Jurnal Health Sains: p�ISSN : 2723-4339 e-ISSN
: 2548-1398�����
Vol. 2, No. 1, Januari 2021
HUBUNGAN
PENERAPAN SISTEM INFORMASI TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH
DAN SEHAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEPATAN TAHUN 2020
Payumi dan Bayu Imanuddin
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Yatsi, Tangerang, Banten, Indonesia
Email: [email protected] dan [email protected]
artikel
info |
abstract |
Tanggal diterima: 5
Januari 2021 Tanggal revisi: 15
Januari 2021 Tanggal yang diterima:
25 Januari 2021 |
One
of the programs that are promoted in achieving a healthy indonesia is about the habituation of clean and healthy living behavior (PHBS). Meanwhile, data obtained from the indonesian ministry of health (2014) as many as 26.1% of the population in indonesia are in the category of less active in their
activities or not doing PHBS. The magnitude of this figure occurs due to a
lack of public knowledge due to poor application of information systems.
Purpose: to determine the
relationship between the application of information systems on the success of
the PHBS program in the working area of the puskesmas sepatan, tangerang regency. Research design: including analytic survey with cross sectional approach.
Samples were taken using the stanley lameshow formula with unknown proportions, and the total
sample size was 196 respondents. Sampling using accidental sampling
technique. This study used univariate and bivariate analysis with the chi square test. b based on univariate analysis of 196 respondents, the
majority of the application of good information systems was 59.7%, the
success of the PHBS program was 57.7%. The results of the bivariate analysis
with the chi square test found that there was a relationship between the application
of information systems to the success of the PHBS program (p-value 0,000). Conclusion: from the variables studied, it can
be seen that the application of information systems is related to the success
of the PHBS program. Suggestion: nurses
should increase their knowledge about the PHBS program, and always look for
the best methods in order to convey about the PHBS program to the community
around them. ABSTRAK Salah satu program yang
digalakkan dalam mencapai indonesia sehat adalah
tentang pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Sedangkan data yang diperoleh dari depkes RI (2014) sebanyak 26,1% penduduk di indonesia masuk
dalam kategori kurang aktif dalam beraktivitas atau tidak melakukan
PHBS. Besarnya angka ini terjadi dikarenakan
kurangnya pengetahuan masyarakat dikarenakan penerapan sistem informasi yang kurang baik. Tujuan: untuk mengetahui hubungan penerapan sistem informasi terhadap keberhasilan program
PHBS di wilayah kerja puskesmas sepatan kabupaten tangerang. Desain penelitian: termasuk survey analitik dengan pendekatan cross
sectional. Sampel diambil
dengan menggunakan rumus stanley lameshow dengan
proporsi yang tidak diketahui diperoleh jumlah sampel sebanyak 196 responden. Pengambilan sampel menggunakan tehnik accidental
sampling. Penelitian ini
menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil: berdasarkan analisis univariat dari 196 responden mayoritas penerapan sistem informasi baik sebesar 59,7%, keberhasilan program PHBS sebesar
57,7%. Hasil analisis bivariat
dengan uji chi square didapat
ada hubungan antara penerapan sistem informasi terhadap keberhasilan program
PHBS (p-value 0,000). Kesimpulan: dari variabel yang diteliti dapat diketahui bahwa penerapan sistem informasi berhubungan dengan keberhasilan program PHBS. Saran: bagi
perawat hendaknya meningkatkan pengetahuannya tentang program PHBS, serta senantiasa mencari metode-metode terbaik agar dapat menyampaikan tentang program PHBS tersebut kepada masyarakat disekitar mereka. |
KeywordS: information systems; PHBS program Kata Kunci: sistem informasi; program PHBS |
Coresponden Author:
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah
lisensi
���������������
Pendahuluan
�� Kesehatan merupakan
hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia,
serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM). IPM adalah
indeks yang mengukur pencapaian keseluruhan Negara (Statistik,
2017). Pencapaian
ini meliputi 3 indikator yaitu tingkat pendidikan, derajat kesehatan dan kemampuan ekonomi masyarakat. Pemeliharaan kesehatan masyarakat akan memacu produktifitas
kinerja masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu menjadi suatu
keharusan bagi semua pihak untuk
memelihara, meningkatkan
dan melindungi kesehatan
demi kesejahteraan seluruh masyarakat indonesia (Depkes, 2014).
