect Of Investment Decisions And Financing Decisions
On The Effect Of Corporate Risk And Dividend Policy Against Corporate Value. Journal
Of Advanced Research In Law And Economics (Jarle), 8(23), 40�51. Google Scholar
Yunanto,
M., & Medyawati, H. (2014). Monetary And Fiscal Policy Analysis: Which Is
More Effective? Journal Of Indonesian Economy & Business, 29(3).
Google Scholar
Copyright holder: Nurpaijah, Ria Setia Sari (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |