PERBEDAAN EFEKTIVITAS PEMBERIAN AROMATERAPI LEMON DAN
AROMATERAPI PEPPERMINT TERHADAP IBU HAMIL DENGAN MUAL MUNTAH TRIMESTER I DI BPM
NINA MARLINA BOGOR, JAWA BARAT, TAHUN 2020
Siti Rizco Khadijah, Nurul Husnul
Lail, Dewi Kurniawati
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Nasional, Jakarta, Indonesia
Email:[email protected]
info
artikel |
abstrak |
Hanya menggunakan AIJ: Tanggal diterima Tanggal revisi Tanggal yang diterima |
Pada masa kehamilan terdapat berbagai komplikasi
atau masalah yang terjadi, seperti halnya mual dan muntah yang sering dialami
pada ibu hamil yang merupakan salah satu gejala awal kehamilannya.
Penatalaksanaan mual dan muntah dapat dilakukan dengan menggunakan
aromaterapi. Aromaterapi yang dapat digunakan yaitu Inhalasi Peppermint dan
Ingesti Lemon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas aromaterapi inhalasi peppermint dan ingesti lemon
terhadap penurunan mual pada ibu hamil trimester I. Desain penelitian ini quasy eksperimen. Rancangan penelitian ini menggunakan Two
group post test design. Jumlah sampel 20 ibu hamil trimester I dengan teknik purposive
sampling. Ada perbedaan sebelum dan sesudah diberikan� ingesti lemon terhadap penurunan rasa mual
pada ibu hamil trimester I dengan nilai ρ value sebesar 0,014. Ada
perbedaan sebelum dan sesudah diberikan inhalasi peppermint terhadap
penurunan rasa mual pada ibu hamil trimester I dengan nilai ρ value
sebesar 0,007. Tidak ada perbedaan intensitas mual antara kelompok ingesti
lemon dan kelompok inhalasi peppermint dengan nilai ρ value sebesar
0,853. Ada pengaruh aromaterapi
ingesti lemon dan aromaterapi inhalasi peppermint terhadap mual dan muntah
pada ibu hamil trimester I di BPM Nina Marlina, Bogor. Dan tidak ada
perbedaan intensitas mual antara kelompok ingesti lemon dan kelompok inhalasi
peppermint terhadap mual dan muntah pada ibu hamil trimester I di BPM Nina
Marlina, Bogor. |
Kata kunci: Ingesti Lemon, Inhalasi Peppermint, Mual, Ibu Hamil |
Pendahuluan
Merupakan proses yang
alamiah dari seseorang wanita. Namun selama kunjungan antenatal mungkin ia akan
mengeluh bahwa ia akan kehamilan mengalami ketidaknyamanan. Sebagian besar
keluhan ini adalah normal. Sebagai bidan penting untuk membedakan ketidaknyamanan
yang umum dalam kehamilan. Walaupun ketidaknyamanan yang umum dalam kehamilan
tidak mengancam keselamatan jiwa ibu, tetapi hal tersebut dapat menganggu ibu.
Sebagai seorang bidan harus dapat memberikan asuhan kebidanan. Untuk mengatasi
keluhan-keluhan tersebut, salah �satu
ketidaknyaman yan g dialami ibu hamil adalah rasa mual dan muntah (Morning
Sicknes) (Nurul 2012 dalam (Maternity,
2017).
Gizi ibu hamil merupakan nutrisi yang diperlukan dalam jumlah yang banyak untuk pemenuhan gizi ibu sendiri dan perkembangan janin yang dikandungnya (Khasanah, 2020). Mual dan muntah terus menerus akan menimbulkan komplikasi pada ibu dan janinnya. Kondisi ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah, dapat pula mengakibatkan gangguan asam basa, pneumoni aspirasi, robekan mukosa esofagus, kerusakan hepar dan kerusakan ginjal. Sedangkan, kondisi janin pertumbuhan dan perkembangan akan terhambat karena nutrisi yang tidak terpenuhi (stiawan 2007 dalam (Andriani & Purwati, 2017).
Dari hasil penelitian dalam jurnal
Aril tahun 2012 Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka
kejadian yang beragam mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di Indonesia, 0,3%
dari seluruh kehamilan di swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di
China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9% di Turki. Di Amerika Serikat
prevalensi hiperemesis gravidarum
Adela 0,5-2. (Sujik
Nuryanti, 2016)�
Di Indonesia jumlah ibu hamil resiko tinggi/komplikasi sebanyak
1.038.485 ibu hamil pada tahun 2011, sedangkan dijawa tengah sebanyak 126.644
ibu hamil (Statistik,
2011).
Berdasarkan studi pendahuluan di BPM
Nina Marlina, Bogor didapatkan data pada tahun 2020 pada bulan januari sampai
juni sekitar 97 ibu hamil dengan mual muntah pada trimester pertama yang
melakukan kunjungan di BPM Nina Marlina, Bogor, Jawa Barat.
Untuk kejadian tersebut diperlukan
berbagai macam terapi baik farmakologis maupun non farmakologis. Untuk terapi
farmakologis dapat menggunakan antiemetik, antihistamin, vitamin B6. Sedangkan
untuk terapi non farmakologis dapat menggunakan terapi hebal (jahe,
pappermint), terapi relaksasi dan terapi psikologis (Tiran,
2008) dalam (Kartikasari
et al., 2017).
Aromaterapi minyak
esensial dapat mengatasi keluhan fisik dan psikis. Yang paling sederhana adalah
melalui indra penciuman dengan mencium aroma dari minyak esensial. Indra
penciuman merangsang daya ingat yang bersifat emosional dengan memberikan
reaksi fisik berupa tingkah laku. Aroma yang sangat lembut dan menyenangkan
dapat membangkitkan semangat maupun perasaan tenang dan santai (Nuryanti,
2016).
Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh (Astriana
et al., 2015) tentang Pengaruh Lemon Inhalasi
Aromaterapi terhadap Mual Muntah pada Kehamilan menunjukkan nilai p yang
diperoleh p-value<0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian lemon
inhalasi aromatherapy mempunyai pengaruh terhadap mual pada kehamilan.
Penelitian oleh Agnes Widdya Andriyani pada tahun 2017 tentang Pengaruh
Aromaterapi Peppermint terhadap kejadian mual dan muntah pada ibu hamil
Trimester I menunjukkan dari hasil penelitian ini diperoleh hasil uji Wilxocon
Sign Rank Test diperoleh p-value sebesar 0,001<(0,05), artinya ada pengaruh
aromaterapi peppermint terhadap mual dan muntah pada ibu hamil trimester I.
Dari dua hasil penelitian tersebut, peneliti akan meneliti tentang �Perbedaan
Efektifitas Pemberian Aromaterapi Lemon dan Aromaterapi Peppermint Terhadap Ibu
Hamil dengan Mual Muntah Trimester I di BPM Nina Marlina, Bogor, Jawa Barat Tahun
2020�.
Metode
Penelitian
Metode penelitian ini
menggunakan quasy eksperimen. Rancangan penelitian ini menggunakan Two
Group posttest design. Populasi penelitian ini adalah ibu hamil trimester
pertama yang mengalami mual muntah di Bidan Praktek Mandiri Nina Marlina. Tahun
2020 dari bulan januari sampai bulan Juni, ibu hamil yang mengalami mual
sebanyak 97, sehingga rata-rata populasi perbulan sebanyak 16.
Dengan pertimbangan
keterbatasan waktu sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar, maka peneliti
hanya mengambil 21%. Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan Harry King (Sugiono,
2008) Rumus Nomogram Harry King:
n = P x N
Keterangan: n = Besar Sampel
������� P = Persentase besar sampel
������� N = Jumlah Populasi
������� N = 21% x 97 = 20
Uji statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji normalitas dengan
Shapiro-wilk. Hasil uji normalitas Ingesti Lemon dan Peppermint (Sebelum) dan
(Sesudah) berdistribusi normal sehingga menggunakan uji T dependent. Jadi,
jumlah sampel atau responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 20 responden
dengan teknik purposive sampling.
Kriteria inklusi pada penelitian ini
antara lain adala ibu hamil trimester I, ibu hamil yang mengalami mual, sadar
dan kooperatif dan bersedia menjadi responden. Sedangkan untuk kriteria ekslusi
antara lain adalah ibu hamil dengan kontra indikasi terhadap aromaterapi
inhalasi peppermint dan ingesti lemon.
Instrument yang digunakan
untuk mengukur intensitas mual pada penelitian ini adalah Pregnancy
Unique Quantification of Emesis and Nausea (PUQE)-24.
Hasil dan Pembahasan
A.
Analisis Univariat
1.
Karakteristik Responden
a)
Usia
Tabel 1 Distribusi frekuensi
karakteristik responden berdasarkan usia pada ibu hamil trimester I di BPM Nina
Marlina, Bogor (n=20)
usia |
Ingesti |
Lemon |
Ingesti |
Peppermint |
|
f |
% |
f |
% |
< 20 tahun |
2 |
20% |
2 |
20% |
20-35 tahun |
6 |
60% |
6 |
60% |
>35 tahun |
2 |
20% |
2 |
20% |
Jumlah |
10 |
��� % |
10 |
100% |
Tabel 1
dapat diketahui bahwa usia responden yang diberikan perlakuan ingesti lemon
sebagian besar 20-35 tahun sebanyak 6 responden (60%) sedangkan usia responden
yang diberikan perlakuan Aromaterapi
peppermint sebagian besar juga 20-35 tahun sebanyak 6 responden (60%).
b)
Pendidikan
Tabel 2 Distribusi frekuensi
karakteristik responden berdasarkan pendidikan pada ibu hamil trimester I di
BPM Nina Marlina, Bogor (n=20)
Pendidikan |
Ingesti |
Lemon |
Ingesti |
Peppermint |
|
f |
% |
f |
% |
SD |
2 |
20% |
1 |
10% |
SMP |
2 |
20% |
5 |
50% |
SMA |
5 |
50% |
3 |
30% |
Perguruan Tinggi |
1 |
10% |
1 |
10% |
Jumlah |
10 |
100% |
10 |
100% |
Tabel 2
dapat diketahui bahwa pendidikan responden yang diberikan perlakuan ingesti
lemon sebagian besar SMA sebanyak 5 responden (50,0%) sedangkan usia responden
yang diberikan perlakuan Aromaterapi peppermint sebagian besar juga SMP
sebanyak 5 responden (50%).
c)
Pekerjaan
Pekerjaan |
Ingesti |
Lemon |
Ingesti |
Peppermint |
|
f |
% |
f |
% |
IRT |
9 |
90% |
7 |
70% |
Swasta |
1 |
10% |
2 |
20% |
Wiraswasta
|
0 |
0% |
1 |
10% |
�Jumlah |
10 |
100% |
10 |
100% |
Tabel 3 Distribusi frekuensi
karakteristik responden berdasarkan pekerjaan pada ibu hamil trimester I di BPM
Nina Marlina, Bogor (n=20)
Tabel 3 dapat diketahui bahwa pekerjaan responden yang diberikan
perlakuan ingesti lemon sebagian besar sedangkan pekerjaan responden yang
diberikan perlakuan Aromaterapi peppermint sebagian besar juga IRT sebanyak
7 responden (70%).
2.
Paritas
Tabel 4 Distribusi frekuensi
karakteristik responden berdasarkan paritas pada ibu hamil trimester I di BPM
Nina Marlina, Bogor (n=20)
|
Ingesti |
Lemon |
Ingesti |
Peppermint |
|
f |
% |
f |
% |
Primi gravida |
7 |
70% |
6 |
60% |
Multi gravida |
3 |
30% |
4 |
40% |
Jumlah |
10 |
100% |
10 |
100% |
Tabel 4 dapat diketahui bahwa paritas responden yang diberikan perlakuan
Aromaterapi ingesti lemon sebagian besar Primigravida sebanyak 7 responden
(70%) sedangkan paritas responden yang diberikan perlakuan Aromaterapi peppermint
sebagian besar juga Primigravida sebanyak 6 responden (60%).
B.
Analisis Bivariat
1. Perbedaan intensitas mual sebelum dan
sesudah diberikan aromaterapi ingesti lemon
Tabel 5 Perbedaan intensitas mual
sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi ingesti lemon pada ibu hamil
trimester I di BPM Nina Marlina, Bogor (n=10)
Intensitas mual |
Mean |
Std. Deviasi |
�� T |
�P-value |
Sebelum intervensi |
�8,80 |
�1,549 |
3,051 |
0,014 |
Sesudah intervensi |
�6,90 |
�1,101 |
����
|
|
Hasil
analisa data penelitian didapatkan bahwa intensitas mual sebelum dan sesudah
diberikan aromaterapi ingesti lemon pada ibu hamil trimester I didapatkan
intensitas mual sebelum diberikan aromaterapi ingesti lemon rata-rata sebesar
8,80 sedangkan sesudah diberikan aromaterapi ingesti lemon rata-rata mual
sebesar 6,90. Kemudian dilakukan paired t-test di dapat hasil p.value = 0,014.
hasil ini lebih kecil dari signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05 dan nilai
hasil uji t-test sebesar 3,051.
2.
Perbedaan intensitas mual sebelum dan
sesudah diberikan aromaterapi inhalasi peppermint.
Tabel 6
Perbedaan intensitas mual sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi inhalasi
peppermint pada ibu hamil trimester I di BPM Nina Marlina, Bogor (n=10)
Intensitas Mual sesudah diberikan intervensi |
Mean |
Std. Deviasi |
�T |
P- value |
Aromaterapi Lemon |
�6,90 |
1,101 |
-0,190 |
0,853 |
Aromaterapi
Peppermint |
�7,00 |
�1,155 |
����
|
|
Hasil
analisa data penelitian didapatkan bahwa intensitas mual sebelum dan sesudah
diberikan aromaterapi inhalasi peppermint pada ibu hamil trimester I didapatkan
intensitas mual sebelum diberikan aromaterapi inhalasi peppermint rata-rata
sebesar 8,90 sedangkan sesudah diberikan aromaterapi inhalasi pepermint
rata-rata mual sebesar 7,00.
Kemudian dilakukan paired t-test di dapat hasil p.value = 0.007. hasil
ini lebih kecil dari signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05 dan nilai hasil
uji t-test sebesar 3,475.
3. Perbedaan intensitas mual pada
kelompok aromaterapi inhalasi Lemon dan inhalasi Peppermint
Tabel 7 Perbedaan intensitas mual pada kelompok aromaterapi
inhalasi Lemon dan inhalasi Peppermint pada ibu hamil trimester I di BPM Nina
Marlina, Bogor (n=20)
Intensitas mual |
Mean |
Std. Deviasi |
�� T |
�P- value |
Sebelum intervensi |
�8,90 |
�0,738 |
3,475 |
0,007 |
Sesudah intervensi |
�7,00 |
�1,155 |
����
|
|
Hasil
analisa data penelitian didapatkan bahwa intensitas mual pada kelompok
aromaterapi inhalasi Peppermint dan Ingesti Lemon pada ibu hamil trimester I di
BPM Nina Marlina, Bogor didapatkan Intensitas mual sesudah diberikan
Aromaterapi ingesti Lemon rata-rata mual sebesar 6,90 sedangkan sesudah
diberikan Aromaterapi Inhalasi Peppermint rata-rata mual sebesar 7,00. Kemudian
dilakukan paired t-test di dapat hasil p.value = 0.853. hasil ini lebih besar
dari signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05 dan nilai hasil uji t-test sebesar
-0,190 yang ada perbedaan intensitas mual sesudah diberikan aromaterapi ingesti
lemon dan sesudah diberikan aromaterapi inhalasi peppermint pada ibu hamil
trimester I di BPM Nina Marlina, Bogor.
Berdasarkan
Tabel 1 dapat diketahui bahwa mayoritas responden pada kedua kelompok
intervensi berusia 20-35 tahun sebanyak 6 orang (60%). Kondisi ibu hamil yang
sudah matang secara fisik dan psikologis tidak bisa dijadikan penentu bahwa
mual muntah akan jarang terjadi, namun justru sebaliknya.
Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Cholifah
& Nuriyanah, 2019) yang menyebutkan bahwa persentase
jumlah responden yang mengalami mual muntah terbanyak pada rentang usia 20-35
tahun yaitu sebanyak 89%.
Berdasarkan Tabel 2 hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (50,0%) berpendidikan SMP
dan SMA. Pengetahuan yang diperoleh pada tingkat SMP dan SMA terbatas hanya pada
pengetahuan yang berhubungan dengan reproduksi manusia saja. Penanganan untuk
mual muntah saat kehamilan membutuhkan pengetahuan lebih banyak seperti terapi
komplementer dengan aromaterapi.
Hal ini menjadikan
tingginya kejadian mual muntah pada ibu hamil yang berpendidikan setingkat SMP
dan SMA. Tingkat pendidikan seorang wanita yang baik juga akan mempengaruhi
bagaimana ia menyikapi proses kehamilan yang sedang dihadapi.
Menurut Notoatmodjo dalam
(Sujik
Nuryanti, 2016) Pendidikan merupakan upaya
berperilaku dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberi informasi,
memberikan kesadaran pada sekelompok orang atau individu.
Pendidikan juga
memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia dalam membuka pikiran untuk menerima
hal-hal baru dan berfikir secara alamiah. Pada prinsipnya, pendidikan adalah
proses untuk membentuk seseorang menjadi pribadi yang mandiri dan mampu
melakukan analisis terhadap apa yang dihadapinya.
Berdasarkan Tabel 3 hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar responden (90%) bekerja sebagai IRT, sehingga
responden lebih sering beraktivitas di rumah dibandingkan dengan pekerjaan yang
lain, sehingga ibu rumah tangga lebih mudah merasa bosan. Wanita yang rentan
terhadap masalah dengan distres emosional menambah ketidaknyamanan fisik
sehingga membuat mual muntah menjadi lebih berat (Tiran, 2009 dalam (Sarwinanti
& Istiqomah, 2019).
Berdasarkan Tabel 4
Kejadian mual dan muntah juga
dapat dipengaruhi oleh faktor paritas ibu hamil yang sebagian besar primigravida
(70%). Hal ini sesuai dengan pendapat Winkjosastro, 2007 (dalam (Andriani
& Purwati, 2017) yang mengungkapkan bahwa ibu
primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan khorionik
gonadotropin. Peningkatan hormon ini membuat kadar asam lambung meningkat,
hingga muncullah keluhan rasa mual. Keluhan ini biasanya muncul di pagi hari
saat perut ibu dalam keadaan kosong dan terjadi peningkatan asam lambung.Hasil
ini didukung oleh penelitian (Umboh
et al., 2014) dalam (Andriani
& Purwati, 2017) yang menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna antara paritas dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu
Hamil di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa Induk.
Berdasarkan Tabel 5
menunjukkan bahwa hasil p.value = 0,014. hasil ini lebih kecil dari signifikansi yang ditetapkan yaitu
0,05 dan nilai hasil uji t-test sebesar 3,051 yang berarti ada perbedaan antara
intensitas mual sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi ingesti lemon pada
ibu hamil trimester I di BPM Nina Marlina.
Penelitian ini sejalan
dengan penelitian Maternity, Ariska dan Sari (2017) yang menyatakan bahwa
adanya penurunan intensitas mual muntah dengan rata-rata nilai sebelum
intervensi sebesar 24,67 dan setelah intervensi sebesar 17,87. Penurunan mual
muntah tersebut dikarenakan pada aromaterapi lemon mengandung linalil asetat
yang merupakan senyawa ester yang terbentuk melalui penggabungan asam organik
dan alkohol. Ester sangat berguna untuk menormalkan keadaan emosi serta keadaan
tubuh yang tidak seimbang, dan juga memiliki khasiat sebagai penenang serta
tonikum, khususnya pada sistem saraf (Wiryodidagdo, 2008 dalam (Sarwinanti
& Istiqomah, 2019).
Berdasarkan Tabel 6
menunjukkan bahwa hasil p.value = 0.007. hasil ini lebih kecil dari
signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05 dan nilai hasil uji t-test sebesar
3,475 yang berarti ada perbedaan intensitas mual sebelum dan sesudah diberikan
aromaterapi ingesti lemon pada ibu hamil trimester I di BPM Nina Marlina,
Bogor.
Penurunan intensitas mual
sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi inhalasi peppermint ini sesuai dengan
teori bahwa peppermint (daun mint) diketahui bisa menjadi obat yang aman dan efektif untuk
mengobati mual dan muntah pada ibu hamil (elshabrina, 2013, dalam (Sujik
Nuryanti, 2016).
Hasil penelitian sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspita, 2012 dalam (Kartikasari
et al., 2017)�
di BPS Varia Mega Lestari S.ST.,M.Kes Batu puru Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan diketahui bahwa ibu hamil yang mengalami mual muntah
setelah dilakukan pemberian aromaterapi pappermint inhalasi terdapat penurunan
yang signifikan. Hal ini dapat dilihat bahwa mean total frekuensi mual sebelum
pemberian aromaterapi
pappermint adalah didapatkan frekuensi mual 4,53 dan sesudah pemberian
aromaterapi pappermint adalah 3,13 dengan nilai p-value 0,000, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pemberian aromaterapi pappermint secara inhalasi mempunyai
pengaruh terhadap mual muntah pada kehamilan.
Berdasarkan Tabel 7 hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan intensitas mual pada kelompok
Aroamterapi ingesti lemon dan Aromaterapi inhalasi peppermint. Intensitas mual
sesudah diberikan aromaterapi
ingesti lemon rata-rata sebesar 6,90 sedangkan sesudah diberikan aromaterapi
inhalasi peppermint rata-rata mual sebesar 7,00. Hal ini menunjukkan bahwa Aromaterapi inhalasi
peppermint lebih efektif mengurangi mual pada ibu hamil dibandingkan
Aromaterapi ingesti lemon.
Sesuai dengan teori
Alankar, Shrivastava, 2009 dalam (Kartikasari
et al., 2017) pappermint sebagai perasa dingin,
kandungan menthol dengan rasa dingin, mampu memberikan rasa dingin sejuk pada
permukaan kulit yang dioleskan maupun diuapkan aromaterapi tersebut. Sedangkan
jeruk lemon juga memiliki aroma yang menyejukkan dan memberikan efek kesegaran.
Minyak lemon berguna untuk mengobati rasa mual, mengatasi perut kembung,
mengobati kepala pusing, mengencerkan dahak serta membangkitkan selara makan
(Jaelani, 2009, dalam (Sujik
Nuryanti, 2016).
Hal ini sejalan dengan
hasil penelitian (Kia
& Safajou, 2014) dalam (Dewi
& Safitri, 2018) yang menjelaskan bahwa minyak esensial
disiapkan membentuk kulit lemon dan metode destilasi pelarut dan minyak almond
digunakan sebagai minyak pembawa.
Aromaterapi pappermint
banyak dimanfaatkan untuk mengatasi Morning sickness atau mual muntah dalam
kehamilan diperlukan 2-3 tetes aromaterapi pappermint yang dihirup saat rasa
mual dapat memberikan pertolongan pertama. Dengan menghirup aromaterapi
pappermint secara teratur dengan dosis yang ditentukan akan berinteraksi dengan
senyawa yang ada pada pappermint dengan sistem pencernaan ibu hamil. Kandungan
anti mual yang ada pada aromaterapi pappermint memberikan sensasi rileks,
tenang dan menyegarkan sehingga mampu menurunkan rangsangan otonom dengan
berkurangnya produksi saliva dan mengurangi reaksi mual serta tidak berlanjut muntah
pada ibu hamil. (Ana Soumy, 2010, dalam (Kartikasari
et al., 2017).
Hasil penelitian juga
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dwi Rukma Santi pada tahun 2013
dalam (Sari,
2018) tentang Pengaruh Aromaterapi Blended
Peppermint dan Ginger Oil terhadap Rasa Mual Pada Ibu Hamil Trimester Satu
menunjukan aromaterapi peppermint efektif menurunkan rasa mual pada ibu hamil
trimester I.
Kesimpulan
Berdasarkan karakteristik responden sebagian besar responden berusia
20-35 tahun, berpendidikan SMP dan SMA, pekerjaan sebagai IRT, dan paritas
rata-rata Primigravida
Intensitas mual sebelum diberikan aromaterapi ingesti lemon rata-rata
sebesar 8,80 sedangkan sesudah diberikan aromaterapi ingesti lemon rata- rata
mual sebesar 6,90.
Intensitas mual sebelum diberikan aromaterapi inhalasi peppermint
rata-rata sebesar 8,90 sedangkan sesudah diberikan aromaterapi inhalasi
pepeprmint rata-rata mual sebesar 7,00.
Ada perbedaan sebelum dan sesudah diberikan ingesti lemon terhadap
penurunan rasa mual pada ibu hamil trimester pertama dengan nilai ρ value
sebesar 0,014.
Ada perbedaan sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi inhalasi
peppermint terhadap penurunan rasa mual pada ibu hamil trimester pertama dengan
nilai ρ value sebesar 0,007 Tidak ada perbedaan intensitas mual antara
kelompok Aromaterapi ingesti lemon dengan inhalasi peppermint dengan nilai
ρ value sebesar 0,853.
BIBLIOGRAFI
Andriani, A., & Purwati, Y.
(2017). Pengaruh Aromaterapi Peppermint terhadap Kejadian Mual dan Muntah
pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas Mlati II Sleman Yogyakarta.
Astriana, A., Putri, R. D., &
Aprilia, H. (2015). Pengaruh Lemon Inhalasi Aromatherapy Terhadap Mual Pada
Kehamilan di BPS VARIA MEGA LESTARI S. ST., M. Kes Batupuru Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2015. Jurnal Kebidanan Malahayati, 1(3).
Cholifah, S., & Nuriyanah, T. E.
(2019). Aromaterapi Lemon Menurunkan Mual Muntah pada Ibu Hamil Trimester I. Jurnal
Kebidanan Midwiferia, 4(1), 36�43.
Dewi, W. S., & Safitri, E. Y.
(2018). Pengaruh Aromaterapi Lemon terhadap Emesis Gravidarum di Praktik
Mandiri Bidan Wanti Mardiwati. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 17(3),
4�8.
Kartikasari, R. I., Ummah, F., &
Taqiiyah, L. B. (2017). Aromaterapi Pappermint untuk Menurunkan Mual dan Muntah
pada Ibu Hamil. Surya, 09(02), 37�44.
Khasanah, Y. Y. (2020). Hubungan
Pengetahuan Gizi Ibu Hamil Dengan Peningkatan Berat Badan Selama Kehamilan. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(6), 233�239.
Kia, P. Y., & Safajou, F. S.
(2014). M. dan Nazemiyeh, H.(2014). The Effect of Lemon Inhalation Aromatherapy
on Nausea and Vomiting of Pregnancy: A Double-Blinded, Randomized Controlled
Clinical Trial. Iranian Red Crescent Medical Journal, 16(3),
e14360.
Maternity, D. (2017). Inhalasi Lemon
Mengurangi Mual Muntah pada Ibu Hamil Trimester Satu. Jurnal Ilmiah Bidan,
2(3), 10�15.
Nuryanti, S. (2016). Efektifitas
Aromaterapi Inhalasi Peppermint Dan Ingesti Lemon Terhadap Penurunan Mual Pada
Ibu Hamil Trimester Pertama Di BPM Ny. Marminah Purwodadi. Karya Ilmiah.
Sari, Z. E. D. (2018). Perbedaan
Efektivitas Pemberian Essensial Oil Peppermint dan Aroma Terapi Lavender
terhadap Intensitas Mual dan Muntah pada Ibu Hamil Trimester I di Puskesmas
Baso Kabupaten Agam Tahun 2017. Menara Ilmu, 12(4).
Sarwinanti, S., & Istiqomah, N.
A. (2019). Perbedaan aromatherapi lavender dan lemon untuk menurunkan mual
muntah ibu hamil. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah, 15(2),
185�195.
Statistik, B. P. (2011). Profil
Kesehatan Indonesia 2011. BPS: Provinsi Jawa Tengah.
Sugiono, A. (2008). Panduan
Praktis Dasar Anlisa Laporan Keuangan. Gramedia Widiasarana.
Sujik Nuryanti, R. & E. (2016). Efektifitas
Aromaterapi Inhalasi Peppermint Dan Ingesti Lemon Terhadap Penurunan Mual Pada
Ibu Hamil Trimester Pertama Di BPM Ny.Marminah Purwodadi. Ilmu Keperawatan
Dan Kebidanan, 1�11.
Tiran, D. (2008). Mual Dan Muntah
Kehamilan Seri Asuhan Kebidanan.
Umboh, H. S., Mamuaya, T., &
Lumy, F. S. N. (2014). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan kejadian
hiperemesis gravidarum di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa. JIDAN
(Jurnal Ilmiah Bidan), 2(2).
�
Copyright
holder: Siti Rizco Khadijah, Nurul
Husnul Lail, Dewi Kurniawati (2020) |
First publication
right: Jurnal Health Sains |
|