Jurnal Health Sains: p�ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398�����

Vol. 2, No. 4, April 2021

 

NIKOTIN MENYEBABKAN OSTEOPOROSIS

 

Nina Nilawati

Universitas Hang Tuah, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Email: [email protected]

 

artikel info

abstract

Tanggal diterima: 5 April 2021

Tanggal revisi: 15 April 2021

Tanggal yang disetujui: 25 April 2021

In most smokers, alveolar bone osteoporosis is often found. From some studies it has been known that there is a link between smoking and the amount of minerals and cell cells in the bone content. The main ingredient of cigarettes is tobacco containing nicotine. Therefore to know the influence of smoking on alveolar bones, one of the ways that can be done is by researching nicotine. This study aims to find out how nicotine can cause osteoporosis in alveolar bones. This research is an experimental study with post-test control group design conducted on 16 New Zealand rabbits randomly. Group 1 (8 tails), as a control group and group 2 (8 tails), as a treatment group. In the treatment group, nicotine solution injection was carried out for 1 week at a nicotine dose of 2.5 mg/kg BW/day.� Observations were made in the first week by measuring the number of osteoclast cells and osteoblast cells through histological examination. Statistical analysis found significant differences between the treatment group and the control group (p<0.05). In the treatment group, there was an increase in the number of osteoclast cells while osteoblast cells decreased. Nicotine can cause alveolar bone osteoporosis through an increase in the number of osteoclast cells and a decrease in osteoblast cells.

 

ABSTRAK

Pada sebagian besar perokok, seringkali ditemukan adanya osteoporosis tulang alveolar. Dari beberapa penelitian telah diketahui terdapat hubungan antara merokok dengan jumlah mineral dan sel sel dalam kandungan tulang. Bahan utama rokok adalah tembakau yang mengandung nikotin. Karena itu untuk mengetahui pengaruh merokok terhadap tulang alveolar, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meneliti nikotin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana nikotin dapat menyebabkan osteoporosis pada tulang alveolar. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan disain post-test control group yang dilakukan pada� 16 ekor kelinci New Zealand secara random. Grup 1 (8 ekor), sebagai kelompok kontrol dan grup 2 (8 ekor), sebagai kelompok perlakuan. Pada kelompok perlakukan dilakukan injeksi larutan nikotin selama 1 minggu dengan dosis nikotin sebesar 2,5 mg/kg BW/hari.� Pengamatan dilakukan pada minggu pertama dengan mengukur jumlah sel� osteoklas dan sel osteoblas melalui pemeriksaan� histologi. Dengan analisa statistik ditemukan perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (p<0,05). Pada kelompok perlakuan, menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel osteoklas sementara sel osteoblas menurun. Nikotin dapat menyebabkan osteoporosis tulang alveolar melalui peningkatan jumlah sel osteoklas dan penurunan sel osteoblas.

Keywords:

osteoporosis; nicotine; osteoclast; osteoblasts

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kata Kunci:

osteoporosis; nikotin; osteoklas; osteoblas

 


Pendahuluan

�� Di seluruh dunia tembakau dapat menyebar Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan berkurangnya kepadatan tulang secara progresif pada beberapa tempat (Tanaka et al., 2013). Pada tulang rahang, osteoporosis menyebabkan resorpsi tulang alveolar yang berada di sekeliling akar gigi dan menyangga gigi. Adanya resorpsi tulang alveolar akan mengakibatkan gigi menjadi goyang bahkan mengakibatkan gigi tanggal (Florencio-Silva et al., 2017).

Dari beberapa penelitian telah diketahui terdapat hubungan antara merokok dengan jumlah mineral dan sel sel dalam kandungan tulang. Rokok mengandung lebih dari 4.000 racun, antara lain nikotin, karbonmonoksida (CO), nitrosamin, bensen, aldehid dan hidrogen sianida, yang berpotensi mengganggu proses bone healing (Shibli et al., 2010). Pada rokok yang sebagian besar bahannya adalah daun tembakau (nicotinia tabaccum), didapatkan kandungan nikotin yang tinggi. Pada sebagian besar perokok, seringkali ditemukan adanya osteoporosis tulang alveolar. Osteoporosis terjadi akibat nikotin sebagai bahan kimia aktif utama yang terkandung dalam tembakau merangsang turn over tulang (Broulik et al., 2007).

