Jurnal
Health Sains: p�ISSN : 2723-4339 e-ISSN : 2548-1398�����
Vol. 2, No. 1, Januari 2021
KOMUNIKASI
WORD OF MOUTH DI ERA PANDEMI COVID-19
Vanda Yuanita Nasution dan Farah Diba
Nur Fanani
RSAL Dr. Ramelan Surabaya, Universitas
Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Email: [email protected] dan �[email protected]
artikel
info |
abstract |
Tanggal diterima: 05 Januari 2021 Tanggal revisi: 15 Januari 2021 Tanggal yang diterima: 25 Januari 2021 |
The
World Health Organization named a new type of virus Severe Acute Respiratory
Syndrom Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) and the name of the disease is Coronavirus
Disease 2019 (Covid-19). The virus can cause death in humans and develop into
a pandemic that is dangerous to humans around the world. The purpose of
writing this article is to review word of mouth communication as one of the
effective and efficient communication media to convey information from the
government about Covid-19, especially the use of PPE masks for the public.
The method used in writing this article is this literature review
comprehensively. Literature search on Covid-19 both nationally and
internationally using database searches used include Google Scholar, Scopus,
Sage Publication. The results of a review of several articles, obtained
answers in the form of the importance of the use of masks in the Covid-19
era, the importance of communication utilization in handling the Covid-19
problem and word of mouth (WOM) as one of the communication commonly used in
the world of health so that if WOM can be an efficient and effective
communication to deal with problems in the Covid-19 pandemic era. The
conclusion of this article review is that the use of masks is an obligation
in the era of the Covid-19 pandemic; WOM is a type of word of mouth
communication that is successfully applied in the field of health. The use of
WOM in the Covid-19 pandemic era is one of the options that can be taken by
the government to improve efficiency and effectiveness in the delivery of
information, provide knowledge and understanding to the public about the
importance of the use of masks in the Covid-19 pandemic era. ABSTRAK World
Health Organization memberi nama virus jenis baru yaitu Severe Acute Respiratory
Syndrom Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya adalah
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Virus ini dapat menyebabkan kematian
pada manusia dan berkembang menjadi pandemi yang berbahaya bagi manusia di
seluruh penjuru dunia. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah mereview
komunikasi word of mouth sebagai salah satu media
komunikasi yang efektif dan efisien guna menyampaikan informasi dari
pemerintah mengenai COVID-19 khususnya penggunaan APD masker bagi masyarakat.
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah literature review secara komprehensif.
Pencarian literatur mengenai COVID-19 baik nasional maupun internasional yang
dilakukan dengan menggunakan pencarian database meliputi Google Scholar,
Scopus, Sage Publications. Hasil review dari benerapa artikel,
didapatkan jawaban yang berupa pentingnya penggunaan masker pada era COVID-19,
pentingnya pemanfaatan komunikasi dalam penanganan masalah COVID-19 dan word
of mouth (WOM) sebagai salah satu komunikasi yang biasa digunakan dalam
dunia kesehatan sehingga WOM dapat menjadi komunikasi yang efisien dan
efektif guna menangani masalah dalam era pandemi COVID-19. Kesimpulan dari
review artikel ini adalah penggunaan masker merupakan suatu kewajiban dalam
era pandemi COVID-19; WOM merupakan salah satu jenis komunikasi dari mulut ke
mulut yang berhasil diterapkan dalam bidang kesehatan. Penggunaan WOM pada
era pandemi COVID-19 merupakan salah satu pilihan yang dapat diambil oleh
pemerintah guna meningkatkan keefisienan dan keefektifan dalam penyampaian
informasi, memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat mengenai
pentingnya penggunaan masker di era pandemi COVID-19. |
Keywords: Covid-19;
Communication; Word of Mouth Kata Kunci: Covid-19; Komunikasi; Word of Mouth |
Coresponden Author:
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
�����������
Pendahuluan
����� Awal tahun 2020, dunia digemparkan dengan penyakit yang saat
ini sedang menyebar pesat ke seluruh dunia yaitu, Coronavirus yang berasal dari
virus baru yang bernama SARS-CoV-2. World
Health Organization memberi nama virus jenis baru tersebut dengan Severe Acute Respiratory Syndrom
Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya adalah Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) (Diaconus,
2020). Coronavirus merupakan keluarga
besar virus yang dapat mengakibatkan penyakit mulai dari gejala ringan hingga
berat. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)
adalah jenis penyakit baru yang sebelumnya belum pernah diidentifikasikan
terjadi pada manusia. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Coronavirus
memiliki masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang
selama 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat mengakibatkan pneumonia,
sindrom pernapasan akut, gagal ginjal bahkan kematian. Berdasarkan bukti
ilmiah, COVID -19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak erat dan
droplet, tidak melalui udara (Kemenkes
RI, 2020). Berikut adalah bagan tren nasional
penyebaran COVID -19
Sumber:
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2020
Gambar 1
Data Global COVID -19
Bertambahnya kasus COVID-19
berlangsung dalam jangka waktu yang cepat dan menyebar ke seluruh penjuru
dunia. Hingga 21 Juli 2020 telah dilaporkan secara global kasus yang terkonfirmasi
adalah sebesar 14.348.858 kasus di 386 negara dengan tingkat kematian 603.691
(CFR 4,2%). Virus ini menyebabkan kematian pada manusia dan berkembang menjadi
wabah pandemi yang berbahaya bagi manusia di seluruh penjuru dunia (Kemenkes
RI, 2020).
Sumber:
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2020
Gambar 2
�Data Nasional COVID -19
Bertambahnya
kasus COVID-19 juga
terjadi di Indonesia. Indonesia menjadi salah satu negara dengan penyumbang
kasus COVID-19 terbesar
di dunia. Secara nasional hingga 21 Juli 2020 telah dilaporkan kasus yang
terkonfirmasi sebesar 88.214 (+1.693) dengan tingkat kematian 4.239 (CFR 4,8%)
yang tersebar ke� 34 provinsi di
Indonesia (Kemenkes
RI, 2020)
Struktur
gen SARS-CoV-2 memiliki
kesamaan dengan coronavirus yang terdapat pada kelelawar, sehingga muncul
hipotesis yang mengatakan bahwa SARS-CoV-2 berasal dari kelelawar yang
bermutasi kemudian menginfeksi manusia (Susilo
et al., 2020) (Zhou
et al., 2020).
Penggunaan APD pada masa
pandemi COVID-19 ini sangat diperlukan. Pemerintah memberikan anjuran mengenai
penggunaan masker bagi masyakarat ketika berada di luar rumah, di tengah
kerumunan masyakarat, selama perawatan di rumah (home care) serta di tempat pelayanan kesehatan di wilayah-wilayah
yang telah melaporkan kasus COVID-19. Penting untuk disadari bahwa penularan
dapat terjadi dikarenakan adanya penyebaran virus melalui percikan yang dapat
menyebabkan infeksi atau melalui sentuhan dengan permukaan benda yang
terkontaminasi virus ini. WHO terus melakukan pemantauan mengenai bukti-bukti
baru mengenai topik yang penting ini dan akan memberikan informasi perkembangan
seiring tersedianya informasi (Organization,
2017).
COVID-19 yang saat ini
telah ditetapkan sebagai �pandemic global�
oleh WHO (World Health Organization)
membutuhkan suatu alat yang berperan penting guna menyampaikan informasi
kondisi saat ini. Di tengah pandemi COVID-19 salah satu yang memiliki peranan
penting yaitu komunikasi. Berbagai prediksi dari para ahli yang mengatakan
bahwa pandemi COVID-19 belum akan berakhir dalam waktu dekat ini, khususnya
untuk Indonesia. Sehingga, tanggapan pemerintah mengenai pandemi ini adalah
perlu adanya komunikasi yang efektif dan efisien guna menyampaikan informasi
dan memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pandemi ini.
Menurut Word of Mouth Marketing Association
pemahaman dari word of mouth yaitu
usaha meneruskan informasi dari satu orang ke orang lain. Dalam masyarakat, word of mouth dikenal dengan istilah
komunikasi dari mulut ke mulut. Komunikasi ini merupakan bentuk komunikasi
personal yang dipandang sebagai sumber yang lebih dapat dipercaya atau dapat
diandalkan dibandingkan dengan informasi dari nonpersonal. Pada era pandemi COVID-19,
komunikasi dari mulut ke mulut perlahan-lahan menjadi salah satu alat
komunikasi yang banyak digunakan, karena seseorang sering kali merasa bahwa
informasi yang disampaikan lebih dapat dipercaya (Purbandari
et al., 2018).
Penggunaan komunikasi dari mulut ke
mulut atau word of mouth pada era
pandemi COVID-19 dapat digunakan oleh
pemerintah sebagai media untuk mempermudah tindakan pemerintah dalam
menyampaikan informasi mengenai COVID-19 khususnya penggunaan APD bagi
masyarakat. Rekomendasi
yang berasal dari orang lain sangat berpengaruh besar, apalagi bila rekomendasi
itu berasal dari orang yang dikenal. Word
of mouth
berasal dari suatu bentuk yang timbul secara ilmiah dan tidak diatur oleh
siapapun. Dalam penggunaan word of
mouth, terdapat unsur penyampaian pengalaman dari seseorang yang yang telah
mengalami suatu tragedi, sehingga hal tersebut menjadi salah satu alasan bahwa word of mouth merupakan salah satu
komunikasi yang efektif dan efisien untuk diterapkan di masyarakat di era
pandemi Covid-19. Hal ini sejalan dengan penelitian Syaipudin (2020) mengenai penanganan
pandemi Covid-19 dan peran komunikasi massa yang menyatakan bahwa kedua hal
tersebut menjadi satu bagian terpenting bahwasannya komunikasi memiliki peran
yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan. Termasuk beberapa hal dalam menjalin� interaksi yang berhubungan dengan masyarakat
tentang pemberitaan serta informasi mengenai Pandemi Covid-19. Sehingga, beberapa pihak yang terkait dalam menangani
Covid-19 harus memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh
masyarakat luas.
Pentingnya penelitian ini dilakukan
agar dapat mempermudah pemerintah dan para stakeholder
dalam menyampaikan infomasi mengenai segala hal yang berhubungan dengan
Covid-19 hingga ke seluruh lapisan masyarakat. hal ini dikarenakan, komunikasi dari
mulut ke mulut atau word of mouth dapat
dilakukan dengan mudah oleh masyarakat namun dengan syarat pemerintah wajib memberikan informasi yang jelas dan
mudah dimengerti oleh masyarakat.
Tujuan dari penulisan literature review ini adalah mereview komunikasi word of mouth sebagai salah satu media komunikasi yang efektif dan
efisien guna menyampaikan informasi dari pemerintah mengenai COVID-19 khususnya
penggunaan APD masker bagi masyarakat. Manfaat dari penulisan literature review ini adalah bahwa
artikel ini dapat dijadikan referensi bagi para pembaca untuk menjadikan komunikasi
word of mouth sebagai salah satu cara
untuk berkomunikasi dalam menyampaikan informasi mengenai Covid-19 serta
vaksinnya.
Metode Penelitian
�� Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah literature
review secara komprehensif, seperti pencarian artikel dalam database jurnal
penelitian dan pencarian melalui internet. Pencarian literatur mengenai COVID-19
baik nasional maupun internasional dilakukan dengan menggunakan pencarian
database yang meliputi Google Scholar, Scopus, Sage Publications.
Hasil Penelitian
�� Berdasarkan beberapa hasil dari berbagai penelitian
dan studi literature yang diperoleh, menunjukkan adanya kesamaan dalam hal
pentingnya pemakaian APD khususnya masker pada era COVID-19 dan pentingnya jalinan komunikasi guna memberikan pengetahuan dan
pemahaman bagi masyarakat mengenai COVID-19.
a.
Penggunaan
Masker pada Era Pandemi COVID-19
Coronavirus akan terus bermunculan dan berkembang seiring dengan
perjalanan waktu. Virus ini tidak hanya menyebabkan wabah bagi hewan namun juga
bagi manusia karena mereka memiliki kemampuan untuk menggabungkan kembali (recombine), bermutasi dan menginfeksi
berbagai spesies (Unhale & Kendre, 2020). Maka dari itu, pada saat ini sangat dianjurkan
untuk menjaga kesehatan secara pribadi dan mengikuti alur protokol kesehatan
yang telah ditetapkan.
Beberapa cara yang dianjurkan oleh WHO guna mengurangi risiko penularan COVID-19 pada manusia yaitu: 1) Menjaga jarak dan tidak
kontak dengan orang yang terinfeksi COVID -19; 2) Mencuci
tangan; 3) Menghindari kontak dengan hewan; 4) Setiap individu diwajibkan untuk
membiasakan diri melakukan etika batuk sesuai dengan protokol kesehatan
(menutup mulut dengan tisu
sekali pakai saat bersin atau batuk, menjaga jarak dengan orang lain dan
mencuci tangan); 5) Jika seseorang yang bepergian memiliki gejala infeksi
saluran pernafasan disarankan untuk segera mencari tempat penyedia perawatan
kesehatan (Talaiekhozani et al., 2020). Hal ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
melaksanakan protokol kesehatan selama masa pandemi COVID-19 guna mencegah adanya penularan yang semakin tinggi.
Pentingnya penggunaan APD terutama masker guna menutup wajah, mulut serta
hidung hukumnya diperbolehkan sebagai salah satu bentuk pencegahan yang sesuai
dengan protokol kesehatan. Bahkan hukum ini bisa meningkat ke hukum diwajibkan
bagi mereka yang sedang berada diluar rumah, salah satu contohnya seperti
menghadiri salat jamaah atau sedang bepergian dengan tetap mematuhi peraturan
penggunaan APD khususnya masker (Syandri & Akbar, 2020).
Pernyataan diatas juga didukung oleh artikel yang ditulis oleh Di
Gennaro, et.al. menyebutkan bahwa cara terbaik untuk melakukan pencegahan
terhadap COVID-19 adalah dengan menggunakan masker, mengingat saat ini belum terdapat pengobatan yang
efektif terhadap penyembuhan coronavirus. Selain penggunaan masker terdapat beberapa cara pencegahan lain yang
disebutkan berupa menutup mulut dengan tisu saat batuk atau bersin, mencuci
tangan secara teratur dengan sabun atau penggunaan handsanitizer,� menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi
COVID-19, menjaga jarak dengan orang lain dan menahan
diri untuk menyentuh area wajah sebelum mencuci tangan (Di Gennaro et al., 2020)
Menurut Ramakrishnan dalam tulisannya yang berjudul �COVID-19 and Face Mask � To Use
or Not To Use� mengatakan bahwa untuk melakukan pencegahan penularan virus
terhadap individu, disarankan untuk menggunakan masker bedah yang tersedia. Jika
tidak terdapat masker bedah maka, pilihan terakhir adalah menggunakan masker
kain lebih baik daripada tidak menggunakan masker sama sekali (Ramakrishnan et al., 2020).
Penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Nabila menyebutkan bahwa terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan masker pada era pandemi
COVID-19. Kepatuhan penggunaan masker dipengaruhi oleh
pengetahuan seseorang. Pada penelitian tersebut terdapat 62 orang responden.
Sebanyak 46 orang responden (74,19%) patuh terhadap penggunaan masker dan
sebanyak 16 orang responden (25,81%) tidak patuh terhadap penggunaan masker.
Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang akan menggambarkan perilaku kepatuhan
dari seseorang dalam penggunaan masker (Sinuraya et al., 2018). Sebanyak 43 responden (69,35%) memiliki
pengetahuan mengenai COVID-19 dan sebanyak 19 responden (30,65%) tidak
memiliki pengetahuan yang baik mengenai Covid-19 (Sari, 2020).
b.
Komunikasi
pada Era Pandemi COVID-19
Komunikasi memiliki posisi strategis dalam penanganan berbagai persoalan
yang muncul dalam kehidupan manusia. Pemanfaatan komunikasi yang baik, akan
membuka peluang dalam penyelesaian masalah yang timbul serta melibatkan orang
banyak seperti saat era pandemi COVID-19 saat ini (Syaipudin, 2020).
Komunikasi merupakan salah satu bagian penting yang dibutuhkan tidak
hanya oleh tenaga kesehatan namun juga oleh pemerintah dalam menghadapi pandemi
ini. Komunikasi dikatakan penting karena komunikasi dapat menjadi alat
penghubung antara pemerintah, tenaga kesehatan maupun berbagai lapisan
masyarakat untuk bersama dalam memberikan semangat, dukungan dan dorongan guna
saling menjaga kesehatan (Giovanetti et al., 2020).
Wuhan pada masa pandemi COVID-19 menerapkan komunikasi
risiko dengan pemerintah sebagai aktor utama dan menggandeng beberapa sektor
guna menjalin kerjasama untuk berbagi komunikasi yang efektif secara tepat
waktu. Komunikasi dalam hal ini sebagai suatu alat untuk mempererat jalinan
kerjasama di setiap sektor untuk menyampaikan informasi mengenai COVID-19 kepada masyarakat. Jalinan kerjasama dalam hal ini dilakukan agar
setiap sektor dapat bersiap diri untuk menghadapi insiden dari COVID-19 yang tak terduga di masa yang akan datang (Zhang et al., 2020).�
Komunikasi memang memiliki posisi yang strategis khususnya dalam
menangani masalah di era pandemi COVID-19. Namun, pada kenyataannya masih terdapat hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan komunikasi.
Pada artikel yang ditulis oleh Ardiyanti, terdapatnya hambatan dalam
pelaksanaan komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan pengamatan
masih belum efektif. Hal tersebut menjadi salah satu kendala dalam menyampaikan
informasi kepada masyarakat. Hambatan tersebut disebabkan oleh masih banyaknya
pernyataan pihak pemerintah yang kerap berlebihan dan kontroversi privasi
pasien dengan kepentingan masyarakat dalam upaya pencegahan meluasnya pandemi COVID-19. Upaya pencegahan meluasnya pandemi COVID -19 sangat
membutuhkan keterbukaan penyampaian informasi mengenai pasien positif COVID-19, sehingga masyarakat dapat melakukan tindakan antisipasi untuk
melindungi dirinya dari penularan COVID-19. Namun di sisi lain,
hal ini bertentangan dengan privasi pasien (Heruwasto & Ardiyanti, 2020).
c.
Penerapan
Komunikasi Word of Mouth pada Kesehatan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Word of Mouth berasal dari
suatu bentuk yang timbul secara ilmiah dan tidak diatur oleh siapapun. Dalam
penggunaan word of mouth, terdapat unsur penyampaian pengalaman dari
seseorang yang yang telah mengalami suatu tragedi atau pengalaman di dalam
hidupnya.
Pengukuran indikator WOM menurut (Trarintya, 2011) dalam Noviati dan Artanti (2015) disesuaikan dengan
objek penelitian yaitu, keinginan untuk merekomendasikan, frekuensi komunikasi yang dilakukan mengenai
kualitas, keinginan untuk menceritakan hal-hal positif, dan kesediaan untuk
mengajak orang lain. Pada dunia kesehatan yang menunjukkan bahwa kualitas
layanan pada pasien di Rumah Sakit yang baik akan mempengaruhi WOM dari
konsumen kepada rekan terdekatnya mengenai kualitas layanan yang telah ia
rasakan pada sebuah jasa (Novianti, 2015).
Penelitian yang membahas mengenai WOM di bidang kesehatan yang dilakukan
oleh (Prasanti & Fitriani, 2018) mengatakan bahwa, word of mouth atau WOM memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
minat melakukan vaksinasi kanker serviks pada
mahasiswi bidang kesehatan. Mahasiswi bidang kesehatan, pada penelitian ini mendapatkan pemaparan (exposure) berupa word of mouth yang
kemudian pemaparan ini diperhatikan, dipahami dan diterima sehingga
terbentuknya suatu sikap berupa minat untuk melakukan vaksinasi kanker serviks.
Intensitas dari word of mouth sendiri
merupakan salah satu hal yang mempengaruhi minat melakukan vaksinasi kanker
serviks. Sehigga dapat dilihat bahwa semakin tinggi intensitas word of mouth
yang diberikan maka semakin tinggi pula minat melakukan vaksinasi kanker
serviks (Prasanti & Fitriani, 2018).
Berdasarkan artikel yang ditulis oleh (Martin et al., 2017) mengatakan bahwa biaya pelayanan kesehatan yang
cenderung mahal membuat para konsumen sebagai pembayar perawatan kesehatan
harus membayar dengan harga yang cukup tinggi. Adanya WOM, sekiranya dapat
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan seefisien mungkin guna
menekan biaya pelayanan kesehatan. Singkatnya, WOM tampaknya mempengaruhi
konsumsi pasien dalam penggunaan pelayanan kesehatan dan karena itu sangat
berdampak pada penyedia dan konsumen sebagai pembayar perawatan kesehatan (Martin et al., 2017).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yasir, et.al. mengatakan bahwa
pada masa panndemi COVID-19, pemerintah China mempromosikan protokol kesehatan
melalui komunikasi Word of Mouth yang disebut 2019-nCov-WOM. Komunikasi Word
of Mouth yang digunakan oleh pemerintah China selain digunakan untuk
mempromosikan protokol kesehatan, digunakan pula untuk individu-individu agar dapat mengetahui tanda-tanda penularan COVID-19 sehingga memudahkan tenaga kesehatan untuk
memberikan pengobatan dan meminimalkan penyebaran virus lebih lanjut (Maqsood et al., 2020)
Berdasarkan beberapa hasil review dari benerapa artikel, didapatkan
jawaban yang berupa pentingnya penggunaan masker pada era COVID-19, pentingnya pemanfaatan komunikasi dalam
penanganan masalah COVID-19 dan word of mouth (WOM) sebagai salah
satu komunikasi yang biasa digunakan dalam dunia kesehatan sehingga sekiranya
WOM dapat menjadi komunikasi yang efisien dan efektif guna menangani masalah
dalam era pandemi COVID-19.
Pembahasan
Era pandemi COVID -19 telah menjadi salah satu masalah yang tidak hanya berskala nasional
namun juga menjadi masalah global. Negara-negara di seluruh dunia pada saat ini
sedang merasakan keprihatinan yang sama dengan Indonesia. Hal ini karena COVID -19 tidak hanya menyerang dalam bidang
kesehatan, namun juga menyerang dalam sektor ekonomi dan sektor-sektor lainnya.
Penggunaan APD khususnya
masker dalam era pandemi COVID-19 yang telah dijelaskan pada bagian hasil,
didukung oleh panduan yang dikeluarkan oleh World
Health Organization (WHO) mengenai �Anjuran mengenai penggunaan masker
dalam konteks Covid-19� yang mengatakan telah dibuktikan bahwa penggunaan
masker medis dapat mencegah dan menekan risiko penyebaran virus yang dapat
menyebabkan infeksi dari orang yang terinfeksi ke orang lain dan memungkinkan
terjadinya kontaminasi lingkungan akibat penyebaran ini (Organization, 2017).
Artikel yang diterbitkan
oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengenai penggunaan masker
mengatakan bahwa terdapat 3 (tiga) jenis masker yaitu: masker kain, masker
medis dan masker N95 dan semua pihak diwajibkan untuk menggunakan masker selama
masa pandemi COVID-19. Pada artikel tersebut juga menjelaskan bahwa pemakaian
masker kain merupakan masker yang digunakan pada masyarakat umum. Masker kain
ini dapat dipakai maksimal hanya 4 jam dan setelahnya harus diganti dengan
masker baru dan bersih. Apabila masker yang dipakai basah atau lembab pun harus
segera diganti. Masyarakat disarankan membawa beberapa masker saat beraktivitas
dan penggunaan maskerpun harus tepat seperti menutup hidung dan mulut.
Pemakaian masker akan menjadi efektif apabila dilakukan dengan baik dan benar
serta sesuai dengan protokol kesehatan. Beberapa hal lain yang sesuai dengan
protokol kesehatan dan dapat dilaksanakan secara berdampingan dengan penggunaan
masker yaitu mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak secara fisik (Kemenkes RI, 2020)
Salah satu yang memiliki
peranan penting di era pandemi COVID-19 ini adalah komunikasi.
Dalam hal ini, komunikasi memiliki tujuan untuk memperolah informasi,
menyampaikan informasi dan saling berinteraksi. Lebih jauh lagi komunikasi
dapat digunakan sebagai upaya mempengaruhi seseorang, kelompok, maupun golongan
tertentu untuk menyamanakan pandangan maupun tujuan-tujuan tertentu (Syaipudin, 2020). Penjelasan ini sesuai
dengan beberapa artikel yang telah di review pada bagian hasil. Artikel yang
ditulis oleh Syaipudin (2020) mengatakan bahwa sesuai hasil dari pernyataan Tim
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Tulungagung, mengatakan bahwa
informasi yang diberikan pada masyarakat harus tepat (Syaipudin, 2020). Hal ini mencegah supaya
tidak adanya kesalahan komunikasi yang akan mengakibatkan sulitnya penerimaan
informasi yang diberikan, sehingga terjadi salah persepsi antara pemberi dan
penerima informasi. Hal-hal tersebut sebisa mungkin harus dihindari, terlebih
lagi menyangkut dengan pesan yang bersifat sensitif.
Salah satu jenis komunikasi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi mengenai
Covid-19 adalah komunikasi Word of Mouth
(WOM). Komunikasi word of mouth ini
sering digunakan dalam bidang kesehatan seperti yang telah dijelaskan pada
bagian hasil. WOM terkadang lebih efektif jika dibandingkan komunikasi yang
lain salah satunya adalah iklan. (Flintoff & Scraton, 2004) mengatakan bahwa iklan
merupakan media komunikasi yang hanya memiliki interaksi satu arah kepada
penerima infomasi, sedangkan WOM memiliki interaksi dua arah. Selain itu, WOM
dianggap cenderung lebih obyektif karena penyampaian informasi kepada calon
penerima informasi bukan langsung berasal dari pemerintah, sehingga terkadang
pemberi informasi menyertakan pengalamannya dan kelebihan serta kelemahan dari
penggunaan masker yang nantinya akan diantisipasi oleh penerima informasi (Rizki & Boyer, 2015).
Menurut (Rizki & Boyer, 2015) Pemberi WOM dapat
memberikan banyak informasi lebih banyak berdasarkan pengalamannya jika
dibandingkan dengan sumber yang lain. Hal ini timbul karena adanya persamaan
dan tanpa unsur komersil diantara pemberi dan penerima WOM, sehingga informasi
dapat lebih dipercaya oleh penerima WOM (Rizki & Boyer, 2015). Telah terdapat bukti yang
menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan secara langsung dapat memberikan
pengaruh secara potensial kepada orang lain. Pernyataan yang dikemukakan oleh (Rizki & Boyer, 2015) mengatakan bahwa WOM
memegang peranan penting dalam membentuk sikap dan perilaku dari penerima WOM (Rizki & Boyer, 2015).
����������� Berdasarkan beberapa pernyataan diatas, WOM merupakan salah satu jenis
komunikasi yang mampu membentuk sikap dan perilaku seseorang dalam melakukan
suatu hal. Tidak hanya di kehidupan sehari-hari, WOM juga berlaku dan
diterapkan dalam bidang kesehatan. Keberhasilan dari penerapan WOM dalam bidang
kesehatan sudah dinyatakan dalam beberapa penelitian diatas, hal ini
menunjukkan bahwa WOM mampu menjadi alat untuk menyampaikan informasi,
memberikan pengetahuan serta pemahaman mengenai COVID-19 kepada masyarakat. Hal
ini disebabkan oleh dasar dari WOM adalah komunikasi dari mulut ke mulut,
sehingga penggunaan WOM dapat lebih efektif jika dibandingkan dengan komunikasi
lainnya. Komunikasi WOM dapat dengan mudah dijangkau oleh orang-orang yang
berada dalam suatu masyarakat karena pemerintah belum bisa menjangkau setiap
lapisan masyarakat untuk dapat mematuhi protokol kesehatan. Terdapat beberapa
jenis penelitian yang hampir sama menggunakan tema komunikasi namun berbeda
jenis komunikasi yang digunakan dalam penelitian. Sebagai contoh seperti
penelitian yang dilaksanakan oleh Syaipudin (2020) mengenai �Peran
Komunikasi Massa di Tengan Pandemi Covid-19� yang mengatakan bahwa penanganan pandemi Covid-19 dan peran komunikasi massa yang menyatakan
bahwa kedua hal tersebut menjadi satu bagian terpenting bahwasannya komunikasi
memiliki peran yang sangat penting dalam segala aspek kehidupan. Termasuk beberapa hal dalam menjalin�
interaksi yang berhubungan dengan masyarakat tentang pemberitaan serta informasi
mengenai Pandemi Covid-19.
Kesimpulan
Berikut adalah kesimpulan
dari penulisan literature review diatas, yaitu :
Pertama penggunaan masker merupakan suatu kewajiban dalam era pandemi Covid-19.
Kedua komunikasi merupakan salah satu cara untuk menyampaikan informasi,
memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya
penggunaan masker di era pandemi Covid-19.
Ketiga WOM merupakan salah satu jenis komunikasi dari mulut ke mulut yang
berhasil diterapkan dalam bidang kesehatan.
Keempat penggunaan WOM pada era pandemi Covid-19 merupakan salah satu pilihan
yang dapat diambil oleh pemerintah guna meningkatkan keefisienan dan
keefektifan dalam penyampaian informasi, memberikan pengetahuan dan pemahaman
kepada masyarakat mengenai pentingnya penggunaan masker di era pandemi Covid-19.
Penulis mengambil tema mengenai
komunikasi dari mulut ke mulut atau word
of mouth dikarenakan komunikasi ini merupakan salah satu jenis komunikasi
yang dapat dilakukan dengan mudah oleh masyarakat namun dengan syarat
pemerintah wajib memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh masyarakat.�
BIBLIOGRAFI
Di Gennaro,
F., Pizzol, D., Marotta, C., Antunes, M., Racalbuto, V., Veronese, N., &
Smith, L. (2020). Coronavirus Diseases (Covid-19) Current Status And Future
Perspectives: A Narrative Review. International Journal Of Environmental
Research And Public Health, 17(8), 2690.
Diaconus,
P. D. (2020). Historia Langobardorum. Litres.
Flintoff,
A., & Scraton, S. (2004). 10 Gender And Physical Education. In Physical
Education (P. 161).
Giovanetti,
M., Benvenuto, D., Angeletti, S., & Ciccozzi, M. (2020). The First Two
Cases Of 2019‐Ncov In
Italy: Where They Come From? Journal Of Medical Virology, 92(5),
518�521.
Heruwasto,
I., & Ardiyanti, D. (2020). Pengaruh Experiential Marketing Pengguna
Blackberry Terhadap Relationship Marketing Outcomes (Studi Pada Mahasiswa Iisip
Jakarta). Jurnal Manajemen Dan Usahawan Indonesia, 41(2), 24.
Maqsood,
H., Mehmood, I., Maqsood, M., Yasir, M., Afzal, S., Aadil, F., Selim, M. M.,
& Muhammad, K. (2020). A Local And Global Event Sentiment Based Efficient
Stock Exchange Forecasting Using Deep Learning. International Journal Of
Information Management, 50(16), 432�451.
Martin, J.
A., Hamilton, B. E., Osterman, M. J. K., Driscoll, A. K., & Mathews, T. J.
(2017). Births: Final Data For 2015.
Novianti,
R. (2015). Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Word Of Mouth (Wom) Melalui
Kepuasan Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ilmu Manajemen (Jim), 3(1),
122.
Organization,
W. H. (2017). Global Hepatitis Report 2017. World Health Organization.
Prasanti,
D., & Fitriani, D. R. (2018). Pembentukan Karakter Anak Usia Dini:
Keluarga, Sekolah, Dan Komunitas?(Studi Kualitatif Tentang Pembentukan Karakter
Anak Usia Dini Melalui Keluarga, Sekolah, Dan Komunitas). Jurnal Obsesi:
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2(1), 13�19.
Purbandari,
E., Sugandini, D., & Sutiono, H. T. (2018). Word Of Mouth Sebagai
Konsekuensi Kepuasan Pelanggan. Jurnal Manajemen Dan Pemasaran Jasa, 11(1),
111�124.
Ramakrishnan,
S., Balamurugan, J., Vinothkannan, M., Kim, A. R., Sengodan, S., & Yoo, D.
J. (2020). Nitrogen-Doped Graphene Encapsulated Fecomos Nanoparticles As
Advanced Trifunctional Catalyst For Water Splitting Devices And Zinc�Air
Batteries. Applied Catalysis B: Environmental, 279(12), 119381.
Ri, K.
(2020). Kemenkes Ri.
Rizki, G.,
& Boyer, L. A. (2015). Lnc Ing Epigenetic Control Of Transcription To
Cardiovascular Development And Disease. Circulation Research, 117(2),
192�206.
Sari, E. N.
F. T. (2020). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis
Higher-Order Thinking Skills (Hots) Materi Sistem Gerak Kelas Xi Di Sma
Muhammadiyah 1 Malang. Universitas Muhammadiyah Malang.
Sinuraya,
R. K., Destiani, D. P., Puspitasari, I. M., & Diantini, A. (2018).
Pengukuran Tingkat Kepatuhan Pengobatan Pasien Hipertensi Di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama Di Kota Bandung. Indonesian Journal Of Clinical
Pharmacy, 7(2), 124�133.
Susilo, D.,
Putranto, T. D., Neu, M. T. L. M., & Navarro, C. J. S. (2020). Nagekeo
Women�s Cultural Struggle As A Flores Sub-Culture Against The Flow Of
Civilization�s Progress. Bricolage: Jurnal Magister Ilmu Komunikasi, 6(01),
1�15.
Syaipudin,
L. (2020). Peran Komunikasi Massa Di Tengah Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Di
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tulungagung). Kalijaga
Journal Of Communication, 2(1), 14�34.
Syandri,
S., & Akbar, F. (2020). Penggunaan Masker Penutup Wajah Saat Salat Sebagai
Langkah Pencegahan Wabah Coronavirus Covid-19. Salam: Jurnal Sosial Dan
Budaya Syar-I, 7(3), 261�268.
Talaiekhozani,
A., Rezania, S., Kim, K.-H., Sanaye, R., & Amani, A. M. (2020). Recent
Advances In Photocatalytic Removal Of Organic And Inorganic Pollutants In Air. Journal
Of Cleaner Production, 2(12), 123895.
Trarintya,
M. A. P. (2011). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Dan Word Of
Mouth (Studi Kasus Pasien Rawat Jalan Di Wing Amertarsup Sanglah Denpasar). Universitas
Udayana Denpasar.
Unhale, S.
I., & Kendre, S. D. (2020). On Existence And Uniqueness Results For
Iterative Mixed Integrodifferential Equation Of Fractional Order. Journal Of
Applied Analysis, 1(Ahead-Of-Print).
Zhang, S.
X., Huang, H., & Wei, F. (2020). Geographical Distance To The Epicenter Of
Covid-19 Predicts The Burnout Of The Working Population: Ripple Effect Or
Typhoon Eye Effect? Psychiatry Research, 2(13), 112998.
Zhou, P.,
Yang, X.-L., Wang, X.-G., Hu, B., Zhang, L., Zhang, W., Si, H.-R., Zhu, Y., Li,
B., & Huang, C.-L. (2020). A Pneumonia Outbreak Associated With A New
Coronavirus Of Probable Bat Origin. Nature, 579(7798), 270�273.