KECEMASAN�� SEBAGAI��� FAKTOR��� DETERMINAN�� KUALITAS����������������������������� HIDUP LANSIA PADA MASA PANDEMI COVID-19

 

Ni Made Riasmini, Rinna Nur Syamsiah, Yeti Resnayati, Jusuf Kristianto

Health Polytechnic of Ministry of Health Jakarta III, Jakarta, Indonesia Email: [email protected], [email protected],

[email protected], [email protected]

 


Kata Kunci:

Covid-19; Kecemasan; Kualitas Hidup.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keywords:

Covid-19; Worry; Quality of Life.


ABSTRAK

Pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi lansia sebagai kelompok rentan terpapar virus. Kondisi pandemi ini menimbulkan cemas, takut yang berlebihan, dan curiga pada orang lain, karena adanya pembatasan sosial, mengakibatkan terbatasnya aktivitas sehari-hari yang berdampak terhadap kualitas hidup lansia. Bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas hidup lansia pada masa pandemi Covid-19 di Posbindu Kelurahan Krendang. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan desain deskriptif analitik dan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian 67 lansia dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dilakukan dengan dating ke rumah-rumah warga dan teknik analisis data menggunakan uji Chi Square. Bahwa tingkat kecemasan berhubungan dengan kualitas hidup lansia. Oleh karena itu, perlu adanya intervensi untuk meningkatkan interaksi dan sharing antar lansia untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup lansia. Terdapat hubungan signifikan antara tingkat kecemasan terhadap kualitas hidup lansia. Tingkat kecemasan yang dialami lansia sebagai dampak dari pandemic covid-19.

 

ABSTRACT

The Covid-19 pandemic is a challenge for the elderly as a vulnerable group to exposure to the virus. This pandemic condition causes anxiety, excessive fear, and suspicion of other people, due to social restrictions, resulting in limited daily activities that impact the quality of life of the elderly. Aims to determine the relationship between anxiety levels and the quality of life of the elderly during the Covid-19 pandemic at Posbindu, Krendang Village. This research used quantitative method with analytic descriptive design and cross sectional approach. The research sample is 67 elderly with purposive sampling technique. Data collection used a questionnaire and data analysis techniques used the Chi Square test. That the level of anxiety is related to the quality of life of the elderly. Therefore, interventions are needed to increase interaction and sharing among the elderly to reduce anxiety and improve the quality of life of the elderly. There is a significant relationship between the level of anxiety on the quality of life of the elderly. The level of anxiety experienced by the elderly as a result of the Covid-19 pandemic needs attention because the elderly are a vulnerable group.


 

Info Artikel������������������ Artikel masuk 23 Desember 2022, Direvisi 30 Desember 2022,

��������������������������������������� Diterima 7 Januari 2023�������������������������������������������������������������������



 

PENDAHULUAN

Populasi.lanjut usia.(lansia) secara global mengalami terjadinya fenomena penuaan penduduk. Presentase lansia di Indonesia 2019 sebesar 9,60% atau 25,65 juta jiwa. Penduduk lansia tahun 2045 diprediksi akan mencapai satu perlima dari seluruh penduduk Indonesia pada hasil proyeksi (Badan Pusat Statistik, 2021).

Pandemi Covid-19 menjadi tantangan bagi lansia sebagai kelompok rentan terinfeksi virus akibat penurunan sistem imunitas. Upaya pemerintah dalam menekan jumlah penyebaran virus dengan isolasi diri di dalam rumah dan menjaga jarak. Menurut data WHO, terdapat lebih dari 95% kematian lansia akibat Covid-19. Data di Indonesia bulan Oktober 2021, persentase kematian lansia akibat Covid-19 46,8 persen (Badan Pusat Statistik, 2021).

Kecemasan merupakan. perasaan takut atau tidak spesifik dan ketidaknyamanan (Priyoto, 2018). Penyebab kecemasan.lansia bervariasi tergantung presepsi individu diantaranya, perasaan takut dan khawatir tentang suatu hal di masa depan, ketidakmampuan dalam mengatasi masalah yang datang, serta takut kehilangan kendali (Mirani, Jumaini, & Marni, 2021). Kecemasan dapat dilihat dalam rentang skala ringan, sedang, berat dan panik (Wati, Sandiana & Kartikasari, 2017).