�Dalam penelitian eksperimental didapatkan bahwa fungsi platelet sangat dipengaruhi oleh nikotin dan karbonmonoksida. Kedua faktor ini menyebabkan pelepasan Platelet Derived Growth Factor (PDGF) yang berakibat resiko trombosis meningkat pada perokok. Nikotin juga merangsang pelepasan katekolamin kofaktor (chalone) yang dapat menghambat epitelisasi. Nikotin merupakan vasokonstriktor yang berpotensi menghambat aliran darah dan suplai nutrisi ke daerah penyembuhan, serta menghambat proliferasi fibroblas, sel darah merah dan makrofag (Shibli et al., 2010).�

Tulang merupakan jaringan hidup yang dinamik dan mengalami proses regenerasi secara terus menerus yang disebut proses remodeling (Manolagas, 2000). Fase remodeling adalah fase pembentukan kembali tulang yang digambarkan sebagai keseimbangan antara fungsi osteoblas dan osteoklas. Proses ini terjadi pada tiap permukaan tulang dan berlanjut sepanjang hidup. Fungsi osteoblas dan osteoklas diatur oleh hormon paratiroid, estrogen, kalsitonin, vitamin D dan testoteron (Canalis et al., 2010).� Pemberian nikotin subkutan pada hewan coba kelinci selama 16-30 hari, menyebabkan graft menjadi nekrotik bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu ditemukan trabekula yang tipis dan berkurangnya volume yang merupakan suatu indikasi adanya proses resorpsi tulang yang berlebihan (Porter & Hanley, 2001).�

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana nikotin dapat menyebabkan osteoporosis pada tulang alveolar. Pemilihan nikotin sebagai bahan penelitian karena bahan utama rokok adalah tembakau yang kandungan nikotinnya mencapai 95%.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan disain� post-test control group� yang dilakukan pada� 16 ekor kelinci New Zealand secara random. Grup 1 (8 ekor), sebagai kelompok� kontrol dan grup 2 (8 ekor), sebagai kelompok perlakuan. Pada kelompok perlakukan dilakukan injeksi larutan nikotin selama 1 minggu dengan dosis nikotin sebesar 2,5 mg/kg BB/hari.� Pengamatan dilakukan pada minggu pertama dengan menghitung jumlah sel� osteoklas dan sel osteoblas melalui pemeriksaan� histologi.

1.    Cara pemaparan nikotin

Bubuk nikotin (-) Nicotine hydrogen tartrate salt) dari Sigma-Aldrich produksi Amerika Serikat seberat 2,5 mg/kgBB dilarutkan dengan air destilasi steril sebanyak 0,2 ml. Segera setelah dilarutkan, cairan nikotin disuntikkan di bawah kulit di daerah leher kelinci kelompok perlakuan. Injeksi nikotin dilakukan setiap pagi selama 7 hari.

2.       Cara pengolahan bahan penelitian

Setelah kelinci pada kelompok perlakuan menerima paparan nikotin selama 7 hari, semua kelinci dalam penelitian ini dibunuh. Kelinci dibunuh dengan cara injeksi overdosis dengan bahan� anestesi Ketamine. Selanjutnya tulang rahang diambil dan difiksasi dalam cairan formalin 10% selama sehari. Kemudian tulang dilunakkan dalam larutan asam formiat 5% selama 14 hari. Setelah lunak, tulang rahang daerah sekitar gigi dipotong sebesar 15x15mm dan diblok dalam parafin. Selanjutnya dilakukan serangkaian proses pembuatan preparat untuk pemeriksaan histologi.