Guna mewujudkan hal
tersebut, departemen kesehatan telah merencanakan gerakan pembangunan berwawasan kesehatan yang dilandasi paradigma sehat (Maulana
& Sos, 2009). Paradigma
sehat adalah cara pandang, pola
pikir atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan (Depkes, 2014).
Menurut Hendrick L. Blum dalam (Notoatmodjo,
2015), ada empat faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas. Empat faktor utama
yang mempengaruhi kesehatan
harus dijadikan sasaran dalam upaya
kesehatan, baik pemeliharaan ataupun peningkatan, agar didapatkan hasil yang efisien. Perilaku memiliki peranan penting dalam menentukan derajad kesehatan setiap individu. Menurut Hendrick L. Blum dalam (Notoatmodjo, 2015), perilaku memberikan pengaruh terbesar kedua setelah faktor lingkungan terhadap kesehatan.
Berdasarkan laporan riskesdas tahun 2013
(Indrawati
et al., 2016), didapatkan
beberapa data mengenai perilaku penduduk indonesia usia anak-anak. 95,7% anak sudah melaksanakan sikat gigi, namun
hanya 1,7% saja yang telah melakukannya dengan benar. Berkaitan
dengan perilaku konsumsi tembakau, sebesar 0,5% anak menjadi perokok aktif setiap hari,
dan 0,9% lainnya merokok dengan intensitas kadang-kadang. Data lainnya adalah data mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) penduduk
secara umum, di mana di dalamnya terdapat penduduk usia anak-anak.
Sebanyak 82,6% penduduk telah buang air besar dengan benar,
yaitu di jamban. Hanya 47% penduduk indonesia yang telah
dapat melakukan cuci tangan menggunakan
sabun dengan benar. Sebanyak 26,1% penduduk di indonesia masuk dalam kategori kurang aktif dalam
beraktivitas. Perilaku konsumsi penduduk di indonesia terhadap penyedap mencapai 77,3%. Penduduk yang telah menjadi konsumen rokok aktif setiap
hari mencapai 24,3% dengan konsumsi rata-rata setiap harinya 12 batang setiap orang, perokok dengan intensitas kadang-kadang sebanyak 5%, dan mantan perokok sebesar 4% (Depkes, 2014).
Salah satu program yang digalakkan dalam mencapai Indonesia sehat adalah tentang pembiasaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui
pelatihan dokter kecil sesuai dengan
surat keputusan menteri kesehatan RI Nomor
585/Menkes/SK/V/2007 tentang pedoman pelaksanaan promosi kesehatan di puskesmas. Pengadaan
pelatihan dokter kecil merupakan salah satu upaya pendekatan
edukatif dalam rangka mewujudkan pola hidup sehat.
Pola hidup sehat mengarah pada gambaran perilaku sehat (PHBS) individu yang berupa tindakan yang mencerminkan usaha mencapai derajad kesehatan optimal. Pola atau gambaran di sini berarti bahwa
tindakan tersebut telah dilakukan individu secara berulang-ulang atau dominan (Depkes, 2014).
Perilaku, dalam hal ini tindakan,
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pikiran
dan perasaan, orang yang berarti
(panutan), sumber daya, dan budaya. Pikiran dan perasaan dibentuk oleh pengetahuan, kepercayaan, sikap, dan nilai yang dimiliki. Pengetahuan dapat berasal dari pengalaman
yang dimiliki seseorang ataupun informasi dari sumber lain yang lebih tahu, seperti
guru, orang tua, teman, buku, majalah, dan lainnya. Green dalam (Notoatmodjo, 2015) menyebutkan bahwa perilaku terbentuk atas 3 faktor utama
yaitu faktor predis posisi, faktor pemungkin,
dan faktor penguat. Faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal yang berkaitan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi. Faktor pemungkin meliputi ketersediaan sarana dan prasarana bagi masyarakat. Sikap dan perilaku tokoh yang
disegani menjadi faktor penguat terbentuknya perilaku.
Menurut (Notoatmodjo, 2015), perilaku terbentuk dari tindakan yang mempunyai frekwensi, lama dan tujuan khusus, baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak
sadar berdasarkan pada pengetahuan individu. Idealnya, individu bertindak dengan didasarkan pada pengetahuan yang dimilikinya karena tindakan merupakan cerminan dari pengetahuan
yang dimiliki. Fakta di lapangan,
tidak semua individu dengan pengetahuan yang tinggi bertindak sesuai tingkat pengetahuannya. Tidak sedikit individu
dengan pengetahuan baik melakukan tindakan yang buruk karena tidak menerapkan
pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini semata-mata dapat dipengaruhi oleh yang namanya sistem.
Penerapan sistem informasi yang baik dapat melancarkan suatu program, terlebih pada
program PHBS yang aspeknya pada msyarakat
luas (Sarlina
et al., 2017). Sebuah informasi diciptakan menggunakan prinsip sistem, dimana terdapat sumber dya sistem informasi
(input), proses, serta informasi
(output) yang dihasilkan, yang dalam
hal ini adalah
keberhasilan program PHBS pada suatu
lingkup. Penerapan sistem informasi yang baik akan memudahkan
individu memperoleh informasi dan menambah pengetahuannya. Tentunya pengetahuan akan PHBS tidak akan terlepas
dari sebuah sistem informasi yang baik, yang telah diterapkan oleh suatu badan.
Oleh karena betapa
pentingnya PHBS dalam kehidupan, maka dari itu sangat penting untuk diterapkan
dalam masyarakat. Namun yang banyak terjadi justru tingkat keberhasilan PHBS masih jauh dari
kata berhasil. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, di puskesmas sepatan kabupaten Tangerang diketahui
bahwa dari 12 KK, diperoleh data bahwa masih terdapat 10 KK yang kepala keluarganya merokok. Pembuangan sampah keluarga mayoritas dibakar. Tidak ada yang melakukan olahraga teratur. Hampir semua rumah rata-rata memiliki luas 40 m2,
dan 5 KK diantaranya mempunyai
anak >5 orang atau anggota keluarga yang tinggal tidak sesuai
dengan besarnya rumah. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka peneliti
tertarik untuk mengetahui hubungan penerapan sistem informasi terhadap keberhasilan program PHBS di wilayah kerja puskesmas sepatan kabupaten tangerang tahun 2020.
Metode Penelitian
�� Desain penelitian ini adalah metode korelasi
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas sepatan kabupaten tangerang. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
keluarga yang ada di
wilayah kerja puskesmas sepatan kabupaten tangerang tahun 2020 yaitu
31.826 keluarga. Sampel diambil dengan menggunakan rumus stanley lameshow, dan diperoleh jumlah
sampel sebanyak 196 orang. Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebelum disebar, dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Dalam melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin ke kepala dinas kesehatan kabupaten Tangerang untuk
mendapatkan persetujuan melakukan penelitian di wilayah kerja puskesmas sepatan kabupaten Tangerang (Nurvica et al., 2016). Setelah mendapatkan
surat izin dari dinas kesehatan kabupaten Tangerang yang ditujukan
kepada kepala puskesmas sepatan kabupaten Tangerang, maka
langkah selanjutnya yaitu membawa proposal penelitian dan juga surat izin dari dinas kesehatan kabupaten Tangerang untuk
mendapatkan surat persetujuan melakukan penelitian dari kepala puskesmas sepatan kabupaten tangerang. Baru setelah mendapatkan surat persetujuan melakukan penelitian dari kepala puskesmas sepatan kabupaten Tangerang, peneliti
menyebarkan kuesioner pada responden yang sudah ditentukan berdasarkan atas pertimbangan tertentu yang masuk dalam kriteria inklusi, dengan menyertakan surat permohonan menjadi responden dari peneliti dan pernyataan menjadi responden (informed consent) dari
responden yang bersedia untuk dijadikan sampel penelitian. Kemudian kuesioner dibagikan kepada responden dengan menekankan pada masalah etika. Berdasarkan jawaban dari responden
pada lembar kuesioner maka peneliti melakukan
pengolahan dan analisa
data.
Pengolahan data dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing merupakan upaya memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Peneliti mengecek kembali setiap data dan jawaban dari setiap pertanyaan
pada kuesioner yang telah dikumpulkan;
2. Coding merupakan kegiatan pemberian numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.
Pemberian kode sangat penting dilakukan bila pengolahan data dan analisa data menggunakan komputer. Dalam pembuatan kode dibuat pula daftar kode dan artinya dalam suatu
buku (kode book) untuk mempermudah melihat kembali lokasi dan arti suatu kode dari suatu
variabel. Peneliti memberikan kode pada setiap item untuk mempermudah dalam pengolahan data yang menggunakan perangkat lunak komputer yaitu perangkat lunak;
3. Entry data adalah
kegiatan memasukan data
yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base komputer dengan menggunakan program perangkat lunak, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi. Peneliti memasukan setiap data ke dalam data set yaitu variabel view dan data view sebelum
data tersebut diolah;
4. Cleaning Yaitu Pada tahap ini data
yang telah ada diperiksa kembali untuk memastikan bahwa data bersih dari kesalahan. Pada penelitian ini peneliti mengkoreksi kembali data-data yang telah dientry dan mengubah setiap kesalahan atau kekeliruan yang terjadi pada saat melakukan entry data.
Peneliti memeriksa kembali data yang telah di entry ke dalam komputer dengan mencocokkan data yang ada pada kuesioner;
5. Processing: Tahap ini merupakan tahap akhir dari
pengolahan data, data yang sudah
ada akan diproses dengan komputer. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua analisis data yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Peneliti akan memproses kembali setiap data sesuai dengan tujuan
yang diinginkan yaitu menganalisis data univariat dan bivariat (Soekidjo,
2016).
Analisa univariat yaitu dengan menampilkan tabel � tabel distribusi
frekuensi untuk melihat gambaran distribusi frekuensi responden menurut variabel yang diteliti, baik variabel dependen
maupun variabel independen. Analisis bivariat digunakan untuk mencari hubungan
antara dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat yang di lakukan dengan uji Chi-square yaitu
uji statistik yang di gunakan
untuk menguji signifikasi dua variabel (Hastono,
2017).
Hasil akhir uji statistik adalah untuk mengetahui
apakah keputusan uji Ho ditolak atau Ho gagal ditolak. Dengan ketentuan apabila p value <
α (0,05), maka Ho ditolak, artinya ada hubungan yang bermakna, jika p value > α maka
Ho gagal ditolak, artinya tidak ada
hubungan yang bermakna antar variabel.
Hasil Penelitian
1.
Analisis Univariat
Tabel 1
Distribusi frekuensi penerapan sistem informasi dan keberhasilan program PHBS di wilayah kerja puskesmas sepatan kabupaten tangerang tahun 2020
Variabel� ��������� ��������������� Frekuensi
|
n |
% |
Penerepan Sistem Informasi Baik |
�117 |
�59,7 |
Kurang baik |
� 79 |
�40,3 |
Keberhasilan Program PHBS Baik Kurang baik |
11383 |
57,7 42,3 |
Jumlah |
�196 |
100 |
�
Berdasarkan tabel 1 di
atas dapat dilihat bahwa dari
196 responden di wilayah kerja
puskesmas sepatan kabupaten tangerang, diketahui
mayoritas penerapan sistem informasi yang baik yaitu sebanyak
117 orang (59,7%), kemudian penerapan
sistem informasi kurang baik sebanyak
79 orang (40,3%).
Sedangkan pada keberhasilan
program PHBS, mayoritas yang baik
yaitu sebanyak 113 orang (57,7%), kemudian keberhasilan program
PHBS yang kurang baik sebanyak 83 orang (42,3%).
2.