Dengan adanya pemberitaan di masa pandemi terkait status perkembangan covid-19 atau kasus harian, serta beredarnya informasi yang tidak akurat di media sosial maupun media massa, dapat memunculkan kecemasan pada lansia. (Aritonang et al., 2021). Pada sebagian orang, pandemi covid-19 menimbulkan kekhawatiran atau ketakutan yang berlebihan serta memiliki prasangka curiga pada orang yang memiliki tanda dan gejala menderita penyakit covid-19 (Minannisa, 2021).

Kondisi pandemi Covid-19 saat ini lebih berdampak pada menurunnya kualitas hidup lansia. Adanya pembatasan sosial, mengakibatkan kegiatan sehari-hari lansia terbatas karena lansia harus di rumah, dan kegiatan yang mendukung untuk meningkatkan kualitas hidup lansia harus diberhentikan selama pandemi (Huriah, 2021). Penelitian yang dilakukan oleh Kasar dan Karaman, (2021) bahwa kesepian juga menjadi salah satu ancaman yang dialami oleh lansia dan mempengaruhi kualitas hidup secara psikologis dan fisik.

Kualitas hidup merupakan keadaan sejahtera secara fisik, psikis, sosial dan kepuasan melakukan kegiatan sehari-hari dengan tingkat keberfungsian serta kemampuan dalam mengontrol penyakit atau ketidakberdayaan (Riasmini et al., 2019). Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, penghasilan dan hubungan lansia dengan orang lain (Oktaviani, 2020). Perubahan lansia terhadap aspek fisik, psikologis, biologis, interaksi sosial dan ekonomi, memberikan pengaruh pada tingkat kualitas hidup pada lansia (Destriande, Faridah, Oktania, & Rahman, 2021).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Huriah, (2021) bahwa kemunduran lansia secara biologis, fisik, psikis, dan sosial dapat berpengaruh terhadap seluruh aspek kehidupan lansia termasuk aspek kualitas hidup dan kesehatan lansia. Indrayani dan Ronoatmodjo, (2018) menyatakan kualitas hidup dan harapan hidup lansia merupakan hal yang penting bagi lansia.

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas hidup lansia pada masa pandemi Covid-19.

 

METODE PENELITIAN

Desain penelitian adalah deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh lansia di Posbindu Kelurahan Krendang. Sampel penelitian 67 lansia dengan teknik purposive sampling, sesuai dengan kriteria inklusi (1) lansia berusia 60 tahun keatas; (2) dapat mendengar dan berkomunikasi dengan baik; (3) dan bersedia menjadi responden. Peneliti telah memperoleh persetujuan etik penelitian kesehatan dari Poltekkes Kemenkes Jakarta III pada tanggal 25 mei 2022 dengan No.LB.02.02/KEPK/045. Penelitian ini dilakukan bulan Mei sampai Juli 2022 di wilayah di RW 03 Kelurahan Krendang Jakarta Barat.

Instrumen pengumpulan data menggunakan DASS (Depression Anxiety Stress Scale) yang sudah baku dengan 14 item pertanyaan untuk mengukur tingkat kecemasan, serta modifikasi WHOQOL-BREF (2004) dan WHOQOL-OLD (2006), oleh Riasmini et al., 2019 dengan 15 item pertanyaan untuk mengukur kualitas hidup lansia.


 

 

 

Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan mengunjungi responden satu persatu kerumah didampingi oleh kader setempat. Kuesioner diberikan kepada responden yang bersedia menandatangani persetujuan penjelasan penelitian atau informed consent. Penelitian ini menggunakan analisis univariat untuk mendeskripsikan data karakteristik lansia yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan dan status pernikahan. Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan kecemasan dengan kualitas hidup lansia menggunakan uji chi square.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.       Hasil Penelitian

Hasil Analisis univariat dapat digambarkan sebagai berikut:

 

Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan status pernikahan di RW 03 Kelurahan Krendang (n=67)

 

KarKarakteristik Lansia

(n)ff

(%)

%

Usia

60- 74 Tahun

 

60

 

89,6

Lan 75- 90 Tahun

7

10,4

Jenis Kelamin

Laki-laki

 

28

 

41,8

Per Pempuan

39

58,2

Pendidikan

< SMA

 

64

 

95,5

≥ SMA

3

4,5

Status Pernikahan

Menikah

 

44

 

65,7

Janda/Duda

23

34,3

��Total�������������������������������������� 67��������������

 

Tabel 1. menunjukkan usia tertinggi pada kelompok lansia dengan usia 60 - 74 tahun sebanyak 60 lansia (89,6%). Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 39 lansia (58,2%) dengan tingkat pendidikan <SMA sebanyak 64 lansia (95,5%) dan lansia dengan status pernikahan menikah sebanyak 44 lansia (65,7%).

 

Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kecemasan lansia di RW 03 Kelurahan Krendang (n=67)

 

Variabel

(n)f

 

(%%

Tingkat Kecemasan

Ringan

 

40

 

59,7

Sedang

27

40,3

 

Tabel 2. menggambarkan lansia mengalami kecemasan ringan sebanyak 40 lansia (59,7%), sedangkan kecemasan sedang 27 lansia (40,3%).


 

Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kualitas hidup lansia di RW 03 Kelurahan Krendang (n=67)

 

Variabel

ff

(f��� f

%

Kualitas Hidup

Baik

 

36

 

53,7

Kurang Baik

31

46,3

 

Tabel 3. menunjukkan lansia dengan kualitas hidup baik 38 lansia (53,7%), sedangkan lansia dengan kualitas hidup kurang baik 31 lansia (46,3%).

Analisa data bivariat untuk mengetahui hubungan kecemasan dengan kualitas hidup lansia menggunakan uji chi square

 

Tabel 4. Hubungan Karakteristik Lansia dan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas hidup di RW 03 Kelurahan Krendang (n=67)

 

Variabel

OR

95% CI

p-value

Usia

1.630

0,335-

0,834

 

 

7,950

 

Jenis

0,821

0,477-

0,821

Kelamin

 

3,365

 

Pendidikan

0,516

0,407-

0.293

 

 

0,654

 

Status

1.435

0,521-

0,658

Pernikahan

 

3,951

 

Tingkat

23,000

6,179-

0,000

Kecemasan

 

85,617

 

 

Tabel 4. Menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik lansia dengan kualitas hidup lansia (p value > 0,05). Sedangkan tingkat kecemasan berhubungan dengan kualitas hidup lansia (p value=0.000).

 

B.        Pembahasan

1.        Hubungan Karakteristik Lansia Dengan Kualitas Hidup (a).���������� Usia

Usia terbanyak lansia dalam rentang usia 60 - 74 tahun. Menurut BPS, (2021) bahwa sebagian besar lansia di Indonesia berada pada rentang usia 60 - 69 tahun sebesar (63,65%).

Kelompok lansia usia 60 -74 tahun sebanyak 55,0% memiliki kualitas hidup yang baik, hal ini dikarenakan lansia menerima hidup dengan apa adanya, kondisi lingkungan tempat tinggal dan adanya dukungan keluarga. Hasil penelitian ini sejalan dengan Ningsih, (2020) bahwa kualitas hidup lansia dipengaruhi oleh hubungan lansia dengan lingkungan tempat tinggal, kondisi fisik dan psikososial lansia.

Kelompok lansia tua 74 � 90 tahun sebanyak 57,1% berada dalam kualitas hidup kurang baik. Proses menua tidak dapat dihindari. Hasil riset terkait yang dilakukan oleh Indrayani dan Ronoatmodjo, (2018) menggambarkan bertambahnya usia menyebabkan terjadi penurunan kondisi kesehatan pada lansia secara psikologis yang di pengaruhi oleh kesehatan fisik serta kondisi lingkungan tempat tinggal lansia. Menurut Savita & Rindu, (2017) salah satu cara


 

 

 

peningkatan kualitas hidup secara fisik dan mental dapat dilakukan dengan aktivitas fisik yang teratur mengurangi stres akibat penyakit yang diderita.

Tidak ditemukan hubungan antara usia dengan kualitas hidup lansia. Hasil riset terkait yang dilakukan oleh Destriande et al., (2021) kualitas hidup lansia dipengaruhi oleh beberapa aspek termasuk dukungan keluarga, teman sebaya, kesehatan fisik dan psikologis, serta lingkungan tempat tinggal seperti layanan kesehatan yang mendukung. Ketidakbermaknaan hubungan tersebut kemungkinan karena semakin bertambahnya usia mengakibatkan penurunan kondisi fisik pada lansia, tidak mengakibatkan semua lansia memiliki kualitas hidup yang kurang.baik. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang menunjang peningkatan kualitas hidup, di perlukan dukungan dari berbagai faktor. Faktor dukungan sarana dan prasana pelayanan kesehatan yang mudah membuat lansia merasa nyaman saat mengunjungi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia menjadi lebih baik. Dukungan interaksi sesama lansia yang kuat mempengaruhi peningkatan kualitas hidup lansia. Namun, perlu adanya perhatian dari keluarga dan masyarakat dalam peningkatan kualitas hidup lansia.

(b).        Jenis Kelamin

Hasil penelitian yang diperolah lebih banyak lansia perempuan dibandingkan laki-laki. Hasil penelian tekait yang dilakukan Ardiani et al., (2019) menyatakan peran hormon esterogen pada perempuan menyebabkan angka harapan hidup perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Hasil ini sejalan dengan Setyarini et al., (2022) lansia berjenis kelamin perempuan sebanyak 61 (57,5%). Hal ini ditegaskan oleh BPS, (2021) presentase lansia perempuan sebanyak 52,32 %.

Pada responden perempuan sebanyak 51,3% berada dalam kualitas hidup baik dan laki-laki 57,1% dengan kualitas hidup baik. Gambaran responden perempuan dan laki-laki memiliki kesamaan yaitu kualitas hidup baik. Didukung oleh hasil analisis dimana tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kualitas hidup lansia. Hasil penelitian ini sejalan dengan Gondodiputro et al.,(2018) tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan kualitas hidup (p-value = 0,286). Demikan pula, hasil penelitian (Budiono & Rivai, 2021) tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kualitas hidup ( p-value=0.125).

Adanya Posbindu RW 03 yang dekat dengan masyarakat dan mudah diakses lansia berdampak positif terhadap kualitas hidup lansia perempuan dan laki-laki. Peran aktif kader Posbindu RW 03 dalam menjalin hubungan saling percaya dengan lansia dan keluarganya, serta terjalinnya hubungan sosial. Lansia menjadi terbuka dan tidak segan-segan untuk mengungkapkan kepada kader tentang keluhan fisik, psikis, sosial dan ekonominya. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia, tanpa memandang jenis kelamin perempuan atau laki-laki.

(c).         Pendidikan

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas lansia berpendidikan <SMA. Menurut BPS, (2021) persentase lansia SD (32,33%), SMP (8,43%), SMA (9,44%) dan Perguruan Tinggi (5,71%). Mayoritas lansia di RW 03 Kelurahan Krendang berpendidikan rendah sebanyak 51,6% memiliki kualitas hidup yang baik. Hal ini karena, keterbatasan biaya dan kurangnya dukungan untuk melanjutkan sekolah. Hasil penelitian Effendi dan Widiastuti, (2018) lansia kurang mendapat dukungan dari keluarga untuk melanjutkan pendidikan formal.Namun, adanya keterpaparan informasi tentang kesehatan melalui televisi, koran, majalah, spanduk, poster dan media sosial, dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang Kesehatan sehingga kualitas hidupnya menjadi baik.


 

Tidak ditemukan adanya hubungan antara pendidikan dengan kualitas hidup lansia. Hal ini sejalan dengan penelitian Lara dan Hidajah, (2017) menunjukkan tidak terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan kualitas hidup.

Ketidakbermaknaan hubungan kemungkinan dikarenakan tempat tinggal lansia dan kemudahan akses teknologi dan komunikasi, serta adanya pandemi covid-19 mempengaruhi pola interaksi dan komunikasi. Pemerintah juga menghimbau untuk tetap menjaga jarak dan pembatasan sosial, menyebabkan lansia beradaptasi menggunakan smartphone memudahkan lansia berkomunikasi dengan keluarganya. Hal ini memberikan kesempatan kepada lansia untuk mengakses hal-hal yang diinginkan seperti belajar merajut wol dan mencari tahu informasi kesehatan. Meskipun lansia mengalami hambatan menggunakan smartphone namun keinginan untuk beradaptasi dapat menunjang kebutuhan lansia memiliki kualitas hidup yang baik.

(d).        Status Pernikahan

Hasil penelitian mayoritas lansia dengan status menikah (65,7%). Badan Pusat Statistik, (2021) menujukkan lansia yang memiliki pasangan atau berstatus menikah dengan presentase 62,91% tahun 2021, sedangkan sisanya tidak memiliki pasangan, baik karena cerai mati, cerai hidup, maupun belum menikah. Lansia dengan status menikah memiliki kualitas hidup yang baik sebanyak 56,8%, sedangkan lansia berstatus janda/duda memiliki kualitas hidup yang kurang baik 52,2%.���� Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status

pernikahan dengan kualitas hidup lansia.

Lansia dengan kualitas hidup baik dipengaruhi juga oleh dukungan keluarga dan dukungan sosial yang dirasakan oleh lansia. Hasil ini sejalan dengan Sahuri et al., (2018) ada.hubungan signifikan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia. Secara umum kehidupan lansia akan diperhatikan oleh pasangan, anak, menantu atau anggota keluarga lainnya. Namun, jika dukungan yang diberikan kurang maka lansia akan mengalami perubahan negatif terhadap kehidupannya, sebaliknya. jika dukungan keluarga baik maka akan mengalami perubahan positif sehingga meningkatkan kualitas hidup lansia. Hal ini terjadi karena perbedaan karakteristik. masing-masing.keluarga lansia.

(e).         Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Hidup

Hasil penelitian didapatkan saat masa pandemi covid-19 sebanyak 59,7%) lansia mengalami kecemasan ringan. dan 40,3% kecemasan sedang. Hasil ini sejalan dengan Mirani et al., (2021) sebagian.besar lansia mengalami kecemasan sedang 40 lansia (43,5%).

Tingkat kecemasan lansia dalam kategori sedang disebabkan karena pandemi Covid-19, lansia masih ketakutan jika bertemu dengan orang yang tidak dikenal dan berada di dalam keramaian. Hasil ini serupa dengan penelitian Aritonang et al., (2021) pandemi Covid-19 menimbulkan perasaan cemas mayoritas lansia berada di tingkat kecemasan ringan 23 lansia (56,1%) dengan ketakutan bertemu dengan orang dari kota, karena kota banyak terjangkit kasus Covid-19. Demikian juga, hasil penelitian Minannisa, (2021) sebagian orang khawatir atau ketakutan yang berlebihan dan memiliki prasangka curiga pada orang yang memiliki tanda gejala menderita covid-19.

Penuaan dihubungankan dengan adanya perubahan degeneratif. Kemampuan regeneratif pada lansia terbatas, berdampak lansia rentan terhadap penyakit termasuk masalah psikososial yang dialami lansia. Kecemasan. berhubungan dengan perubahan fisik, penurunan kesehatan, penyakit, pensiun, perubahan aktual atau potensial situasi kehidupan, hilangnya kemandirian, dan kehilangan orang yang dicintai (Eliopoulus, 2014).

Hasil analisis.hubungan tingkat kecemasan.dengan kualitas hidup lansia diperoleh sebanyak 67,5% lansia dengan kecemasan ringan.memiliki kualitas


 

 

 

hidup yang baik, sedangkan.lansia dengan kecemasan sedang. sebanyak 81,5% memiliki kualitas hidup yang.kurang baik. Kecemasan lansia mayoritas berada pada kecemasan ringan. Hal ini sesuai dengan penelitian Dzakiyyah, (2019) menemukan lansia dengan kecemasan ringan sebanyak 69,6%. Kecemasan ringan pada lansia mayoritas dimungkinkan karena perubahan.aktual kondisi pandemi Covid-19 yang sudah.mulai menurun. Hal tersebut karena lansia sudah mempunyai kemampuan beradaptasi positif atau menyesuaikan diri dengan diri sendiri,.masyarakat dan lingkungan tempat tinggal lansia yang menyebabkan lansia memiliki kualitas hidup yang baik. Sedangkan.lansia yang beradaptasi secara negatif akan menyebabkan penurunan kualitas hidup menjadi kurang baik. Penelitian ini didukung teori Stuart (Mirani et al., 2021) kecemasan adalah rasa ketidakpastian, isolasi dan ketidaknyaman.