3.       Cara pemeriksaan jaringan

Pemeriksaan jaringan dilakukan dengan cara melihat preparat yang telah diwarnai dengan hematoxylen eosin. Dengan mikroskop elektron, pada preparat dihitung jumlah sel osteoklas dan osteoblas pada 10 lapang pandang berbeda.

 

Hasil dan Pembahasan

A.   Hasil Penelitian

Data jumlah sel osteoklas dan osteoblas diperoleh dari pengamatan terhadap jumlah sel pada jaringan tulang di sekitar implan dengan metode histologi. Hasil pengamatan yang dilakukan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang telah diberi paparan nikotin dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

(A)

(B)

 

Keterangan: Sel osteoklas ditandai dengan panah kuning dan sel osteoblas ditandai dengan panah biru.�

A) Kelompok kontrol minggu ke-1.�

B)Kelompok perlakuan yang dipapar dengan nikotin minggu ke-1. Pembesaran 400x Nikon E 100.

Data jumlah sel osteoklas dan osteoblas dianalisa menggunakan SPSS versi 13.0, sehingga didapatkan hasil rerata (x) dan simpang baku (SB). Pada semua variabel dilakukan uji homogenitas varian yang diukur dengan uji Lavene dengan tingkat kemaknaan 0,05. Perbedaan antar kelompok dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini

 

Tabel 1

Hasil Uji Statistik Variabel Osteoklas Dan Osteoblas Minggu Ke-1

Variabel

Kelompok 

Rerata

Simpang Baku

P

 

Osteoklas

Kontrol

13,00

2,390

0,000

 

Perlakuan

18,63

4,104

Osteoblas

Kontrol

��� 21,13

2,360

0,000

Perlakuan

��� 10,50

1,770

Keterangan: Hasil uji Anova variabel osteoklas dan osteoblas pada minggu ke-1, menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05).

Hasil analisis data pada minggu ke-1 menunjukkan, terdapat peningkatan rerata variabel osteoklas yaitu 13,00 menjadi 18,63. Sedangkan untuk variabel osteoblas terjadi kebalikannya yaitu terdapat penurunan rerata dari 21,13 menjadi 10,50. Dari uji statistik terdapat perbedaan bermakna baik pada variabel osteoklas maupun osteoblas kelompok penelitian (p=0,000)

B.   Pembahasan

Hasil penghitungan jumlah osteoblas pada penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah osteoblas pada kelompok yang dipapar nikotin lebih rendah dibanding dengan kelompok kontrol. Dengan demikian terbukti bahwa paparan nikotin menghambat perkembangan sel osteoblas dan osteoblastogenesis. Dalam penelitian ini juga terbukti, paparan nikotin mempercepat osteoklastogenesis. Jumlah osteoklas� pada kelompok perlakuan dalam penelitian ini, lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,000). Hasil penelitian ini mendukung (Henemyre et al., 2003) yang menyatakan, paparan nikotin akan menambah jumlah osteoklas.

Tulang mengalami remodeling berkesinambungan melalui siklus perusakan dan pembentukan. Remodeling diperantarai oleh keseimbangan antara osteoklas yang meresorpsi tulang dan osteoblas yang membentuk tulang baru (Yoshida et al., 2002). Pengaruh nikotin terhadap seluler tulang adalah mengganggu keseimbangan antara pembentukan dan resorpsi tulang (Yamano et al., 2010). Nikotin menghambat pembentukan osteoblas dan merangsang pembentukan osteoklas (Tanaka et al., 2013).��� Menurut (Rocha, 2011) nikotin dapat mempengaruhi osteoklastogenesis melalui cara yang berbeda dan mengakibatkan perubahan metabolisme tulang.

Osteoblas adalah sel yang berasal dari sel mesensimal dan bertanggung jawab untuk mendeposisi matrik tulang. Peristiwa seluler yang melibatkan pembentukan tulang adalah khemotaksis dan proliferasi prekursor osteoblas dan proses diferensiasi osteoblas menjadi osteoblas matang yang menghasilkan matrik tulang (Lorenzo et al., 2015).� Pada proses pematangan sel osteoblas, core binding factor a1 (cbfa1) dan osterix (osx) berperan penting. Cbfa1 merangsang gen diantaranya adalah osteokalsin, osteopontin, kolagen (Tanaka et al., 2013), kolagenase (Shibli et al., 2010), bone sialopontin, reseptor transforming growth factor β1 (TGFβ1) dan receptor activator of nuclear factor kappa B ligand (RANKL) (Kirkham & Cartmell, 2007).

Mineralisasi menghasilkan peningkatan ekspresi osteokalsin, osteopontin, trombospondin dan bone sialopontin yang menandakan osteoblas telah matang. Tahap akhir dari diferensiasi osteoblas adalah osteosit. Sel osteosit berperan menerima dan mengirimkan sinyal pada sel permukaan (Baron, 2008). Diferensiasi osteoblas terjadi akibat adanya sinyal kimia dan stres fisik yang mengaktifkan sinyal pada jalur spesifik (Kirkham & Cartmell, 2007). Osteoblas mempunyai 3 fungsi utama yaitu: mensekresi matrik tulang sehingga terbentuk mineralisasi tulang, merangsang diferensiasi osteoklas dan membantu diferensiasi dan pertumbuhan sel hematopoetik (Lorenzo et al., 2015).

Menurut (Zheng et al., 2008), nikotin menyebabkan iskhemia dan secara langsung mempengaruhi pertumbuhan sel osteoblas. Hambatan nikotin pada aktivitas osteoblas tergantung pada konsentrasi nikotin (Rothem et al., 2009). Menurut (Ma et al., 2007), nikotin mempengaruhi ekspresi gen osteogenik dan angiogenik pada regenerasi tulang kelinci. Lebih jauh nikotin juga mempengaruhi perkembangan osteoklas melalui mekanisme tidak langsung yaitu melalui sel osteoblas. Dari hasil penelitian (Kim et al., 2013) pada human alveolar bone marrow-derived mesenchyme stem cells (hABMMSCs) juga dapat disimpulkan bahwa, nikotin dapat menghambat dan merangsang proliferasi dan diferensiasi sel osteoblas tergantung pada konsentrasi nikotin. Adanya hambatan pada hormon pertumbuhan akan menghambat diferensiasi dan maturasi sel osteoblas.

Osteoklas berasal dari sel myeloid dan makrofag yang memproduksi banyak sitokin dan bertugas mengatur makrofag dan fungsi sel dendritik.� Osteoklas terletak pada permukaan endosteal saluran Haversian sepanjang tulang kortikal dan trabekula lebih tebal dari 200 um (Lorenzo et al., 2015). Osteoklas adalah sel paling besar, berinti banyak dan tidak beraturan dengan sitoplasma berwarna pucat. Osteoklas mampu mendegradasi matrik organik dan anorganik pada tulang, bertanggung jawab terhadap terjadinya resorpsi tulang 15. Saat melekat pada tulang, osteoklas terdiferensiasi membentuk ruangan tertutup di bawahnya, dimana fase mineralisasi tulang terutama hidroksi apatit, diresorpsi oleh asam dan fase organik terutama kolagen tipe 1 dilarutkan oleh ensim proteolitik. Aktivitas ini meninggalkan pit atau cekungan di bawahnya dan disebut Howships�s lacunae (Hefti et al., 2010).

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terjadi penurunan jumlah sel osteoblas pada kelompok yang dipapar nikotin. Akibatnya, aktifitas sel osteoklas yang cepat tidak mampu di imbangi oleh sel osteoblas dalam menutup cekungan sehingga terjadi ketidak seimbangan remodeling. Pada fase proses remodeling tulang, sel bone lining membersihkan deposit kolagen tipe 1, karena itu jaringan tulang terbentuk oleh osteoblas melalui regulasi kalsium dan fosfat membentuk hidroksi apatit (Lorenzo et al., 2015).

Osteoporosis termasuk dalam issue utama kesehatan masyarakat karena menyebabkan morbiditas dan mortalitas (Kung & Huang, 2007; Zhang et al., 2010). Pada tulang rahang, osteoporosis menyebabkan resorpsi pada tulang alveolar yaitu tulang yang berada di sekeliling akar gigi dan menyangga gigi. Adanya� resorpsi tulang alveolar akan mengakibatkan gigi menjadi goyang bahkan mengakibatkan gigi tanggal 2. Resorpsi tulang alveolar adalah salah satu tanda penyakit periodontitis. Periodontitis adalah penyakit infeksi pada jaringan yang menyangga gigi termasuk tulang alveolar. Meskipun tidak di definisikan sebagai penyakit tulang, periodontitis dapat terjadi akibat penyakit pada tulang alveolar dengan gejala terjadi resopsi tulang alveolar sehingga menyebabkan gigi menjadi goyang bahkan tanggal.

 

 

 

Kesimpulan

Osteoporosis tulang alveolar yang terjadi pada kelinci New Zealand yang dipapar nikotin, diakibatkan adanya peningkatan jumlah sel osteoklas dan penurunan jumlah sel osteoblas. Peningkatan jumlah osteoklas dan penurunan jumlah sel osteoblas menyebabkan ketidak seimbangan remodeling, yaitu saat terjadi resorpsi tulang oleh sel osteoklas tidak diimbangi dengan aposisi atau pembentukan tulang oleh sel osteoblas.

 

BIBLIOGRAFI

 

Baron, R. (2008). Anatomy And Ultrastructure Of Bone-Histogenesis, Growth And Remodeling. Diseases Of Bone And Mineral Metabolism. Endotext. Com2008. Google Scholar

 

Broulik, P. D., Rosenkrancov�, J., Rů�ička, P., Sedl�ček, R., & Kurcov�, I. (2007). The Effect Of Chronic Nicotine Administration On Bone Mineral Content And Bone Strength In Normal And Castrated Male Rats. Hormone And Metabolic Research, 39(01), 20�24. Google Scholar

 

Canalis, E., Zanotti, S., Beamer, W. G., Economides, A. N., & Smerdel-Ramoya, A. (2010). Connective Tissue Growth Factor Is Required For Skeletal Development And Postnatal Skeletal Homeostasis In Male Mice. Endocrinology, 151(8), 3490�3501. Google Scholar

 

Florencio-Silva, R., Sasso, G. R. Da S., Simoes, M. De J., Sim�es, R. S., Baracat, M. C. P., Sasso-Cerri, E., & Cerri, P. S. (2017). Osteoporosis And Autophagy: What Is The Relationship? Revista Da Associa��o M�dica Brasileira, 63(2), 173�179. Google Scholar

 

Hefti, T., Frischherz, M., Spencer, N. D., Hall, H., & Schlottig, F. (2010). A Comparison Of Osteoclast Resorption Pits On Bone With Titanium And Zirconia Surfaces. Biomaterials, 31(28), 7321�7331. Google Scholar

 

Henemyre, C. L., K. Scales, D., Hokett, S. D., Cuenin, M. F., Peacock, M. E., Parker, M. H., Brewer, P. D., & Chuang, A. H. (2003). Nicotine Stimulates Osteoclast Resorption In A Porcine Marrow Cell Model. Journal Of Periodontology, 74(10), 1440�1446. Google Scholar

 

Kim, D. H., Liu, J., Bhat, S., Benedict, G., Lecka-Czernik, B., Peterson, S. J., Ebraheim, N. A., & Heck, B. E. (2013). Peroxisome Proliferator-Activated Receptor Delta Agonist Attenuates Nicotine Suppression Effect On Human Mesenchymal Stem Cell-Derived Osteogenesis And Involves Increased Expression Of Heme Oxygenase-1. Journal Of Bone And Mineral Metabolism, 31(1), 44�52. Google Scholar

 

Kirkham, G. R., & Cartmell, S. H. (2007). Genes And Proteins Involved In The Regulation Of Osteogenesis. Topics In Tissue Engineering, 3, 1�22. Google Scholar