Analisis Univariat
Berdasarkan tabel 2 di
bawah dapat dilihat bahwa pada penerapan informasi yang baik, dari 117 responden mayoritas dengan keberhasilan program PHBS
yang baik, yaitu sebanyak 104 orang (88,9%). Sedangkan
pada penerapan sistem informasi yang kurang baik, dari 79 responden
mayoritas dengan keberhasilan program PHBS yang kurang
baik, yaitu sebanyak 70 orang (88,6%). Hasil uji statistik
dengan Chi
Square diperoleh p-value = 0,000 artinya
p < α (0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak, berarti ada hubungan antara
penerapan sistem informasi terhadap keberhasilan program PHBS di wilayah kerja
puskesmas sepatan kabupaten Tangerang. Berdasarkan
hasil uji keeratan 2 variabel didapatkan nilai OR 62,222, artinya penerapan sistem informasi yang baik akan memiliki peluang
62,222 kali mengalami keberhasilan
program PHBS yang baik bila
dibandingkan dengan penerapan sistem informasi yang kurang baik.
Tabel 2
Hubungan penerapan sistem informasi terhadap keberhasilan program PHBS di wilayah kerja puskesmas sepatan kabupaten Tangerang tahun 2020.
Penerapan Sistem Informasi |
Keberhasilan Program PHBS |
|
|
|
TT |
|
P. Value |
OR (95% CI) |
|
Baik |
|
Kurang |
|
|
|
|
|
|
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|
|
Baik |
104 |
88,9 |
13 |
11,1 |
117 |
100 |
0,000 |
62,222 |
Kurang |
9 |
11,4 |
70 |
88,6 |
79 |
100 |
|
(25,240-153,394) |
Total |
113 |
57,7 |
83 |
42,3 |
196 |
100 |
|
|
Pembahasan
1.
Penerapan Sistem Informasi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 196 responden di wilayah kerja puskesmas sepatan kabupaten Tangerang, diketahui
mayoritas penerapan sistem informasi yang baik yaitu sebanyak
117 orang (59,7%), kemudian penerapan
sistem informasi kurang baik sebanyak
79 orang (40,3%).
Menurut (Gordon, 2014), bahwa sistem
informasi adalah suatu kumpulan fungsi � fungsi yang bergabung secara formal dan secara sistematis:
a.
Melaksanakan pengolahan data transaksi operasional;
b.
Menghasilkan informasi untuk
mendukung manajemen dalam melaksanakan aktivitas perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan;
c.
Menghasilkan berbagai laporan
bagi kepentingan eksternal organisasi.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan (Depkes, 2012), bahwa informasi kesehatan adalah faktor kunci dalam
perencanaan, implementasi dan pemantauan
pelayanan kesehatan. Sistem informasi kesehatan adalah alat yang berupa kesatuan/ rangkaian kegiatan � kegiatan
yang mencakup seluruh jajaran upaya kesehatan
di seluruh tingkat administrasi yang mampu memberikan� informasi kepada:
a.
Pengelola untuk proses pengambilan
keputusan dalam perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian upaya kesehatan;
b.
Masyarakat,
agar kemampuannya untuk menolong diri sendiri
dalam bidang kesehatan meningkat.
Menurut peneliti tingginya angka penerapan sistem informasi dikarenakan kinerja para petugas kesehatan dan segenap lapisan masyarakat di wilayah kerja puskesmas sepatan kabupaten Tangerang. Penerapan
sistem informasi kesehatan ini terkait
segala aspek kesehatan yang salah satunya yaitu PHBS. Hal ini sesuai dengan pernyataan
yang dikemukakan oleh (Depkes, 2012), bahwa informasi kesehatan adalah faktor kunci
dalam perencanaan, implementasi dan pemantauan pelayanan kesehatan. Sistem informasi kesehatan adalah alat yang berupa kesatuan/ rangkaian kegiatan � kegiatan yang mencakup
seluruh jajaran upaya kesehatan di seluruh tingkat administrasi yang mampu memberikan informasi kepada:
a.
Pengelola untuk proses pengambilan
keputusan dalam perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian upaya kesehatan;
b.
Masyarakat,
agar kemampuannya untuk menolong diri sendiri
dalam bidang kesehatan meningkat.
2.
Keberhasilan Program PHBS
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa bahwa dari
196 responden di wilayah kerja
puskesmas sepatan kabupaten Tangerang, diketahui
mayoritas dengan keberhasilan program PHBS yang baik
yaitu sebanyak 113 orang
(57,7%), kemudian keberhasilan program PHBS yang kurang baik sebanyak
83 orang (42,3%).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan (Saputra,
2018) yang dilakukan
di desa kuala kecamatan tambang kampar. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar masyrakat keberhasilan program
PHBS yang tidak baik, yaitu sebanyak 51 orang (51%) dari 100 orang responden.
Hasil penelitian ini
juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sekar,
2016) yang dilakukan
di wilayah kerja puskesmas poned X. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 380 orang yang di teliti, mayoritas dengan program PHBS
yang tidak baik, yaitu sebanyak 227 orang (59,7%).
Menurut (Depkes, 2014) yang menyatakan
bahwa perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (advokasi), bina suasana (social
support) dan pemberdayaan masyarakat
(empowerment) sehingga
dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Hal ini diperkuat lagi dengan pernyataan (Kemenkes RI, 2011) bahwa perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan
sekumpulan perilaku yang berupa tindakan dan dilakukan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran
yang menjadikan individu atau kelompok dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat. Sasaran dari program PHBS merupakan seluruh elemen masyarakat. Tujuan dari dilakukannya
PHBS adalah untuk menjaga, memelihara, melindungi, serta meningkatkan kesehatan setiap individu.
Pada masa-masa saat ini
banyak sekali kepuasan pasien dinilai dari sebuah
pelayanan kesehatan yang ia peroleh dari
instansi kesehatan yang diperoleh. Sebagaimana pernyataan (Marpuah, 2010) bahwa pada saat ini makin banyak
pasien yang menuntut untuk diberikan informasi tentang kondisi kesehatannya dan keputusan yang terikat dengan tindakan medis atau keperawatan
yang akan diterimanya. Perhatian mereka diarahkan seluruhnya pada spektrum pelayanan kesehatan yang mereka terima selama berada
di rumah sakit.
3.
Hubungan Penerapan Sistem
Informasi Terhadap Keberhasilan Program PHBS Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sepatan Kabupaten Tangerang
Berdasarkan hasil penelitian analisis bivariat diperoleh bahwa pada penerapan informasi yang baik, dari 117 responden mayoritas dengan keberhasilan program PHBS yang baik,
yaitu sebanyak 104 orang
(88,9%). Sedangkan pada penerapan
sistem informasi yang kurang baik, dari
79 responden mayoritas dengan keberhasilan program PHBS
yang kurang baik, yaitu sebanyak 70 orang (88,6%).
Hasil�
uji� statistik� dengan�
Chi Square diperoleh p-value = 0,000 artinya p < α� (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak, berarti ada hubungan antara penerapan sistem informasi terhadap
keberhasilan program PHBS di wilayah kerja puskesmas sepatan kabupaten Tangerang.
Berdasarkan hasil uji keeratan 2 variabel didapatkan nilai OR 62,222, artinya
penerapan sistem informasi yang baik akan memiliki peluang 62,222 kali
mengalami keberhasilan program PHBS yang baik bila dibandingkan dengan
penerapan sistem informasi yang kurang baik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh (Depkes,
2012) diwujudkannya sistem informasi kesehatan yang komprehensif, berhasil guna dan berdaya guna yang mampu untuk memberikan informasi yang akurat, tepat waktu, dan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan
untuk:
1.
Pengambilan keputusan di seluruh
tingkat administrasi dalam rangka perencanaan,
penggerakan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian;
2.
Mengatasi masalah � masalah
kesehatan melalui isyarat dini dan upaya penanggulangan;
3.
Meningkatkan peran serta
masyarakat dan meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri;
4.
Meningkatkan penggunaan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan teknologi
bidang kesehatan.
Penerapan sebuah sistem informasi kesehatan diperuntukkan agar masyarakat dapat lebih meningkatkan kesehatannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Depkes, 2012), bahwa Informasi
kesehatan adalah faktor kunci dalam
perencanaan, implementasi
dan pemantauan pelayanan kesehatan. Sistem informasi kesehatan adalah alat yang berupa kesatuan/ rangkaian kegiatan � kegiatan yang mencakup seluruh jajaran upaya kesehatan di seluruh tingkat administrasi yang mampu memberikan informasi kepada: 1) pengelola untuk
proses pengambilan keputusan
dalam perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian upaya kesehatan; 2) masyarakat, agar kemampuannya untuk menolong diri sendiri
dalam bidang kesehatan meningkat.
Hal ini juga sesuai dengan hasil uji keeratan 2 variabel didapatkan nilai OR 62,222, artinya penerapan sistem informasi yang baik akan memiliki
peluang 62,222 kali mengalami
keberhasilan program PHBS yang baik
bila dibandingkan dengan penerapan sistem informasi yang kurang baik.
Menurut peneliti adanya hubungan antara penerapan sistem informasi terhadap keberhasilan program
PHBS di wilayah kerja puskesmas sepatan kabupaten tangerang dikarenakan
bahwa keberhasilan sebuah program itu tergantung
pada penerapan sistem informasinya, apabila baik penerapan sebuah sistem informasinya,
maka baik pula tingkat keberhasilan dari sebuah program. Hal ini juga tidak terlepas dari kinerja
para petugas kesehatan dan
juga segenap lapisan masyarakat di wilayah kerja puskesmas Sepatan.
Kesimpulan
berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya yang telah dilakukan pada 196 responden di wilayah kerja puskesmas sepatan kabupaten Tangerang maka
dapat disimpulkan, Pertama Berdasarkan distribusi frekuensi penerapan sistem informasi, mayoritas penerapan sistem informasi yang baik sebanyak 117 orang (59,7%). �Kedua Berdasarkan distribusi
frekuensi keberhasilan
program PHBS, mayoritas dengan
keberhasilan program PHBS yang baik
sebanyak 113 orang (57,7%). Ketiga Ada hubungan antara penerapan sistem informasi terhadap keberhasilan program
PHBS di wilayah kerja puskesmas sepatan kabupaten Tangerang, terbukti
dari hasil uji statistik dimana P Value 0,000 dengan
nilai OR 62,222.
BIBLIOGRAFI
Depkes, R.
I. (2012). Profil Kesehatan Republik Indonesia 2012. Diakses Pada
Tanggal.
Depkes, R.
I. (2014). Pedoman Kerja Puskesmas Jilid Ii. Jakarta.
Gordon.
(2014). Revolusi Cara Belajar. Bandung : Kaifa.
Hastono, S.
P. (2017). Analisis Data Pada Bidang Kesehatan.
Indrawati,
L., Hapsari, D., & Nainggolan, O. (2016). Pengaruh Akses Ke Fasilitas
Kesehatan Terhadap Kelengkapan Imunisasi Baduta (Analisis Riskesdas 2013). Media
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 26(1), 20755.
Kemenkes
Ri. (2011). Panduan Peningkata Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dan Rumah
Tangga. Jakarta.
Marpuah, D.
(2010). Spo Keperawatan Rumah Sakit Roemani Semarang. Uns (Sebelas Maret
University).
Maulana, H.
D. J., & Sos, S. (2009). Promosi Kesehatan.
Notoatmodjo.
(2015). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Prinsip-Prinsip Dasar, Rineka Cipta:
Jakarta.
Nurvica,
D., Sjafari, A., & Atto�ullah, A. (2016). Analisis Kinerja Pelayanan
Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Dalam Melaksanakan Sertipikasi Tanah
Negara Melalui Proyek Operasi Nasional Agraria. Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
Saputra, R.
(2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(Phbs) Di Desa Kualu Kecamatan Tambang Kampar. Photon: Jurnal Sain Dan
Kesehatan, 8(2), 121�128.
Sarlina,
P., Prio, A. Z., & Rahayu, D. Y. S. (2017). Identifiksi Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat (Phbs) Di Rumah Tangga Pada Masyarakat Kelurahan Potoro
Kecamatan Andoolo Kabupaten Konawe Selatan. Poltekkes Kemenkes Kendari.
Sekar, D.
(2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat Pada Tatanan Rumah Tangga Di Wilayah Kerja Puskesmas Poned X.
Malang : Fakultas Kedokteran Umm.
Soekidjo,
N. (2016). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Pt Rineka Cipta. Diakses
Tanggal, 16.
Statistik,
B. P. (2017). Indeks Pembangunan Manusia 2016. In Jakarta (Id): Badan Pusat
Statistik.