PENGARUH KINERJA KADER
TERHADAP CAKUPAN PARTISIPASI IBU BAYI PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA
CIHARALANG KECAMATAN CIJEUNGJING KABUPATEN CIAMIS
Roni Iryadi, Maesaroh,
Mitha Erlisya Puspandhani
Poltekes Bhakti
Pertiwi Husada Cirebon, STIKES Mahardika Cirebon, Indonesia
Email:[email protected],
[email protected],
[email protected]
info artikel |
abstrak |
Hanya
menggunakan AIJ: Tanggal
diterima Tanggal
revisi Tanggal yang
diterima |
Keberhasilan kegiatan posyandu sangat tergantung pada kinerja kader. Rendahnya kinerja kader akan menyebabkan cakupan partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan posyandu akan rendah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kinerja Kader Terhadap Cakupan Partisipasi Ibu Bayi Pada Kegiatan Posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Hasil penelitiannya adalah Kinerja kader posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis adalah 46,9% pernah ikut pelatihan dan 53,1% belum pernah ikut pelatihan. Cakupan partisipasi ibu bayi pada kegiatan posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis adalah 18,8% lebih dari 9 kali, 56,2% antara 9-12 kali dan 25,0% lebih dari 12 kali. Ada pengaruh signifikan kinerja kader terhadap cakupan partisipasi ibu bayi pada kegiatan posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis dengan nilai p-value 0,002. Kader posyandu hendaknya terus meningkatkan kinerjanya melalui ikut pelatihan-pelatihan kader sehingga kegiatan posyandunya dapat berjalan dan diminati oleh masyarakat sasaran. |
Kata kunci: Kinerja, Kader, Partisipasi Ibu, Posyandu |
Pendahuluan
Keberhasilan kegiatan posyandu sangat
tergantung pada kinerja dari kader yang
bertugas di posyandu dan partisipasi aktif masyarakat stake holder
posyandu. Keberhasilan posyandu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
kader, faktor masyarakat sasaran posyandu, faktor tokoh masyarakat dan faktor
petugas puskesmas serta faktor sarana prasarana. Kader posyandu sangat berperan dalam
menentukan berfungsi atau tidaknya suatu posyandu (Suryani, 2015).
Menurut Laporan Profil Kesehatan Indonesia tahun
2017 jumlah posyandu secara nasional tercatat sebanyak 291.447� yang terbanyak berada di Propinsi Jawa Barat
dengan jumlah 50.894 posyandu dan terendah di Kalimantan Utara hanya 467
posyandu. Namun prosentase keaktifan posyandu secara nasional masih rendah
yaitu baru 56,57% dan Jawa Barat 57,74% (Kurniawan, dkk, 2018). Posyandu yang
aktif� ternyata baru 32,8% yang tingkat
partisipasi masyarakat sasaran posyandunya baik atau di atas 75%. Rata-rata
tingkat partisipasi masyarakat pada kegiatan posyandu di Indonesia adalah 38,7%
(Kurniawan, 2018).�
Rendahnya cakupan partisipasi masyarakat dalam
kegiatan posyandu ini terjadi karena banyak faktor mulai faktor sarana
prasarana, faktor kader, faktor masyarakat, faktor tokoh anutan, faktor tenaga
kesehatan dan sebagainya. Salah satu faktor yang cukup menonjol adalah faktor
kader. Masih banyak kader posyandu yang memiliki kinerja di bawah standar.
Masih banyak kader yang belum memahami peran, fungsi dan tugasnya sebagai kader
posyandu, sehingga dalam mengelola kegiatan posyandu banyak kesalahan
(Safruddin, 2013).�
Menurut beberapa hasil penelitian Depkes RI tahun
2014 pada 72 Posyandu di Jawa Barat dan Jawa Tengah menunjukkan hanya sekitar
70% kegiatan Posyandu dilaksanakan kurang benar. Tingkat
kemampuan, ketelitian dan akurasi data yang dikumpulkan kader masih rendah,
serta 90% kader membuat kesalahan. Lebih jauh lagi, hanya 40,7% kader yang tahu manfaat Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk
konseling gizi (Budijanto, dkk,
2015).
Rendahnya kinerja kader tersebut menyebabkan
kualitas pelayanan posyandu pada masyarakat menjadi rendah dan dampaknya lahir
ketidakpuasan masyarakat akan pelayanan posyandu dan akhirnya memilih untuk
tidak datang ke posyandu lagi akibatnya cakupan partisipasi masyarakat dalam
setiap kegiatan posyandu akan rendah. Penelitian Sulistini, dkk (2012)
menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan rendahnya
cakupan posyandu adalah faktor kinerja kader (p 0,004), faktor sarana prasara
posyandu (p 0,002) dan faktor kualitas pelayanan tenaga kesehatan (p 0,011).