 

Kung, A. W. C., & Huang, Q. (2007). Genetic And Environmental Determinants Of Osteoporosis. Journal Of Musculoskeletal And Neuronal Interactions, 7(1), 26. Google Scholar

 

Lorenzo, J., Horowitz, M., Choi, Y., Takayanagi, H., & Schett, G. (2015). Osteoimmunology: Interactions Of The Immune And Skeletal Systems. Academic Press. Google Scholar

 

Ma, L., Zheng, L. W., & Cheung, L. K. (2007). Inhibitory Effect Of Nicotine On Bone Regeneration In Mandibular Distraction Osteogenesis. Front Biosci, 12, 3256�3262. Google Scholar

 

Manolagas, S. C. (2000). Birth And Death Of Bone Cells: Basic Regulatory Mechanisms And Implications For The Pathogenesis And Treatment Of Osteoporosis. Endocrine Reviews, 21(2), 115�137. Google Scholar

 

Porter, S. E., & Hanley, E. N. (2001). The Musculoskeletal Effects Of Smoking. Jaaos-Journal Of The American Academy Of Orthopaedic Surgeons, 9(1), 9�17. Google Scholar

 

Rocha, M. I. P. N. M. Da. (2011). Nicotine Effects On Bone Metabolism: In Vitro Studies With Human Osteoclasts And Co-Cultures Of Osteoclasts And Osteoblasts In An Hydroxyapatite Surface. Google Scholar

 

Rothem, D. E., Rothem, L., Soudry, M., Dahan, A., & Eliakim, R. (2009). Nicotine Modulates Bone Metabolism-Associated Gene Expression In Osteoblast Cells. Journal Of Bone And Mineral Metabolism, 27(5), 555�561. Google Scholar

 

Shibli, J. A., Piattelli, A., Iezzi, G., Cardoso, L. A., Onuma, T., De Carvalho, P. S. P., Susana,� D�avila, Ferrari, D. S., Mangano, C., & Zen�bio, E. G. (2010). Effect Of Smoking On Early Bone Healing Around Oxidized Surfaces: A Prospective, Controlled Study In Human Jaws. Journal Of Periodontology, 81(4), 575�583. Google Scholar

 

Tanaka, H., Tanabe, N., Kawato, T., Nakai, K., Kariya, T., Matsumoto, S., Zhao, N., Motohashi, M., & Maeno, M. (2013). Nicotine Affects Bone Resorption And Suppresses The Expression Of Cathepsin K, Mmp-9 And Vacuolar-Type H+-Atpase D2 And Actin Organization In Osteoclasts. Plos One, 8(3), E59402. Google Scholar

 

Yamano, S., Berley, J. A., Kuo, W. P., Gallucci, G. O., Weber, H., & Sukotjo, C. (2010). Effects Of Nicotine On Gene Expression And Osseointegration In Rats. Clinical Oral Implants Research, 21(12), 1353�1359. Google Scholar

 

Yoshida, K., Oida, H., Kobayashi, T., Maruyama, T., Tanaka, M., Katayama, T., Yamaguchi, K., Segi, E., Tsuboyama, T., & Matsushita, M. (2002). Stimulation Of Bone Formation And Prevention Of Bone Loss By Prostaglandin E Ep4 Receptor Activation. Proceedings Of The National Academy Of Sciences, 99(7), 4580�4585. Google Scholar

 

Zhang, J., Chen, F., Yun, F., & Chen, J. (2010). Low Level Nicotine: A Novel Approach To Reduce Osteoporosis Incidence. Medical Hypotheses, 74(6), 1067�1068. Google Scholar

 

Zheng, L. W., Ma, L., & Cheung, L. K. (2008). Changes In Blood Perfusion And Bone Healing Induced By Nicotine During Distraction Osteogenesis. Bone, 43(2), 355�361. Google Scholar

 

 

 

 

 

 

 

 


 


Copyright holder :

Nina Nilawati (2021)

 

First publication right :

Jurnal Health Sains

 

This article is licensed under: