Jurnal Health Sains: p�ISSN : 2723-4339 e-ISSN
: 2548-1398�����
Vol. 2, No. 1, Januari 2021
TINJAUAN
LITERATUR PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU INISIASI MENYUSUI
DINI (IMD) PADA IBU POSTNATAL
Nurseha
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Yatsi, Tangerang, Banten, Indonesia
Email: [email protected]
artikel
info |
abstract |
Tanggal diterima: 5
Januari 2021 Tanggal revisi: 15
Januari 2021 Tanggal yang diterima:
25 Januari 2021 |
The
early initiation of breastfeeding (EIBF) in postnatal is still a health
problem in the world. The prevalence of EIBF in one of the Government
Hospitals in Tangerang City in the period January-July 2020 shows that 25.4%.
Meanwhile, report in District of Banten Province in December 2018 showed
53.18%. Limited knowledge and experience triggers the behavior of EIBF and
lactation is not optimal. Health education is present as an alternative
solution in increasing the knowledge and understanding of postnatal about
breastfeeding. The research objective was to review articles on the relation
of health education on early initiation breastfeeding (EIBF) behavior in
postnatal by searching and gathering information and conducting analysis. The
research design used literature review on 20 articles from 2016-2019 which
were taken from databases such as Google Scholar, Science Direct, PubMed,
Research Gate and Elsevier. The results of the analysis of various studies
concluded that there was a significant relationship between health education
and early breastfeeding behavior (EIBF) (p-value <0.005). EIBF behavior in
postnatal is far from satisfactory. The prevalence of EIBF behavior in
various regions of the world shows more than half of mothers delay initiating
breastfeeding. Health education about EIBF needs to be carried out in a
planned, structured, massive, consistent and sustainable manner. ABSTRAK Perilaku inisiasi
menyusui dini (IMD) pada ibu postnatal masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Prevalensi
IMD di salah satu RS Pemerintah
di Kota Tangerang pada kurun waktu
Januari-Juli 2020 menunjukkan
25,4% ibu postnatal melakukan
IMD. Sedangkan data di Provinsi
Banten pada Desember 2018 menunjukkan
53,18% ibu melakukan IMD.
Keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman menjadi pemicu tidak optimalnya perilaku IMD dan menyusui. Pendidikan kesehatan hadir sebagai salah satu alternatif solusi dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu postnatal tentang menyusui. Tujuan penelitian dengan melakukan review artikel mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku inisiasi menyusui dini (IMD) pada ibu postnatal dengan melakukan pencarian dan pengumpulan informasi dan melakukan analisis. Desain penelitian menggunakan
literature review pada 20 artikel dari tahun 2016-2019 yang diambil dari pangkalan data seperti Google
Scholar, Science direct, PubMed, Research Gate dan Elsevier. Hasil analisis dari berbagai penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara pendidikan kesehatan dengan perilaku menyusui dini (IMD) (p-value
< 0.005). Perilaku IMD pada ibu
postnatal masih jauh dari memuaskan. Prevalensi perilaku IMD diberbagai wilayah di dunia menunjukkan
lebih dari setengah ibu menunda pemberian inisiasi menyusui. Pendidikan kesehatan tentang IMD perlu dilakukan secara terencana, terstruktur, massif, konsisten
dan berkesinambungan. |
Keywords: early initiation of
breastfeeding (EIBF);� health
education; �postnatal Kata Kunci: inisiasi menyusui
dini (IMD); pendidikan kesehatan; �postnatal |
Coresponden Author:
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah
lisensi
���������������
Pendahuluan
�� Perilaku inisiasi menyusui dini (IMD) pada
ibu postnatal masih menjadi� masalah
kesehatan di dunia. Inisiasi menyusui dini (IMD) merupakan perilaku pemberian
ASI kepada bayi dalam 1 jam pertama periode postnatal (Kemenkes, 2014). Pada
kenyataannya masih banyak ibu postnatal tidak melakukan IMD kepada bayi.
Prevalensi IMD sangat bervariasi diberbagai negara di dunia. Penelitian yang
dilakukan (Takahashi, 2017) menunjukkan 50%
bayi tidak diberikan ASI di banyak negara berkembang, namun data tidak tersedia
untuk beberapa negara. Rekomendasi global menyatakan bahwa semua bayi baru
lahir harus dimulai menyusui dalam waktu satu jam pertama setelah kelahiran
dengan menempatkan bayi dalam kontak kulit kekulit dengan ibu (Organization, 2017).
Manfaat
pemberian IMD pada ibu postnatal telah diketahui secara global. Namun, fakta
menunjukkan sebagian besar bayi baru lahir tidak disusui setelah kelahiran
sesuai dengan rekomendasi WHO. Prevalensi pemberian ASI pada 1 jam pertama
kelahiran (IMD) berkisar antara 14% hingga 95%, dengan rata-rata 64% di 128
negara (Takahashi, 2017). Setengah dari
negara-negara ini memiliki prevalensi kurang dari 50%. Tinjauan literatur di
Asia Selatan yang mencakup 25 penelitian dari 7 (tujuh) negara
mengungkapkan bahwa pemberian IMD sebagian besar dipengaruhi oleh faktor sosial
ekonomi, kesehatan individu, dan menyoroti sistem pelayanan kesehatan yang
belum komitmen mendukung upaya pemberian IMD pada ibu postnatal (Sharma & Byrne, 2016).
Prevalensi
pemberian ASI di Indonesia menunjukkan angka yang belum optimal. Berdasarkan
data Survey Demografi Kesehatan Indonesia sebanyak 49% bayi disusui dalam satu
jam setelah kelahiran, 66% disusui dalam satu hari setelah kelahiran (Dini et al., 2016). Berdasarkan data riset kesehatan
diketahui bahwa kecenderungan proses menyusui dimulai pada anak umur 0-23
bulan. Sebanyak 34,5% ibu melakukan inisiasi menyusui dini dan sebanyak 35,2%
ibu menyusui 1-6 jam sejak bayi dilahirkan. Sebanyak 3,7%� saat 7-23 jam bayi dilahirkan, sebanyak 13,0%
saat 24-47 jam bayi dilahirkan dan sebanyak 13,7% saat bayi berusia ≥ 48
jam (Kemenkes, 2019).
Perilaku
inisiasi menyusui dini (IMD) dalam waktu 1 jam setelah kelahiran dapat
menurunkan angka kematian neonatal. Data menunjukkan terdapat penurunan angka
kematian neonatal yang signifikan dari 12,7 juta pada tahun 1990 menjadi 5,9
juta pada tahun 2015 (Takahashi, 2017). Kematian
neonatal telah menurun dan merupakan proporsi kematian kelompok usia balita
yang paling besar. Secara global, kematian neonatal mewakili sekitar 45% kematian
balita di tahun 2015. Diperkirakan terdapat 11,6% kematian bayi dan 21,9 juta
kejadian disabilitas yang seharusnya dapat dicegah dengan program promosi
(pendidikan kesehatan) tentang menyusui (Lassi & Bhutta, 2015). Peningkatan
praktik pemberian ASI diperkirakan dapat menyelamatkan 1,5 juta nyawa anak per
tahun (Organization, 2017).
Berdasarkan
kajian survey di Indonesia menunjukkan kecenderungan penurunan yang signifikan
terhadap angka kematian bayi. Tahun 1991 ditemukan 68 kematian bayi per 1.000
kelahiran, menurun drastis menjadi 32 di tahun 2012 dan di tahun 2017 menjadi
24 kematian (Dini et al., 2016). Hal ini berkaitan dengan perilaku pemberian
ASI yang meningkat. Pemberian IMD yang diikuti dengan ASI eksklusif selama enam
bulan pertama kehidupan merupakan cara paling signifikan untuk mencegah
kematian neonatal dan bayi (Balogun et al., 2016). Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa pemberian IMD pada golden periode dapat mengurangi
kematian neonatal sebesar 22% (Rao & Taduru, 2016) Pemberian ASI
juga berhubungan dengan status gizi. Setiap tahun, kurang gizi menyebabkan 2,7
juta kematian anak di dunia. Salah satu alasan kekurangan gizi pada anak
disebabkan karena tidak optimalnya pemberian ASI (WHO, 2010).�
Berdasarkan data
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Banten Tahun 2015 menunjukkan bahwa dari
147.902 bayi, hanya 67.037 atau 45,3% yang diberikan ASI eksklusif. Sedangkan
Data Profil Kesehatan Kota Tangerang Tahun 2016 menunjukkan pemberian ASI
eksklusif sebanyak 64,40%. Data IMD pada Bulan Desember 2019 di Dinas Kesehatan
Provinsi Banten menunjukkan 53,18%. Angka ini melebihi target yang ditetapkan
Kemenkes sebesar 40%. Data IMD disalah satu Rumah Sakit Pemerintah di Kota
Tangerang pada kurun waktu Januari-Juli 2020 didapatkan dari 220 pasien
melahirkan, hanya 56 (25,4%) melakukan IMD. Sedangkan 164 pasien (74,5%) tidak
melakukan IMD.
��������� Melakukan review artikel mengenai
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku inisiasi menyusui dini (IMD)
pada ibu postnatal, dengan melakukan pencarian dan pengumpulan informasi dan
melakukan analisis.
Metode Penelitian
�� Desain yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode kajian studi
kepustakaan atau literatue review. Literature review yang digunakan adalah literature
review sederhana / tradisional
yaitu metode tinjauan pustaka yang selama ini umum
dilakukan oleh para peneliti
dan hasilnya banyak ditemukan pada survey paper. Paper ilmiah
yang direview dipilih sendiri oleh para peneliti pada satu topik penelitian
dan dipilih berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh seorang peneliti.
Kajian kepustakaan memberikan ulasan yang membandingkan dan mengevaluasi kekuatan dari beberapa literatur
sehingga dapat digunakan dalam mencapai tujuan. Literature
review merupakan rangkuman atau analisis ilmiah
mengenai penelitian tertentu. Sesuai dengan topik yang spesifik dimana penulis harus membaca,
mengevaluasi tujuan penelitian, menentukan kesesuaian dan kualitas metode ilmiah, menguji analisis pertanyaan dan jawaban yang diajukan oleh penulis dan merangkum setiap penelitian untuk memberitahu pembaca apa yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui dalam topik tersebut
(Denney & Tewksbury, 2013)
Pendapat lain menyatakan
bahwa literature review adalah
metode sistematik untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menafsirkan pekerjaan yang dihasilkan oleh peneliti, skolar, dan praktisi pada bidang keilmuan yang menjadi masalah penelitian. Bukan hanya sekedar
menyampaikan apa yang dihasilkan oleh peneliti-peneliti
lain, tetapi memberikan juga pandangan kritis penulis terhadap hasil-hasil penelitian tersebut, serta ada sintesis
yang dilakukan oleh penulis
sehingga diperoleh pemahaman baru dan peluang penelitian (Guo & Prasetyo, 2014).
Data yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari hasil
penelitian yang telah dilakukan dan diterbitkan dalam jurnal online. Penelitian ini berfokus pada jurnal atau artikel yang memiliki topik variabel yang sama. Data yang digunakan berasal dari hasil penelitian
yang sudah dilakukan dan diterbitkan dalam jurnal nasional dan internasional. Penulis melakukan studi literature review
setelah menentukan topik penulisan dan ditetapkannya perumusan masalah yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Penulis menggunakan
database seperti Google Scholar, Science direct,
PubMed, Research Gate dan Elsevier. Dalam pencarian artikel, penulis melakukan eksplorasi menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan kata kunci �inisiasi menyusui dini/ initial breast
feeding, dan pendidikan kesehatan/
health education�, yang diterbitkan pada tahun 2016-2020.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan penyaringan berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh penulis dari setiap jurnal
yang diambil. Adapun kriterianya
adalah sebagai berikut:
-��� Sumber
literature review yang digunakan berdasarkan
jurnal yang dipublikasi
pada tahun 2016 sampai 2020
dengan menyesuaikan keyword
penulisan yang terkait dengan topik penelitian.
-��� Strategi pengumpulan
data menggunakan search engine atau
situs jurnal yang sudah melalui tahap penelitian
sebelumnya.
-��� Melakukan
pencarian berdasarkan artikel full teks.
-��� Melakukan
penilaian terhadap jurnal berdasarkan tujuan penelitian
-��� Melakukan
analisis berdasarkan tema yang dipilih.
Dalam pengumpulan
data, selain mengindentifikasi
kata kunci, peneliti menentukan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai syarat dalam melakukan
pengumpulan data. Adapun kriteria
inklusi yaitu artikel menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, responden merupakan pasien postnatal, publikasi artikel dalam rentang waktu
5 tahun (2016 � 2020). Sedangkan
kriteria eksklusi yaitu artikel berbayar.
Hasil Penelitian
Penulis Bharani, A., Raipurkar,
S., & Garg, N. dengan judul
Knowledge and practices of breastfeeding
among rural postnatal mothers in Central India dan hasilnya
adalah Mayoritas ibu (86%) menyusui bayi, namun hanya
22% yang IMD, 70% ibu tahu bahwa ASI eksklusif harus diberikan selama enam bulan
dan 58% percaya bahwa pemberian ASI harus dilanjutkan sampai usia 2 tahun. Pengetahuan
dan praktik tentang menyusui masih jauh dari memuaskan,
maka ditekankan perlunya pendidikan kesehatan terutama selama kunjungan
antenatal.
Penulis Takahashi, et al. dengan judul buku
Prevalence of early initiation of
breastfeeding and determinants of delayed initiation of breastfeeding:
secondary analysis of the WHO Global Survey dengan
hasil Prevalensi IMD sangat
bervariasi antara 17,7% hingga 98,4% (rata-rata, 57,6%). Temuan
menunjukkan bahwa untuk mempromosikan pemberian IMD yang lebih baik, diperlukan dukungan khusus untuk promosi menyusui
pada wanita dengan komplikasi selama kehamilan dan yang melahirkan melalui operasi Caesar.
Penulis ke tiga Balogun, O. O., O�Sullivan, E. J., McFadden, A., Ota, E.,
Gavine, A., Garner, C. D., �MacGillivray, S. dengan
judul Interventions
for promoting the initiation of breast feeding dan hasilnya
adalah� Tingkat
IMD relatif rendah di banyak negara, terutama di kalangan wanita berpenghasilan rendah. Pendidikan
kesehatan dan konseling
yang diberikan oleh profesional
kesehatan dan intervensi dukungan sebaya, kemungkinan besar akan menghasilkan beberapa perbaikan dalam tingkat IMD.
Penulis keempat Rao,
G. M. & Taduru, R. K dengan
judul buku Study of factors affecting breast-feeding
initiation in the golden hour in a tertiary care centre
dan hasilnya adalah Prevalensi IMD hanya 5,6%. Ada perbedaan signifikan tentang IMD antara kelompok Hindu dan Muslim, wanita
yang bekerja dan ibu rumah tangga, multipara dan
primipara, wanita yang menerima
konseling menyusui dan yang
belum. Literasi, tempat tinggal, interval antar kelahiran, cara persalinan, usia kehamilan, jenis kelamin anak,
berat lahir anak dan lama menyusui pada kehamilan sebelumnya tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap IMD. Menyusui eksklusif memiliki pengaruh positif terhadap IMD, sementara pemberian prelaktal berdampak negatif terhadap IMD.
Penulis kelima Shetty,
V. H dengan judul buku Breast feeding
knowledge, attitude and perspective in immediate postnatal mothers dengan hasilnya Mayoritas ibu mengetahui
pentingnya menyusui bagi bayi dan dirinya.
Ada 69% setuju menyusui sampai 6 bulan. Ada 23% ibu membuang kolostrum
dan 11% memberikan makanan prelaktal untuk bayinya.
Penulis keenam
Ghimire, U dengan judul buku The effect of maternal health service
utilization in early initiation of breastfeeding among Nepalese mothers dan
hasil Prevalensi IMD sebanyak 55%. Ibu yang melahirkan
pervaginam secara signifikan lebih mungkin untuk IMD dibandingkan dengan ibu yang operasi caesar. Pelatihan Skilled Birth
Attendant (SBA) mencakup paket
konseling menyusui komprehensif untuk memotivasi ibu melakukan menyusui dini terutama untuk
ibu yang melahirkan secara caesar.
