Jurnal Health Sains: pISSN : 2723-4339 e-ISSN : 2548-1398�����

Vol. 2, No. 1, Januari 2021

 

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KETERAMPILAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN TRIASE DI RSUD KOTA TANGERANG

 

Djati Aji Nurbiantoro, Zahrah Maulidia Septimar dan Lastri Mei Winarni

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Yatsi, Tangerang, Banten, Indonesia

Email: [email protected], [email protected] dan [email protected]

 

artikel info

abstract

Tanggal diterima: 5 Januari 2021

Tanggal revisi: 15 Januari 2021

Tanggal yang diterima: 25 Januari 2021

In implementing Triage, skills and knowledge are needed from nurses because they have to act and make decisions quickly. Tangerang City General Hospital opens 24-hour emergency services with a capacity of 17 beds. The purpose of this study is to know the relationship between knowledge and skills of nurses in implementing triage at the Tangerang City General Hospital. This study used Kendall's Tau-b test. The population in this study were nurses at Tangerang City Hospital with a total sample of 75 respondents. The results of the study, most of the respondents were male (61.3%), 21-30 years old (48%), had a D3 nursing education (74.7%), and the length of employment of the respondents was 5-15 years (65, 3%). The results obtained from 75 respondents with good knowledge were 48 people (64%), and respondents with highly skilled skills were 33 people (44%). The results of the bivariate analysis showed a significant relationship between knowledge and skills of nurses in implementing the Triage with a Sig. (2-tailed) value of 0.000 <0.05. It is hoped that nurses can work professionally, always improving skills and knowledge, especially in providing health services for the community.

 

ABSTRAK

Dalam pelaksanaan Triase dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan dari perawat karena harus bertindak dan mengambil keputusan secara cepat. RSUD Kota Tangerang membuka pelayanan IGD 24jam dengan kapasitas 17TT. Tujuan Penelitian ini adalah diketahuinya hubungan pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan triage di RSUD Kota Tangerang. Penelitian ini menggunakan uji Kendall�s Tau-b. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat RSUD Kota Tangerang dengan jumlah sampel sebanyak 75 responden. Hasil penelitian sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki (61,3%),memiliki usia 21-30 tahun (48%), berpendidikan D3 keperawatan (74,7%),dan lama kerja responden adalah 5 � 15 tahun (65,3%). Diperoleh hasil dari 75 responden yang pengetahuannya baik sebanyak 48 orang (64%), dan responden yang keterampilannya sangat terampil berjumlah 33 orang (44%).Hasil analisa bivariat menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan Triase dengan nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05.Diharapkan perawat dapat bekerja secara profesional,selalu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan terutama dalam pemberian pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

KeywordS:

Knowledge; Skills; Triage

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kata Kunci:

Pengetahuan; Keterampilan; Triase

 

Coresponden Author:

Email: [email protected]

Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi

 


���������������


Pendahuluan

�� Rumah Sakit sebagai organisasi yang setiap hari berhubungan dengan pasien dalam bidang kesehatan, dimana dalam sub sistem pelayanan kesehatannya rumah sakit memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat. Salah satu pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, disamping ada beberapa unit pelayanan lainnya (Gde Muninjaya, 2011).

Yang dimaksud dengan unit kegawatdaruratan yaitu unit yang melakukan tindakan medis dalam keadaan yang urgent atau penting yang dibutuhkan dan harus segera dilakukan kepada pasien gawat darurat dengan tujuan agar pasien tersebut nyawanya selamat dan mencegah kecacatan, sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 47 tahun 2018. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD menjadi khas, yaitu pasien yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat kesehatannya belum jelas.

Sedangkan Gawat darurat merupakan keadaan klinis yang membutuhkan tindakan medis segera, sifatnya penting agar pasien nyawanya bisa tertolong dan pencegahan kecacatan (Kemenkes, 2018). Dalam pasal 7 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2018 dijelaskan bahwa penanganan kegawatdaruratan intrafasilitas pelayanan kesehatan dilakukan di rumah sakit sesuai dengan kriteria pelayanan, kriteria yang dimaksud terdiri dari tingkatan I, tingkatan II, tingkatan III dan tingkatan IV.

 

Rumah sakit dalam tahapan kegawat daruratan harus melaksanakan pelayanan triage yaitu proses memilah pasien, survey primer yaitu mengkaji keadaan dan intervensi segera mungkin, survey sekunder yaitu pemeriksaan fisik dan anamnesa, tatalaksana definitive yaitu pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan pasien dan rujukan yaitu proses pemindahan pasien ke fasilitas pelayanan lain (Istizhada, 2019).

Triage sendiri merupakan proses memilah pasien yang datang ke intalasi gawat darurat (IGD) dengan cepat untuk menentukan pasien yang perlu diobati segera dan pasien yang dapat menunggu (Kurniati et al., 2018). Maksud dari triage merupakan untuk menentukan orang yang tepat di tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat serta alasan yang tepat (Kurniati et al., 2018)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Ainiyah, dkk.,pada tahun 2014 tentang analisis faktor pelaksanaan triage di instalasi gawat darurat menunjukkan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan pelaksanaan triage instalasi gawat darurat salah satunya merupakan ketenagaan dengan nilai P value = 0,017. Dengan kata lain, ketenagaan yang baik dalam proses triage dapat mengoptimalkan pelayanan kesehatan maupun keperawatan yang diberikan di instalasi gawat darurat (Ainiyah, 2015).

Keperawatan gawat darurat diberikan pada individu dari seluruh rentang usia yang mengalamigangguan masalah kesehatan asuhan keperawatan ini bersifat aktual atau berpotensi mengalami gangguan, baik fisik atau emosional, yang memerlukan intervensi lebih lanjut. Sebagai pemberi pelayanan langsung kepada pasien maupun keluarga, perawat gawat darurat dituntut untuk memiliki kemampuan dalam melakukan triase, ini yang membedakan antara perawat unit gawat darurat dengan perawat unit lainnya. Dibutuhkan kemampuaan keterampilan dan pengetahuan perawat untuk pengambilan keputusan klinis dimana perawat harus mampu memprioritaskan perawatan pasien atas dasar pengambilan keputusan yang tepat.

Dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh (Setyowati & Purba, 2017) dimana penelitian ini dilakukan di RSUD Wates pada tahun 2015 meneliti tingkat pengetahuan yang dihubungan dengan keterampilan petugas dalam pelaksanaan triage, dengan hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan keterampilan petugas dalam pelaksanaan triage dengan nilai koefisiensi Kendall�s Tau sebesar 0,450 dengan signifikansi 0,025 (sig<0,05). (Martanti & Nofiyanto, 2015).

Selain itu, hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Taufani Rizki pada tahun 2017 di rumah sakit dr. Zainoel Abidin Banda Aceh menunjukkan bahwa seluruh responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi, sedangkan sebanyak 79,42% responden memiliki kriteria terampil dalam pelaksanaan triase (Handayani et al., 2018).

Di RSUD Kota Tangerang pelayanan IGD dibuka selama 24 jam dengan Kapasitas 17 TT yang meliputi pelayanan seperti triase, resusitasi, tindakan pelayanan bedah dan non bedah, IGD maternal, Zona Hijau (Untuk Pasien Tidak Gawat dan Tidak Darurat), ruang Isolasi (Khusus pasien penyakit-penyakit tertentu), Apotik IGD, Ambulance. (RSUD Kota Tangerang, 2018). Dari hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10 orang perawat yang bertugas di instalasi gawat darurat RSUD Kota Tangerang, 10 orang memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai triase. Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti juga menunjukkan bahwa sebanyak 7 orang perawat memiliki keterampilan dalam kriteria baik, sedangkan 3 orang perawat memiliki keterampilan dalam kriteria kurang baik. Sesuai dengan hasil survey tersebut, peneliti bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut terkait hubungan tingkat pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan triage di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Kota Tangerang.

��������� Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10 orang perawat yang bertugas di instalasi gawat darurat RSUD Kota Tangerang, 10 orang memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai triase. Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti juga menunjukkan bahwa sebanyak 7 orang perawat memiliki keterampilan dalam kriteria baik, sedangkan 3 orang perawat memiliki keterampilan dalam kriteria kurang baik. Dari pernyataan tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini merupakan �Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan triage di RSUD Kota Tangerang�.

��������� Tujuan Penelitian ini adalah diketahuinya hubungan pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan triage di RSUD Kota Tangerang

 

Metode Penelitian

�� Desain penelitian yang dipilih dalam penelitian ini merupakan deskriptif korelatif. Penelitian deskriptif bermaksud untuk mendeskripsikan (memaparkan) fenomena maupun kejadian, sedangkan korelatif bermaksud untuk mengembangkan hubungan antar variabel (Ernawati et al., 2011). Penelitian ini menggunakan uji korelasi Kendall�s tau-b. Uji ini merupakan bagian dari statistik non parametrik, sehingga tidak ada asumsi atau persyaratan khusus yang mewajibkan bahwa data penelitian harus berdistribusi normal dan hubungan yang terbentuk antar variabel harus linier. Dalam analisis data penelitian uji korelasi Kendall�s tau-b digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel berskala ordinal atau dapat juga salah satu data berskala ordinal sementara data yang lainnya berskala nominal maupun rasio.

Proses penelitian akan dilaksanakan dalam kurun waktu 1 bulan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Kota Tangerang pada bulan Juli tahun 2020. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan seluruh perawat yang bertugas di RSUD Kota Tangerang, sebagai berikut sebanyak 298 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan pendekaatan purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang di dasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang di buat oleh peneliti berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2015).

 

Hasil Penelitian

a.       Data KarakteristikResponden

Analisis univariat yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti, yaitu jenis kelamin, usia responden, pendidikan responden dan lama bekerja responden.

1.         Jenis Kelamin

 

Tabel 5.1

Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Kota Tangerang (n = 75)

Jenis Kelamin

Frekuensi

Presentase

Laki Laki

46

61,3 %

Perempuan

29

38,7 %

Jumlah

75

100 %

Tabel 5.1, diketahui distribusi frekuensi responden perawat di RSUD Kota Tangerang berdasarkan jenis kelamin diperoleh gambaran bahwa dari 75 responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 46 responden (61,3%) sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 29 responden (38,7%).

 

2.         Usia

 

Tabel 5.2

Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

di RSUD Kota Tangerang (n = 75)

Usia

Frekuensi

Presentase

21-30 tahun

36

48,0%

31-40 tahun

41-50 tahun

25

14

33,3%

18,7%

Jumlah

75

100%

 

Tabel 5.2, diketahui distribusi frekuensi responden perawat di RSUD Kota Tangerang berdasarkan usia diperoleh gambaran bahwa dari 75 responden yang terbanyak adalah berusia 21 - 30 tahun sebanyak 36 responden (48 %),usia 31 - 40 tahun sebanyak 25 responden (33,3%) responden dan yang berusia 41 - 50 tahun sebanyak 14 orang (18,7%).

 

3.         Pendidikan Terakhir

 

Tabel 5.3

Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di RSUD Kota Tangerang (n = 75)

Pendidikan

Terakhir

Frekuensi

Presentase

D3 Keperawatan

56

74,7%

S1 Ners

19

25,3%

Jumlah

75

100%

 

Tabel 5.3, diketahui distribusi frekuensi responden perawat di RSUD Kota Tangerang berdasarkan pendidikan terakhir diperoleh gambaran bahwa dari 75 responden yang berpendidikan terakhir D3 Keperawatan ada sebanyak 56 responden (74,7%), kemudian yang berpendidikan S1 Ners sebanyak 19 responden (25,3%).

 

4.         Lama Bekerja

 

Tabel 5.4

Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja di RSUD Kota Tangerang (n = 75)

Lama Bekerja

Frekuensi

Presentase

<5 Tahun

7

9,3%

5-15 Tahun

>15 Tahun

49

19

65,3%

25,3%

Jumlah

75

100%

 

Tabel 5.4, diketahui distribusi frekuensi responden perawat di RSUD Kota Tangerang berdasarkan lama bekerja diperoleh gambaran bahwa dari 75 responden yang telah bekerja selama 5-15 tahun mendominasi yaitu sebanyak 49 responden (65,3%), kemudian yang telah bekerja selama >15 tahun ada sebanyak 19 responden (25,9%) dan yang baru bekerja <5 tahun sebanyak 1 responden (3,7%).

 

b.      Analisa Univariat

1.         Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di RSUD Kota Tangerang

 

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Perawat

di RSUD Kota Tangerang (n = 75)

Pengetahuan

Perawat

Frekuensi

Presentase

Kurang Baik

Cukup Baik

Baik

6

21

48

8%

28%

64%

Jumlah

75

100%

 

Pada Tabel 5.5 menunjukan jumlah responden berdasarkan pengetahuan perawat di RSUD Kota Tangerang yaitu dari 75 orang responden diperoleh hasil 48 responden (64%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 21 responden (28%) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik dan 6 orang responden (8%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik. Dari hasil tersebut sebagian besar responden di RSUD Kota Tangerang sudah memiliki pengetahuan yang baik.

 

2.         Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan Perawat dalam penerapan Triase di RSUD Kota Tangerang

 

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan Perawat

dalam Pelaksanaan Triase di RSUD Kota Tangerang(n = 75)

Keterampilan Perawat

Frekuensi

Presentase

Sangat Kurang Terampil

Kurang Terampil

Cukup Terampil

Terampil

0

0

12

30

0%

0%

16%

40%

Sangat Terampil

33

44%

Jumlah

75

100%

 

Pada Tabel 5.6 menunjukan jumlah responden berdasarkan keterampilan perawat di RSUD Kota Tangerang yaitu dari 75 orang responden diperoleh hasil 12 responden (16%) memiliki keterampilan yang cukup terampil dalam pelaksanaan triase, 30 responden (40%) memiliki keterampilan yang terampil dan 33 responden (44%) memiliki keterampilan yang sangat terampil dalam pelaksanaan triase. Tidak ada responden (0%) yang masuk dalam kategori sangat kurang terampil dan kurang terampil. Dari hasil tersebut sebagian besar responden perawat di RSUD Kota Tangerang sudah memiliki keterampilan pelaksanaan triase yang sangat terampil.

 

 

c.       Analisa Bivariat

Analisis bivariat adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya keterkaitan atau hubungan dua variabel (variabel independen dan dependen). Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan Triage di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang. Analisis bivariat yang digunakan untuk membuktikan hipotesis yang diujikan peneliti dengan teknik uji Kendall�s tau-b.

Dengan menggunakan uji Kendall�s tau-b adanya hubungan antara pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan Triage, menggunakan perhitungan yang dilihat dari tingkat kemaknaan apabila Sig.(2-tailed) < 0,05 maka artinya ada hubungan yang signifikan (nyata) antara variabel independen dan dependen, dan sebaliknya apabila Sig.(2-tailed) > 0,05 maka artinya tidak ada hubungan yang signifikan (nyata) antara variabel independen dan dependen, yang hasilnya adalah sebagaiberikut :

 

Tabel 5.7

Hubungan Pengetahuan dengan Keterampilan Perawat dalam Pelaksanaan Triase diRSUD Kota Tangerang

 

 

Pengetahuan Perawat

Keterampilan Perawat

Kendall's tau_b

Pengetahuan Perawat

Correlation Coefficient

1.000

.527**

Sig. (2-tailed)

.

.000

N

75

75

Keterampilan Perawat

Correlation Coefficient

.527**

1.000

Sig. (2-tailed)

.000

.

N

75

75

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

 

Berdasarkan Tabel 5.7 diketahui bahwa nilai Sig. (2-tailed) adalah sebesar 0,000. Karena Sig.(2-tailed) 0,000 < 0,05 maka artinya ada hubungan yang signifikan (nyata) antara pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan triase di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang.

Koefisien korelasi dalam penelitian diatas adalah sebesar 0,527 artinya tingkat keeratan atau kekuatan hubungan antar variabel pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan Triase berada pada nilai koefisien korelasi 0,51 s/d 0,75 atau artinya mempunyai tingkat keeratan hubungan yang kuat.

Dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,527 menunjukkan arah hubungan yang positif atau searah antara variabel pengetahuan dengan keterampilan perawat.

 

Pembahasan

Pada bab ini akan membahas tentang interpretasi data, diskusi penelitian dan keterbatasan penelitian. Pembahasan adalah perbandingan antara hasil penelitian dengan teori serta penelitian yang terkait. Penelitian ini merupakan penelitian tentang hubungan pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan Triage di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang. Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 75 perawat di RSUD Kota Tangerang sebagai responden. Sistematika pembahasan hasil penelitian ini dibagi menjadi interpretasi hasil dan keterbatasan penelitian.