Penelitian Maryani, dkk (2014) menyimpulkan ada hubungan kinerja kader dengan
pastisipasi ibu bayi dalam program d/s di posyandu dengan p-value 0,003.
Cakupan
posyandu di Kabupaten Ciamis secara umum sudah cukup baik walaupun untuk
beberapa posyandu masih sangat memprihatinkan. Salah
satu posyandu yang cakupan partisipasi masyarakatnya belum mencapai target
adalah posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.
Tiga posyandu yang ada di Desa Ciharalang cakupan partisipasi masyarakat yaitu
ibu balitanya masih rendah baru mencapai 47% dari target 85%.
Hasil observasi melalui wawancara dengan 10 ibu
bayi usia 12 bulan diketahui 6 ibu tidak aktif (kurang dari 12 kali) membawa
bayinya ke posyandu. Alasannya karena kinerja kader posyandunya kurang
memuaskan. Selama ini tenaga kesehatan di Desa Ciharalang sudah berperan cukup
aktif melakukan pembinaan terhadap para kader posyandu baik melalui pelatihan
maupun konseling interpersonal, namun pada realitasnya masih ada kader yang
kinerjanya belum optimal. Ibu bayi usia 12 bulan yang diambil datanya karena
perhitungan cakupan partisipasi posyandu pada penelitian ini adalah 12 bulan
atau 12 kali kegiatan posyandu.
Metode Penelitian
Jenis penelitian merupakan pengelompokan suatu
penelitian berdasarkan sudut pandang, seperti jenis penelitian berdasarkan
tujuannya, jenis datanya, perlakuan terhadap respondennya, analisis datanya,
dan sebagainya (Ahmad, 2014). Berdasarkan
teknik analisis datanya penelitian ini termasuk pada jenis penelitian komparatif. Menurut Sugeng (2011) penelitian komparatif adalah suatu penelitian baik survei maupun eksperimen yang analisisnya
berfungsi untuk menguji perbandingan dari dua atau lebih data sampel.
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu variabel independen (X) adalah kinerja kader posyandu sedangkan varibel dependennya (Y) adalah cakupan partisipasi ibu bayi pada kegiatan posyandu. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu bayi usia
12-23� bulan di Desa Ciharalang
Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis yang berdasarkan data bulan Agutus 2018
berjumlah 126 orang. Penentuan jumlah sampel menggunakan ketentuan Arikunto (2010) yang
menyatakan bahwa jika populasi lebih
dari 100 maka jumlah sampel bisa diambil 10-15% atau 20-25%. Maka pada penelitian ini jumlah sampel diambil sebanyak 25%
populasi yaitu 25% x 126 = 32 orang ibu bayi. Teknik pengambilan sampelnya dengan menggunakan accidental sampling. �Instrumen penelitian ini
adalah lembar ceklist dengan data sekunder. Uji homogenitas
menggunakan uji Mc Nemar.
Hasil dan
Pembahasan
A.
Hasil Penelitian
1.
Hasil
Analisis Univariat
Distribusi frekuensi kinerja kader posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis adalah sebagai berikut :
Kinerja Kader Posyandu |
F |
% |
Ikut Pelatihan |
15 |
46,9 |
Belum Ikut Pelatihan |
17 |
53,1 |
Total |
32 |
100.0 |
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa
kinerja kader posyandu yang menjadi responden penelitian pengaruh kinerja kader
terhadap cakupan partisipasi ibu bayi pada
kegiatan posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis
adalah 46,9% pernah ikut pelatihan dan 53,1% belum pernah ikut pelatihan.
Distribusi frekuensi cakupan partisipasi ibu bayi di posyandu Desa
Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis adalah sebagai berikut :
Cakupan Partisipasi Posyandu |
F |
% |
< 9 Kali |
6 |
18,8 |
9-12 Kali |
18 |
56,2 |
>12 Kali |
8 |
25,0 |
Total |
32 |
100.0 |
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa
cakupan partisipasi ibu bayi yang menjadi responden penelitian yang menjadi
responden penelitian pengaruh kinerja kader terhadap cakupan
partisipasi ibu bayi pada kegiatan posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan
Cijeungjing Kabupaten Ciamis adalah 18,8% cakupan partisipasinya < 9 kali,
56,2% antara 9-12 kali dan 25,0% lebih dari 12 kali.
2.
Hasil
Analisis Bivariat
Analisis bivariat
digunakan untuk mengetahui yang menjadi responden penelitian pengaruh kinerja
kader terhadap cakupan partisipasi ibu bayi
pada kegiatan posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten
Ciamis.�
Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa data tidak normal
dan tidak homogen maka uji hipotesis pengaruh kinerja kader terhadap cakupan partisipasi ibu bayi pada kegiatan
posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis yang
digunakan adalah uji Mc Nemar.� Hasil uji
Mc Nemar dengan SPSS 20.0 adalah diketahui bahwa kader yang kinerjanya pernah
ikut pelatihan tidak ada yang cakupan partisipasi ibu bayinya < 9 kali tapi
sebagian besar 53,3% cakupan partisipasi ibu bayinya lebih dari 12 kali. Adapun
dari kader yang kinerja kadernya belum ikut pelatihan terdapat sebagian besar
(64,7%) cakupan partisipasi ibu bayinya 9-12 kali dan
tidak ada (0,0%) yang cakupan partisipasi ibu bayinya >12 kali.
Berdasar tabel di atas diketahui bahwa pengujian hipotesis pengaruh kinerja
kader terhadap cakupan partisipasi ibu bayi
pada kegiatan posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten
Ciamis menghasilkan nilai
p-value = 0,002. Karena
nilai p-value 0,002 < α 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa Ho berhasil ditolak. Karena Ho ditolak maka
Ha diterima. Artinya terbukti bahwa ada pengaruh
signifikan kinerja kader terhadap cakupan
partisipasi ibu bayi pada kegiatan posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan
Cijeungjing Kabupaten Ciamis.�
B. Pembahasan
Kinerja kader posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten
Ciamis adalah 46,9% pernah ikut pelatihan dan 53,1% belum pernah ikut
pelatihan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak
kader posyandu di Desa
Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis posyandu yang belum pernah ikut pelatihan, hal ini disebabkan karena
berbagai faktor antara faktor dari kader sendiri dan faktor dari tenaga
kesehatan termasuk pihak puskesmas. Masih banyak kader posyandu yang menilai
bahwa menjadi kader itu seperti relawan sosial asal ada niat ikhlas dan ada
waktu yang sudah bisa menjadi kader posyandu. Selain itu juga banyak kader yang menganggap
bahwa melaksanakan kegiatan posyandu itu mudah dan berulang-ulang kegiatan yang
sama sehingga tidak perlu pelatihan khusus menjadi
kader. Persepsi inilah yang menyebabkan ketika ada peluang
mengikuti pelatihan, para kader posyandu di Desa Ciharalang tidak antusias
untuk mengikutinya. Alasan lain, karena frekuensi
pelaksanaan kegiatan pelatihan kader posyandu yang diselenggarakan oleh pihak
Puskesmas setempat juga sangat jarang dan kapasitas pesertanya sangat terbatas
setiap ada kegiatan pelatihan, akibatnya belum bisa memenuhi menjangkau seluruh
kader di wilayah kerjanya termasuk kader posyandu di Desa Ciharalang. Penyebabnya alasan klasik yaitu minimnya anggaran yang dapat
dialokasikan untuk pelaksanaan pelatihan kader posyandu.
Hal tersebut merupakan masalah yang harus segera diatasi karena tidak
sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Budjianto, dkk (2015). bahwa posyandu
sebagai pusat kegiatan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan antara
lain mencakup: program keluarga berencana, program gizi, program imunisasi,
program penanggulangan diare, program kesehatan ibu dan anak harus dikelola
oleh para kader yang memiliki kompetensi khusus. Posyandu
merupakan kelanjutan dari pos penimbangan yang selama ini dilakukan oleh PKK.
Posyandu adalah lembaga kemasyarakatan yang berfungsi sebagai
pemantau tumbuh kembang anak. posyandu
merupakan salah satu upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang melibatkan
partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader kesehatan yang
telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan
kesehatan dasar. Keberhasilan kegiatan posyandu sangat
tergantung pada partisipasi secara aktif dari kader terlatih yang bertugas di
posyandu dengan melibatkan petugas puskesmas dan petugas KB sebagai
penyelenggara pelayanan professional.
Mengingat begitu pentingnya peranan kader sebagai tulang punggung penggerak
partisipasi masyarakat di desa dalam bidang kesehatan melalui kegiatan posyandu
maka kader harus benar-benar memiliki kompetensi yang memadai dan ini hanya
akan didapat jika kader telah mengikuti pelatihan. Kader
juga merupakan penghubung yang handal antara petugas dengan masyarakat.
Kader dapat menjadi motor penggerak kegiatan pelayanan kesehatan dalam upaya
pelayanan kesehatan dasar yang saat ini sebagian besar masih dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang jumlahnya terbatas, sehingga cakupan dan jangkauan
pemerataan informasi juga terbatas.
Realitas masih banyaknya kader
posyandu di Desa Ciharalang yang belum mengikuti pelatihan dikhawatirkan akan
mengurangi kinerja mereka dalam melayani kesehatan masyarakat. Kader yang terlatih diyakini akan memiliki
kinerja yang lebih baik dalam mengelola posyandu dibandingkan kader yang tidak
terlatih. Hal ini sesuai dengan teori dari Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa
kualitas organisasi pelayanan kesehatan sangat tergantung pada kinerja sumber
daya manusianya. Kinerja adalah merupakan reaksi atau respons seseorang
yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi kinerja itu tidak bisa dilihat langsung, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Kinerja secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi
terhadap stimulus tertentu, Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi
yang bersifat emosional terhadal stimulus sosial.
Hal tersebut sesuai dengan teori Slameto (2013) bahwa sumber belajar
adalah banyak, bukan terbatas pada tatap muka antara pengajar dan pembelajar di
kelas, atau interaksi antara pelatih dan yang dilatih dalam suatu kegiatan
pelatihan namun juga bisa melalui berbagai sumber seperti buku, brosur,
pampflet atau sumber sumber lisan interpersonal. Demikian
juga kinerja bukan hanya terbentuk melalui pelatihan saja namun juga dapat
terbentuk melalui pengalaman. Kinerja dapat terbentuk dari pengalaman
yang berulang-ulang atau melalui pengalaman yang disertai perasaan yang
mendalam (pengalaman traumatik); melalui imitasi, kinerja dapat lahir dari
proses peniruan baik yang disengaja maupun tidak disengaja, baik individual
maupun kolektif; melalui sugesti, kinerja terbentuk tanpa suatu alasan yang
jelas semata-mata karena pengaruh yang datang dari objek yang memiliki wibawa
dalam pandangannya; melalui identifikasi, kinerja dapat terbentuk melalui usaha
menyamai, identifikasi peniruan dengan keterikatan emosional.
Hal ini sesuai dengan teori
dari Johandi (2012) bahwa pembentukan kinerja seseorang dipengaruhi oleh banyak
faktor adalah pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting,
pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama,
pengaruh faktor emosional. Kinerja merupakan respons evaluatif yang dapat
berbentuk positif atau negatif. Beberapa karakteristik kinerja
yaitu arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitasnya. Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan berbagai metode seperti
observasi perilaku, penanyaan langsung dan pengungkapan langsung (item tunggal,
item ganda atau semantic differential),
skala kinerja (skala Likert) dan pengukuran terselubung.
Pihak terkait
harus memandang bahwa menyediakan peluang agar kader posyandu bisa mengikuti
pelatihan merupakan salah satu bentuk penghargaan bagi kader dengan
mengikutkan seminar dan pelatihan serta pemberian modul-modul panduan kegiatan
pelayanan kesehatan dengan beberapa kegiatan tersebut diharapkan kader merasa
mampu dalam memberikan pelayanan dan aktif datang di setiap kegiatan posyandu. Penurunan kinerja kader disebabkan
karena posyandu tidak memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, tidak semua
kader mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan partisipasi ibu bayi dalam
kegiatan posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis
adalah 18,8% kurang dari 9 kali, 56,2% antara 9-12 kali dan 25,0% lebih dari 12
kali.
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa partisipasi ibu
dalam kegiatan posyandu di Desa Ciharalang belum begitu menggimbirakan karena
masih banyak (18,8%) yang partisipasinya kurang. Cakupan
partisipasi posyandu pada penelitian ini adalah frekuensi ibu membawa bayinya
ke posyandu dalam setahun untuk pemantauan tumbuh kembang bayinya.