Penulis ke tujuh Tongun, J. B., Tumwine, J. K., Ndeezi, G., Sebit, M. B., Mukunya, D., Nankunda, J., & Tylleskar, T dengan judul buku
The Effect of Health Worker Training on
Early Initiation of Breastfeeding in South Sudan: A Hospital-based before and
after Study dan hasilnya Terjadi
peningkatan setelah pelatihan:
-��� Prevalensi IMD dari 48% menjadi 91%.
-��� Dari
3% menjadi 60% pada ibu operasi caesar.
-��� Dari
8% menjadi 3% ibu membuang coclostrum.
-��� Dari
17% menjadi 2% menggunakan prelaktal.
Terlepas dari cara lahir, intervensi
pelatihan efektif dalam meningkatkan IMD.
Penulis ke delapan Atyeo, N. N., Frank, T.
D., Vail, E. F., Sperduto, W. A. L., & Boyd, D. L
dengan judul buku Early Initiation
of Breastfeeding Among Maya Mothers in the Western Highlands of Guatemala:
Practices and Beliefs dan hasilnya 76% mempraktikkan IMD yang dihubungkan
dengan kepercayaan desa dan pemberian makanan pendamping. Ibu yang berkeyakinan negatif terhadap kolostrum, cenderung menunda IMD. Meskipun sebagian besar ibu Suku
Maya mempraktikkan IMD, perbedaan
antar desa dalam praktik menyusui
menunjukkan kebutuhan untuk memfokuskan intervensi menyusui secara geografis.
Penulis kesembilan
Sanchez-Espino, L. F., Zuniga-Villanueva, G., & Ramirez-GarciaLuna,
J. L dengan judul buku An educational
intervention to implement skin-to-skin contact and early breastfeeding in a
rural hospital in Mexico dengan hasil 77% ibu melakukan
IMD dan kontak kulit ke kulit. Waktu rata-rata dimulainya kontak kulit-ke-kulit adalah 9,6 (� 2,2)
sampai 18,5 (� 2,2) menit kehidupan dan durasi lamanya adalah 22 (� 10,9) sampai 40,9 (� 17,4) menit. Waktu
rata-rata mulai menyusui
pada menit 34,4 (� 16,7) dan 48,9 (� 15) menit kehidupan.
Penulis ke sepuluh Gupta, S. A., Sharma, M., Ekka, A., Verma, N dengan judul buku
Effect of health education on
breastfeeding initiation techniques among postnatal mothers admitted in a
tertiary care centre of Raipur city, Chhattisgarh dengan judul buku
Terdapat perbedaan signifikan pada posisi menyusui ibu yang lebih baik setelah
diberikan intervensi pendidikan kesehatan sebesar 43,3%.
Penulis ke sebelas Sharma, I. K., & Byrne, A dengan
judul buku Early initiation of breastfeeding: a
systematic literature review of factors and barriers in South Asia dan hasilnya adalah Faktor-faktor yang berpengaruh
pada IMD di Asia Selatan yaitu letak
geografis, kondisi sosial ekonomi, kesehatan individual, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, usia ibu, jenis
kelamin bayi, dan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
yang buruk saat melahirkan. Faktor yang menjadi hambatan yaitu pemberian makan tradisional, nasihat pendeta, pemberian makan sebelum menyusui, membuang kolostrum, pendapat ibu mertua,
ketersediaan dan aksesibilitas
melalui kurangnya informasi, akses yang rendah terhadap media dan layanan kesehatan, mispersepsi, dukungan dan kekurangan ASI, keterlibatan ibu dalam pengambilan
keputusan.
Penulis ke dua belas Chinnasami,
B., Sundar, S., Kumar, J., Sadasivam, K., Pasupathy, S dan judul buku Knowledge,
attitude and practices of mothers regarding breastfeeding in a South Indian
Hospital dengan hasil Para
ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang praktik menyusui, namun ada kesenjangan antara pengetahuan dan praktik yang perlu ditangani. Ada 34,5% mulai menyusui dalam satu jam. 25% merasa kolostrum buruk dan 10,5% memberikan pralaktal, ASI eksklusif diberikan oleh 72% ibu. Susu sapi adalah susu paling umum digunakan (23,5%). Pengetahuan tentang menyapih baik tetapi tentang
permintaan makan buruk. Dokter adalah
konselor pilihan (87,5%)
dan ASI yang tidak cukup merupakan alasan utama untuk menghentikan
menyusui.
Penulis ke tiga belas Jain, S., Thapar, R.
K., & Gupta, R. K judul buku
Complete coverage and covering
completely: Breast feeding and complementary feeding: Knowledge, attitude, and
practices of mothers dengan hasil
Ada perbedaan antara pengetahuan dan praktik. Terdapat 83,75% berpengetahuan baik tentang ASI dan MPASI.
76,25% ibu bersikap positif. Melakukan IMD (68,75%), menyusui eksklusif (85%), pengenalan makanan padat, setengah padat atau lunak
(48,75%), melanjutkan menyusui
pada tahun pertama (63,75%)
dan melanjutkan menyusui pada� tahun
ke-2 (6,25%).
Penulis ke empat belas Manchegowda,
R. & Hulugappa, L judul
buku Knowledge
and attitude regarding breast feeding among lactating mothers in a rural area, Bellur dengan hasil 80% ibu mengetahui
waktu mulai menyusui, 56% mengetahui manfaat menyusui, dan 70% ibu mengetahui tentang pemberian ASI eksklusif. Sikap ibu terhadap menyusui
baik. 34% ibu yang tahu bahwa menyusui
harus dilanjutkan hingga 2 tahun. Mayoritas (95%) ibu tidak mengetahui manfaat menyusui bagi ibu.
Penulis ke lima belas Hartati, S., & Sukarni judul buku
Hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan
pemberian ASI eksklusif di Desa Pasar Banjit Wilayah Kerja Puskesmas Banjit Way Kanan Tahun 2017 dengan hasil Ada hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian
ASI eksklusif di Desa Pasar
Banjit wilayah kerja Puskesmas Banjit Way Kanan (p value = 0,001).
Penulis ke enam belas Yuliea,
M. S judul buku Pengaruh peran tenaga kesehatan terhadap kesuksesan pelasanaan inisiasi menyusu dini di ruang bersalin RSU Sarah Medan
2016 dengan hasilnya adalah Pemberian informasi (pendidikan kesehatan) berpengaruh terhadap peran tenaga kesehatan dalam kesuksesan pelaksanaan IMD (p-value < 0,05), yang akan meningkatkan sebesar 4,50 kali.
Penulis ke tujuh belas Adam, A., Bagu, A. A. & Sari, N. P dengann
judul buku Pemberian inisiasi menyusu dini pada bayi baru lahir
dan hasilnya Ada hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian IMD (p = 0,000).
Ada hubungan antara pelayanan dukungan dengan pemberian IMD (p = 0,000).
Tidak ada hubungan antara perspektif sosial budaya dengan pemberian
IMD (p = 1.000). Pengetahuan yang cukup
tentang pemberian IMD merupakan kebutuhan untuk dapat menurunkan
angka kematian bayi.
Penulis delapan belas Hasyati, Idris, F. P.,
& Yusriani judul buku Pengaruh penggunaan
media terhadap pengetahuan ibu dalam pelaksanaan
inisiasi menyusu dini dan hasilnya Ada pengaruh pemberian media terhadap pengetahuan IMD (pvalue = 0,000). Pengetahuan dan sikap mampu mendorong
peningkatan pelaksanaan IMD.
Penulis ke
Sembilan belas Hapitria, P.
& Padmawati, R judul buku Efektifitas pendidikan kesehatan melalui multimedia dan tatap muka terhadap pengetahuan
dan sikap ibu hamil tentang ASI dan menyusui dengan hasil Penggunaan multimedia memiliki perbedaan dengan metode tatap
muka dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang ASI dan menyusui.
Penulis terakhir Sari,
D. N. & Ambarwati, T. V judul
buku Gambaran faktor
internal dan eksternal pelaksanaan
inisiasi menyusu dini (IMD) di salah satu Puskesmas Kabupaten Bandung periode Maret-April 2019 dengan hasil Pengetahuan,
pendidikan dan sikap merupakan faktor internal, sedangkan� faktor eksternal yaitu peran keluarga
dan dukungan petugas kesehatan merupakan factor yang berperan dalam IMD.
Pembahasan
Periode pascapersalinan merupakan masa yang langsung menimbulkan tantangan
baru bagi ibu dan keluarga karena harus merawat bayi baru lahir dan
menyusuinya. Menyusui merupakan tugas luhur seorang ibu terhadap anaknya karena
didalam air susu ibu (ASI) mengandung banyak manfaat bagi bayi dan ibunya (Ratnasari, 2018) Menyusui dapat memicu
kecemasan karena hal ini mungkin merupakan pengalaman baru bagi sebagian ibu.
Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman menjadi pemicu tidak optimalnya
perilaku menyusui. Penting bagi tenaga kesehatan (perawat) untuk mengkaji
pengetahuan dan kemampuan ibu tentang praktik menyusui. Sehingga perawat dapat
memberikan intervensi pendidikan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan. Ada
banyak ibu memiliki pengetahuan yang kurang memadai tentang menyusui (Hartati, 2019) Tinjauan yang
melibatkan banyak negara didapatkan bahwa secara keseluruhan sebanyak 57,6% ibu
memulai menyusui dalam waktu 1 jam setelah kelahiran (Takahashi, 2017) Hasil ini
didukung oleh data tentang indikator menyusui dari 153 negara yang menunjukkan
prevalensi pemberian ASI pertama berkisar antara 30% hingga 60% di
negara-negara berpenghasilan rendah, menengah dan tinggi (Victora et al., 2016) Penelitian yang
dilakukan (Sushma et al., 2015) menemukan
mayoritas ibu di India Tengah (92%) percaya bahwa ASI adalah makanan yang ideal
untuk bayi dan melindungi bayi terhadap infeksi. Rekomendasi WHO
menyatkan bahwa inisiasi menyusui dini; 0�29% dianggap buruk, 30-49% cukup,
50�89% baik dan 90�100% sangat baik (WHO, 2010).�
Ada banyak faktor yang menjadi predisposisi keterlambatan pemberian ASI.
Penelitian yang dilakukan (Tongun et al., 2018) menemukan bahwa
persalinan dengan operasi caesar, membuang kolostrum, ibu yang tidak menikah,
tidak memiliki rumah dan terpapar iklan susu formula merupakan faktor
penghambat inisiasi menyusui. Pendapat lain menyatakan primiparitas, pemberian
makanan prelaktal dan pemangkasan waktu pemberian kolostrum berhubungan dengan
keterlambatan pemberian ASI pertama (IMD) (Gupta et al., 2018) Faktor-faktor
seperti karakteristik budaya dan ekonomi, pemberian makan prelaktal dan
kebijakan lembaga kesehatan masih belum optimal mengubah pengetahuan dan sikap
masyarakat untuk berkomitmen memberikan ASI pertama pasca lahir. Sedangkan (Sari et al., 2020) mengidentifikasi
faktor internal (pengetahuan, pendidikan dan sikap) dan faktor eksternal (peran
keluarga dan dukungan petugas kesehatan) turut berperan dalam keberhasilan
perilaku inisiasi menyusui. Berbagai alasan dikemukakan yaitu keterlambatan
memindahkan ibu dari ruang persalinan, bayi disimpan di unit neonatal untuk
observasi, ibu tidak cukup termotivasi setelah kelelahan pasca persalinan
termasuk setelah operasi caesarea (Rao & Taduru, 2016). Fenomena ini mengisyaratkan fakta
penting bahwa tenaga kesehatan disadarkan untuk memfasilitasi ibu dalam
menyusui sedini mungkin.
Faktor lain menunujukkan bahwa operasi caesarea turut berkontribusi
terhadap keterlambatan pemberian ASI pertama. Hal ini konsisten dengan
penelitian sebelumnya yang menyatakan ibu yang melahirkan dengan cara Sectio
Caesarea mengalami keterlambatan dalam memulai inisiasi menyusui (Karlstr�m et al., 2013) Dampak operasi
Sectio Caesarea dapat mengganggu ikatan dan interaksi ibu-bayi serta menunda
pemberian ASI. Penelitian menunjukkan terdapat preferensi ibu yang dilakukan
operasi Sectio Caesarea dengan keputusan untuk menunda menyusui (Patlewicz et al., 2014). Angka operasi
Sectio��� terus meingkat secara global,
penting untuk mendukung komitmen pemberian ASI pertama segera pada semua wanita
tanpa memandang cara persalinan.��
Mendorong ibu melalui upaya pendidikan kesehatan untuk menyusui merupakan
tantangan besar bagi para profesional perawatan. Meskipun upaya untuk
meningkatkan jumlah ibu yang memilih untuk menyusui terus dipromosikan, namun
tingkat inisiasi menyusui dini (IMD) yang dilanjutkan dengan ASI eksklusif di
banyak negara masih jauh dari harapan. Dukungan pemberian ASI dari petugas
kesehatan (perawat) di fasilitas pelayanan kesehatan selama periode perawatan
merupakan pengalaman positif bagi ibu postnatal (Rubanova et al., 2019)weHal ini merupakan faktor pendukung
terhadap keberlanjutan dan kesuksesan pemberian ASI berikutnya. Ibu akan
membawa pulang kerumah pengalaman menyusui yang diajarkan oleh petugas
kesehatan.
Tenaga kesehatan di unit perawatan bersalin merupakan sumber utama dukungan
laktasi bagi ibu postnatal. Dukungan fasilitas dan dorongan untuk menyusui
segera setelah lahir (IMD) dapat meningkatkan tingkat inisiasi menyusui (Rosidi & Kadir, 2019). Saat ini,
banyak ibu melaporkan bahwa mereka memperoleh informasi tentang menyusui dari
keluarga dan media. Menurut penelitian (Hasyati et al., 2019) menyatakan bahwa
sumber pengetahuan ibu sebagian besar bersifat informal yang bersumber dari
media massa. Penelitian lain menyatakan bahwa sebagian besar ibu memperoleh
informasi menyusui didapat dari bidan-perawat, jurnal, dokter dan kerabat/
keluarga atau teman (Hapitria & Padmawati, 2017). Fenomena ini
menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan tentang menyusui sangat bermanfaat bagi
para ibu.
Pendidikan kesehatan yang diberikan tenaga kesehatan khususnya perawat
tentang menyusui harus dimulai untuk semua ibu selama kunjungan antenatal. Ibu
hamil lebih reseptif selama kehamilan dan memiliki interaksi yang baik dengan
petugas kesehatan. Pemeriksaan antenatal yang mencakup pemeriksaan payudara
penting dilakukan untuk mempersiapkan periode laktasi. Namun, penelitian
menunjukkan hanya 18% ibu yang menerima pendidikan kesehatan tentang menyusui
dan hanya 28% yang melakukan pemeriksaan payudara (Sushma et al., 2015). Hasil ini
memberikan pesan bahwa ada kesempatan yang hilang yang belum dimanfaatkan oleh
tenaga kesehatan secara optimal.
Pendidikan kesehatan berfungsi untuk menyadarkan ibu dan keluarga dalam
mempersiapkan perilaku dan tanggung jawab menyusui dimasa laktasi. Intervensi
pendidikan kesehatan ditargetkan untuk ibu secara individu yang mencakup
kegiatan konseling, dukungan sebaya, pelatihan keterampilan praktis dan
memperkuat hubungan ibu dan bayi sejak dini. Intervensi pendidikan kesehatan
untuk mempromosikan inisiasi menyusui yang diberikan selama kehamilan dapat
mencakup satu sesi atau lebih, disampaikan kepada kelompok atau secara
individual, dalam pengaturan suasana formal atau informal, dan disampaikan oleh
para profesional kesehatan termasuk perawat, pekerja sosial dukungan bersalin
(kader kesehatan), atau kelas peer group yang sudah terlatih (Balogun et al., 2016).
Pendidikan kesehatan tentang menyusui dapat ditargetkan untuk ibu atau
mungkin termasuk anggota keluarga seperti pasangan dan orang tua/ keluarga. Isi
pendidikan kesehatan untuk mendorong inisiasi menyusui dapat mencakup manfaat
dan keunggulan dari menyusui dibandingkan dengan pemberian susu formula, apa
yang diharapkan saat menyusui, dan bagaimana mencegah dan mengatasi masalah
yang berhubungan dengan menyusui. Ini juga dapat mencakup keterampilan praktis
seperti posisi dan pelekatan bayi di payudara, dan kesempatan untuk berdiskusi
dengan wanita menyusui dan mengamati langsung proses menyusui. Melalui kegiatan
pendidikan kesehatan diharapkan ada perubahan motivasi dan perilaku yang
mengarah pada perilaku menyusui (Shetty & Jain, 2019).
Intervensi dukungan sebaya untuk mempromosikan inisiasi menyusui merupakan
bagian dari strategi pendidiakn kesehatan. Tenaga kesehatan melibatkan kontak
antara wanita hamil dan wanita dari latar belakang yang memiliki pengalaman
menyusui. Pengalaman ibu dimasa sebelumnya turut memberikan pengaruh pada
perilaku menyusui. Menyusui secara eksklusif pada kehamilan sebelumnya memiliki
efek positif (Tongun et al., 2018). Jenis dukungan
melalui kelas ibu prenatal telah terbukti meningkatkan angka inisiasi menyusui (Hartati, 2019). Dukungan
sebaya dalam menjalani berbagai pelatihan di suasana informal dapat
diintegrasikan ke dalam upaya promosi kesehatan.
Upaya memperkuat kegiatan promosi pemberian ASI yang diintegrasikan dengan
budaya lokal akan mudah diadopsi oleh masyarakat. Intervensi pendidikan
kesehatan harus memperhatikan karakteristik individu dan masyarakat yang
dikolaborasikan dengan budaya lokal. Pendidikan kesehatan dilakukan dengan cara
menyesuaikan dengan konteks budaya masyarakat dan bervariasi sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan individu. Strategi promosi harus memperhatikan latar
belakang norma, kebiasaan, pandangan masyarakat, status ekonomi dan tingkat
menyusui masing-masing negara (Rollins et al., 2016). Intervensi
berfokus pada keluarga dan komunitas yang lebih luas dan berupaya untuk mengubah
persepsi dan norma masyarakat tentang pemberian makan yang keliru.
Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari upaya desiminasi pedoman kepada
seluruh lapisan masyarakat. Pemberian pendidikan kesehatan yang didukung dengan
keberadaan pedoman perawatan postnatal/ neonatal di fasilitas kesehatan
dikaitkan dengan tingkat praktik pemberian ASI pertama yang meningkat dua kali
lebih tinggi (Takahashi, 2017). Sedangkan
karakteristik sosial-demografi ibu seperti usia, pendidikan dan paritas tidak
berpengaruh terhadap pemberian ASI pertama post partum (Balogun et al., 2016). Adanya pedoman
yang dijadikan acuan akan meningkatkan kualitas perawatan secara keseluruhan
yang didalamnya terkandung praktik pemberian ASI ibu postnatal.
Pedoman pemberian ASI dan bayi (Roba et al., 2016) dan (Organization, 2017)telah
merekomendasikan bahwa pemberian ASI sedini mungkin dimulai pada 1 jam pertama
postnatal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu (86%) menyusui
bayi, dan 78% ibu setuju bahwa kolostrum baik diberikan kepada bayi, namun
hanya 22% yang memulai menyusui dalam waktu satu jam postnatal (Rollins et al., 2016).
Dari beberapa literature, terdapat kesenjangan berkaitan dengan pemberian
ASI pertama (IMD). Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dan
dukungan intervensi keluarga/ orang lain, durasi/ lama bekerja, memiliki
pekerjaan professional, dan kelebihan berat badan ibu berhubungan dengan
praktik pemberian ASI pertama (Dagher & Erduran, 2016). Namun, durasi
kerja dan memiliki pekerjaan profesional merupakan faktor yang tidak dapat
dimodifikasi. Sedangkan pendidikan kesehatan merupakan intervensi strategis
yang mudah dan murah serta mampu menyasar berbagai tingkat golongan di
masyarakat. Intervensi pendidikan kesehatan kepada semua calon ibu dan staf
kesehatan tentang pentingnya menyusui segera setelah lahir demi kesejahteraan
bayi baru lahir dan ibunya perlu diberikan secara massif dan berkesinambungan.
Kesimpulan
Hasil dari
kajian literature review yang telah
dilakukan oleh peneliti dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap prilaku IMD, faktor kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya
pelaksanaan IMD disebabkan karena kurangnya informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada ibu selama
pemeriksaan kehamilan.
Pendidikan kesehatan berfungsi untuk menyadarkan ibu dan keluarga dalam mempersiapkan prilaku dan tanggung jawab menyusui dimasa laktasi. pengetahuan yang baik� akan
mempengaruhi sikap dan prilaku ibu dalam
melakukan IMD.
BIBLIOGRAFI
���������
Balogun,
M.-S., Luo, Y., Qiu, W., Liu, P., & Tong, Y. (2016). A Review Of Carbon
Materials And Their Composites With Alloy Metals For Sodium Ion Battery Anodes.
Carbon, 98, 162�178.
Dagher, Z.
R., & Erduran, S. (2016). Reconceptualizing The Nature Of Science For
Science Education. Science & Education, 25(1�2), 147�164.
Denney, A.
S., & Tewksbury, R. (2013). How To Write A Literature Review. Journal Of
Criminal Justice Education, 24(2), 218�234.
Dini, L.
I., Riono, P., & Sulistiyowati, N. (2016). Pengaruh Status Kehamilan Tidak
Diinginkan Terhadap Perilaku Ibu Selama Kehamilan Dan Setelah Kelahiran Di
Indonesia (Analisis Data Sdki 2012). Jurnal Kesehatan Reproduksi, 7(2),
119�133.
Guo, J.-M.,
& Prasetyo, H. (2014). False-Positive-Free Svd-Based Image Watermarking. Journal
Of Visual Communication And Image Representation, 25(5), 1149�1163.
Gupta, D.,
Julka, A., Jain, S., Aggarwal, T., Khanna, A., Arunkumar, N., & De
Albuquerque, V. H. C. (2018). Optimized Cuttlefish Algorithm For Diagnosis Of
Parkinson�s Disease. Cognitive Systems Research, 52, 36�48.
Hapitria,
P., & Padmawati, R. (2017). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Melalui
Multimedia Dan Tatap Muka Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Tentang Asi
Dan Menyusui. Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 5(2), 156�167.
Hartati, S.
(2019). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di
Desa Pasar Banjit Wilayah Kerja Puskesmas Banjit Way Kanan Tahun 2017. Jurnal
Gizi Aisyah, 2(1), 56�64.
Hasyati,
H., Idris, F. P., & Yusriani, Y. (2019). The Effect Of Media Against
Implementation Of Early Initiation Of Breastfeeding In Four Work Area Makassar
Maternity Hospital. Window Of Health: Jurnal Kesehatan, 1, 88�96.
Karlstr�m,
A., Lindgren, H., & Hildingsson, I. (2013). Maternal And Infant Outcome
After Caesarean Section Without Recorded Medical Indication: Findings From A
Swedish Case�Control Study. Bjog: An International Journal Of Obstetrics
& Gynaecology, 120(4), 479�486.
Kemenkes.
(2019). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta. Retrieved.
Kemenkes,
R. I. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. In Kemenkes Ri.
Lassi, Z.
S., & Bhutta, Z. A. (2015). Community‐Based Intervention Packages For Reducing Maternal And
Neonatal Morbidity And Mortality And Improving Neonatal Outcomes. Cochrane
Database Of Systematic Reviews, 1(3).
Organization,
W. H. (2017). Global Hepatitis Report 2017. World Health Organization.
Patlewicz,
G., Ball, N., Becker, R. A., Booth, E. D., Cronin, M. T. D., Kroese, D., Steup,
D., Van Ravenzwaay, B., & Hartung, T. (2014). Food For Thought: Read-Across
Approaches�Misconceptions, Promises And Challenges Ahead. Alternatives To
Animal Experimentation: Altex, 31(4), 387�396.
Rao, G. M.,
& Taduru, K. R. (2016). Study Of Factors Affecting Breast-Feeding
Initiation In The Golden Hour In A Tertiary Care Centre. Journal Of
Evolution Of Medical And Dental Sciences, 5(95), 7025�7029.
Ratnasari,
F. (2018). Pengaruh Menyusui Terhadap Penurunan Fundus Uteri Pada Ibu Post
Partum Di Puskesmas Mekar Baru Kabupaten Tangerang. Jurnal Kesehatan, 7(1),
44�53.
Roba, K.
T., O�connor, T. P., Belachew, T., & O�brien, N. M. (2016). Variations
Between Post-And Pre-Harvest Seasons In Stunting, Wasting, And Infant And Young
Child Feeding (Iycf) Practices Among Children 6-23 Months Of Age In Lowland And
Midland Agro-Ecological Zones Of Rural Ethiopia. The Pan African Medical
Journal, 24.
Rollins, N.
C., Bhandari, N., Hajeebhoy, N., Horton, S., Lutter, C. K., Martines, J. C.,
Piwoz, E. G., Richter, L. M., Victora, C. G., & Group, T. L. B. S. (2016).
Why Invest, And What It Will Take To Improve Breastfeeding Practices? The
Lancet, 387(10017), 491�504.
Rosidi, I.
Y. D., & Kadir, A. (2019). Pengaruh Edukasi Konselor Laktasi Terhadap
Partisipasi Ibu Melakukan Inisiasi Menyusui Dini. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 14(1), 98�103.
Rubanova,
Y., Chen, R. T. Q., & Duvenaud, D. K. (2019). Latent Ordinary Differential
Equations For Irregularly-Sampled Time Series. Advances In Neural
Information Processing Systems, 5320�5330.
Sari, A.,
Ambarwati, D. A. S., & Ramelan, M. R. (2020). The Mediation Relationship Of
Customer Satisfaction Between Service Quality And Repurchase Intention On
E-Commerce In Indonesia. Jurnal Manajemen Dan Pemasaran Jasa, 13(1),
137�150.
Sharma, I.
K., & Byrne, A. (2016). Early Initiation Of Breastfeeding: A Systematic
Literature Review Of Factors And Barriers In South Asia. International
Breastfeeding Journal, 11(1), 17.
Shetty, M.
S., & Jain, A. K. (2019). Concrete Technology (Theory And Practice), 8e.
S. Chand Publishing.
Sushma, P.,
Sreedevi, P., Devi, M. S., Kiran, V. K., & Reddy, R. G. (2015). A Study
On Awareness Levels Of Rural Mothers On Child Nutritional Care Practices In
Mahabubnagar District Of Telangana.
Takahashi,
J. S. (2017). Transcriptional Architecture Of The Mammalian Circadian Clock. Nature
Reviews Genetics, 18(3), 164.
Tongun, J.
B., Sebit, M. B., Mukunya, D., Ndeezi, G., Nankabirwa, V., Tylleskar, T., &
Tumwine, J. K. (2018). Factors Associated With Delayed Initiation Of
Breastfeeding: A Cross-Sectional Study In South Sudan. International
Breastfeeding Journal, 13(1), 28.
Victora, C.
G., Bahl, R., Barros, A. J. D., Fran�a, G. V. A., Horton, S., Krasevec, J.,
Murch, S., Sankar, M. J., Walker, N., & Rollins, N. C. (2016).
Breastfeeding In The 21st Century: Epidemiology, Mechanisms, And Lifelong
Effect. The Lancet, 387(10017), 475�490.