Jurnal Health Sains: p�ISSN:
2723-4339 e-ISSN:
2548-1398�����
Vol. 2, No. 3, Maret 2021
ANALISA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS TIDUR LANSIA
DI PANTI
Rizki Jian Utami,
Retno Indarwati dan Retnayu Pradanie
Universitas Airlangga
Surabaya Jawa Timur, Indonesia
Email: [email protected], [email protected] dan [email protected]
artikel info |
abstract |
Tanggal diterima:
5 Maret 2021 Tanggal direvisi:
15 Maret 2021 Tanggal disetujui:
25 Maret 2021 |
The research method of searching journals or
articles using Scopus, Proquest, Pubmed and science Direct indexed databases uses strong
keywords. The Centre for Review and Dissemination and The Joanna Briggs
Institute are used to assess the quality of research. The framework used to
review is PICOS and the inclusion criteria used are English and Indonesian
journals with publications from 2015 to 2020. Analyze and tabulate data in
articles or journals. Titles, abstracts, full text and methodologies are
assessed to determine the feasibility of an article or journal. The results
of one thousand eight hundred and twenty-six identified, there are fifteen
articles that fit the criteria of the study. Factors that affect sleep
quality include environment, psychological stress, nutrition, lifestyle,
physical activity, exercise. While how to improve the quality of sleep is
brain gym, therapeutic touch, cognitive training, footbath theraphy, aromatheraphy, reminiscene therapy, acupressure. Environmental
conclusions are one of the factors that most affect the quality of sleep of
the elderly in this search, while one of the most effective ways to improve
the quality of elderly sleep is the use of aromatherapy. ABSTRAK
Metode penelitian pencarian jurnal atau artikel
menggunakan database yang terindeks
Scopus, Proquest, Pubmed
dan science Direct menggunakan kata kunci yang adekuat. The Centre
for Review and Dissemination and The Joanna Briggs Institute digunakan untuk menilai kualitas penelitian. Framework yang digunakan
untuk mereview adalah PICOS dan kriteria inklusi yang digunakan yakni jurnal berbahasa Inggris dan Indonesia
dengan terbitan tahun 2015 sampai 2020. Dilakukan analisis dan tabulasi data pada artikel atau jurnal. Judul, abstrak, teks lengkap dan metodologi dinilai untuk menentukan kelayakan artikel atau jurnal. Hasil penelitian seribu delapan ratus dua puluh enam
diidentifikasi, terdapat
lima belas artikel yang sesuai dengan kriteria penelitian. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas tidur diantaranya lingkungan, stress psikologi, gizi, gaya hidup, aktivitas
fisik, Olahraga. Sedangkan cara meningkatkan kualitas tidur adalah brain gym,
therapeutic touch, cognitive training, footbath theraphy,
aromatheraphy, reminiscene
therapy, acupressure. Kesimpulan lingkungan menjadi salah satu faktor yang paling mempengaruhi
kualitas tidur lansia di panti, sedangkan salah satu cara yang cukup efektif untuk meningkatkan kualitas tidur lansia adalah penggunaan aromatherapy. |
Keywords: sleep disorders; sleep quality; elderly homes Kata Kunci: gangguan tidur;
kualitas tidur; panti lansia |
Coresponden Author:
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka
dibawah lisensi
���������������
Pendahuluan
Kualitas tidur merupakan masalah dominan
yang hampir dimiliki semua lansia. (Y�cel et al., 2020). Lansia merupakan
manusia yang memasuki tahap akhir dari suatu fase kehidupan. Menurut (Organization, 2015) lansia adalah
individu yang berusia 60 tahun keatas yang terdiri dari lansia awal yaitu umur
60-74 tahun, lansia menengah dengan rentan umur 75-90 tahun dan lansia akhir
yaitu lansia dengan umur 90 tahun keatas. Kualitas tidur merupakan kepuasan
seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan
tanda-tanda kurang tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Kualitas
tidur mencakup durasi tidur, latensi tidur, serta aspek subjektif seperti tidur
malam dan istirahat. Kualitas yang baik dilihat dari kebugaran, kesehatan dan
bagaimana seseorang itu terlihat segar di pagi hari. (Prastyo et al., 2017).
�� Masalah kualitas tidur pada lansia seharusnya
dapat menjadi perhatian yang lebih karena jika dibiarkan dapat menyebabkan
berbagai macam hal yang merugikan baik untuk kesehatan tubuh ataupun menurunkan
angka harapan hidup lansia (Cherukuri et al., 2018). Secara khusus
lansia di panti melaporkan tingkat stress yang lebih tinggi karena kondisi
tempat tinggal yang mereka tempati, hal ini menyebabkan kualitas tidur yang
buruk. dibuktikan dengan adanya proses adaptasi lingkungan baru, kebiasan dan
pola hidup yang berbeda antar lansia (Kim et al., 2016). �Hasil Penelitian (Brewster et al., 2019) menunjukan bahwa
lingkungan yang bising, kotor dan sempit dapat berdampak negatif pada
fisiologis, perilaku dan fungsi kognitif lansia,� hal ini dapat mengganggu tidur yang pada
akhirnya mempengaruhi kualitas tidur lansia.
Berdasarkan data
proyeksi penduduk Kementerian RI tahun 2017, diperkirakan jumlah penduduk
lansia adalah 23,66 juta jiwa (9,03%). Prediksi jumlah lansia pada tahun 2020
(27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035
(48,19 juta). Persentase penduduk lansia di Jawa Timur telah mencapai 12,92%
dari keseluruhan penduduk (BPS JATIM, 2017). Manurut hasil survei CDC (CentersforDisease-Controland Prevention)
diperkirakan 50 - 70 juta orang Amerika mengalami gangguan tidur. Semakin
bertambahnya usia seseorang kemungkinan mengalami gangguan tidur 5% pada usia
30 - 50 tahun,� dan 30% pada usia diatas
50 tahun. Di Indonesia, setiap tahun diperkirakan sekitar 35%-45% orang dewasa
melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 25% mengalami gangguan tidur yang
serius. Prevalensi gangguan tidur pada dewasa cukup tinggi yaitu sekitar 50% (RI, 2012).�
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
tidur lansia yang adalah stress psikologis, gizi, lingkungan, motivasi, gaya
hidup dan olahraga (Nursalam et al., 2018). Lingkungan
adalah faktor penting untuk penerapan sleep hygiene. Kepadatan dan luas kamar,
pencahayaan terlalu terang, kebisingan dari kegiatan panti dan kebersihan
lingkungan yang diciptakan antar individu (Brewster et al., 2019). Faktor
Psikologis yang menyebabkan gangguan tidur pada lansia panti sangat beragam.
Antara lain seperti kisah hidup traumatis, masalah rumah tangga terdahulu, kekhawatiran
masa kini dan masa depan, mimipi buruk dan perasaan gelisah. Lansia yang stress
dan memilih menghabiskan waktu siang nya untuk tidur dapat memicu gangguan
tidur di malam hari. Hal ini mempengaruhi kualitas tidur secara negatif pada
lansia (Aşiret & Dutkun, 2018). Status
kesehatan lanjut usia dipengaruhi oleh faktor gizinya. Status gizi pada lanjut
usia harus mendapatkan perhatian khusus karena dapat mempengaruhi status
kesehatan, penurunan kualitas tidur, kualitas hidup dan mortalitas. Gizi kurang
maupun gizi lebih pada masa dewasa akhir dapat memperburuk kondisi fungsional
dan kesehatan fisik (Morehen et al., 2020). Sedangkan
faktor gaya hidup dan aktivitas fisik dipengaruhi oleh keaktifan lansia
sehari-hari, kebiasaan menghabiskan waktu harian hal ini terkait dengan
imobilitas yang dihubungkan dengan tirah baring. Bedrest kronis mengganggu
ritme sikardian / dan ritme waktu tidur. Terlalu lama berbaring di tempat tidur
di siang hari menyebabkan episode bangun pendek di malam hari dan kualitas
tidur lansia menjadi buruk (Martin et al., 2017).
Gangguan tidur
meningkat lebih buruk seiring bertambahnya usia. Kualitas tidur yang buruk pada
lansia dapat dikaitkan dengan adanya masalah fisik, mental dan kesejahteraan
sosial (Zhu et al., 2020). Gangguan tidur
pada lansia panti dapat di atasi dengan beberapa intervensi antara lain brain gym, therapeutic touch, cognitive
training, footbath theraphy, aromatheraphy, reminiscene therapy, acupressure.
Metode Penelitian
�� Pencarian literature dilakukan pada bulan Mei � Juli 2020 dengan menggunakan data sekunder. Perumusan pertanyaan penelitian menggunakan PICOS (Population /Problem, Interest/ Intervention,
Comparison, Outcome dan Study design) dan menggunakan
kata kunci yang disesuaikan
dengan Medical
Subject Heading (MeSH) yaitu
Sleep Disturbance OR Sleep Disorder OR Sleep wake AND Sleep Hygiene OR Sleep
Habits AND Sleep Quality AND Elderly OR Aged OR Older OR Adult AND Nursing
Home.
Pencarian artikel
didapatkan dari database Scopus, Sciencedirect,
Proquest dan Pubmed menggunakan
kata kunci yang dipilih dan
dipublikasikan 5 tahun terakhir yaitu pada rentang tahun 2016 � 2020 dengan artikel berbahasa inggris, dapat diakses secara
fulltext dan open access.
Artikel yang ditemukan
sebanyak 1826, emudian dilakukan seleksi duplikat menggunakan mendeley sebanyak 425 artikel. Tahap berikutnya yakni melakukan screening terhadap
topic yang tidak relevan sebanyak 304 artikel, pengeliminasian dilakukan pada artikel yang tidak memenuhi kriteria inklusi dimana tidak fokus pada Sleep Hygiene sebanyak 11 artikel kriteria yang tidak fokus pada sleep quality
sebanyak 15 artikel, eliminasi pada artikel systematic review 16 artikel,
literature review 10 artikel, book
chapters 20 Artikel, dan conference abstrac 24 artikel.
Setelah ditemukan 25 artikel
abstrak selanjutnya peneliti melakukan screening menyeluruh. Pengeleminasian dilakukan pada artikel yang tidak fokus pada analisa faktor 5 (lima) artikel dan artikel yang tidak berfokus pada lansia yang tinggal di panti 5 (lima) artikel. Sehingga artikel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 artikel.
Penilaian kualitas
dalam studi literature
review ini menggunakan The Joanna Briggs Institute (JBI) Critical
Appraisal dan CRAAP test (Currency, Relevance, Authority, Accuracy and Purpose).
Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Hasil pencarian
artikel didapatkan faktor yang mempengaruhi kualitas tidur lansia di panti
a.
Faktor yang mempengaruhi Kualitas Tidur Lansia
1) Faktor Lingkungan
Populasi lansia
di panti meningkat setiap tahunnya, di Amerika serikat peningkatan lansia yang tinggal di panti naik 43% setiap bulan. Hal ini berpengaruh pada kepadatan penduduk panti dan kenyamanan lansia. Lingkungan adalah faktor penting seperti kepadatan dan luas kamar, pencahayaan
terlalu terang, kebisingan dari kegiatan panti dan kebersihan lingkungan yang diciptakan antar individu (B.
Chen, 2019). Hasil Penelitian (Brewster
et al., 2019) menunjukan
bahwa lingkungan yang bising, kotor dan sempit dapat berdampak
negatif pada fisiologis, perilaku dan fungsi kognitif hal ini
dapat mengganggu tidur yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas tidur lansia. Pada penelitian (Li
& Jiang, 2020) lansia
mengeluh tidak bisa tidur karena
lingkungan yang kotor dan berbau. 70% lansia mengaku tidak nyaman
dengan bau busuk yang mengganggu tidur mereka. Lansia
panti memiliki beraneka ragam sifat, budaya dan kebiasaan. Perbedaan ini mampu memicu
kebisingan, mempengaruhi kebersihan kamar serta ikut serta
dalam menciptakan suasana nyaman (Yeung
et al., 2018).
2) Faktor Stress Psikologi
Lansia yang tinggal
di panti berasal dari berbagai latar
belakang yang berbeda. Hal ini membuat faktor
stress antar lansia satu dan yang lainya beberbeda. Lansia yang tinggal di panti mengalami kesulitan beradaptasi sehingga merasa stres, kehilangan
kontrol atas hidupnya, kehilangan identitas diri (Elvina
et al., 2017). Menurut
penelitian (Zhu
et al., 2020) faktor
psikologis yang menyebabkan
gangguan tidur pada lansia panti sangat
beragam. Antara lain seperti
kisah hidup traumatis, masalah rumah tangga terdahulu,
kekhawatiran masa kini dan
masa depan, mimipi buruk dan perasaan gelisah. Lansia yang stress dan memilih menghabiskan waktu siang nya
untuk tidur dapat memicu gangguan
tidur di malam hari. Hal ini mempengaruhi
kualitas tidur secara negatif. Menurut (Aşiret
& Dutkun, 2018) penelitian
menunjukkan bahwa lansia yang tidak mengalami stres cenderung tidak akan terjadi gangguan
pada kualitas tidurnya, sebaliknya sebagian besar lansia yang megalami stres ringan dan terjadi gangguan tidur sebanyak 34 (89,5%) responden, hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat stres berpengaruh
terhadap kualitas tidur pada lansia. Adanya hubungan tingkat stres dengan
kualitas tidur terjadi karena lansia yang mengalami stres ringan cenderung
terjadi gangguan pada kualitas tidurnya, sedangkan lansia yang tidak mengalami stres cenderung tidak terjadi gangguan
pada kualitas tidurnya. Hal
tesebut menunjukkan bahwa semakin tinggi
tingkat stres yang dialami oleh lansia maka akan semakin
besar resiko terjadi gangguan pada kualitas tidurnya. Pada penelitian (Gordon
& Gladman, 2010) aktivitas
fisik yang baik dapat mempengaruhi psikologi dan stress lansia secara signifikan, lansia melaporkan lebih bahagia setelah
menghabiskan waktunya dengan berolahraga selain itu mood lansia membaik dan lansia cenderung dapat mengendalikan emosi nya, sehingga
mempengaruhi kualitas tidur lansia. Lingkungan
juga mempengaruhi tingkat
stress lansia yang tinggal
di panti, lansia yang tinggal di panti mengaku bahwa kondisi
di panti jauh berbeda dengan kondisi di rumah. Hal ini memakan waktu
untuk lansia bisa menerima dan beradaptasi. Namun tidak sedikit lansia
yang pada akhirnya stress dan tidak
bisa beradaptasi dengan baik secara
cepat (Yeung
et al., 2018).
3) Faktor Gizi
Kondisi fisik
yang baik akan mendukung lanjut usia memiliki gaya
hidup yang baik, sehingga meningkatkan status kesehatannya. Status kesehatan lanjut usia dipengaruhi
oleh faktor gizinya. Status
gizi pada lanjut usia harus mendapatkan
perhatian khusus karena dapat mempengaruhi
status kesehatan, penurunan
kualitas tidur, kualitas hidup dan mortalitas. Gizi kurang maupun gizi
lebih pada masa dewasa akhir dapat memperburuk
kondisi fungsional dan kesehatan fisik (Morehen
et al., 2020). Faktor
gizi sangat penting karena berdasarkan penelitian (Lee
et al., 2020) mengonsumsi
makanan berlemak, siap saji dan makanan
tidak sehat secara berlebihan dapat mempengaruhi tidur karena mampu
menyebabkan gangguan pencernaan, perut mulas dan tenggorokan panas. Hal ini dapat menyebabkan lansia akan mudah
terbangun di malam hari atau sulit
untuk kembali memulai tidur dan mempertahankan kualitas tidur yang baik
4)
Faktor Gaya Hidup
Kualitas tidur
yang buruk adalah masalah umum pada lansia, hal ini
dapat dipengaruhi dari perubahan aktivitas dan memiliki keterkaitan dengan pekerjaan (Zhu
et al., 2020). Gaya hidup
di siang hari juga dapat berkontribusi sebagai masalah tidur lansia panti.
Rutinitas panti jompo mendorong ketidakaktifan lansia. Lansia di panti cenderung malas melakukan kegiatan di siang hari. Mereka tidak
perlu memasak karena panti sudah
menyediakan kebutuhan pangan, panti juga menyediakan tukang bersih-bersih untuk mengepel dan menyapu panti, kebanyakan panti juga menggunakan jasa laundry untuk mencuci baju lansia. (Y�cel
et al., 2020). Sehingga
menurut penelitian (Martin
et al., 2017) lansia
akan meninggalkan tempat tidurnya disaat ada kegiatan
penting yang diselenggarakan
dan lebih memilih berdiam diri diatas
tempat tidur seharian untuk bermalas-malasan.
5)
Faktor Olahraga /
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik
merupakan faktor penting untuk menjaga
kesehatan pada lansia.
Orang lanjut usia hampir dua kali lebih mungkin memiliki
cacat fisik atau mental dan empat kali lipat lebih mungkin
memiliki beberapa keterbatasan fisik, dibandingkan dengan orang berusia <60 tahun (Lee
et al., 2020). Menurut
penelitian (�tefan
et al., 2018) lansia
yang tidur terlalu lama dan
terlalu pendek cenderung tidak berolahraga secara teratur. Pada penelitian ini juga dijelaskan lansia yang tidur kurang dari 4 jam cenderung kurang aktif dan memiliki aktivitas fisik yang buruk dibandingkan dengan lansia yang tidur dengan durasi
lebih dari 7-8 jam. Menurut penelitian (Iyer
et al., 2019). Lansia
Insomnia yang lebih tua menunjukkan distribusi aktivitas fisik yang relatif kurang hal ini terkait
dengan imobilitas yang dihubungkan dengan tirah baring. Bedrest kronis mengganggu ritme sikardian/dan ritme waktu tidur. Terlalu
lama berbaring di tempat tidur di siang hari menyebabkan episode bangun pendek di malam hari dan kualitas tidur lansia menjadi buruk.
6)
Kualitas tidur
pada lansia
Kualitas tidur
merupakan kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan tanda-tanda kurang tidur dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Kualitas tidur mencakup durasi tidur, latensi tidur, serta aspek
subjektif seperti tidur malam dan istirahat. Kualitas yang baik dilihat dari
kebugaran, kesehatan dan bagaimana seseorang itu terlihat segar di pagi hari (Li
& Jiang, 2020) Masalah
kualitas tidur pada lansia seharusnya dapat menjadi perhatian
yang lebih karena jika dibiarkan dapat menyebabkan berbagai macam hal yang merugikan baik untuk kesehatan
tubuh ataupun menurunkan angka harapan hidup lansia.
(Cherukuri et al. 2018). Secara
khusus lansia di panti melaporkan tingkat stress yang lebih tinggi karena kondisi
tempat tinggal yang mereka tempati, hal ini menyebabkan
kualitas tidur yang buruk. dibuktikan dengan adanya proses adaptasi lingkungan baru, kebiasan dan pola hidup yang berbeda antar lansia.
(Kim
et al., 2016). Sebagian lansia memiliki masalah tidur, yang berdampak pada kualitas hidup dan kesehatan, di dukung dengan beberapa
faktor seperti faktor penuaan, faktor lingkungan dan penyakit penyerta. (Y�cel
et al., 2020). Masalah
tidur meningkat lebih buruk seiring
bertambahnya usia. Kualitas tidur yang buruk pada lansia dapat dikaitkan dengan adanya masalah
fisik, mental dan kesejahteraan
sosial (Zhu
et al., 2020).
b.
Intervensi untuk Meningkatkan
Kualitas Tidur Lansia
1) Brain Gym (Senam Otak)
Senam otak merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan
otak dengan gerakan sederhana. Pada prinsipnya, inti dari senam otak adalah melatih
otak agar tetap fit dan menghilangkan stress. Brain Gym juga merupakan
intervensi aktivitas fisik lansia dengan
frekuensi, intensitas, waktu dan tipe yang cocok dengan kriteria
FITT untuk lansia. Senam otak lansia dilatih
untuk mampu memberikan respon relaksasi sehingga dapat mencapai keadaan tenang (Nursalam
et al., 2018). Menurut
penelitian (Nursalam
et al., 2018) setelah
dilakukan intervensi senam otak atau Brain Gym selama 16 minggu di panti, kualitas tidur pada lansia meningkat secara signifikan, mood meningkat dengan hasil stress menurun. Sehingga intervensi Brain gym efektif untuk meningkatkan kualitas tidur lansia.
2) Therapeutic Touch
Therapeutic touch atau
terapi sentuhan merupakan terapi pengobatan holistik yang validitasnya sudah terbukti. Terapi sentuhan memungkinkan individu untuk menemukan keseimbangan batin yang berfungsi untuk mengurangi stress, terapi ini merupakan
pengobatan sederhana dan
non invasif tanpa biaya, tanpa efek
samping dan tindakan medis. Terapi sentuhan
terbukti memiliki efek seperti mengurangi
rasa sakit, kecemasan, depresi dan kelelahan, meningkatkan kualitas hidup dan kualitas tidur, mengatur tekanan darah dan jantung, memberikan relaksasi dan kenyamanan. Menurut penelitian (Y�cel
et al., 2020) terapi
sentuhan efektif dalam mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman, sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur.
3) Cognitive Training
Latihan kognitif
merupakan suatu pengobatan rehabilitasi yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan individu yang mengalami masalah neurologis karena fenomena penyakit atau faktor
penuaan (Thiele
et al., 2014). Latihan kognitif digunakan sebagai alat untuk
membantu mencapai tujuan terapeutik yang ditargetkan seperti meningkatkan harga diri dan melatih lansia untuk mengembangkan
strategi pemecahan masalah.
Tujuan dari latihan kognitif adalah untuk meningkatkan
memori, perhatian, presepsi, penalaran, perencanaan, penilaian pembelajaran umum dan fungsi otak. Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa mengembangkan kemampuan kognitif ini dapat
mengarah pada peningkatan kesadaran diri, kepercayaan diri, dan stabilitas emosional (Zhu
et al., 2020). Menurut
penelitian (Almondes
et al., 2017) fungsi
kognitif juga dipengaruhi
oleh penuaan yang sehat. Penelitihan terbaru juga menyatakan bahwa ada hubungan antara
kualitas tidur yang buruk pada lansia dengan fungsi kognitif
yang buruk. Dalam penelitian ini juga diterangkan bahwa intervensi ini juga efektif untuk mencapai
kondisi tidur yang sehat. Sehingga lansia yang mempunyai fungsi kognitif yang terlatih akan dapat
mencapai kualitas tidur yang baik.
4) Footbath Therapy
Terapi Footbath (rendam kaki) telah terbukti efektif dalam meningkatkan
kualitas tidur karena mampu menurunkan
suhu inti tubuh melalui vasodilatasi perifer. Terapi Footbath mampu meningkatkan kualitas tidur dengan mengurangi latensi onset tidur, meningkatkan fase tidur NREM, dan mengurangi tidur REM. Selain itu terapi ini
mudah dilakukan dan hemat biaya. Efek
terapi footbath bervariasi tergantung pada suhu air, lama terapi dan subjek terapi. Menurut penelitian (Lee
et al., 2020) terapi
footbath yang dilakukan dengan
suhu 40�C dalam waktu 30 menit dan jangka 4 mimggu� dapat meningkatkan kualitas tidur lansia dengan
gangguan tidur buruk, sebaliknya terapi ini tidak
mempengaruhi lansia dengan kualitas tidur yang baik. Walaupun terapi footbath ini memberikan peningkatan kualitas tidur pada lansia, namun terapi ini
tidak secara langsung menghasilkan perbaikan perilaku gangguan tidur pada lansia.
5) Aromatherapy
Aromatherapy merupakan
intervensi yang mengacu
pada pengobatan terapeutik
yang diserap melalui indra penciuman atau melalui kulit.
Aromatherapy yang paling sering digunakan
dalam meningkatkan kualitas tidur lansia adalah Langon Kleri (Salvia Scarea),
Eukalipus (EucalyptusGlobulus),
Geranium (Pelargonium Graveolens), Lavender (Lavendula
Vera Officianals), Lemon (Citrus Linonem),
Peppermint (Mentha Piperita), Petitgrain (Daun Citus Aurantium), dan Rosmari
(Rosmarinus Officinals), serta
Pohon teh (Melalueca Alternifol) (Li
& Jiang, 2020). Aromatheraphy
sangat efektif dalam meningkatkan kenyamanan, pengurangan nyeri, relaksasi, pengembangan mekanisme koping, pengurangan stress, dan meningkatkan kesejahteraan lansia. Kandungan aromatherapy
yang mampu mempengaruhi kualitas tidur lansia antara lain kandungan linalool dan linalyl acetate. Linalool berfungsi sebagai obat penenang dengan
mempengaruhi reseptor asam aminobutirat di pusat saraf yang menyebabkan peningkatan sekresi serotonin yang signifikan
dari sistem pencernaan. Selain itu aromatherapy juga mempunyai kandungan fenol adehida atau alkohol,
yang berfungsi untuk menimbulkan efek sedatif pada amigdala otak dan memicu kantuk (Tao-juan
et al., 2019). Menurut
penelitian (Faydali
& �etinkaya, 2018) ada
peningkatan yang signifikan
pada pemberian aromatherapy lavender untuk lansia dengan
gangguan tidur kronis. Kualitas tidur dan kuantitas tidur lansia meningkat
dan lansia dapat mencapai tingkat tidur NREM. Selain itu beberapa lansia
panti menyatakan
aromatherapy membantu meningkatkan
rasa nyaman karena membantu menghilangkan bau tidak sedap,
memberikan ketenangan, dan membantu mengurangi nyeri.
6) Reminiscence Therapy
Salah satu terapi non farmakologis yang terbukti mampu mengurangi gangguan tidur orang tua adalah terapi reminiscene.
terapi reminiscene dilakukan dengan cara mengingat peristiwa masa lalu dan fokus pada meningkatkan kualitas kehidupan di masa sekarang. Terapi reminiscene ini dilakukan oleh profesional keperawatan baik dengan individu ataupun kelompok. Terapi ini menggunakan
media musik, album foto
masa lalu dan barang pribadi yang menunjang. Banyak penelitian membuktikan bahwa terapi ini
mampu menurunkan depresi, kecemasan dan meningkatkan harapan dan kepuasan hidup. Selain itu terapi
reminiscnene menunjukkan efek positif pada kualitas tidur lansia. Menurut penelitian (Aşiret
& Dutkun, 2018) setelah
dilakukan terapi selama 12 minggu yang dilakukan 2 kali satu minggu dengan durasi
30- 60 menit didapatkan hasil bahwa terapi
ini kurang efektif dalam meningkatkan
kualitas tidur lansia. Tetapi dari hasil intervensi
yang diberikan terapi ini mampu menurunkan
tingkat depresi, kesepian dan stress yang di alami
lansia. Namun walaupun kurang efektif, sesi terapi
kenangan didalam terapi reminiscene memiliki efek positif
dalam suasana hati mereka mebuat
lansia lebih sering meninggalkan kamar mereka dan memilih lebih sering
untuk datang ke sesi melakukan
interaksi sosial dan menjalin pertemanan baru, yang hasilnya terjadi peningkatan sosialisasi dan dukungan sosial yang mampu mempengaruhi peningkatan subkomponen kualitas tidur dan mengurangi disfungsi siang hari pada hasil perhitungan PSQI peserta.
7) Acupressure
Acupressure adalah
tehnik pijat dengan jari yang di titik beratkan untuk merangsang titik akupuntur di sepanjang garis meridian di permukaan
kulit untuk membuka penyumbatan. Menurut pengobatan tradisional tiongkok titik akupuntur adalah lokasi darah
dari jeroan dan meridian meresap kedalam permukaan tubuh. Meridians merupakan jalur untuk sirkulasi qi dan darah, menghubungkan organ dan ekstremitas dan menghubungkan energi yang dan yin dapat menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Dimensi masing-masing titik akupuntur adalah 0.3-1.2 cm. Akupresur terbukti mampu mengurangi tekanan psikologis dan meningkatkan kualitas tidur (Y.
Chen et al., 2019).
2. Pembahasan
a. �Faktor yang mempengaruhi Kualitas Tidur Lansia Panti
Lansia merupakan
kelompok umur pada tahap terakhir fase kehidupan. Kelompok yang tergolong lanjut usia akan
mengalami proses yang disebut
dengan proses penuaan.
Proses penuaan ditandai dengan hilangnya integritas fisiologi progresif, yang menyebabkan gangguan fungsi dan kerentanan terhadap kematian (Effendy
et al., 2019). Tidur
merupakan proses fisiologis
yang berfungsi untuk pemulihan yang penting untuk menjaga keseimbangan
dan kesehatan tubuh. Lansia yang tinggal di panti menunjukkan gangguan tidur yang lebih kompleks. Dibuktikan dengan lansia yang lebih sering terjaga di malam hari, kesulitan
memulai tidur, terbangun di tengah malam dan terbangun lebih cepat di pagi hari. Hal ini lebih sering
terjadi pada lansia di panti yang mempunyai kondisi sleep hygiene yang buruk.
Gangguan tidur pada lansia bisa berakibat
fatal seperti penyakit kardiovaskuler, penurunan kognitif, depresi, dan kualitas hidup yang buruk. (Lee
et al., 2020).
Setelah menelusuri
lima belas artikel yang di
review, lebih dari 7 artikel memaparkan faktor lingkungan menjadi faktor utama atau dominan
yang mempengaruhi kualitas tidur lansia di panti. Lansia panti
memiliki beraneka ragam sifat, budaya
dan kebiasaan. Perbedaan ini mampu memicu
kebisingan, mempengaruhi kebersihan kamar serta ikut serta
dalam menciptakan suasana nyaman (Yeung
et al., 2018). Lansia
mengeluh tidak bisa tidur karena
lingkungan yang kotor dan berbau. 70% lansia mengaku tidak nyaman
dengan bau busuk yang mengganggu tidur mereka. Lansia
panti memiliki beraneka ragam sifat, budaya dan kebiasaan. Perbedaan ini mampu memicu
kebisingan, mempengaruhi kebersihan kamar serta ikut serta
dalam menciptakan suasana nyaman. (Yeung
et al., 2018).
Faktor Psikologis
yang menyebabkan gangguan tidur pada lansia panti sangat beragam.
Antara lain seperti kisah hidup traumatis, masalah rumah tangga
terdahulu, kekhawatiran
masa kini dan masa depan, mimipi buruk dan perasaan gelisah. Lansia yang stress dan memilih menghabiskan waktu siang nya untuk
tidur dapat memicu gangguan tidur di malam hari. Hal ini mempengaruhi
kualitas tidur secara negatif. Insomnia yang terjadi pada lansia disebabkan karena kecemasan dan depresi. Depresi memiliki tiga kriteria yaitu
depresi ringan ditandai dengan kehilangan minat, kesenangan dan mudah menjadi lelah. Depresi sedangan ditandai dengan mengalami kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial dan pekerjaan, sedangkan depresi berat ditandai
dengan gelisah, tegang, kehilangan harga diri, dan keinginan untuk bunuh diri. Depresi
juga menyebabkan lansia mengalami gangguan tidur, insomnia termasuk salah satu gangguan tidur
yang dijumpai pada lansia
yang berdampak pada kualitas
tidur (Tao-juan
et al., 2019).
�Faktor selanjutnya yang juga penting dalam meningkatkan kualitas tidur lansia adalah aktivitas
fisik. Menurut penelitian (Iyer
et al., 2019) Lansia
Insomnia yang lebih tua menunjukkan distribusi aktivitas fisik yang relatif kurang hal ini terkait
dengan imobilitas yang dihubungkan dengan tirah baring. Bedrest kronis mengganggu ritme sikardian / dan ritme waktu tidur. Terlalu
lama berbaring di tempat tidur di siang hari menyebabkan episode bangun pendek di malam hari dan kualitas tidur lansia menjadi buruk (Gordon
& Gladman, 2010). Seseorang
yang telah lanjut usia akan mengalami
kemunduran pada berbagai aspek terutama kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan- peranan sosialnya, kemunduran kemampuan fisik ini akan
menimbulkan gangguan di dalam hal mencukupi
kebutuhan hidupnya sehingga meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain. Hal ini berpengaruh pada aktivitas yang dilakukan oleh lansia, bila aktivitas yang di lakukan berat kadang
menyebabkan timbulnya masalah masalah fisik pada lansia tersebut,masalah-masalah fisik
yang sering di temukan pada
lansia sebagai berikut: mudah jatuh, mudah lelah,
dan salah satunya masalah gangguan tidur (insomnia) (Prastyo
et al., 2017). Aktivitas
fisik berkontribusi dalam mengurangi tekanan psikologis di kalangan lansia karena aktivitas fisik mampu mendorong
interaksi psikososial, meningkatkan harga diri, membantu mempertahankan dan meningkatkan fungsi kognitif, dan berfungsi untuk mengurangi frekuensi kambuhnya depresi dan kecemasan. Menurut (Yeung
et al., 2018), aktivitas
fisik merupakan kegiatan memindahkan/menggerakkan badan seperti berkebun, berjalan, dan menaiki tangga. Namun, aktivitas fisik berbeda dengan
latihan fisik. Latihan fisik merupakan bagian dari aktivitas
fisik yang lebih terstruktur atau terjadwal seperti aerobik dan tai chi. Latihan fisik
sebenarnya lebih memengaruhi fungsi kognitif pada lansia. Menurut (Woodall
et al., 2014) latihan
fisik seperti aerobik akan meningkatkan
kemampuan kognitif lansia khususnya bagian kontrol eksekutif dan meningkatkan volume
hippocampus. Hippocampus merupakan sentral otak yang sangat penting dalam menyimpan memori.
faktor gizi
dan gaya hidup mempunyai keterikatan kuat dengan kualitas
tidur lansia panti. Faktor gizi
sangat penting karena berdasarkan penelitian (Dewa
et al., 2017) mengonsumsi
makanan berlemak, siap saji dan makanan
tidak sehat secara berlebihan dapat mempengaruhi tidur karena mampu
menyebabkan gangguan pencernaan, perut mulas dan tenggorokan panas. Hal ini dapat menyebabkan lansia akan mudah
terbangun di malam hari atau sulit
untuk kembali memulai tidur dan mempertahankan kualitas tidur yang baik.� Asupan gizi ikut menentukan
status gizi Lansia. Faktor gaya hidup
menurut penelitian (Rodr�guez,
2012) lansia
akan meninggalkan tempat tidurnya disaat ada kegiatan
penting yang diselenggarakan
dan lebih memilih berdiam diri diatas
tempat tidur seharian untuk bermalas-malasan. Sehingga
rata-rata lansia mempunyai aktivitas fisik yang kurang.� Sedangakan yang baik adalah dengan menjauhi
tempat tidur di siang hari agar di malam hari lansia
bisa tidur dengan nyenyak. gaya hidup yang dimiliki lansia ketika di masa muda sangat beragam. Gaya hidup yang tidak sehat di masa muda dapat mempengaruhi fungsi kognitif di kemudian hari. Gaya hidup yang sehat bagi lansia adalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi yang baik, latihan dan olahraga, istirahat dan tidur yang cukup serta tidak
merokok (Marshall
& Hale, 2019).
Lansia merupakan
kelompok umur pada tahap terakhir fase kehidupan. Kelompok yang tergolong lanjut usia akan
mengalami proses yang disebut
dengan proses penuaan.
Proses penuaan ditandai dengan hilangnya integritas fisiologi progresif, yang menyebabkan gangguan fungsi dan kerentanan terhadap kematian (Effendy
et al., 2019). Tidur
merupakan proses fisiologis
yang berfungsi untuk pemulihan yang pernting untuk menjaga keseimbangan
dan kesehatan tubuh. Lansia yang tinggal di panti menunjukkan gangguan tidur yang lebih kompleks. dibuktikan dengan lansia yang lebih sering terjaga di malam hari, kesulitan
memulai tidur, terbangun di tengah malam dan terbangun lebih cepat di pagi hari. Hal ini lebih sering
terjadi pada lansia di panti yang mempunyai kondisi sleep hygiene yang buruk.
Gangguan tidur pada lansia bisa berakibat
fatal seperti penyakit kardiovaskuler, penurunan kognitif, depresi, dan kualitas hidup yang buruk. (Lee
et al., 2020).
Setelah menelusuri
lima belas artikel yang di
review, lebih dari 7 artikel memaparkan faktor lingkungan menjadi faktor utama atau dominan
yang mempengaruhi kualitas tidur lansia di panti. Lansia panti
memiliki beraneka ragam sifat, budaya
dan kebiasaan. Perbedaan ini mampu memicu
kebisingan, mempengaruhi kebersihan kamar serta ikut serta
dalam menciptakan suasana nyaman (Yeung
et al., 2018). Lansia
mengeluh tidak bisa tidur karena
lingkungan yang kotor dan berbau. 70% lansia mengaku tidak nyaman
dengan bau busuk yang mengganggu tidur mereka. Lansia
panti memiliki beraneka ragam sifat, budaya dan kebiasaan. Perbedaan ini mampu memicu
kebisingan, mempengaruhi kebersihan kamar serta ikut serta
dalam menciptakan suasana nyaman (Yeung
et al., 2018).
Faktor Psikologis
yang menyebabkan gangguan tidur pada lansia panti sangat beragam.
Antara lain seperti kisah hidup traumatis, masalah rumah tangga
terdahulu, kekhawatiran
masa kini dan masa depan, mimipi buruk dan perasaan gelisah. Lansia yang stress dan memilih menghabiskan waktu siang nya untuk
tidur dapat memicu gangguan tidur di malam hari. Hal ini mempengaruhi
kualitas tidur secara negatif. Insomnia yang terjadi pada lansia disebabkan karena kecemasan dan depresi. Depresi memiliki tiga kriteria yaitu
depresi ringan ditandai dengan kehilangan minat, kesenangan dan mudah menjadi lelah. Depresi sedangan ditandai dengan mengalami kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial dan pekerjaan, sedangkan depresi berat ditandai
dengan gelisah, tegang, kehilangan harga diri, dan keinginan untuk bunuh diri. Depresi
juga menyebabkan lansia mengalami gangguan tidur, insomnia termasuk salah satu gangguan tidur
yang dijumpai pada lansia
yang berdampak pada kualitas
tidur (Tao-juan
et al., 2019)
�Faktor selanjutnya yang juga penting dalam meningkatkan kualitas tidur lansia adalah aktivitas
fisik. Menurut penelitian (Iyer
et al., 2019) Lansia
Insomnia yang lebih tua menunjukkan distribusi aktivitas fisik yang relatif kurang hal ini terkait
dengan imobilitas yang dihubungkan dengan tirah baring. Bedrest kronis mengganggu ritme sikardian / dan ritme waktu tidur. Terlalu
lama berbaring di tempat tidur di siang hari menyebabkan episode bangun pendek di malam hari dan kualitas tidur lansia menjadi buruk (Gordon
& Gladman, 2010). Seseorang
yang telah lanjut usia akan mengalami
kemunduran pada berbagai aspek terutama kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan- peranan sosialnya, kemunduran kemampuan fisik ini akan
menimbulkan gangguan di dalam hal mencukupi
kebutuhan hidupnya sehingga meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain. Hal ini berpengaruh pada aktivitas yang dilakukan oleh lansia, bila aktivitas yang di lakukan berat kadang
menyebabkan timbulnya masalah masalah fisik pada lansia tersebut, masalah-masalah fisik yang sering di temukan pada lansia sebagai berikut: mudah jatuh, mudah
lelah, dan salah satunya masalah gangguan tidur (insomnia) (Prastyo
et al., 2017). Aktivitas
fisik berkontribusi dalam mengurangi tekanan psikologis di kalangan lansia karena aktivitas fisik mampu mendorong
interaksi psikososial, meningkatkan harga diri, membantu mempertahankan dan meningkatkan fungsi kognitif dan berfungsi untuk mengurangi frekuensi kambuhnya depresi dan kecemasan. Menurut (Yeung
et al., 2018), aktivitas
fisik merupakan kegiatan memindahkan/menggerakkan badan seperti berkebun, berjalan, dan menaiki tangga. Namun, aktivitas fisik berbeda dengan
latihan fisik. Latihan fisik merupakan bagian dari aktivitas
fisik yang lebih terstruktur atau terjadwal seperti aerobik dan tai chi. Latihan fisik
sebenarnya lebih memengaruhi fungsi kognitif pada lansia. Menurut (Browne
et al., 2013) latihan
fisik seperti aerobik akan meningkatkan
kemampuan kognitif lansia khususnya bagian kontrol eksekutif dan meningkatkan volume
hippocampus. Hippocampus merupakan sentral otak yang sangat penting dalam menyimpan memori.
Faktor gizi
dan gaya hidup mempunyai keterikatan kuat dengan kualitas
tidur lansia panti. Faktor gizi
sangat penting karena berdasarkan penelitian (Dewa
et al., 2017) mengonsumsi
makanan berlemak, siap saji dan makanan
tidak sehat secara berlebihan dapat mempengaruhi tidur karena mampu
menyebabkan gangguan pencernaan, perut mulas dan tenggorokan panas. Hal ini dapat menyebabkan lansia akan mudah
terbangun di malam hari atau sulit
untuk kembali memulai tidur dan mempertahankan kualitas tidur yang baik.� Asupan gizi ikut menentukan
status gizi Lansia.
Faktor gaya
hidup menurut penelitian (Rodr�guez,
2012) lansia
akan meninggalkan tempat tidurnya disaat ada kegiatan
penting yang diselenggarakan
dan lebih memilih berdiam diri diatas
tempat tidur seharian untuk bermalas-malasan. Sehingga
rata-rata lansia mempunyai aktivitas fisik yang kurang.� Sedangakan yang baik adalah dengan menjauhi
tempat tidur di siang hari agar di malam hari lansia
bisa tidur dengan nyenyak. gaya hidup yang dimiliki lansia ketika di masa muda sangat beragam. Gaya hidup yang tidak sehat di masa muda dapat mempengaruhi fungsi kognitif di kemudian hari. Gaya hidup yang sehat bagi lansia adalah
pemenuhan kebutuhan nutrisi yang baik, latihan dan olahraga, istirahat dan tidur yang cukup serta tidak
merokok (Marshall
& Hale, 2019).
b. Jenis Intervensi
yang digunakan untuk meningkatkan Kualitas Tidur lansia di panti
Faktor lingkungan
menjadi faktor utama atau dominan
yang mempengaruhi kualitas tidur lansia di panti (Yeung
et al., 2018). Hasil penelusuran artikel menunjukkan bahwa sembilan dari lima belas artikel yang sudah di review mempermasalahkan lingkungan dan aktivitas fisik sebagai faktor
paling berpengaruh terhadap
gangguan tidur lansia. Intervensi yang dibahas penulis untuk mengurangi gangguan tidur dan meningkatkan kualitas tidur lansia pada literature
review ini adalah Brain gym, therapeutic touch, cognitive
training, footbath therapy, aromatheraphy, reminiscene therapy dan acupressure.
Aromatheraphy adalah
salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan
yang berbau harum, gurih, dan enak yang disebut minyak asiri. Aroma terapi suatu cara perawatan
tubuh dan penyembuhan penyakit dengan minyak essensial (essential oil). Mekanisme
aroma terapi adalah dimulai dari aroma yang dihirup memasuki hidung dan berhubungan dengan silia, penerima
di dalam silia dihubungkan dengan alat penghirup yang berada di ujung saluran bau. Bau-bauan
diubah oleh silia menjadi impuls listrik yang dipancarkan ke otak melalui
sistem penghirup. Semua impulsi mencapai
sistem limbik di hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan gelombang alfa di dalam otak dan akan membantu
kita untuk merasa rileks. Posisi rileks akan
menurunkan stimulus ke sistem aktivasi retikular (SAR), yang berlokasi
pada batang otak teratas yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan terjaga akan diambil
alih oleh bagian otak yang lain yang disebut BSR (Bulbar Synchronizing Regoin)
yang fungsinya berkebaikan dengan SAR, sehingga bisa menyebabkan tidur yang diharapkan akan dapat meningkatkan
kualitas tidur. Pada� penelitian (Faydali
& �etinkaya, 2018) Intervensi
diberikan dengan meneteskan minyak aromatheraphy sebanyak 3 tetes
(0,3 ml) pada kertas tissue dan dilakukan
sekitar pukul 19.30-20.30 selama 15 menit dalam kurun waktu
28 hari berturut-turut.
Dari intervensi tersebut ditemukan hasil uji statistik t independen terhadap perbedaan kualitas tidur antara kelompok kontrol dan intervensi menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kualitas tidur setelah diberikan
relaksasi aromaterapi
jasmine pada kelompok kontrol
dan kelompok intervensi. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memperlihatkan bahwa penggunaan aromaterapi sebagai intervensi untuk manajemen tidur pada lansia telah memberikan manfaat yang nyata. Efek sedatif dan relaksasi yang ditimbulkan dari aromaterapi jasmine menyebabkan perbaikan kondisi emosional lansia sehingga lansia akan lebih
rileks dan mendapatkan tidur yang nyenyak di malam hari serta
bangun dengan segar di pagi hari. Pada penelitian (Lee
et al., 2020) Penelitian
di lakukan dengan teknik inhalat uap yaitu dengan
cara menambahkan 5-6 tetes minyak aroma terapi lavender kedalam mangkok yang berisi air mendidih �5cc di atas tungku pemanas,
kemudian di letakkan didekat lansia yang akan tidur selama
30 menit sehingga aromanya akan dihirup
oleh lansia yang mengalami gangguan tidur (insomnia). Teknik
pemberian aroma terapi
lavender secara inhalat uap akan lebih
efektif karena mekanisme kerjanya, butiran melekul uap yang sangat kecil dengan mudah
dapat diserap melalui aliran darah hingga pembuluh
kapiler darah di seluruh jaringan tubuh. Zat-zat aktif yang terdapat dalam minyak lavender ini kemudian diedarkan
ke seluruh jaringan tubuh, sehingga akan lebih
mudah mencapai sasaran lokasi yang diobati
Brain Gym Merupakan
senam otak atau salah satu senam lansia yang mampu merangsang penurunan aktifitas saraf simpatis dan peningkatan aktifitas saraf para simpatis yang berpengaruh pada penurunan hormon adrenalin, norepinefrin
dan katekolamin serta vasodilatasi pada pembuluh darah yang mengakibatkan
transport oksigen ke seluruh tubuh terutama
otak lancar sehingga dapat menurunkan tekanan darah dan nadi menjadi normal. Senam otak� mampu
mengembalikan posisi dan kelenturan sistem saraf dan aliran darah. Senam mampu memaksimalkan supply oksigen ke otak, mampu
menjaga sistem kesegaran tubuh serta sistem pembuangan
energi negatif dari dalam tubuh.
Senam lansia merupakan kombinasi dari gerakan otot dan teknik pernafasan. Teknik pernapasan yang dilakukan secara sadar dan menggunakan diafragma, memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Teknik pernapasan tersebut, mampu memberikan pijatan pada jantung yang menguntungkan akibat naik turunnya diafragma, membuka sumbatansumbatan dan memperlancar
aliran darah ke jantung serta
meningkatkan aliran darah ke seluruh
tubuh. Menurut (Effendy
et al., 2019) Brain Gym dilakukan untuk meningkatkan perhatian, memori, dan ketrampilan akademik. Pada penelitian ini intervensi menuntut partisipan untuk dilibatkan dalam berbagai gerakan seperti mengkoordinasikan tangan, mata, telinga, dan seluruh tubuh secara
terstruktur. Intervensi dilakukan dalam satu bulan dengan
durasi 15-20 menit yang dilaksanakan seminggu 4 kali.
Terapi Footbath (rendam kaki) telah terbukti efektif dalam meningkatkan
kualitas tidur karena mampu menurunkan
suhu inti tubuh melalui vasodilatasi perifer. Terapi Footbath mampu meningkatkan kualitas tidur dengan mengurangi latensi onset tidur, meningkatkan fase tidur NREM, dan mengurangi tidur REM. Selain itu terapi ini
mudah dilakukan dan hemat biaya. Menurut
penelitian yang dilakukan (Lee
et al., 2020) rendam� kaki� secara� baik� dapat� meningkatkan� kualitas� tidur� kalangan� lansia. Menurut� penelitian� tersebut� lansia� yang� belum� menjalani� terapi� rendam� kaki� hanya memiliki� waktu� tidur efektif sekitar
4,88� jam.� Namun setelah dilakukan terapi rendam kaki kuantitas waktu tidur lansia kemudian
bertambah menjadi 6,20 jam.
Terapi� rendam� kaki� dengan� air� hangat� adalah� salah� satu� terapi� yang dapat� digunakan� untuk� mengatasi� permasalahan� gangguan� tidur.Terapi� ini dapat� dilakukan� dengan� merendam� kaki� pada�
air� dengan� suhu� 37 �39�C setiap malam sebelum tidur
selama 1 bulan. Di dalam penelitian ini juga diterangkan bahwa dengan merendamkan
kaki ke dalam air hangat selama beberapa
menit dapat meningkatkan kualitas tidur.� Peningkatan� kualitas� tidur� ini� terjadi� akibat kondisi� tubuh� yang� lebih� tenang� dan relax. Kondisi ini kemudian
membuat seseorang dapat tidur dengan
nyaman dan nyanyak.
Latihan kognitif
merupakan suatu pengobatan rehabilitasi yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan individu yang mengalami masalah neurologis karena fenomena penyakit atau faktor
penuaan. Latihan kognitif digunakan sebagai alat untuk membantu
mencapai tujuan terapeutik yang ditargetkan seperti meningkatkan harga diri dan melatih lansia untuk mengembangkan strategi pemecahan masalah. Tujuan dari latihan
kognitif adalah untuk meningkatkan memori, perhatian, presepsi, penalaran, perencanaan, penilaian pembelajaran umum dan fungsi otak. Menurut
penelitian (Almondes
et al., 2017) latihan
kognitif dapat meningkatkan kualitas tidur karena latihan
kognitif mempunyai efek menguntungkan tentang arsitektur tidur, yang dapat meningkatkan kualitas tidur secara keselurahan.
Latihan kognitif disebut sebagai mekanisme kunci untuk pemulihan
korteks prefrontal, bisa diartikan sebagai katalisator yang memaksa otak untuk memiliki
lebih banyak episode tidur untuk mencapai
tahan REM. Perubahan arsitektur tidur dan peningkatan tahap REM memungkinkan lansia untuk mendapatkan tidur restoratif sehingga kemungkinan mengantuk di siang hari berkurang sehingga kualitas tidur di malam hari meningkat.� Menurut (Xiao
et al., 2020) dengan
dilakukannya senam otak��� pada pagi hari akan memperlancar
transport oksigen�
ke seluruh tubuh terutama�� otak,senam mampu mengembalikan posisi kelenturan� saraf� dan aliran darah, sehingga� dapat� meningkatkan� relaksasi lansia serta sekresi
melatonin yang optimal� dan� pengaruh� beta endhorphindan� membantu� peningkatan� pemenuhan kebutuhan� tidur� lansia. Menurut penelitian Team (2014) dengan melakukan program aktivitas fisik jangka pendek
seperti latihan fisik dapat membawa
perbaikan yang berarti dalam kinerja fungsi
kognitif lansia. Selain itu, dengan
melakukan aktivitas fisik secara rutin
dan berkala termasuk berjalan kaki akan membuat fungsi kognitif menjadi lebih baik. Hal ini karena aktivitas
fisik dapat mempertahankan aliran darah yang optimal dan mengantarkan
nutrisi ke otak. Apabila lansia
tidak melakukan aktivitas fisik secara rutin maka
aliran darah ke otak menurun,
dan akan menyebabkan otak kekurangan oksigen.
Therapeutic
touch atau terapi sentuhan
merupakan terapi pengobatan holistik yang validitasnya sudah terbukti. Terapi sentuhan memungkinkan individu untuk menemukan keseimbangan batin yang berfungsi untuk mengurangi stress, terapi ini merupakan
pengobatan sederhana dan
non invasif tanpa biaya, tanpa efek
samping dan tindakan medis (Munly,
2015). Terapi
sentuhan terbukti memiliki efek seperti
mengurangi rasa sakit, kecemasan, depresi dan kelelahan, meningkatkan kualitas hidup dan kualitas tidur, mengatur tekanan darah dan jantung, memberikan relaksasi dan kenyamanan. Menurut penelitian (Y�cel
et al., 2020) terapi
sentuhan efektif dalam mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman, sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur. Pada penelitian ini terapi dilakukan selama 10 menit pada rentang waktu pukul
18.00-22.00.
Acupressure adalah
tehnik pijat dengan jari yang di titik beratkan untuk merangsang titik akupuntur di sepanjang garis meridian di permukaan
kulit untuk membuka penyumbatan (T.
Chen et al., 2020). Menurut
pengobatan tradisional tiongkok titik akupuntur adalah lokasi darah dari
jeroan dan meridian meresap
kedalam permukaan tubuh. Meridians merupakan jalur untuk sirkulasi
qi dan darah, menghubungkan
organ dan ekstremitas dan menghubungkan
energi yang dan yin dapat menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Dimensi masing-masing titik akupuntur adalah 0.3-1.2 cm. Akupresur terbukti mampu mengurangi tekanan psikologis dan meningkatkan kualitas tidur. Menurut penelitian (T.
Chen et al., 2020) sebelum
intervensi lansis mengalami masalah tidur yang parah dengan skor (C-PSQI >13) namun setelah dilakukan
intervensi menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Selain itu terapi ini
mampu meningkatkan efektivitas latensi tidur, durasi tidur,
kuantitas serta kualitas tidur. Akupresur bekerja dengan cara menerapkan
tekanan ke titik akupressure yang mampu melepaskan neurotransmitter
yang menyampaikan sinyal sepanjang neuron atau mengaktifkan sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal lalu mengatur fungsi
endokrin, sehingga menyebabkan otot rileks dan mampu membuat lansia mengantuk cepat tertidur dan tetap tertidur.
Kesimpulan
Perubahan�� kualitas�� tidur�� pada lansia disebabkan oleh kemampuan fisik lansia yang semakin menurun. Kemampuan fisik menurun�� karena kemampuan organ dalam tubuh yang menurun, seperti jantung, paru-paru, dan ginjal. Penurunan kemampuan organ mengakibatkan daya tahan tubuh
dan�� kekebalan
tubuh turut terpengaruh mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Hasil Literature review ini
menunjukkan faktor yang mempengaruhi kualitas tidur lansia di panti adalah faktor
lingkungan, faktot stress psikologi, faktor gizi, faktor gaya
hidup dan faktor olahraga/aktivitas fisik. Sementara cara meningkatkan kualitas tidur adalah Brain gym,
therapeutic touch, cognitive training, footbath therapy, aromatheraphy,
reminiscene therapy dan acupressure.
BIBLIOGRAFI
Almondes,
K. M. De, Leonardo, M. E. M., & Moreira, A. M. S. (2017). Effects Of A
Cognitive Training Program And Sleep Hygiene For Executive Functions And Sleep
Quality In Healthy Elderly. Dementia & Neuropsychologia, 11(1),
69�78.
Aşiret,
G. D., & Dutkun, M. (2018). The Effect Of Reminiscence Therapy On The
Adaptation Of Elderly Women To Old Age: A Randomized Clinical Trial. Complementary
Therapies In Medicine, 41, 124�129.
Brewster,
M. E., Velez, B. L., Breslow, A. S., & Geiger, E. F. (2019). Unpacking Body
Image Concerns And Disordered Eating For Transgender Women: The Roles Of Sexual
Objectification And Minority Stress. Journal Of Counseling Psychology, 66(2),
131.
Browne,
M. A., Niven, S. J., Galloway, T. S., Rowland, S. J., & Thompson, R. C.
(2013). Microplastic Moves Pollutants And Additives To Worms, Reducing
Functions Linked To Health And Biodiversity. Current Biology, 23(23),
2388�2392.
Chen,
B. (2019). Geometry Of Submanifolds. Courier Dover Publications.
Chen,
T., Wu, D. I., Chen, H., Yan, W., Yang, D., Chen, G., Ma, K., Xu, D., Yu, H.,
& Wang, H. (2020). Clinical Characteristics Of 113 Deceased Patients With
Coronavirus Disease 2019: Retrospective Study. Bmj, 368.
Chen,
Y., Chen, X.-Y., Du, H.-T., Zhang, X., Ma, Y.-M., Chen, J.-C., Ye, J.-W.,
Jiang, X.-R., & Chen, G.-Q. (2019). Chromosome Engineering Of The Tca Cycle
In Halomonas Bluephagenesis For Production Of Copolymers Of 3-Hydroxybutyrate
And 3-Hydroxyvalerate (Phbv). Metabolic Engineering, 54, 69�82.
Cherukuri,
S., Bajo, M., Colussi, G., Corciulo, R., Fessi, H., Ficheux, M., Slon, M.,
Weinhandl, E., & Borman, N. (2018). Home Hemodialysis Treatment And
Outcomes: Retrospective Analysis Of The Knowledge To Improve Home Dialysis
Network In Europe (Kihdney) Cohort. Bmc Nephrology, 19(1), 1�10.
Dewa,
C. S., Loong, D., Bonato, S., & Trojanowski, L. (2017). The Relationship
Between Physician Burnout And Quality Of Healthcare In Terms Of Safety And
Acceptability: A Systematic Review. Bmj Open, 7(6), E015141.
Effendy,
E., Prasanty, N., & Utami, N. (2019). The Effects Of Brain Gym On Quality
Of Sleep, Anxiety In Elderly At Nursing Home Care Case Medan. Open Access
Macedonian Journal Of Medical Sciences, 7(16), 2595.
Elvina,
R., Musyarofah, R., & Putri, R. A. (2017). Evaluasi Penggunaan Obat
Antimuntah Pada Pasien Anak Penderita Kanker Di Rumah Sakit Kanker Dharmais
Jakarta Periode Juni-Juli 2016. Media Farmasi: Jurnal Ilmu Farmasi, 14(1),
91�102.
Faydali,
S., & �etinkaya, F. (2018). The Effect Of Aromatherapy On Sleep Quality Of
Elderly People Residing In A Nursing Home. Holistic Nursing Practice, 32(1),
8�16.
Gordon,
A., & Gladman, J. R. F. (2010). Sleep In Care Homes. Reviews In Clinical
Gerontology, 20(4).
Iyer,
L., Yesodharan, R., & Nayak, A. K. (2019). Prevalence Of Insomnia, And
Sleep Hygiene Techniques Practiced Among Elderly Residing In Selected Old Age
Homes Of Udupi And Dakshina Kannada District, Karnataka. Indian Journal Of
Public Health, 10(9), 463.
Kim,
G.-W., Kang, G., Kim, J., Lee, G.-Y., Kim, H. Il, Pyeon, L., Lee, J., &
Park, T. (2016). Dopant-Free Polymeric Hole Transport Materials For Highly
Efficient And Stable Perovskite Solar Cells. Energy & Environmental
Science, 9(7), 2326�2333.
Lee,
J., Kim, D. E., Griffin, P., Sheehan, P. W., Kim, D., Musiek, E. S., &
Yoon, S. (2020). Inhibition Of Rev‐Erbs
Stimulates Microglial Amyloid‐Beta
Clearance And Reduces Amyloid Plaque Deposition In The 5xfad Mouse Model Of
Alzheimer�s Disease. Aging Cell, 19(2), E13078.
Li,
Y., & Jiang, S. (2020). Multi-Focus Image Fusion Using Geometric Algebra
Based Discrete Fourier Transform. Ieee Access, 8, 60019�60028.
Marshall,
K., & Hale, D. (2019). Older Adults And The Opioid Crisis. Home
Healthcare Now, 37(2), 117.
Martin,
G. M., Kandasamy, B., Dimaio, F., Yoshioka, C., & Shyng, S.-L. (2017).
Anti-Diabetic Drug Binding Site In A Mammalian Katp Channel Revealed By
Cryo-Em. Elife, 6, E31054.
Morehen,
S., Smeuninx, B., Perkins, M., Morgan, P., & Breen, L. (2020). Pre-Sleep
Casein Protein Ingestion Does Not Impact Next-Day Appetite, Energy Intake And
Metabolism In Older Individuals. Nutrients, 12(1), 90.
Munly,
K. (2015). Understanding Adult Foster Care Provider Experiences.
Virginia Polytechnic Institute And State University.
Nursalam,
N., Fibriansari, R. D., Yuwono, S. R., Hadi, M., Efendi, F., & Bushy, A.
(2018). Development Of An Empowerment Model For Burnout Syndrome And Quality Of
Nursing Work Life In Indonesia. International Journal Of Nursing Sciences,
5(4), 390�395.
Organization,
W. H. (2015). Who Report On Global Surveillance Of Epidemic-Prone Infectious
Diseases: Dengue And Dengue Haemorrhagic Fever, 2014 [Cited 2014 Jul 21].
Prastyo,
B. W., Sugiyanto, S., & Doewes, M. (2017). The Development Model Of The
Basic Techniques Of Exercise And Physical Exercise On Futsal Players Level
Intermediate. European Journal Of Physical Education And Sport Science.
Ri,
K. K. (2012). Petunjuk Teknis Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue (Psn Dbd) Oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Depkes Ri, Jakarta.
Rodr�guez,
M. A. (2012). Inhibition Of Localized Corrosion In Chromium Containing
Stainless Alloys. Corrosion Reviews, 30(1�2), 19�32.
�tefan,
L., Vrgoč, G., Rupčić, T., Spori�, G., & Sekulić, D.
(2018). Sleep Duration And Sleep Quality Are Associated With Physical Activity
In Elderly People Living In Nursing Homes. International Journal Of
Environmental Research And Public Health, 15(11), 2512.
Tao-Juan,
Z., Chu-Shu, P. I., Man, Y. A. O., Cheng, Y., Fang, Y. E., Jian-Ping, C., &
Zhi-Sheng, Z. (2019). Effects Of Coating Agent Hanyubaomu Seedling Raising On
Rice Grain Yield In Southeast Hubei Province. Hubei Agricultural Sciences,
58(23), 36.
Thiele,
S., Balestro, F., Ballou, R., Klyatskaya, S., Ruben, M., & Wernsdorfer, W.
(2014). Electrically Driven Nuclear Spin Resonance In Single-Molecule Magnets. Science,
344(6188), 1135�1138.
Woodall,
L. C., Sanchez-Vidal, A., Canals, M., Paterson, G. L. J., Coppock, R., Sleight,
V., Calafat, A., Rogers, A. D., Narayanaswamy, B. E., & Thompson, R. C.
(2014). The Deep Sea Is A Major Sink For Microplastic Debris. Royal Society
Open Science, 1(4), 140317.
Xiao,
S., Shimura, D., Baum, R., Hernandez, D. M., Agvanian, S., Nagaoka, Y.,
Katsumata, M., Lampe, P. D., Kleber, A. G., & Hong, T. (2020). Auxiliary
Trafficking Subunit Gja1-20k Protects Connexin-43 From Degradation And Limits
Ventricular Arrhythmias. The Journal Of Clinical Investigation, 130(9).
Yeung,
S., Russakovsky, O., Jin, N., Andriluka, M., Mori, G., & Fei-Fei, L.
(2018). Every Moment Counts: Dense Detailed Labeling Of Actions In Complex
Videos. International Journal Of Computer Vision, 126(2),
375�389.
Y�cel,
Ş. �., Arslan, G. G., & Bagci, H. (2020). Effects Of Hand Massage And
Therapeutic Touch On Comfort And Anxiety Living In A Nursing Home In Turkey: A
Randomized Controlled Trial. Journal Of Religion And Health, 59(1),
351�364.
Zhu,
N., Zhang, D., Wang, W., Li, X., Yang, B., Song, J., Zhao, X., Huang, B., Shi,
W., & Lu, R. (2020). A Novel Coronavirus From Patients With Pneumonia In
China, 2019. New England Journal Of Medicine.