����������� Hasil penelitian hubungan pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan Triage di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang dengan menggunakan uji statistik Kendall�s tau-b. Hasil analisis menunjukan bahwa :

Pada Bab ini akan menguraikan pembahasan yang meliputi interpretasi dan diskusi hasil yang telah dijelaskan dalam BAB terdahulu, dengan berlandaskan literatur yang terkait. Pada BAB ini juga akan memaparkan tentang hubungan pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan Triase di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota Tangerang.

 

1.       Karakteristik Responden

a.       Jenis Kelamin Responden

�� Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa distribusi frekuensi lebih banyak responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 46 responden (61,3%), sedangkan yang perempuan berjumlah 29 responden (38,7%).

�� Hal ini berbeda dengan dikatakan oleh Ade W. Prastyani yang mengatakan bahwa laporan terbaru Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengenai kesetaraan gender dalam profesi kesehatan menyatakan dua per tiga sumber daya manusia di sektor kesehatan secara global adalah perempuan. Di Asia Tenggara data WHO terbaru 2019 profesi perawat didominasi 79% perawat berjenis kelamin perempuan sisanya 21% adalah perawat laki-laki. (Prastyani, 2019).

�� Perawat sebagai salah satu komponen yang penting di dalam rumah sakit mempunyai peran yang cukup besar untuk membantu meningkatkan pelayanan kesehatan. Dengan semakin berkembangnya kesetaraan gender banyak perempuan yang memilih untuk bekerja pada profesi ini mereka cenderung menyukai karena dalam pelaksanaannya membutuhkan sifat kelembutan dan kesabaran dan lebih mengedepankan emosi. Tetapi sesuai dengan perkembangan sosial yang ada maka banyak lelaki menjadi tertarik untuk menjadi perawat.

�� Jelas bahwa tidak ada aturan yang mengikat bahwa seorang perawat harus perempuan. Untuk menjadi seorang perawat ditentukan atau dilihat bagaimana kemampuan yang dimiliki baik itu laki-laki maupun perempuan untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut serta bagaimana kesempatan yang diberikan pada laki-laki dan perempuan untuk mengaktualisasikan kemampuan dirinya. Dalam profesi perawat ini pengetahuan selalu diutamakan, perawat tidak pandang gender dituntut untuk selalu memperbarui ilmu pengetahuannya mengingat semakin banyaknya penyakit yang baru muncul dan cara yang terbaik untuk penanganannya (Nurhayati, 2018).

 

b.       Usia Responden

�� Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dari 75 responden yang terbanyak adalah berusia 21 - 30 tahun sebanyak 36 responden (48 %),usia 31 - 40 tahun sebanyak 25 responden (33,3%) responden dan yang berusia 41 - 50 tahun sebanyak 14 orang (18,7%).

Umur antara 21 - 35 tahun merupakan usia yang produktif, maka distribusi tenaga perawat di RSUD Kota Tangerang terutama di Instalasi Gawat Darurat merupakan usia yang produktif. Menurut Purwanto dalam (Widodo, 2016) bahwa saat yang paling produktif dalam masa hidup seseorang untuk mencapai puncak karirnya berbeda-beda tergantung jenis pekerjaan dan individu yang bersangkutan. Pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan kekuatan, kecepatan dan kecermatan gerak usia yang paling efektif adalah sekitar 25 �29 tahun.

Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap, pola pikir, kemampuan intelektual,motorik, pemecahan masalah dan kemampuan verbalnya. Sebaliknya menjelang usia lanjut atau pada umur tertentu kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan dan perkembangan mental tidak secepat ketika berumur belasan tahun (Widodo, 2016).

 

c.       Pendidikan Terakhir Responden

�� Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dari 75 responden yang berpendidikan terakhir D3 Keperawatan ada sebanyak 56 responden (74,7%), kemudian yang berpendidikan S1 Ners sebanyak 19 responden (25,3%).

�� Tenaga kesehatan khususnya perawat memiliki faktor penting dalam pelayanan kesehatan yang diberikan oleh institusi kesehatan serta peningkatan status kesehatan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu dibutuhkan perawat yang kompeten dan berdedikasi dalam jumlah dan sebaran yang baik agar dapat menjalankan peran dan fungsinya secara optimal.

Pendidikan keperawatan pun telah mengalami peningkatan kualitas dari waktu ke waktu demi terciptanya lulusan keperawatan yang handal dan professional. Dalam proses pembelajarannya program vokasi lebih menekankan pada praktik lapangan, sedangkan program sarjana lebih kepada pemahaman teori, dimana nantinya mereka perlu menempuh pendidikan profesi yang menitikberatkan pada pengalaman belajar praktikum klinik / pengalaman klinik dan pratikum lapangan / pengalaman praktik lapangan. Perawat lulusan D3 atau disebut dengan perawat vokasi berperan sebagai perawat pelaksana atau praktisi dan berfokus membantu perawat professional memenuhi 14 kebutuhan dasar klien, sedangkan perawat lulusan profesi memiliki kewenangan untuk membuat diagnosis asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada klien serta menjalankan apa yang telah direncanakan pada diagnosis keperawatan tersebut. Dan perawat Ners menerapkan keterampilan berpikir kritis dan pendekatan sistem untuk penyelesaian masalah serta pembuatan keputusan keperawatan dalam konteks pemberian asuhan keperawatan professional.

 

d.       Lama Bekerja

Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dari 75 responden yang telah bekerja selama 5-15 tahun mendominasi yaitu sebanyak 49 responden (65,3%), kemudian yang telah bekerja selama >15 tahun ada sebanyak 19 responden (25,3%) dan yang baru bekerja <5 tahun sebanyak 7 responden (9.3%)..

Lama kerja perawat adalah waktu seorang perawat menjalankan profesi sebagai perawat. Dengan paling banyak rentang waktu bekerja perawat 5 � 15 tahun dapat dipastikan perawat RSUD Kota Tangerang sudah memiliki pengalaman yang baik dalam menjalankan profesinya sesuai dengan SOP yang sudah ditentukan, dan akan selalu menerapkan profesionalitas dalam setiap pekerjaannya.

Pengalaman kerja adalah latar belakang yang menentukan secara tidak langsung kinerja dan perilaku personal. Lamanya masa kerja dan pengalaman dalam mengelola kasus akan berhubungan dan berpengaruh terhadap ketrampilan seseorang. Pengembangan perilaku dan sikap perawat dalam mengambil keputusan untuk melaksanakan tindakan yang tepat dibutuhkan suatu pengalaman / masa kerja sehingga menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi. Makin lama pengalaman kerja yang dialami oleh perawat, maka makin terampil perawat tersebut dalam pekerjaannya.

 

2.       Analisa Univariat

a.       Pengetahuan Perawat

Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dari 75 orang responden diperoleh hasil 48 responden (64%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 21 responden (28%) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik dan 6 orang responden (8%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik.

Pengetahuan adalah proses berpikir manusia untuk menemukan kebenaran dan fakta berdasarkan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu pengetahuan harus memiliki sifat ilmiah, sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawab kebenarannya.

Orang yang tahutentu berbeda dengan orang yang tidak tahu. Untuk membedakannya, orang yang tahu dan orang yangtidak tahu; pertama berdasarkan tingkat pengetahuan dari orang tersebut, kedua berdasarkan luasnya wilayah jangkauan yang diketahui orang tersebut sehingga dapat mengetahui sedetail mungkin.

Dengan pengalaman berdasarkan lamanya berprofesi sebagai perawat ditambah lagi dengan tingkat pendidikan yang dimiliki, perawat di RSUD Kota Tangerang sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang pelaksanaan Triase dalam keadaan Gawat Darurat. Mereka sudah pasti sering menerapkannya dalam pekerjaan setiap hari, tidak hanya sekedar dengan membaca teori yang ada di dalam buku.

 

b.       Keterampilan Perawat dalam pelaksanaan Triase

Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa distribusi frekuensi 75 orang responden diperoleh hasil 12 responden (16%) memiliki keterampilan yang cukup terampil dalam pelaksanaan triase, 30 responden (40%) memiliki keterampilan yang terampil dan 33 responden (44%) memiliki keterampilan yang sangat terampil dalam pelaksanaan triase. Tidak ada responden (0%) yang masuk dalam kategori sangat kurang terampil dan kurang terampil. Dari hasil tersebut sebagian besar responden perawat di RSUD Kota Tangerang sudah memiliki keterampilan pelaksanaan triase yang sangat terampil.

Keterampilan mengacu pada hal-hal yang dapat dilakukan, dalam pengertian yang lebih luas keterampilan diartikan suatu kemampuan di dalam menggunakan akal, fikiran, ide serta kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah atau juga membuat sesuatu itu menjadi lebih bermakna sehingga dari hal tersebut menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut (Acesta, 2019).

Keterampilan harus terus dikembangkan serta dilatih dengan secara terus menerus supaya dapat/bisa menambah kemampuan seseorang sehingga seseorang tersebut menjadi ahli atau juga profesional di dalam salah satu bidang tertentu.

Berita baik tentang keterampilan adalah semakin banyak kita berlatih, semakin baik kita akan mendapatkannya, terus berlatih adalah karena tidak ada titik akhir untuk pengembangan keterampilan.

Keterampilan perawat dalam pelaksanaan Triase di RSUD Kota Tangerang sudah baik, penerapan sesuai dengan SOP sudah berjalan dengan baik, sebagian besar dari perawat sudah paham mana saja pasien yang harus mendapatkan perawatan segera, dan mana pasien yang bisa dilakukan bantuan penanganan berikutnya. Hal ini bisa timbul karena setiap hari perawat melakukan hal tersebut sehingga mereka terlatih, memiliki pengalaman dan sangat kompeten dibidangnya.

 

3.       Analisa Bivariat

Hubungan Pengetahuan dengan Keterampilan Perawat dalam Pelaksanaan Triage di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang.

Dari hasil deskripsi yang diperoleh diketahui nilai Sig.(2-tailed) adalah sebesar 0,000. Karena Sig.(2-tailed) 0,000 < 0,05 maka artinya ada hubungan yang signifikan (nyata) antara pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan triase di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang.

Koefisien korelasi dalam penelitian diatas adalah sebesar 0,527 artinya tingkat keeratan atau kekuatan hubungan antar variabel pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan Triase berada pada nilai koefisien korelasi 0,51 s/d 0,75 atau artinya mempunyai tingkat keeratan hubungan yang kuat.

Dan nilai koefisien korelasi sebesar 0,527 menunjukkan arah hubungan yang positif atau searah antara variabel pengetahuan dengan keterampilan perawat

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Renny (Martanti & Nofiyanto, 2015) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Keterampilan Petugas dalam pelaksanaan Triage di Instalasi Gawat Darurat RSUD Wates dimana dalam penelitian tersebut juga menggunakan metode uji Kendall tau-b diperoleh nilai signifikansi 0,025 (sig < 0,05). Hal ini sesuai dengan hipotesa bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan keterampilan dalam pelaksanaan triage di IGD RSUD Wates (Martanti et al., 2015).

Pengetahuan merupakan aspek penting yang harus dimiliki seorang petugas karena dapat memengaruhi keterampilan tertentu. Pengetahuan yang tinggi seseorang akan mampu melaksanakan semua tugas secara efektif dan efisien, sehingga kinerja semakin membaik (Ratnasari et al., 2019).

Seseorang perawat Instalasi Gawat Darurat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi dapat mematuhi setiap tindakan yang dilakukannya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yang telah ditetapkan oleh rumah sakit (Ramdan & Rahman, 2018).

(Notoatmodjo, 2015) mengatakan keterampilan merupakan aplikasi dari pengetahuan sehingga tingkat keterampilan seseorang berkaitan dengan tingkat pengetahuan, dan pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur dan pengalaman. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang otomatis pengatahuannya semakin meningkat dan keterampilannya pun akan bertambah. Semakin matang usia seseorang maka akan bertambah pengalamannya yang pastinya akan membentuk karakter dan tambahan pengetahuan dan keterampilan bagi dirinya.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan disajikan pada bab sebelumnya mengenaiHubungan pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan Triage di Rumah Sakit Umum Daerah KotaTangerang� yang dilakukan pada bulan Juli 2020 dengan jumlah responden 75 orang, maka diperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Pertama Diperoleh gambaran karakteristik terkait responden perawat di RSUD Kota Tangerang berdasarkan jenis kelamin sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki, dari karakteristik usia sebagian besar berusia produktif 21 - 30 tahun, dari karakteristik pendidikan terakhir sebagian besar berpendidikan D3 Keperawatan, dan dari karakteristik lama bekerja sebagai perawat sebagian besar sudah bekerja selama 5 � 15 tahun waktu yang cukup matang untuk menjadi perawat profesional.

Kedua Diperoleh gambaran mengenai pengetahuan perawat tentang pelaksanaan Triase, 75 orang responden diperoleh hasil 48 responden (64%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik, 21 responden (28%) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik, dan 6 orang responden (8%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik.

Ketiga Diperoleh gambaran mengenai keterampilan perawat dalam pelaksanaan triase di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang, dari 75 orang responden diperoleh hasil 12 responden (16%) memiliki keterampilan yang cukup terampil dalam pelaksanaan triase, 30 responden (40%) memiliki keterampilan yang terampil dan 33 responden (44%) memiliki keterampilan yang sangat terampil dalam pelaksanaan Triase. Tidak ada (0%) responden yang masuk dalam kategori sangat kurang terampil dan kurang terampil.

Keempat Diperoleh hasil analisis bivariat terhadap hubungan pengetahuan dengan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan Triase di Rumah Sakit Umum Daerah KotaTangerang diperoleh nilai Sig.(2-tailed) adalah sebesar 0,000. Karena Sig.(2-tailed) 0,002 < 0,05 maka artinya ada hubungan yang signifikan (nyata) antara pengetahuan dengan keterampilan perawat dalam pelaksanaan triase di Rumah Sakit Umum Daerah KotaTangerang.

 

BIBLIOGRAFI

 

 

acesta, A. (2019). Kecerdasan Kinestetik Dan Interpersonal Serta Pengembangannya. Media Sahabat Cendekia.

 

Ainiyah, Z. (2015). Penggunaan Edmodo Sebagai Media Pembelajaran E-Learning Pada Mata Pelajaran Otomatisasi Perkantoran Di Smkn 1 Surabaya. Jurnal Administrasi Perkantoran (Jpap), 3(3).

 

Ernawati, N. L. A. K., Nursalam, N., & Djuari, L. (2011). Kebutuhan Riil Tenaga Perawat Dengan Metode Workload Indicator Staff Need (Wisn). Jurnal Ners, 6(1), 85�92.

 

Gde Muninjaya, A. A. (2011). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran Egc.

 

Handayani, R. S., Maisura, M., & Rizki, A. (2018). Pengaruh Letak Posisi Eksplan Dan Sitokinin Pada Perkecambahan Biji Manggis (Garcinia Mangostana L.) Lokal Aceh Secara In-Vitro. Jurnal Agrium Unimal, 14(2), 1�8.

 

Istizhada, A. E. N. (2019). Gambaran Response Time Dan Laman Triage Di Instalasi Gawat Darurat (Igd) Rumah Sakit Baladhika Husada Jember.

 

Kemenkes, R. I. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1�100.

 

Kurniati, A., Chen, C.-M., Efendi, F., & Berliana, S. M. (2018). Factors Influencing Indonesian Women�s Use Of Maternal Health Care Services. Health Care For Women International, 39(1), 3�18.

 

Martanti, R., & Nofiyanto, M. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Keterampilan Petugas Dalam Pelaksanaan Triagedi Instalasi Gawat Darurat Rsud Wates. Media Ilmu Kesehatan, 4(2), 69�76.

 

Notoatmodjo, S. (2015). Ilmu Perilaku Kesehatan,. Rineka Cipta.

 

Nurhayati, E. (2018). Psikologi Perempuan Dalam Berbagai Perspektif. Pustaka Pelajar.

 

Ramdan, I. M., & Rahman, A. (2018). Analisis Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Pada Perawat. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 5(3).

 

Ratnasari, S. L., Se, M. M., & Hartati, Y. (2019). Manajemen Kinerja Dalam Organisasi. Penerbit Qiara Media.

 

Setyowati, R., & Purba, R. T. (2017). Peningkatan Kreativitas Siswa Kelas 4 Sd Melalui Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl). Elementary School Journal Pgsd Fip Unimed, 7(2), 293�307.

 

Widodo, H. P. (2016). Language Policy In Practice: Reframing The English Language Curriculum In The Indonesian Secondary Education Sector. In English Language Education Policy In Asia (Pp. 127�151). Springer.