Terdapat.hubungan signifikan antara tingkat kecemasan dengan kualitas hidup. Lansia dengan tingkat kecemasan sedang mempunyai peluang lebih besar untuk.memiliki kualitas.hidup kurang baik dibandingkan lansia dengan tingkat kecemasan ringan. Hasil penelitian ini, sejalan dengan Suryani, (2016) kecemasan yang semakin tinggi pada lansia, maka kualitas hidup.lansia kurang baik yang akan menyebabkan lansia tidak berdaya dalam memenuhi kebutuhannya. Ketidakberdayaan menjadi penyebab kecemasan lansia tehadap dirinya di masa depan.

 

KESIMPULAN

Terdapat hubungan signifikan antara tingkat kecemasan terhadap kualitas hidup lansia. Tingkat kecemasan yang dialami lansia sebagai dampak dari pandemic covid-19 perlu mendapat perhatian karena lansia termasuk kelompok rentan, baik secara fisik maupun psikososial. Perlu dirancang intervensi khusus untuk meningkatkan interaksi dan sharing diantara lansia sehingga dapat mengurangi kecemasan lansia serta pemberdayaan lansia di Posbindu melalui berbagai kegiatan yang dilakukan yang memotivasi lansia untuk berpartisipasi aktif. Peran kader, puskesmas, serta dukungan keluarga sangat penting dalam mengembangkan potensi lansia sehingga meningkatkan kualitas hidup lansia.


 

BIBLIOGRAFI

Ardiani, Helin, Lismayanti, Lilis, & Rosnawaty, Rossy. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Lansia di Kelurahan Mugarsari Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya Tahun 2014. Healthcare Nursing Journal, 1(1), 42�50. Google Scholar

 

Aritonang, Juneris, Sirait, Asima, & Lumbantoruan, Mestika. (2021). Tingkat Kecemasan Kelompok Lanjut Usia Di Situasi Pandemi Covid-19. Jurnal Kesehatan Delima Pelamonia, 5(1), 26�31. Google Scholar

 

Badan Pusat Statistik. (2021). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2021. Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Google Scholar

 

Budiono, Nugrahadi Dwi Pasca, & Rivai, Adbur. (2021). Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(2), 371�379. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.621. Google Scholar

 

Destriande, Indah Mulya, Faridah, Intan, Oktania, Kharisma, & Rahman, Syahnur. (2021). Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pada Lanjut Usia. Jurnal Psikologi, 2(1). Google Scholar

 

Dzakiyyah, Nasywa Florean. (2019). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia di Keluruhan Penanggung Malang. Jurnal Kedokteran. https://doi.org/10.7454/jki.v21i2.584. Google Scholar

 

Effendi, Nurmaya, & Widiastuti, Harti. (2018). Perbedaan Kualitas Hidup Lansia Wanita Berpasangan dengan Tidak Berpasangan di Posyandu Lansia Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Jurnal Kesehatan, 7(2), 353�360. Google Scholar

 

Eliopoulus, Charlotte. (2014). Gerontologic Nursing FIFTH EDITION (5th ed.). Missouri: Elsevier. Google Scholar

 

Gondodiputro, Sharon, Rizki Hidayati, Aghnia, & Rahmiati, Lina. (2018). Gender, Age, Marital Status, and Education as Predictors to Quality of Life in Elderly: WHOQOL-BREF Indonesian Version. International Journal of Integrated Health Sciences, 6(1), 36�41. https://doi.org/10.15850/ijihs.v6n1.1201. Google Scholar

 

Huriah, Titih. et al. (2021). Dampak Covid-19 terhadap Pelayanan Kesehatan pada Lansia: Tinjauan Teori Keperawatan (1st ed.; Titih Huriah, Ed.). Yogyakarta: LeutikaPrio.

Google Scholar

 

Indrayani, & Ronoatmodjo, Sudarto. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(1), 69�78. https://doi.org/10.22435/kespro.v9i1.892.69-78. Google Scholar


 

 

 

Kasar, Kadriye Sayin, & Karaman, Emine. (2021). Life in lockdown: Social isolation, loneliness and quality of life in the elderly during the COVID-19 pandemic: A scoping review.

Geriatric Nursing, 42(January), 1222�1229. Google Scholar

 

Lara, Aviana Gita, & Hidajah, Atik Choirul. (2017). Hubungan Pendidikan, Kebiasaan Olahraga, Dan Pola Makan Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Puskesmas Wonokromo Surabaya. Jurnal Promkes, 4(1), 59. https://doi.org/10.20473/jpk.v4.i1.2016.59-69.

Google Scholar

 

Minannisa, Cindy. (2021). Kondisi Stress Lansia Di Masa Pandemi Covid-19 Dan Pencegahannya. Jurnal Keperawatan, 4(1). Google Scholar

 

Mirani, Mega Mustika, Jumaini, & Marni, Erna. (2021). Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki. Medika Hutama, 02(02), 9. Google Scholar

 

Ningsih, Rini Wahyu; Sri Setyowati. (2020). Hubungan Tingkat Kesepian dengan Kualitas Hidup pada Lansia di Posyandu Lansia Dusun Karet Yogyakarta. Jurnal Keperawatan, 12(2), 80�87. Google Scholar

 

Oktaviani, Ariska. Sri Setyowati. (2020). Interaksi Sosial Berhubungan Dengan Kualitas Hidup Lansia. Jurnal Keperawatan Terpadu, 2(2), 120�129. Google Scholar

 

Priyoto. (2018). Ilmu Keperawatan Komunitas (1st ed.). Yogyakarta: Pustaka Panasea. Google Scholar

 

Riasmini, Ni Made, Sahar, Junaiti, Supartini, Yupi, & Maryam, Raden Siti. (2019a).

Independent family group model improving health status and quality of life of elderlyin the community. Indian Journal of Public Health Research and Development, 10(12), 1930�1934. https://doi.org/10.37506/v10/i12/2019/ijphrd/192152. Google Scholar

 

Riasmini, Ni Made, Sahar, Junaiti, Supartini, Yupi, & Maryam, Raden Siti. (2019b).

Independent Family Group Model Improving Health Status and Quality Of Life of Elderlyin the Community. Indian Journal of Public Health Research and Development, 10(12), 1930�1934. https://doi.org/10.37506/v10/i12/2019/ijphrd/192152. Google Scholar

 

Sahuri, Sopyan, Salim, Nasiatul Aisyah, & Antara, Antok Nurwidi. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Dusun Sanggrahan, Desa Caturharjo, Kabupaten Sleman. Jurnal Keperawatan, 454�462. Google Scholar

 

Savita, Riza, & Rindu. (2017). Jurnal Kualitas Hidup Lansia Oleh : Riza Savita Program Magister Kesehatan Masyarakat 2017. 2(1). Google Scholar

 

Setyarini, Elizabeth Ari, Niman, Susanti, & Parulian, Tina Shinta. (2022). Prevalensi Masalah Emosional Stres , Kecemasan dan Depresi pada Usia Lanjut. Bulletin of Counseling and


 

Psychotherapy, 4(1), 21�27. https://doi.org/https://doi.org/10.51214/bocp.v4i1.140. Google Scholar

 

Suryani, Ayu. (2016). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Panti Wredha Dharma Bhakti Pajang Surakarta. Jurnal Keperawatan Univeritas Muhammadiyah Surakarta, 18(2), 22280. Google Scholar

 

Wati, Nenden Lesmana, Sandiana, Alma, & Kartikasari, Rina. (2017). Tingkat Kecemasan Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Kota Bandung. Jurnal Kesehatan Aeromedika, III(1), 50�55. v. Google Scholar

 


Copyright holder:

Ni Made Riasmini, Rinna Nur Syamsiah, Yeti Resnayati, Jusuf Kristianto (2023)

 

First publication right: Jurnal Health Sains

 

This article is licensed under: