Jurnal Health Sains: pISSN : 2723-4339 e-ISSN : 2548-1398     

Vol. 2, No. 1, Januari 2021

 

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TUBERKULOSIS  DI UPT PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA TANGERANG TAHUN 2020

                                                                                         

Jaelani, Ida Faridah dan Yati Afiyanti

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Yatsi Tangerang, Banten, Indonesia

Email: jaelanizay1@gmail.com, ida.farida72@gmail.com dan yatiafiyanti@yahoo.com

 

artikel info

abstract

Tanggal diterima: 05 Januari 2021

Tanggal revisi: 15 Januari 2021

Tanggal yang diterima: 25 Januari 2021

Motivation of TB sufferers will have an impact on their compliance in implementing the treatment program. The higher a person's motivation, the higher a person's desire to achieve his recovery. Purpose: The purpose of this study was to determine the relationship between motivation and adherence to taking medication in tuberculosis patients at the UPT Puskesmas Karang Tengah, Tangerang City. This type of research used a descriptive analytic study using cross sectional method. The research method used was retrospective with total sampling. The number of samples taken was 41 respondents who suffered from TB disease. The independent variable is motivation and the dependent variable is medication adherence where data is obtained through questionnaires and patient treatment cards. Results: The results showed a significant relationship between motivation and adherence to taking medication with the Chi-Square test results obtained with a "p value" of 0.000 where "p value" <0.05. Based on the analysis of the research results, it is necessary to have a joint commitment to prevent and control TB both from patients, families and health workers.

 

ABSTRAK

Motivasi penderita TB akan berdampak pada kepatuhannya dalam melaksanakan program pengobatan. Semakin tinggi motivasi seseorang maka akan semakin tinggi keinginan seseorang utuk mencapai kesembuhannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi dengan kepatuhan minum obat pada penderita tuberkulosis di UPT Puskesmas Karang Tengah Kota Tangerang. Jenis penelitian ini menggunakan studi deskriptif analitik dengan menggunakan metode cross sectional. Metode penelitian yang digunakan adalah retrospektif dengan total sampling. Jumlah sampel yang diambil adalah 41 orang responden yang menderita penyakit TB. Variabel independen adalah motivasi dan variabel dependen adalah kepatuhan minum obat dimana data diperoleh melaui kuesioner dan kartu berobat pasien. Hasil Penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan anatara  motivasi dengan kepatuhan minum obat dengan hasil uji Chi-Square didapatkan “nilai p” sebesar 0,000 dimana “nilai p” < 0,05. Saran: Berdasarkan analisis hasil penelitian, maka diperlukan adanya komitmen besama untuk melakukan pencegahan dan pengendalian TB baik dari pasien, keluarga dan tenaga kesehatan.

Keywords:

Motivation;, medication compliance; tuberculosis (TB)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kata Kunci:

Motivasi; kepatuhan minum obat; Tuberkulosis (TB)

 

Coresponden Author:

Email: jaelanizay1@gmail.com

Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi

 

 

 

 



Pendahuluan

   Amanat Undang-undang melalui Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis bahwasannya sasaran kegiatan tersebut mengeliminasi tuberkulosis pada tahun 2035 serta Indonesia terbebas dari tuberkulosis pada tahun 2050 (Pratiwi & Puspitasari, 2020).

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang di kenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Sebagian besar TB menyerang organ paru-paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain (Kemenkes, 2018).

TB tetap menjadi salah satu penyakit menular yang paling mematikan di dunia, hadir di semua wilayah dunia. Pada 2012, 8,6 juta orang jatuh sakit dengan TB dan 1,3 juta meninggal karena TB. Sekitar 450.000 orang mengembangkan TB yang resistan terhadap beberapa obat pada tahun 2012 (WHO, 2015).

Selain itu masalah TBC resistan terhadap obat memburuk, dengan diperkirakan 480.000 kasus baru yang resistan terhadap multi-obat (MDR) tuberkulosis pada 2013 (WHO, 2015).

Epidemi TB global diperkirakan ada 8,6 juta kasus baru, dan 1,3 juta orang meninggal karena TB, termasuk 320.000 di antara orang yang hidup dengan HIV. Khususnya, pada periode yang sama, 410.000 perempuan, 160.000 di antaranya HIV-positif, meninggal. Serta setidaknya 74.000 kematian pada anak-anak (WHO, 2015).

Laporan WHO 2014 juga menyatakan bahwa masalahnya TBC resistan terhadap obat memburuk, dengan Diperkirakan 480.000 kasus baru yang resistan terhadap multi-obat (MDR) tuberkulosis pada 2013 (WHO, 2015).

Di Indonesia, TB paru sudah signifikan masalah kesehatan masyarakat dengan jumlah penderita, sekitar 10% dari total jumlah penderita TB paru di dunia. Ini adalah yang terbesar ketiga pada tingkat global setelah negara India seta negara China. Meskipun kejadian Tuberkulosis telah menurun pada tataran dunia, tetap tatantangan kesehatan global. Diperkirakan 10,4 juta orang mengembangkan TB pada tahun 2015 (Ramadhany et al., 2020).

Untuk pencegahan TB, upaya dilakukan oleh memutus rantai penularan, diagnosis cepat, pengendalian infeksi, dan perawatan yang efektif sangat penting. Secara umum, diasumsikan bahwa publik tahu tentang TB dengan harapan mencegah penularan kasus tuberkulosis. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa orang melakukannya tidak selalu memiliki pengetahuan yang cukup atau positif dan sikap yang tepat dalam pencegahan dan pengobatan TB (Ramadhany et al., 2020).

Sesuai hasil Survei Prevalensi TB 2013-2014 yang dilakukan oleh Badan Litbangkes Kemenkes RI, angka insiden TB adalah 399 per 100.000 penduduk sedangkan angka prevalensi TB sebesar 647 per 100.000 penduduk. Di Kota Tangerang, jumlah kasus suspek TB Paru pada tahun 2017 sebanyak 13.746 kasus, sedangkan jumlah kasus baru BTA positif ( + ) yang ditemukan sebanyak 1.571 orang dan jumlah kasus lama TB Paru sebanyak 442 orang. Puskesmas Karang Tengah Kota Tangerang sebagai lokasi penelitian mengalami kenaikan jumlah kasus TB Paru dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2016 jumlah kasus baru BTA positif ( + ) di temukan 56 kasus dan pada tahun 2017 meningkat menjadi 111 kasus (Tangsel, 2015).

Penyakit TB bisa disembuhkan dengan berobat secara teratur dan rutin sesuai program pengobatan di Puskesmas. Pada kenyataannya masih banyak ditemukan kasus TB yang tidak sembuh karena penderita tidak mematuhi aturan program pengobatan. Kepatuhan dalam program pengobatan TB mutlak diperlukan, karena pengobatan TB memerlukan waktu yang lama ( 6-8 bulan ). Penderita yang tidak patuh dalam program pengobatan sangat beresiko gagal atau tidak sembuh dari penyakit TB, sehingga harus mengulang kembali proses pengobatannya mulai dari awal (Indiyah, 2018).

Kepatuhan penderita TB dalam minum obat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Selain dari faktor petugas yang memberi pelayanan kesehatan dan faktor komunikasi interpersonal, faktor motivasi dari penderita TB sendiri juga sangat berperan. Kebanyakan kasus ditemukan penderita TB merasa sudah sembuh setelah minum obat anti TB selama 2 bulan, karena gejala penyakitnya sudah sangat berkurang. Mereka merasa malas untuk melanjutkan proses pengobatannya sampai dinyatakan sembuh oleh petugas kesehatan, sehingga di bulan kedua program pengobatannya mereka sudah memutuskan program pengobatannya (Nerly, 2020).

Maka dari itu, untuk meminimalkan terjadinya kasus TB resisten obat atau TB MDR (Multi Drug Resisten) upaya peningkatan kepatuhan berobat pada penderita TB perlu dilakukan dan ditingkatkan, baik dengan metode pemberian motivasi lansung pada penderita, ataupun melalui pemberdayaan dukungan dari keluarga penderita TB. Melalui peningkatan motivasi penderita TB diharapkan bisa meningkatkan angka kepatuhan penderita TB dalam proses pengobatannya yang akhirnya penderita bisa dinyatakan sembuh dari penyakit TB (Pasek, 2013).

Motivasi yang kuat sangat dibutuhkan penderita TB guna menaikan kedisiplinan agar supaya patuh terhadap pengobatan Tuberkulosis, karena ketidakpatuhan dapat mengakibatkan kesembuhan rendah, tingkat kematian jauh lebih tinggi, kekambuhan semakin tinggi, penularan kuman pada di orang lain semakin tinggi, serta semakin kebalnya kuman terhadap obat anti tuberkusosis sebagai akibatnya tuberkulosis paru akan sulit untuk disembuhkan.

Ketidakpatuhan pada pengobatan akan menyebabkan tingginya jumlah kegagalan dalam pengobatan penderita TB paru, sebagai akibatnya akan menaikan resiko kesakitan, kematian, serta mengakibatkan semakin meningkatnya ditemukan penderita TB paru yang BTA positif kebal menggunakan pengobatan yang telah dibakukan (Pameswari et al., 2016). Pasien yang kebal terhadap pengobatan yang telah dibakukan tadi akan menjadikan asal penularan kuman pada masyarakat. Masalah ini tentunya akan mempersulit pemberantasan penyakit TB paru di Indonesia dan akan memperberat beban pemerintah. Mengingat TB paru adalah penyakit menular sebagai akibatnya kepatuhan pada pengobatan TB paru artinya hal krusial buat dianalisis, dan belum adanya penelitian tentang hubungan motivasi dengan kepatuhan minum obat pada penderita Tuberkulosis di UPT Puskesmas Karang Tengah Kota Tangerang (Prosiding, 2018). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TUBERKULOSIS DI UPT PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA TANGERANG”.

 

Metode Penelitian

   Metode penelitian adalah cara yang akan dilakukan dalam proses penelitian (Hidayat & Taufiq, 2012). Desain suatu penelitian merupakan sesuatu yang bersifat esensial didalam sebuah penelitian sehingga memungkinkan untuk dapat dilakukan kontrol secara maksimal terhadap beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan hasil didalam sebuah penelitian.

Jenis penelitianretrospektif” yang digunakan dalam penelitian ini yaitu suatu penelitian yang didasarkan pada catatan medis, mencari mundur sampai waktu peristiwanya terjadi masa lalu (Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan tujuan merupakan analitik kuantitatif. Analitik kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu (Sugiyono, 2010).

Pengumpulan data akan dilakukan dengan metode kuantitatif untuk menjelaskan atau mengetahui hubungan antara motivasi degan kepatuhan minum obat pada penderita TB di UPT Puskesmas Karang Tengah Tahun 2020.

Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, didapatkan karakteristik data responden sebanyak 41 responden yang menjelaskan karakteristik mengenai umur, jenis kelamin, tingakt pendidikan dan jenis pekerjaan responde.

 

Hasil Penelitian

a.         Motivasi

Data mengenai motivasi penderita TB diperoleh dari hasil kuesioner yang diberikan pada responden di UPT Puskesmas Karang Tengah, dimana terdapat 20 pernyataan yang harus diisi oleh responden. Dari 20 pernyataan tersebut terdiri dari 10 pernyataan bersifat favorable dan 10 pernyataan unfavorable dengan meggunakan skala Likert.

Data motivasi ini memuat data tentang tingkat motivasi responden yang dibedakan antara lain motivasi rendah, sedang dan tinggi.

 

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Motivasi di UPT Puskesmas Karang Tengah Tahun 2020

No

Motivasi

Jumlah (n)

Persentase (%)

1

Rendah

4

9,8

2

Sedang

30

82,9

3

Tinggi

7

17,1

Jumlah

41

100

Sumber: Hasil Olahan Data Primer 2020

 

b.         Kepatuhan

Data tentang kepatuhan minum obat pada penderita TB diperoleh dari kartu identitas pasien TB yang didapat dari pemegang program TB UPT Puskesmas Karang Tengah. Data kepatuhan minum obat ini dibedakan menjadi patuh dan tidak patuh. Adapun data gambaran tentang kepatuhan minum obat pada penderita TB

 

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan di UPT Puskesmas Karang Tengah Tahun 2020

No

Kepatuhan

Jumlah (n)

Persentase (%)

1

Tidak patuh

5

12,2

2

Patuh

36

87,8

Jumlah

41

100

Sumber: Hasil Olahan Data Sekunder 2020

 

c.       Hubungan motivasi dengan kepatuhan

Analisis data penelitian dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian yang menyatakanadanya hubungan antara motivasi dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB di UPT Puskesmas Karang Tengah“. Untuk membuktikan hipotesis penelitian ini digunakan tabulasi silang (cross tab) antara motivasi dengan kepatuhan minum obat.

 

Motivasi

Kepatuhan

 

Total

 

p-value

Tidak patuh

Patuh

N

%

N

%

N

%

 

 

0,00

Rendah

4

100

0

0

4

100

Sedang

1

3,3

29

96,7

30

100

Tinggi

0

0

7

100

7

100

Total

5

13,3

36

87,8

41

100

 

Berdasarkan tabel diatas, hasil analisis bivariat hubungan antara motivasi dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB di UPT Puskesmas Karang Tengah, diketahui bahwa diantara 41 orang responden yang memiliki motivasi rendah terhadap kepatuhan minum obat TB sebanyak 4 orang responden dimana dari 4 orang responden yang memiliki motivasi rendah tersebut seluruhnya (100%) tidak patuh minum obat TB. Sedangkan dari 41 orang yang menjadi responden terdapat 7 orang responden dengan tingkat motivasi tinggi dan seluruhnya (100%) patuh minum obat TB. Sementara itu dari 41 orang yang menjadi responden sebagian besar memiliki motivasi sedang yakni sebanyak 30 orang responden (96,7%) dimana terdapat 1 orang responden yang tidak patuh dalam minum obat TB (3,3%) dan sisanya 29 orang responden (96,7%) patuh minum obat TB

 Hasil uji statistik hubungan antara motivasi dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB di UPT Puskesmas Karang Tengah Kota Tangerang tahun 2020 dari 41 responden penderita TB, 7 orang responden yang memiliki tingkat motivasi kuat seluruhnya (100%) patuh menjalani pengobatan TB yang sedang dijalaninya, sebaliknya dari 4 orang dengan tingkat motivasi rendah seluruhnya (100%) tidak patuh dalam menjalani pengobatan TB sementara dari 30 orang dengan tingkat motivasi sedang didapatkan 1 orang responden tidak patuh (3,3%) menjalani pengobatan TB dan sisanya 29 orang (96,7%) patuh menjalani pengobatan TB.

Menurut Niven dalam (Galanter, 2018) kepatuhan penderita terhadap program pengobatan sangat dipengaruhi oleh motivasi dari dalam diri dan kesadaran diri untuk mematuhi aturan pengobatannya. Motivasi individu ingin tetap mempertahankan kesehatannya sangat berpengaruh terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penderita dalam kontrol penyakitnya. Menurut Nurwidji dan Fajri dalam (Tri Retno Kusuma Wardani, 2017) dijelaskan faktor penggerak motivasi seseorang adalah keinginan untuk hidup.

Keinginan untuk hidup merupakan keinginan utama dari setiap manusi, manusia bekerja untuk dapat makan dan makan untuk dapat melanjutkan kehidupannya. Dalam penelitian ini responden yang mempunyai motivasi kembuhan yang kuat, sebagian besar adalah responden yang mempunyai keinginan hidup dan dan keinginan sembuh yang tinggi.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian berkenaan dengan hubungan motivasi dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB di UPT Puskesmas Karang Tengah Kota Tangerang tahun 2020 yang dilakukan terhadap 41 orang responden penderita TB, dapat ditarik kesimpulan pertama gambaran karakteristik berdasarkan umur pada penderita TB di UPT Puskesmas Karang Tengah Kota Tangerang tahun 2020 sebagian besar berumur dewasa yakni 87,8%.

Kedua gambaran karakteristik berdasarkan jenis kelamin pada penderita TB di UPT Puskesmas Karang Tengah Kota Tangerang tahun 2020 relatif seimbang antara penderita TB laki-laki dan perempuan.

Ketiga gambaran karakteristik berdasarkan jenjang pendidikan pada penderita TB di UPT Puskesmas Karang Tengah Kota Tangerang tahun 2020 sebagian besar berpendidikan tamat SMA/sederajat (56,1%).

Keempat gambaran karakteristik berdasarkan jenis pekerjaan pada penderita TB di UPT Puskesmas Karang Tengah Kota Tangerang tahun 2020 ssebagian besar mengurus rumah tangga (29,3%).

Kelima gambaran karakteristik berdasarkan motivasi penderita TB di UPT Puskesmas Karang Tengah Kota Tangerang tahun 2020 sebagian besar motivasi dalam kategori sedang (73,2%).

Keenam gambaran karakteristik berdasarkan kepatuhan penderita TB di UPT Puskesmas Karang Tengah Kota Tangerang tahun 2020, sebagian besar patuh (87,8%).

Ketujuh terdapat hubungan yang sangat signifikan antara motivasi dengan kepatuhan minum obat pada penderita TB di UPT Puskesmas Karang Tengah Kota Tangerang tahun 2020.

 

BIBLIOGRAFI

 

Galanter, M. (2018). Competing Equalities: Law And The Backward Classes In India.

 

Hidayat, Z., & Taufiq, M. (2012). Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Disiplin Kerja Serta Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Kabupaten Lumajang. Wiga: Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi, 2(1), 36644.

 

Indiyah, I. (2018). Hubungan Motivasi Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita Tuberkulosis (Studi Di Puskesmas Ngujung Kecamatan Maospati Kabupaten Magetan). Stikes Insan Cendekia Medika Jombang.

 

Kemenkes, R. I. (2018). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. In Direktorat Gizi Masyarakat Dirjen Binkesmas.

 

Nerly, W. S. (2020). Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Kepatuhan Berobat Penderita Tb Paru Di Wilayah Kabupaten Lamongan Pada Januari 2016–Desember 2018. Universitas Muhammadiyah Surabaya.

 

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta.

 

Pameswari, P., Halim, A., & Yustika, L. (2016). Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Pada Pasien Tuberkulosis Di Rumah Sakit Mayjen H. A Thalib Kabupaten Kerinci. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 2(2), 116–121.

 

Pasek, M. S. (2013). Hubungan Persepsi Dan Tingkat Pengetahuan Penderita Tuberkulosis Dengan Kepatuhan Pengobatan (Di Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng I). Uns (Sebelas Maret University).

 

Pratiwi, A., & Puspitasari, R. (2020). Hubungan Kecemasan Tentang Penularan Penyakit Dengan Peran Keluarga Dalam Perawatan Penyakit Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Nangka Kabupaten TKHEangerang. Jurnal Health Sains, 1(5), 299–309.

 

Prosiding, T. P. (2018). Kompilasi Abstrak 4th Ugm Public Health Symposium. In Berita Kedokteran Masyarakat (Vol. 34, Issue 11).

 

Ramadhany, S., Achmad, M. H., Handayani, H., Tanumihardja, M., Singgih, M. F., Inayah, N. H., & Ramadhany, Y. F. (2020). Formulation Of Ethanol Extract (Myrmecodia Pendans) As An Antibacterial Streptococcus Mutans In Chewable Lozenges For Children With Early Childhood Caries. Systematic Reviews In Pharmacy, 11(4), 252–257.

 

Sugiyono, S. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Dan R&D. Alfabeta Bandung.

 

Tangsel, D. (2015). Profil Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Tahun 2017. In Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan. Tangerang Selatan.

 

Tri Retno Kusuma Wardani, I. (2017). Peranan Humas Pt Grand Textile Industry Bandung Dalam Membentuk Citra Perusahaan. Universitas Komputer Indonesia.

 

Who. (2015). World Health Statistics 2015. World Health Organization.