Hal ini merupakan suatu kesenjangan antara realitias dan
teori, karen secara teori seperti yang dikemukakan oleh Maryunani (2015) bahwa
setiap kegiatan posyandu harus melibatkan partisipasi ibu sasaran posyandu
secara maksimal bahkan target secara nasional mencapai 90%. Karena keterlibatan
penuh partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu�
adalah kunci sukes tercapainya tujuan posyandu yaitu mewujudkan
kesehatan masyarakat khususnya ibu dan anak melalui peran aktif masyarakat
sendiri sebagai strategi untuk
melakukan intervensi pada pembinaan kelangsungan anak dan pembinaan
perkembangan anak, sejak dalam kandungan sampai usia bayi dan untuk membina
tumbuh kembang anak secara sempurna baik fisik maupun mental.�
Hasil penelitian dan uji Mc Nemar menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan
kinerja kader terhadap cakupan partisipasi ibu
bayi pada kegiatan posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten
Ciamis dengan nilai p-value 0,002.
Kinerja kader posyandu
sebagai salah satu domain perilaku, kinerja dipengaruhi oleh karakteristik
umur, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak ibu hamil tersebut. Kader
posyandu yang memiliki umur lebih tua, akan memiliki
pengalaman hidup yang lebih lama dan lebih luas sehingga akan memiliki kinerja yang
berbeda dengan kader yang memiliki umur lebih muda. Demikian juga kader yang
berpendidikan tinggi, akan memiliki kinerja yang lebih
baik terhadap posyandu dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Sedangkan
karakteristik pekerjaan dapat mempengaruhi kinerja kader, karena kader yang
bekerja relatif memiliki pergaulan dan interaksi yang lebih terbuka dengan
dunia lingkungan luar akan berpikir lebih realistis
dibandingkan dengan yang tidak bekerja sehingga akan menyebabkan kinerja
terhadap posyandu juga akan berkinerja realistis. Untuk
karakteristik paritas atau jumlah anak, juga diyakini memberikan pengaruh
terhadap kinerja kader tentang posyandu.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa tindakan seseorang dipengaruhi oleh
kinerja dan pengetahuan orang tersebut terhadap apa
yang dilakukan. Artinya domain tindakan pasti diawali oleh
domain kinerja dan domain pengetahuan. Jadi cakupan
partisipasi ibu bayi pada kegiatan posyandu sebagau suatu tindakan pasti didasari
oleh kinerja terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan posyandu termasuk
kinerja terhadap kader posyandu. Jika ibu menilai kinerja kader posyandu
baik dalam melayanan maka ibu akan memiliki kinerja
baik terhadap posyandu dan ini akan diwujudkan dalam suatu tindakan yang baik
berupa berkinerja aktif berpartisipasi dalam kegiatan posyandu sehingga cakupan
partisipasi posyandunya menjadi baik.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori Prawira (2009) bahwa
rendahnya kinerja petugas organisasi pelayanan jasa dalam hal ini termasuk
kader posyandu akan menyebabkan kualitas pelayanan posyandu pada masyarakat
menjadi rendah dan dampaknya lahir ketidakpuasan masyarakat akan pelayanan
posyandu dan akhirnya memilih untuk tidak datang ke posyandu lagi akibatnya
cakupan partisipasi masyarakat dalam setiap kegiatan posyandu akan rendah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sulistini, dkk (2012)
menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan signifikan dengan rendahnya
cakupan posyandu adalah faktor kinerja kader (p 0,004), faktor sarana prasara
posyandu (p 0,002) dan faktor kualitas pelayanan tenaga kesehatan (p 0,011). Juga sesuai dengan penelitian Maryani, dkk (2014) menyimpulkan ada
hubungan kinerja kader dengan pastisipasi ibu bayi dalam program d/s di
posyandu dengan p-value 0,003.
Hasil penelitian juga sejalan dengan hasil penelitian Susanti (2010) yang meneliti hubungan antara kinerja dengan partisipasi D/S ibu bayi di Posyandu Wilayah Puskesmas Cisalak Kabupaten Bogor yang hasilnya menyimpulkan bahwa ada hubungan positif antara kinerja dengan partisipasi D/S ibu bayi dengan p-value 0,001.
Hasil penelitian yang membuktikan bahwa ada pengaruh kinerja kader terhadap
cakupan partisipasi ibu mengandung arti bahwa jika kader kinerja tinggi dengan
indikator pernah mengikuti pelatihan maka akan menyebabkan cakupan partisipasi
ibu dalam kegiatan posyandu juga tinggi sebaliknya jika partisipasi kader
rendah dengan indikator belum pernah mengikuti pelatihan maka cakupan
partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu juga akan lemah. Hal ini terlihat jelas
dari data bahwa kader posyandy yang kinerjanya tinggi pernah ikut pelatihan
tidak ada yang cakupan partisipasi ibu bayinya < 9 kali tapi sebagian besar
53,3% cakupan partisipasi ibu bayinya lebih dari 12 kali. Adapun kader
yang kinerjanya rendah belum ikut pelatihan sebagian besar (64,7%) cakupan partisipasi ibu bayinya hanya 9-12 kali dan
tidak ada (0,0%) yang cakupan partisipasi ibu bayinya >12 kali.
Kesimpulan
Kinerja kader posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis adalah 46,9% pernah ikut pelatihan dan 53,1% belum pernah ikut pelatihan.
Cakupan partisipasi ibu bayi pada kegiatan posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis adalah 18,8% lebih dari 9 kali, 56,2% antara 9-12 kali dan 25,0% lebih dari 12 kali.
Ada pengaruh signifikan kinerja kader terhadap cakupan partisipasi ibu bayi pada kegiatan posyandu di Desa Ciharalang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis dengan nilai p-value 0,002.
BIBLIOGRAFI
Ahmad, 2014, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Bandung : SCS.
Arikunto, 2010. Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta
Budijanto, dkk. 2015, Revitalisasi Program Posyandu,
Jakarta, Depkes
Davis, Hamzah.
2013, Manajemen Pelayanan Kesehatan
Masyarakat, Yogyakarta : Nuha Medika
Hanna dkk. 2010, Profil
Kader Kesehatan di Perkotaan. Jakarta: PPA
Hendrawan, 2015,
Buku Saku Kader Posyandu, Jakarta :
Depkes RI
Johandi, 2010, Manajemen Pelayanan Kesehatan, Jakarta :
Gramedia
Kurniawan, dkk,
2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2017. Jakarta
Mantra, 2013. Peranan Kader dalam Program Perbaikan Gizi Keluarga. Jakarta: Persagi
Maryunani, 2014. Kebidanan Komunitas, Jakarta : TIM
_________,2015, �Optimalisasi Peran Posyandu dalam Program KB,
Jakarta.
Maryani, dkk.
2014. Hubungan kinerja kader dengan
cakupan partisipasi ibu balita dalam program D/S di Posyandu, dalam www.resipotery.usu.ac.id
Mastuti, 2013. Buku Saku Kader Kesehatan, Yogyakarta :
Nuha Medika
Notoatmodjo,2012, Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Rineka Cipta
Prawira, Indra.
2009. Manajemen Sumber Daya Kesehatan,
Jakarta : Gramedia
Koto, Andri.
dkk, 2013. Kinerja Berbasis Pelayanan
Prima, Jakarta : Granada.
Ross, Ina, dkk. Meningkatkan Partisipasi Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: GrahaMedia
Sutarjo, dkk, 2010, Panduan Fasilitator Kelas Ibu Hamil,
Jakarta : Depkes
Suryani, Nani.
2015. Pembinaan dan Pengelolaan Posyandu,
Jakarta : Dirjen KIA
Soekirman,
2010. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Masyarakat. Jakarta: Dikti.
Salim, 2009, Strategi Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.Jakarta; PPM Depkes RI
Soekirman,2011, Manajemen
Organisasi Kesehatan, Bandung: Pustaka Unpad
Sarwono,2010. Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep dan
Aplikasinya. Yogya: BM Press.
Syafruddin,
2013, Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Jakarta : EGC
Sumampouw. Tjiptono, 2014. Pemberdayaaan Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Granada
Sulistini, dkk.
2012. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan rendahnya cakupan posyandu di Desa Balong tahun 2011, dalam www.portalgaruda.org
Sugeng, 2011. Penulisan Ilmiah dengan IT, Jakarta :
SariHusada
Sugiyono, Puspandhani Mitha Erlisya, 2020.
Metode Penelitian Kesehatan. Bandung: Alfabeta.
Triwibowo Cecep,
Pusphandani Mitha Erlisya 2015.
Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat Nuha Medika: Yogyakarta
Triwibowo Cecep, Pusphandani Mitha Erlisya.
2015. Kesehatan Lingkungan dan K3 Nuha Medika: Yogyakarta.
Winardi, Yudi. 2014. Manajemen Organisasi Jasa, Jakarta
:Gramedia
Widagdo, 2012. Promosi Kesehatan, Jakarta : TIM
Copyright holder: Roni Iryadi, Maesaroh, Mitha Erlisya Puspandhani
(2020) |
First publication right: Jurnal Health Sains |
|