Jurnal Health Sains: p�ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398�����

Vol. 2, No. 7, Juli 2021

 

PRILAKU HOMOSEKSUAL KOMUNITAS MUA BANJARMASIN DAN KOMUNIKASI PERSUASIF SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL MELALUI PENYULUHAN KESEHATAN

 

Arizal, Gita, Irwansyah, Iib Kurnianti, Marhaeni Fajar Kurniawan

Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari, Indonesia

Email[email protected], [email protected], [email protected], iibkurnianti2gmail.com, [email protected]

 

INFO ARTIKEL

ABSTRAK

Diterima

5 Juli 2021

Direvisi

15 Juli 2021

Disetujui

25 Juli 2021

Homoseksual termasuk kata yang tabu diucapkan namun banyak dilakoni sebagian masyarakat. Banyak yang terjerumus dengan prilaku menyimpang tersebut dikarenakan faktor lingkungan sekitar. Perilaku homoseksual juga sangat erat kaitannya dengan HI-Aids. Penulis merasa perlu melakukan pendekatan secara personal untuk mengetahui lebih jauh tentang kehidupan kaum homoseksual yang ada di Banjarmasin dan penyakit menular seksual yang membayangi mereka dengan tujuan agar tidak berkembangluasnya perilaku seksual menyimpang tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui penyebab terjadinya prilaku seks menyimpang pada komunitas MUA Banjarmasin dan bentuk pencegahan dengan penyuluhan kesehatan tentang bahaya prilaku seks meyimpang. Jenis penelitian ini deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan memang sudah terjadi perilaku seks menyimpang sesama jenis pada komunitas MUA Banjarmasin. Mereka sangat mengetahui resiko penyakit yang dihadapi ketika berhubungan sesama jenis, namun mereka beranggapan penyakit datangnya dari diri sendiri selama bisa menjaga diri maka bisa mengurangi resiko penularan. Kesimpulannya beberapa faktor pemicu terbentuknya perilaku seks sesama jenis karena faktor lingkungan, kesalahan dalam pola asuh orang tua, interaksi berlebihan sesama jenis, dan stress akibat tekanan kerja. Untuk menyadarkan perilaku menyimpang anggota komunitas MUA Banjarmasin perlu dilaksankan penyuluhan kesehatan sebagai bentuk komunikasi. Model penyuluhan yang bisa dilaksanakan adalah komunikasi dua arah seperti tanya jawab atau diskusi.

 

ABSTRACT

Homosexual is a taboo word that is spoken by many people. This deviant behavior due to environmental factors. Homosexual behavior is also closely related to HI-Aids. The authors feeling need t take a personal approach to find out more about the lives of homosexuals in Banjarmasin and the sexually transmitted diseases that overshadow them in order to prevent the spread of deviant sexual behavior. This study aims to determine the causes of deviant sexual behavior in the MUA Banjarmasin community and forms of prevention with health education about the dangers of deviant sexual behavior. This type of research is descriptive with a qualitative approach. The research respondents were the MUA community in Banjarmasin city and carrier out in June 2021. The result showed that same-sex deviant sexual behavior had occurred in the MUA Banjarmasin community. They are very aware of the diseases risk faced when having sex with the same-sex. But they think the diseases comes from themselves as long as they can take care of themselves so they can reduce the transmission risk. Researchers conclude that several factors trigger the formation of same-sex sexual behavior due to environmental factors, errors in parenting patterns, excessive same-sex interactions, and stress due to work pressure. To raise awareness of the deviant behavior of members Banjarmasin MUA community, it is necessary to carry out health education as a form of communication. The extension model that can be implemented is two-way communication such as question and answer of discussion.

Kata Kunci:

Homoseksual; MUA; HIV-Aids

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keywords:

Homosexua; MUA; HIV-Aids



Pendahuluan

Siapa yang tak tahu dengan profesi penata rias atau yang kerap disebut sebagai makeup artist (MUA)? Pada masyarakat urban modern, profesi ini cukup menjanjikan, mengingat kebutuhan seni tata rias yang makin hari makin meningkat. Perias atau MUA adalah orang-orang yang melakoni jasa merias wajah untuk berbagai keperluan, seperti pemotretan, wisuda, pesta pernikahan, hingga show panggung.

Seorang MUA profesional memiliki ciri khas tertentu dalam setiap goresan karya seninya di wajah klien. Bukan hanya diperlukan cita rasa yang tinggi akan seni merias wajah, seorang MUA juga harus memiliki skill detail yang harus terus diasah, kosmetik yang terbilang mahal serta beauty tools profesional juga merupakan poin penting yang mendukung pekerjaan seorang makeup artist. Oleh karena itu, seorang makeup artist kerap kali membandrol biaya yang tidak murah untuk sekali riasan.

Jika kita perhatikan, makeup bukan sekedar goresan untuk mempercantik wajah. Namun peran makeup juga mendukung majunya industri lain, seperti industri perfilman, industri fashion, fotografi, dan banyak lagi. Hal inilah yang membuat makeup begitu akrab dengan dunia lifestyle yang glamour.� Di Indonesia sendiri, bukan hanya wanita yang menggeluti dunia tata rias. Peran pria di industri kecantikan juga luar biasa. Selain menjadi orang-orang di balik formula produk kecantikan, banyak pula yang bergerak di bidang layanan jasa makeup artist.

Bicara soal peran pria dalam industri makeup, sebenarnya bukan hal baru seorang pria menjadi penata rias, namun baru akhir-akhir ini dengan gencarnya sosial media, para MUA laki-laki (male MUA) banyak disorot karena kebutuhan promosi. Mengingat masih adanya pandangan stereotip dan stigma negatif tentang pria yang menjadi MUA, salah satunya, kerap dikaitkan dengan dunia homoseksual.

Sebuah artikel yang di tulis JPPN.com pada februari 2016 menguatkan persepsi negatif bahwa pria yang berprofesi sebagai MUA adalah mayoritas kaum homoseksual. Seorang pria bernama Lucky (nama samaran) adalah seorang pria yang secara fisik terlihat normal seperti pria kebanyakan. Berkemeja rapi, maskulin dan berparas tampan dengan jenggot tipis di rahangnya. Namun maskulinitasnya mendadak hilang ketika ia berkumpul dengan teman komunitasnya. Nama Lucky sangat terkenal di kalangan selebritas Indonesia sebagai MUA kelas atas. Banyak artis yang mempercayakan wajah mereka pada goresan tangan Lucky.

Lucky mengaku bahwa semua berawal dari kakak kelasnya sewaktu SMA, seorang pria bernama Anto (nama samaran) yang mengajaknya bekerja di sebuah salon. Pengalaman Lucky menjadi homoseksual berawal dari sini. Anto yang juga sebagai rekan kerjanya di salon itu, mulai berani membelai rambutnya dan merabanya. Hingga suatu saat mereka mandi bersama (Lucky tidak menolak karena menganggap mandi bersama teman adalah wajar, seperti halnya ketika ia berada di pondok pesantren mandi bersama teman-teman satu asrama), Anton dengan beraninya memegang kemaluan Lucky.

Umumnya ada tiga tipe kaum homoseksual GAY, yaitu Top (mereka yang lebih kuat sisi kelaki-lakiannya), Bottom (mereka yang lebih kuat sisi femininnya), Versatile (sosok yang lebih fleksibel, memiliki sisi maskulin dan feminin). Menurut radar kaum GAY, LUCKY ini termasuk tipe Versatile. Dia memiliki sisi maskulin, tapi juga memiliki sisi feminin kalau diperhatikan lebih seksama.� Tipe Versatile memiliki kepercayaan diri dan kemampuan komunikasi yang membuat laki-laki maupun perempuan nyaman. Ini membuat dia bisa meluluhkan hati pria dan juga wanita. Ketiga tipe ini yang kemudian menjadi �kode� bagi kaum gay.

Fenomena homoseksual di kalangan MUA bukan hanya terjadi di kota-kota besar di Pulau Jawa saja. Jika kita perhatikan lebih seksama, maraknya aktifitas seksual yang menyimpang ini juga terjadi di Banjarmasin, tepatnya di kalangan MUA laki-laki di Banjarmasin (Lestari, 2012).

Seorang wanita bernama Anindita (merupakan nama samaran) yang juga berprofesi sebagai MUA di Banjarmasin, membeberkan sejumlah kisah tentang kaum gay yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. �Iya, kebanyakan dari mereka itu gay. Walaupun tidak semuanya open public dan ngaku,� kata Anindita. Beberapa teman-teman prianya yang juga berprofesi sebagai MUA sudah memiliki pasangan gay mereka sejak lama, bahkan ada yang sampai belasan tahun. Selain itu, Anindita juga menjelaskan bahwa tak sedikit dari temannya yang juga mengidap penyakit HIV-Aids, walaupun awalnya tidak mengaku, hingga akhirnya berujung pada kematian mereka di usia produktif.

Kaum homoseksual merupakan salah satu yang paling rentan dibayangi HIV-Aids. Di Banjarmasin sendiri, perkumpulan kaum homoseksual sendiri sudah beranggotakan lebih dari 3000 orang (Rahman & Iswandari, 2018) dari grup yang terbuka, belum termasuk mereka yang juga memiliki grup khusus yang tidak open public. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, penderita HIV-Aids yang ada di kota Banjarmasin ternyata sudah mencapai lebih dari 300 kasus.� Jumlah tersebut menjadikan kota Banjarmasin menempati peringkat pertama dari 13 kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan.

Untuk di tahun 2020, terjadi penambahan kasus HIV-Aids sebanyak 15-20 kasus, yang paling banyak adalah berasal dari usia produktif (Jainurakhma et al., 2021). Baru-baru ini Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin melakukan skrinning HIV untuk mencegah penambahan kasus yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem kekebalan atau imun tubuh manusia tersebut. Dilansir dari Kalimantan Post pada tahun 2020, Skrinning dilakukan kepada kaum transgender. Karena kaum transgender merupakan salah satu kelompok kunci dari penyebaran HIV.

Dilatarbelakangi permasalahan di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan pendekatan secara personal dalam penelitian ini untuk mengetahui lebih jauh tentang kehidupan kaum homoseksual yang ada di Banjarmasin dan penyakit menular seksual yang membayangi mereka dengan tujuan agar tidak berkembangluasnya perilaku seksual menyimpang tersebut di masyarakat beserta penyakit-penyakit yang bisa ditularkan. Adapun tujuan dari penulisan artikel ini adalah

a.     Mengetahui penyebab terjadinya prilaku seks menyimpang pada komunitas MUA Banjarmasin

b.    Bentuk pencegahan dengan penyuluhan kesehatan tentang bahaya prilaku seks meyimpang

Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu bentuk komunikasi persuasive. Istilah persuasi bersumber dari kata �persuasion� yang artinya membujuk, mengajak atau merayu. Pengertian persuasi menurut R. Roekomy adalah kegiatan psikologis dalam usaha mempengaruhi pendapat, sikap dan tingkah laku seseorang. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa persuasi adalah suatu kegiatan untuk mempengaruhi seseorang atau orang banyak agar berpendapat, bersikap dan bertingkah laku seperti yang diharapkan oleh komunikator (Hayadi & Awza, 2016).

Menurut Atep, setiap pelaku komunikasi, baik komunikasi persuasive dan komunikasi lainnya akan melakukan empat tindakan: membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan yang berangsur berurutan (Lubis, 2018). Muhammad Nasir mengatakan, Membentuk pesan artinya menciptakan suatu gagasan atau ide dalam benak seseorang melalui proses kerja system syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian disampaikan kepada orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain membentuk dan mengirim pesan, seseorang akan menerima pesan yang disampaikan orang lain. Pesan yang akan diterima ini akan diolah oleh system syaraf dan diinterprestasikan. Setelah itu pesan dapat menimbulkan tanggapan atau reaksi orang tersebut. Apabila ini tejadi maka orang tersebut kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru, begitu pula sebaliknya akan terus menerus terjadi secara berulang ulang.

Homoseksual sendiri, merupakan istilah yang diciptakan pada tahun 1869, dokter Dr K.M. Kertbeny yang berkebangsaan Jerman-Hongaria menciptakan istilah homoseks atau homoseksualitas (Prabowo & Asriwandari, 2016). Homo sendiri�� berasal�� dari�� kata Yunani yang berarti sama, dan seks yang berarti jenis kelamin. Istilah ini menunjukkan penyimpangan kebiasaan seksual seseorang yang menyukai jenisnya sendiri, dalam konteks ini pria yang menyukai sesama pria atau biasa dikenal gay.� Homoseksual dapat didefinisikan sebagai suatu keinginan membina hubungan romantis atau hasrat seksual dengan sesama jenis, jika sesama pria dinamakan gay, sedangkan sesama wanita disebut saja lesbian (Amran, 2019). Sebernarnya pengertian homoseksual itu meliputi 3 dimensi yaitu orientasi seksualnya yang ke sesama jenis, perilaku seksual, dan juga tentang identitas seksual diri. Jadi masalah homoseksual bukan semata perkara hubungan seksual dengan sesama jenis semata.

Perilaku homoseksual sangat beresiko tinggi terkena Infeksi Menular Seksual (IMS). Penyakit yang sering terjadi pada kalangan homoseksual adalah hepatitis B, Human Immunodeficiency Virus (HIV), sifilis, gonore dan klamidia (Niode & NN, 2016). Menurut Data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) USA tahun 2017, IMS adalah��� infeksi yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain melalui kontak seksual. Kontak seksual tersebut meliputi vaginal, oral, dan anal (Sridana & Indrayani, 2014).

 

Metode Penelitian

�� Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Kota Banjarmasin pada Komunitas MUA (Make Up Artis). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2021. Informan dalam penelitian ini adalah para Komoditas Homoseksual yang bergabung dalam komunitas MUA Banjarmasin. Cara penentuan informan tidak diarahkan pada jumlah tetapi berdasarkan pada asas kesesuaian dan kecukupan sampai mencapai saturasi data (titik jenuh). Informan dipilih dengan cara purposive sampling di mana pengambilan sampel dilakukan dengan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan informasi sesuai dengan yang dibutuhkan/diinginkan.

 

Hasil dan Pembahasan

1.     Gambaran Kehidupan Homoseksual dikalangan MUA Banjarmasin

Sebagian besar masyarakat Indonesia hanya mengakui gender laki-laki yang adalah maskulin dan gender perempuan yang adalah feminin dan diluar dari kedua gender tersebut merupakan sesuatu hal yang menyimpang. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan di Indonesia pada pasal 1 menyatakan dengan jelas bahwa perkawinan yang diakui adalah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan.�

Sterotip mengenai gender dapat dilihat melalui tampilan fisik dan psikologinya. Identifikasi penampilan laki-laki cenderung ditonjolkan dalam aspek kekuatan fisik, yaitu memiliki tubuh atletis berotot, tubuh yang kuat, terampil, tidak memakai make up, gesit, berambut pendek, dan tidak mengenakan perhiasan. Sedangkan tampilan fisik perempuan digambarkan cantik, berambut panjang, memakai make up, langsing, dan kulit halus (Saselah, 2019).� Perempuan dianggap bijaksana, sensitif, dan dapat mengasuh, sedangkan laki-laki dianggap agresif, kaku dan dominan. Hal ini menjelaskan konstruksi sosial peran gender di masyarakat harus sesuai karakteristik biologis (Nauly, 2002).

Keberadaan komunitas kaum homoseksual di Banjarmasin sebenarnya cukup tersebar di hampir semua wilayah. Mereka bisa saling menemukan satu sama lain dengan gampang melalui salah satu aplikasi pertemanan khusus untuk kaum mereka dan grup-grup Facebook (dan bukan hanya dari kalangan MUA). Jika mau menelaah secara kasat mata pun, sebenarnya kaum gay bisa dideteksi secara mudah. Mereka biasanya berkumpul di kafe-kafe tertentu untuk sekedar nongkrong atau kopi darat dengan kenalan baru mereka, meskipun kadangkala dari segi penampilan mereka tak jauh berbeda dari pria normal, karena kaum gay tidak selalu berpenampilan feminin.

Selama menjadi gay mereka juga kerap bergonta-ganti pasangan. Menurut pengakuan salah seorang responden dari komunitas MUA Banjarmasin, sekitar lebih dari 15 tahun sering bergonta-ganti pasangan. Itu terjadi ketika bekerja sebagai bartender disebuah klub malam di Surabaya. Kemudian naik jabatan menjadi PR di klub itu dan menemani tamu-tamu eksklusif klub. Dari situ banyak bertemu orang baru, dan memulai kehidupan saya sebagai gigolo gay. Itu berlangsung sekitar 3 tahun. Kemudian saya pulang ke Banjarmasin, dan memulai kehidupan baru sebagai MUA. Semua kebiasaan berganti pasangan selama di Surabaya, saya tinggalkan. Di Banjarmasin, saya bertemu dengan seseorang yang benar-benar menyayangi saya dan menerima saya apa adanya. Walaupun gay, kami sekarang hidup bersama hingga belasan tahun dan berjanji hidup bersama hingga tua nanti.

2.    Kesalahan dalam Pola Asuh Orang Tua

Pertumbuhan dan perkembangan anak mencakup aspek-aspek penting yang harus diseimbangkan dan diarahkan secara proporsional. Aspek-aspek pertumbuhan� dan� perkembangan� anak meliputi:� spiritualitas� (keimanan), fisik (jasmani),� kejiwaan� (psikis),� intelektual, emosi,� moral,� sosial,� seksual, dan ekonomi. Jika orang tua dan guru mampu menyeimbangkan aspek-aspek pendidikan tersebut, maka akan tercapai pemahaman dan penyadaran tentang bahaya yang ditimbulkan perilaku LGBT.

Responden mengatakan mereka hidup dalam lingkungan yang �keras� (berasal dari kelurga menengah ke bawah yang notabene tidak terlalu mementingkan pendidikan tinggi), keluarga memaklumi keadaan yang seperti ini. Responden adalah anak kedua dari 4 bersaudara, dan semuanya laki-laki. �Ibu saya sangat menginginkan anak perempuan, maka sewaktu kecil saya sering didandani seperti anak perempuan, karena dari semua saudara saya, sayalah yang paling memungkinkan dijadikan perempuan�.

3.    Proses Interaksi yang Berlebihan

Komunitas MUA yang berdampak pada perilaku seks menyimpang juga bermula dari proses interaksi yang berlebihan dari kalangan komunitas mereka. Mereka saling melindungi, berbagi cerita dan rahasia sehingga menimbulkan rasa nyaman satu sama lainnya. Responden mengatakan dengan pekerjaan sebagai MUA, mengharuskan menjadi pribadi yang mudah bergaul dan berkomunikasi dengan siapa saja, namun untuk urusan yang bersifat privasi seperti seks mereka hanya terbuka dengan teman terdekat dan orangnya itu-itu saja.

Proses interaksi yang terjalin antara sesama teman seprofesi MUA merupakan salah satu penyebab mereka dalam menentukan pergaulan antar sesama komunitas MUA dimana mereka saling berkomunikasi satu sama lain. Interaksi diungkapkan oleh Edwin H. Sutherland bahwa terjadinya perilaku menyimpang akibat dari proses interkasi yang melibatkan komunikasi (Budirahayu & Saud, 2020). (1). Saling melindungi; (2). Saling merahasiakan; (3). Ketidakpedulian Terjadinya peilaku menyimpang akibat dari interaksi sosial yang melibatkan proses komunikasi. Dari proses interaksi terhadap teman se profesi MUA menimbulkan unsur saling melindungi satu sama lain, saling berbagi kisah dan rahasia, dan saling peduli yang akhirnya berujung proses berperilaku menyimpang (Homoseksual).

4.    Perubahan Perilaku Akibat Stess Kerja

Stress kerja adalah suatu respon adaptif, dihubungkan oleh karakteristik dan atau proses psikologi�� individu yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi atau peristiwa yang menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik khusus pada seseorang.� Stress biasanya dianggap sebagai istilah negatif, stress dianggap terjadi karena disebabakan oleh suatu yang buruk namun tidak selalu berarti demikian karena stress yang dimaksud adalah stress kerja yang artinya suatu bentuk interaksi individu terhadap lingkungannya. Stress mempunyai dampak positif atau negative.

Gejala stress yang terkait dengan perilaku mencakup perubahan produktivitas, misalnya perubahan kebiasaan makan, meningkatnya merokok dan konsumsi�� alkohol, bicara�� cepat, gelisah, gangguan tidur dan perilaku negative lainnya. Erat kaitannya dengan pengakuan responden bahwa pemicu perilaku seks menyimpang dalam kehidupan mereka akibat tingginya tekanan kerja pada profesi sebagai seorang MUA.� Kehidupan seksual dengan pasangan adalah sebuah jalan untuk menghilangkan stress. Karena layaknya orang normal, mereka dan pasangan juga membumbui hubungan dengan saling support, cinta kasih dan hubungan timbal balik.

5.    Penyuluhan Kesehatan sebagai Upaya pencegahan perilaku Penyimpangan Homoseksual Dikomunitas MUA Banjarmasin

Penyakit menular seksual selalu membayangi aktifitas homoseksual mereka. Dalam hasil wawancara penulis, mereka menyampaikan sangat takut dengan adanya penyakit menular tersebut. Namun mereka beranggapan, penyakit itu datangnya dari diri sendiri. Aktivitas seksual yang normal pun tentu beresiko menimbulkan penyakit, jika tidak dilakukan dengan hati-hati dan sembarangan. Yang terpenting adalah, selalu jaga kebersihan diri, alat kelamin, gunakan pengaman setiap berhubungan seks (baik oral maupun anal), jangan bergonta-ganti pasangan, dan yang terpenting selalu memeriksakan diri (general check up tentu berguna untuk mendeteksi penyakit sedini).

Dalam hal ini penyuluhan kesehatan sangatlah penting bagi komunitas MUA sebagai komuntas menyuka seks sesama jenis agar lebih memahami tentang penyakit menular seksual tersebut dan dapat merubah pola hidupnya demi tercapainya hidup sehat. Menurut (Notoatmodjo, 2012), menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Penyuluhan kesehatan sebagai bentuk komunikasi persuasif sangat penting disampaikan kepada komunitas MUA Banjarmasih dalam upaya pencegahan perilaku penyimpangan homoseksual di kalangan mereka. Dalam model penyuluhannya, Komunikasi dilakukan secara interaktif dengan komunikasi dua arah yang menyenangkan. Setelah itu penulis memberikan materi kesehatan tentang bahaya prilaku homoseksual. Komunikan juga diberi kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi kepada peneliti tentang materi yang disampaikan. Pada kegiatan penyuluhan, penulis menyampaikan beberapa penyakit yang sering terjadi akibat prilaku seksual menyimpang tersebut yang dikutip dari beberapa literature kesehatan.

Buku berjudul Preventive Health Care for Men Who Have Sex with Men, dijelaskan bahwa IMS yang sering terjadi pada kalangan homoseksual adalah hepatitis B, Human Immunodeficiency Virus (HIV), sifilis, gonore dan klamidia. Prevalensi tiap infeksi berbeda-beda, namun hampir semua infeksi tersebut menunjukkan angka kejadian yang tinggi. Kebanyakan IMS tidak menimbulkan gejala klinis sehingga sulit terdeteksi. IMS dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan, mulai dari kerusakan jaringan, organ, hingga menyebabkan kematian.

a.     Hepatitis B

Menurut Andareto dalam bukunya berjudul �Penyakit Menular Disekitar Anda� Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. Penyakit ini menyerang semua umur, gender dan ras di seluruh dunia. Hepatitis B dapat menyerang dengan atau tanpa gejala hepatitis. Sekitar 5% penduduk dunia mengidap hepatitis B tanpa gejala. Hepatitis B merupakan suatu penyakit yang berbahaya, karena seseorang yang menderita penyakit ini lebih banyak tidak menunjukkan gejala yang khas, sehingga penderita akan mengalami keterlambatan diagnosis.

b.    Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Aquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV. Penderita memerlukan pengobatan dengan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus HIV di dalam tubuh agar tidak masuk ke stadium AIDS, sedangkan pendertita AIDS membutuhkan pengobatan ARV untuk mencegah terjadinya infeksi oportunistik dengan berbagai komplikasinya (RI, 2020).

c.     Sifilis

Sifilis atau disebut adalah salah satu jenis infeksi menular seksual (IMS) atau biasa disebut raja singa sebagai nama lainnya. Tanpa penanganan, maka sifilis bisa memberikan komplikasi yang serius. Jika penanganan terhadap sifilis tepat, maka mengobati sifilis untuk sembuh total akan mudah. Sifilis sendiri adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum dan dapat menular. Umumnya, penyebaran akan penyakit sifilis melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi. Bakteri penyebab sifilis juga bisa menyebar melalui cairan tubuh pengidapnya, yaitu darah selain dari hubungan intim (Tarmidi, 2021).

d.    Gonore

Kencing nanah atau gonore adalah salah satu penyakit menular seksual. Pada pria, gonore akan menimbulkan gejala berupa keluarnya nanah dari penis. Selain itu, penderita gonore akan merasakan perih saat buang air kecil.� Berbeda dengan gonore pada pria, jika terjadi pada wanita gonore bisa tidak menimbulkan gejala. Penyakit gonore dapat sembuh dalam beberapa hari, jika diberikan pengobatan yang tepat dan segera.

Penyebab gonore adalah infeksi bakteri Neisseria Gonorrhoeae. Bakteri ini paling sering menular melalui hubungan intim, termasuk seks oral dan seks anal. Seseorang lebih mudah terkena gonore apabila sering bergonta-ganti pasangan seks atau bekerja sebagai pekerja seks. Gonore dapat terjadi pada pria maupun wanita, namun gejala yang muncul pada pria dan wanita berbeda. Gejala utama gonore yang muncul pada pria berupa keluarnya nanah dari penis dan rasa sakit saat buang air kecil. Sedangkan pada wanita, gonore sering kali tidak menimbulkan gejala. Di samping itu, gonore juga dapat terjadi pada bayi akibat tertular dari ibunya selama proses persalinan. Bayi yang terkena gonore akan mengalami keluhan pada mata (Abdullah, 2021).

 

Kesimpulan

Hubungan sesama jenis di komunitas MUA Banjarmasin terjadi cukup signifikan. Mereka memang tidak berganti-ganti pasangan, namun sebagian dari mereka sudah hidup bersama layaknya suami istri selama bertahun-tahun.

Berdasarkan penjabaran dalam tulisan ini disimpulkan beberapa faktor pemicu terbentuknya perilaku sek sesama jenis. Pertama faktor lingkungan, kedua kesalahan dalam pola asuh orang tua, ketiga interaksi berlebihan sesama jenis, dan keempat stress kerja berat.

Berada di lingkungan keluarga dengan pendidikan menengah ke bawah memandang perilaku penyuka sesama jenis adalah hal lumrah, sehingga tidak ada penolakan dari pihak keluarga atas tindakan tersebut.

Kemudian, pola asuh memperlakukan anak laki-laki berdandan ala wanita juga menyebabkan tindakan penyuka sesama jenis terjadi pada saat si anak sudah dewasa. Berikutnya kedekatan dan interaksi berlebihan seperti saling melindungi, berbagi cerita dan rahasia yang berujung menciptakan rasa nyaman di antara dua laki-laki menyebabkan perilaku seks menyimpang juga dapat tercipta. Terakhir, stress akibat tekanan kerja turut menjadi salah satu penyebab munculnya perilaku seks menyimpang yang terjadi di komunitas MUA Banjarmasin.

Komunitas MUA Banjarmasin sangat mengetahui resiko penyakit yang mereka hadapi ketika berhubungan sesama jenis. Mereka juga punya rasa takut dengan penyakit tersebut, namun mereka beranggapan penyakit itu datangnya dari diri sendiri. Selama bisa menerapkan pola hidup bersih maka resiko terpapar penyakit berkurang.

Selain itu, untuk menghindari penyakit mereka selalu menggunakan pengaman setiap berhubungan seks, tidak gonta-ganti pasangan, dan rutin cek kesehat. Beberapa resiko penyakit yang bisa menimpa pelaku hubungan sesama jenis adalah hepatitis B, Human Immunodeficiency Virus (HIV), sifilis, gonore dan klamidia.

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Abdullah, A. D. (2021). Implementasi Pembinaan Keagamaan Dalam Proses Rehabilitasi Pecandu Narkoba Di Yayasan Bahrul Maghfiroh Malang. Universitas Muhammadiyah Malang. Google Scholar

 

Amran, A. (2019). Lesbian, Guy, Biseksual Dan Transgender (Lgbt) Sebagai Penyakit Sosial. Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Fdik Iain Padangsidimpuan, 1(2), 209�230. Google Scholar

 

Budirahayu, T., & Saud, M. (2020). The Promotion Of Multicultural Education In Schools: A Study Of Teaching Multidisciplinary Courses In Indonesian Schools. International Journal Of Innovation, Creativity And Change, 13(3), 36�47. Google Scholar

 

Hayadi, N., & Awza, R. (2016). Komunikasi Persuasif Tim Tasykil Jamaah Tabligh Dalam Menyampaikan Dakwah Dikalangan Warga Muslim (Studi Di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru). Riau University. Google Scholar

 

Jainurakhma, J., Koerniawan, D., Supriadi, E., Frisca, S., Perdani, Z. P., Zuliani, Z., Budiono, B., Malisa, N., Rantung, G. A. J., & Windahandayani, V. Y. (2021). Dasar-Dasar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam Dengan Pendekatan Klinis. Yayasan Kita Menulis. Google Scholar

 

Lestari, G. (2012). Fenomena Homoseksual Di Kota Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta. Google Scholar

 

Lubis, S. (2018). Pola Komunikasi Personal Melalui Pendekatan Nilai-Nilai Islami Dalam Upaya Pencegahan Terhadap Perilaku Transgender. Network Media, 1(2). Google Scholar

 

Nauly, M. (2002). Konflik Peran Gender Pada Pria: Teori Dan Pendekatan Empirik. Konflik Peran Gender Pada Pria: Teori Dan Pendekatan Empirik. Google Scholar

 

Niode, N. J., & Nn, J. (2016). Pencegahan Dan Tatalaksana Infeksi Menular Seksual Serta Infeksi Human Immunodeficiency Virus (Hiv) Pada Laki-Laki Yang Berhubungan Seksual Dengan Laki-Laki.

 

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Google Scholar

 

Prabowo, D. A., & Asriwandari, H. (2016). Latar Belakang Sosiologis Dalam Terbentuknya Pola Perilaku Homoseksual Gay (Studi Kasus Di Kota Pekanbaru). Riau University. Google Scholar

 

Rahman, R. T. A., & Iswandari, N. D. (2018). Dinamika Penyimpangan Seksual Pada Remaja Lelaki. Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 9(2), 494�503. Google Scholar

 

Ri, K. (2020). Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19)�. Kemenkes Ri, 0�115. Google Scholar

 

Saselah, M. R. (2019). Pemaknaan Khalayak Terhadap Fenomena Identitas Androgini Di Media Sosial. Universitas Kristen Indonesia. Google Scholar

 

Sridana, M. E., & Indrayani, A. W. (2014). Karakteristik Pasien Infeksi Menular Seksual (Ims) Pada Puskesmas Ii Denpasar Selatan Periode Januari�Juni Tahun 2012. Jurnal Medika Udayana, 3(12), 1�9. Google Scholar

 

Tarmidi, D. (2021). The Influence Of Product Innovation And Price On Customer Satisfaction In Halodoc Health Application Services During Covid-19. Turkish Journal Of Computer And Mathematics Education (Turcomat), 12(8), 1716�1722. Google Scholar

 

 

 

 

 


Copyright holder:

Arizal, Gita, Irwansyah, Iib Kurnianti, Marhaeni Fajar Kurniawan (2021)

 

First publication right:

Jurnal Health Sains

 

This article is licensed under:

���������������������������������������������������������������������