Wahyudin, Kunnati
STIKes
Mahardika Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
info
artikel |
abstrak |
Hanya menggunakan AIJ: Tanggal diterima Tanggal revisi Tanggal yang diterima |
Gagal
ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan
metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur
ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik
uremik) dalam darah yang dapat mengakibatkan pruritus, mengganggu kondisi
emosional dan konsep diri sehingga mempengaruhi semua pikiran, keyakinan, dan
kepercayaan yang merupakan pengetahuan individu tentang dirinya yang dapat
mengubah hubungan individu dengan orang lain. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan kejadian pruritus dengan konsep diri pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit Pelabuhan Kota
Cirebon. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit
Pelabuhan Kota Cirebon sebanyak 45 orang dan pengambilan sampel menggunakan
metode total sampling sebanyak 45 orang. Analisa data dilakukan dengan
menggunakan analisa univariat dengan persentase dan analisa bivariat dengan
uji chi square (χ2 ). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian
responden yaitu 18 orang (40%) mengalami pruritus berat dan lenih dari
sebagian responden yaitu 26 orang (57,8%) memiliki konsep diri positif. Hasil
uji statistik diperoleh ρ value (0,004) < α (0,05) menunjukkan
bahwa Ha diterima artinya terdapat hubungan antara kejadian pruritus dengan
konsep diri pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di
Rumah Sakit Pelabuhan Kota Cirebon (p = 0,004, α = 0,05). Diharapkan
petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan (care giving) berupa edukasi dan
konseling guna mempertahankan konsep diri positif dan meningkatkan konsep
diri positif. |
Kata kunci: Incidence of Pruritus, Chronic Renal Failure,
Hemodialysis |
Pendahuluan
Gagal ginjal kronik yang mendapatkan
terapi pengganti (USRDS), jumlah pasien yang menjalani dialysis di Amerika
Serikat pada akhir 1997 mencapai 300 ribu orang dan lebih dari 191 ribu orang
diantaranya menjalani hemodialisis (Black & Hawks, 2014). Sedangkan di
Indonesia, menurut PERNEFRI (Perhimpunana Nefrologi Indonesia) pada tahun 2011
penderita CKD mencapai jumlah 70.000 orang dan keseluruhan membutuhkan
hemodialisis.
Berdasarkan hasil riset kesehatan
dasar tahun 2018 diperoleh prevalensi penyakit ginjal kronis (permil) ≥
15 tahun berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 2,0%
per mil dan meningkat pada tahun 2018 sebesar 3,8% per mil. Proporsi pernah
atau sedang cuci darah pada penduduk berumur ≥ 15 tahun yang pernah
didiagnosis penyakit gagal ginjal kronis sebesar 19,3% pada tahun 2018.
Sedangkan di provinsi Jawa Barat prevalensi penyakit ginjal kronis (permil)
≥ 15 tahun berdasarkan diagnosis dokter sebesar sekitar 4,0% (Kemenkes
RI, 2018).
Salah satu gejala yang paling sering
dialami oleh pasien PGK adalah pruritus. Dialysis Outcomes and Practice Pattern
Study (DOPPS) melaporkan bahwa 42% pasien hemodialisis, mengalami pruritus.
Beberapa penelitian lain melaporkan bahwa pruritus terjadi pada 41.9% sampai
67% pasien pasien yang mengalami penyakit ginjal stadium akhir yang menjalani
hemodialisis. Simanungkalit pada tahun 1999 dalam Riza (2012) melaporkan bahwa
pruritus terjadi pada 40,1% pasien hemodialisis di beberapa rumah sakit di
Medan, sedangkan Riza (2012) melaporkan bahwa pruritus terjadi pada 70,5%
pasien hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Pruritus uremikum telah dilaporkan
memberikan dampak pada kualitas hidup dan tidur, yang merupakan dampak yang
buruk yang dialami oleh pasien-pasien yang menjalani hemodialisis jangka
panjang. Laporan DOPPS dan sebuah penelitian yang besar di Jepang menunjukkan
bahwa gatal yang diakibatkan penyakit ginjal kronik menginduksi terjadinya
depresi dan meningkatkan mortalitas. Di sisi lain, penatalaksanaan pruritus
uremikum juga masih merupakan masalah yang menyebabkan frustrasi bagi para
nefrologis (Black & Hawk, 2014).
Pasien dengan penyakit ginjal stadium
lanjut hampir semua memiliki minimal satu gangguan dermatologis dan perubahan
kulit serta kuku, yang dapat terjadi sebelum atau setelah dialisa atau
tranplantasi. Beberapa mengatakan bahwa manifestasi kulit ini disebabkan oleh
proses patologis mendasar yang disebabkan penyakit ginjal, sementara yang lainnya
percaya bahwa perubahan kulit ini berhubungan dengan keparahan dan durasi gagal
ginjal. Manifestasi kulit yang paling umum timbul pada penyakit gagal ginjal
kronik adalah pruritus (Smeltzer & Bare, 2013).
Penelitian lainnya dilakukan oleh
Widiana dalam Prasetya (2009) di RSCM Jakarta menunjukkan bahwa 71,4% pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa secara rutin ternyata mengalami
pruritus. Sedangkan Patel dalam Wahyuni (2019) menyatakan bahwa prevalensi
pruritus yang berhubungan dengan dialisis berkisar antara 22%- 90%, prevalensi
berkurang karena adanya perbaikan dari teknik dan manajemen pruritus.
Pruritus pada pasien dengan gagal
ginjal atau yang sedang menjalani hemodialisis akan mengeluh sangat gatal,
terlihat banyak ekskoriasi, mengalami gangguan tidur, depresi, sangat sensitif,
kualitas hidup yang rendah bahkan dapat bunuh diri. Terapi hemodialisis
membutuhkan waktu 4- 5 jam akan menyebkan kelelahan fisik, seperti sakit
kepala, serta tekanan darah yang menurun menyebabkan kerigat dingin pada
pasien. Hemodialisis juga mempengaruhi keadaan pasien secara psikologis.
Permasalahan psikologis yang dialami penderita penyakit ginjal kronik
ditunjukkan dari awal individu didiagnosa gagal ginjal kronik. Beberapa
individu merasa frustasi, marah, putus asa, dan merasa tidak percaya akan
diagnosis dokter. Pada beberapa individu mengaku diliputi rasa cemas, khawatir,
dan adanya perasaan takut mati. Beberapa individu juga enggan melakukan
aktivitas dikarenakan merasa sudah tidak berguna, mengalami penurunan nafsu
makan, gangguan tidur, serta penurunan minat sosial dikarenakan penyakit yang
dialami. Semenjak divonis gagal ginjal beberapa individu merasa hidupnya berada
dalam ketidakberuntungan, tidak memilki harapan, sensitif terhadap saran dan
kritik (Romadhoni, 2013). Hal tersebut yang menjadi alasan atau penyebab
seorang penderita gagal ginjal kronik akan kebingungan dalam menentukan konsep
dirinya serta menjadi kurang memiliki makna hidup.
Konsep diri yang positif pada
penderita gagal ginjal kronis membuat penderita lebih mampu menerima keadaan
dirinya, memberikan penghargaan yang layak bagi dirinya, tidak mudah putus asa
dan menyalahkan diri, terbuka dengan orang lain baik keluarga maupun lingkungan
sosialnya, tetap optimis dan berjuang menjalani kehidupan walaupun kondisi
tubuhnya melemah sehingga akan jauh dari kecemasan dan perasaan tertekan yang
dapat meningkatkan terjadinya depresi. Sedangkan konsep diri yang negatif akan
menyebabkan individu mengalami kecemasan yang terus-menerus ketika menghadapi
suatu masalah yang tidak dapat diterimanya dengan baik. Keadaan tersebut akan
mengikis harga dirinya dan menimbulkan kekecewaan emosional yang sangat parah,
menutup diri dan menghindar ketika dituntut harus berinteraksi dengan orang
lain, tidak memiliki pertahanan psikologis yang mampu menjaga harga dirinya,
merasa terasing dan malang karena keadaannya yang dapat meningkatkan terjadinya
depresi (Ritandiyono dan Retnaningsih, 2007).
Penelitian Caninsti (2013) di unit
hemodialisa RSAL Mintoharjo Jakarta menyatakan bahwa pasien gagal ginjal kronis
yang menjalani terapi hemodialisa khawatir dan takut jika pada proses
hemodialisa terjadi hal-hal diluar dugaan yang menyebabkan penderita meninggal
dunia. Penderita juga mengalami depresi berupa hilangnya minat melakukan
aktivitas yang menyenangkan, rasa bersalah kepada keluarga, istri/suami karena
merasa dirinya sebagai beban, dan perasaan tidak berdaya karena ketergantungan
pada hemodialisa seumur hidup. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada tanggal 5 Maret 2019 diperoleh data jumlah pasien gagal ginjal
kronik pada bulan Februari 2019 yang menjalani terapi hemodialisa yaitu 45
orang. Hasil wawancara yang dilakukan pada 8 orang pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisis, semuanya memiliki keluhan pruritus dengan
gejala yang berbeda-beda, terdapat pasien yang mengalami gatal terus- menerus,
1 jam perhari, 2-4 jam per hari, rasa gatal yang dirasakan hampir seluruh
tubuh, maupun hanya diarea tertentu, adanya ekskoriasi atau bekas garukan
maupun dengan tanpa adanya ekskoriasi dan frekuensi yang dialami hilang timbul.
Kondisi ini tentu akan sangat menganggu kenyamanan dan aktivitas sehari-hari
pasien. Selanjutnya hasil wawancara mengenai konsep diri didapatkan hasil untuk
citra tubuh dan harga diri yaitu pada semua pasien mengatakan merasa malu
dengan keadaan tubuhnya dan merasa berbeda dari orang lain yang membuat saya
kurang berharga. Semua pasien mengatakan merasa terganggu dalam bekerja
sehari-hari.
Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan hubungan kejadian pruritus dengan konsep diri pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit Pelabuhan Kota
Cirebon.
Metode
Penelitian
Jenis penelitian adalah
deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi
hemodialisis di Rumah Sakit Pelabuhan Kota Cirebon sebanyak 45 orang dan
pengambilan sampel menggunakan metode total sampling sebanyak 45 orang. Analisa
data dilakukan dengan menggunakan analisa univariat dengan persentase dan
analisa bivariat dengan uji chi square (χ2 ).
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil Penelitian
1.
Hasil Uji Univariat
Analisis ini mendeskripsikan hasil penelitian
dari setiap variabel
yang diteliti, baik variable terikat (dependen) maupun variabel bebas
(independen).
a.
Kejadian Prioritas
Distribusi frekuensi responden
berdasarkan kejadian pruritus di Rumah Sakit Pelabuhan Kota Cirebom ada pada
tabel berikut:
Tabel 1 Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Kejadian Pruritus di Rumah Sakit Kot Cirebon
Kejadian Pruritus |
Frekuensi |
Persentase |
Tidak Pruritus |
1 |
2,2% |
Pruritus Ringan |
12 |
26,7% |
Pruritus Sedang |
14 |
31,1% |
Pruritus Berat |
18 |
40% |
Jumlah |
45 |
100% |
Berdasarkan tabel diatas
diketahui bahwa kejadian pruritus yang tidak pruritus yaitu 1 orang (2,2%),
kejadian pruritus ringan yaitu 12 orang (26,7%), kejadian pruritus sedang yaitu
14 orang (31,1%), dan kejadian pruritu berat yaitu 18 orang (40%).
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Konsep
Diri di Rumah Sakit Kota Cirebon
Konsep Diri |
Frekuensi |
Persentase |
Positif |
26 |
57,8% |
Negatif |
19 |
42,2% |
Jumlah |
45 |
100% |
Berdsarkan tabel diatas
diketahui bahwa lebih dari sebagian responden yaitu 26 orang (57,8%) memiliki
konsep diri dan responden yang memiliki konsep diri negatif yaitu sebanyak 19
orang (42.2%).
2.
Hasil Uji Bivariat
Distribusi frekuensi
responden berdasarkan hubungan kejadian pruritus dengan konsep diri pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di rumah sakit pelabuhan
kota cirebon ada pada tabel berikut:
Tabel 3 Distribusi
Frekuensi hubungan kejadian pruritus dengan konsep diri pasien gagal ginjal
kronis yang menjalani terapi hemodialisis di rumah sakit pelabuhan kota
Cirebon.
Kejadian
Prioritas |
Konsep
Diri |
P |
|||||
Positif |
Negatif |
Jumlah |
Value |
||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|
|
Tidak
Pruritus |
1 |
100 |
0 |
0 |
1 |
100 |
|
Pruritus Ringan |
11 |
91,7 |
1 |
8,3 |
12 |
100 |
|
Pruritus
Sedang |
9 |
64,3 |
5 |
35,7 |
14 |
100 |
0,004 |
Pruritus
Berat |
5 |
27,8 |
13 |
72,2 |
18 |
100 |
|
Jumlah |
26 |
57,8 |
19 |
42,2 |
|
100 |
|
Berdasarkan
tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden (72%) dengan pruritus
berat memiliki konsep diri negatif. Hasil uji statistik Hasil uji statistik diperoleh ρ
value (0,004) < α (0,05) dengan demikian menunjukkan bahwa Ha diterima
artinya terdapat hubungan antara kejadian pruritus dengan konsep diri pasien
gagal ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit Pelabuhan
Kota Cirebon (p = 0,004, α = 0,05).
B.
Pembahasan
1.
Kejadian Pruritus
Berdasarkan hasil analisis data kejadian pruritus pada pasien gagal
ginjal kronis yang menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit Pelabuhan Kota
Cirebon diperoleh hasil sebagian responden yaitu 18 orang (40%) mengalami
pruritus berat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Nadarajah (2018) yang
menunjukkan bahwa sebagian besar responden (32.3%) mengalami pruritus berat
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisi. Hasil penelitian
Riza (2012) juga menunjukkan bahwa dari 78 responden yang menjalani hemodialisa
mengalami pruritus sebanyak 55 orang (70,5%).
Hemodialisa dapat menimbulkan dampak stres psikologis dan fisik yang
mengganggu sistem neurologi seperti kelemahan, fatigue, kecemasan, penurunan
konsentrasi, disorientasi, tremor, seizures, kelemahan pada lengan, nyeri pada
telapak kaki, perubahan tingkah laku (Harahap, Yustina, & Ardinata, 2016).
Komplikasi yang sering dialami oleh pasien dengan hemodialisis salah satunya
adalah pruritus (Juwita, Febrita, & Putri, 2016).
Lama menjalani hemodialisa menjadi salah satu faktor munculnya masalah
pruritus. Pasien yang sudah menjalani hemodialisa lebih dari 6 bulan, dimana
pasien yang telah lama terdiagnosis gagal ginjal kronik dan menjalani
hemodialisa yang disebabkan adanya uremic frost. Uremia merupakan penyebab
paling sering terjadinya metabolik pruritus (Nadarajah, 2018). Faktor yang
mengeksaserbasi pruritus termasuk panas, waktu malam hari (night time), kulit
kering dan berkeringat (Roswati, 2013). Uremic frost ditandai adanya kristal
urea yang tertinggal setelah berkeringat, umumnya terlihat diarea
intertriginosa kulit terutama jika pasien jarang mandi (Pardede, 2010).
2.
Konsep Diri
Berdasarkan hasil analisis data konsep diri pasien gagal ginjal kronis
yang menjalani terapi hemodialisis di Rumah Sakit Pelabuhan Kota Cirebon
diperoleh hasil lebih dari sebagian responden yaitu 26 orang (57,8%) memiliki
konsep diri positif. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Tarigan (2014) yang menunjukkan bahwa klien yang menjalani hemodialisa memiliki
konsep diri positif sebanyak 33 orang (57,9%) Hasil penelitian Subarkah (2015)
juga menunjukkan bahwa mayoritas memiliki konsep diri yang positif yang terdiri
dari gambaran citra diri positif yaitu sebanyak 26 responden (74,3%), gambaran
ideal diri realistis yaitu sebanyak 33 responden (94,3%), gambaran harga diri
tinggi yaitu sebanyak 32 responden (91,4%), dan peran memuaskan yaitu sebanyak
29 responden (82,9%).
Konsep diri yang positif pada penderita gagal ginjal kronis membuat
penderita lebih mampu menerima keadaan dirinya, memberikan penghargaan yang
layak bagi dirinya, tidak mudah putus asa dan menyalahkan diri, terbuka dengan
orang lain baik keluarga maupun lingkungan sosialnya, tetap optimis dan
berjuang menjalani kehidupan walaupun kondisi tubuhnya melemah sehingga akan jauh
dari kecemasan dan perasaan tertekan yang dapat meningkatkan terjadinya
depresi. Sedangkan konsep diri yang negatif akan menyebabkan individu mengalami
kecemasan yang terus-menerus ketika menghadapi suatu masalah yang tidak dapat
diterimanya dengan baik. Keadaan tersebut akan mengikis harga dirinya dan
menimbulkan kekecewaan emosional yang sangat parah, menutup diri dan menghindar
ketika dituntut harus berinteraksi dengan orang lain, tidak memiliki pertahanan
psikologis yang mampu menjaga harga dirinya, merasa terasing dan malang karena
keadaannya yang dapat meningkatkan terjadinya depresi (Ritandiyono dan
Retnaningsih, 2007).
3.
�Hubungan Kejadian Pruritus dengan Konsep Diri Pasien Gagal Ginjal
Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisis
Hasil analisa hubungan antara
kejadian pruritus dengan konsep diri pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
terapi hemodialisis di Rumah Sakit Pelabuhan Kota Cirebon menunjukkan bahwa
sebagian besar responden (72,2%) dengan pruritus berat memiliki konsep diri
negatif. Hasil uji statistik diperoleh ρ value (0,004) < α (0,05)
dengan demikian menunjukkan bahwa Ha diterima artinya terdapat hubungan antara
kejadian pruritus dengan konsep diri pasien gagal ginjal kronis yang menjalani
terapi hemodialisis di Rumah Sakit Pelabuhan Kota Cirebon (p = 0,004, α =
0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Wahyuni (2019) diperoleh analisis hubungan menunjukkan adanya hubungan lama
menjalani hemodialisa dengan pruritus (p Value 0.023, r = 1). Pruritus pada
pasien dengan gagal ginjal atau yang sedang menjalani hemodialisis akan
menggangu konsep diri, sehingga bisa menimbulkan depresi (Romadhoni, 2013).
Sesuai dengan hasil penelitian Fitriyani (2014 didapatkan nilai p-value 0,02
(<0,05) artinya terdapat hubungan antara konsep diri dengan kejadian depresi
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Selain itu
penelitian Archentari (2017) menunjukkan terdapat korelasi positif yang
signifikan antara harga diri dengan kualitas hidup pada pasien CKD yang
menjalani hemodialysis (r=0,417;p=0,014).
Pasien dengan penyakit ginjal stadium
lanjut hampir semua memiliki minimal satu gangguan dermatologis dan perubahan
kulit serta kuku, yang dapat terjadi sebelum atau setelah dialisa atau
tranplantasi. Beberapa mengatakan bahwa manifestasi kulit ini disebabkan oleh
proses patologis mendasar yang disebabkan penyakit ginjal, sementara yang
lainnya percaya bahwa perubahan kulit ini berhubungan dengan keparahan dan
durasi gagal ginjal. Manifestasi kulit yang paling umum timbul pada penyakit
gagal ginjal kronik adalah pruritus (Smeltzer & Bare, 2013).
Kesimpulan
Pengguna
kontrasepsi suntik 3 bulan berjumlah lebih banyak yaitu sejumlah 25 orang
dengan persentase 74%.
Responden
yang mengalami perubahan berat badan berjumlah lebih banyak yaitu 26 orang
dengan persentase 77%. Dan perubahan berat badan pada akseptor KB suntik yang
lebih sering terjadi adalah kenaikan berat badan yaitu sejumlah 18 orang dengan
persentase 53%.
Hasil
uji statistik diperoleh nilai P value sebesar 0,013 < dari nilai α
(0,05) dimana hal ini berarti �Ha diterima dan H0 ditolak�, maka terdapat
hubungan antara penggunaan kontrasepsi suntik dengan perubahan berat badan.
BIBLIOGRAFI
Archentari, K.A. 2017. Harga Diri Dan Kualitas Hidup
Pada Pasien Dengan Chronic Kidney Disease Yang Menjalani Hemodialisis.
Black J.M & Hawks, J.H. 2014. Keperawatan Medikal
Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan (Jilid 1, 2 & 3).
(Edisi 8). Elsevier.
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal
Bedah. edisi 12. Jakarta: EGC.
Caninsti, R. 2013. Kecemasan dan Depresi pada Pasien
Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisis.
Dinata, M.R.Y. 2013. Peran Konsep Diri dan Kesiapan
Kerja Terhadap Kecemasan Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Menghadapi Dunia Kerja.
Jurnal. Malang: Universitas Brawijaya.
Fitriyani, E.N 2014. Konsep Diri dengan Kejadian
Depresi pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
�Harahap, S.A.J.
2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pasien
Hemodialisis Di RSUD Dr Pringadi Medan.
Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/reso urces/download/infoterkini/materi_rakorpop_201
8/Hasil%20Riskesdas%2020 18.pdf. Diakses pada tanggal 10 Februari 2019.
Ko, M.J. 2013. Uremic Pruritus, Dialysis Adequacy, and
Metabolic Profiles in Hemodialysis Patients: a Prospective 5-Year Cohort Study.
Plos One. 8(8):1-8.https://www.ncbi.nlm.nih.g ov/pubmed/23940749. Diakses pada
tanggal 20 Februari 2019.
Nadarajah, S. 2018. Hubungan Karakteristik Klinis Dan
Keparahan Pruritus Uremik Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Mendapat
Hemodialisis.
Pardede, S. 2010. Buku Ajar Nefrologi Anak. Jakarta:
Balai. Penerbit FKUI.
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI). 2011. 4 th
Report Of Indonesian Renal Registry 2011. https://www.pernefri.org/. Diakses
pada tanggal 16 Februari 2019.
Prasetya, I.B. 2009. Hubungan Kadar Fosfat Serum
Dengan Derajat Pruritus Pada Pasien Hemodialisis Kronik di Bangsal Hemodialisis
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. http://lib.ui.ac.id/. Diakses pada tanggal 28
Februari 2019.
Riza, D. N. 2012. Prevalensi Dan Derajat Terjadinya
Pruritus Pada Pasien Hemodialisis.
Romadhoni, M. 2013. Hubungan Antara Penyesuaian Diri
Dengan Kebermaknaan Hidup Pada Penderita Penyakit Ginjal Kronik di RSUD
Banyumas.
Roswati, E. 2013. Pruritus pada Pasien Hemodialisis.
CDK203, 40(4), 260� 264. https://docplayer.info/395230
06-Pruritus-pada-pasienhemodialisis.html. Diakses pada tanggal 20 Juli 2019.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2013. Brunner &
Suddarth�s Textbook of Medical Surgical Nursing. 3th Edition. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Subarkah, A.R. 2015. Gambaran Konsep Diri Pada Pasien
Yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
http://elib.stikesmuhgombon g.ac.id/309/1/AYU%20RE NA%20SUBARKAH%20N
IM.%20A11100670.pdf. Diakses pada tanggal 14 Februari 2019.
Sugiyono, Puspandhani Mitha Erlisya, 2020. Metode
Penelitian Kesehatan. Bandung: Alfabeta
Tarigan, G.A. 2014. Gambaran Konsep Diri Klien yang
Menjalani Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan.
http://repository.usu.ac.id/bi tstream/handle/123456789/4
1517/Cover.pdf?sequence=7 &isAllowed=y. Diakses pada tanggal 16 Februari
2019.
Triwibowo Cecep, Pusphandani Mitha Erlisya 2015.
Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat Nuha Medika: Yogyakarta
Triwibowo Cecep, Pusphandani Mitha Erlisya. 2015.
Kesehatan Lingkungan dan K3 Nuha Medika: Yogyakarta.
Wahyuni, A. 2019. Korelasi Lama
Menjalani Hemodialisa Dengan Pruritus Pada Pasien Hemodialisa.
Copyright
holder: Wahyudin, Kunnati (2020) |
First
publication right: Jurnal Health Sains |
|