Jurnal Health Sains: p�ISSN : 2723-4339 e-ISSN
: 2548-1398�����
EVALUASI
PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN DALAM PEMBERIAN TERAPI, TRANSFUSI, PEMERIKSAAN
PENUNJANG TERHADAP INSIDEN DIRUMAH SAKIT
Ana Febrianti
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Yatsi, Tangerang, Banten, Indonesia
Email: [email protected]
artikel
info |
abstract |
Tanggal diterima: 5
Januari 2021 Tanggal revisi: 15
Januari 2021 Tanggal yang diterima:
25 Januari 2021 |
Introduction
Automatic identification provides an efficient way to prevent errors that
result in incidents in patient safety. Many studies have shown that many
errors in patient identification occur in the administration of drugs,
transfusions, and investigations The purpose of reviewing articles is to see
the evaluation of patient evaluations in providing therapy and transfusions,
supporting examinations of the impact in the hospital. Method The research
design used was a literature review study with a methodological review.
Strategies in finding journals used PICO and Articles selected using a
systematic review and meta-analysis of PRISMA flow models (McInnes et al.,
2018). in the initial stages of searching with an online database, EBSCHO,
PUBMED, Google Scholar, articles and fortal online.
selection of articles based on inclusion criteria, and based on keywords as a
whole resulted in a total of 7articles.Results After a comprehensive
synthesis of 7 articles describing the importance of patient identification
when taking action on patients by nurses, doctors or other health
professionals who have an impact on patient safety. ABSTRAK Metode Desain penelitian yang digunakan adalah kajian literature riview dengan metodological riview.
Strategi dalam mencari jurnal, PICO dan artikel diseleksi menggunakan tinjauan sistematis dan metaanalisis PRISMA model alur (McInnes
et al., 2018). pemilihan arikel
berdasarkan kriteria inklusi dan berdasar kata kunci secara keseluruhan menghasilkan total
7 aritkel. Tujuan Mereview artikel untuk mengetahui evaluasi pelaksanaan identifikasi pasien dalam memberikan terapi dan tranfusi, pemeriksaan penunjang terhadap dampak insiden di rumah sakit. Hasil Setelah dilakukan sintesis yang komprehensif terhadap 7 artikel yang menggambarkan pentingnya identifikasi pasien pada saat melakukan tindakan kepada pasien yang dilakukan oleh perawat, dokter atau tenaga
kesehatan lainnya yang berdampak terhadap keselatamatan pasien. |
Keywords: patient
identification; therapy; transfusion;� specimens;,patient safety Kata Kunci: identifikasi pasien;
terapi; transfuse; specimen; �keselamatan pasien |
�����������
Coresponden Author:
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah
lisensi
���������������
Pendahuluan
�� Pembangunan kesehatan suatu negara tidak
terlepas dengan suatu sistem yang disebut dengan Sistem Kesehatan Keselamatan
Pasien yang merupakan isu global yang sering dibicarakan saat ini.� Hal ini sangat penting karena banyak laporan
tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada pasien. Insiden yang
melibatkan kesalahan identifikasi atau kesalahan medis pasien, kesalahan pengobatan,situasi
nyaris meninggal dan dapat mengancam keselamtan pasien (S�fholm et al., 2019).
Insiden
keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisinya
yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada
pasien. Menurut laporan dari� kejadian
insiden pada pasien 296.194 (15.3%) pada tahun 2018, menjadi 286.991 (14.1%)
pada periode april sampai maret 2019 karena pengobatan 216.177 (10,6%) total
kejadian 2.036.681 atau naik 4,9% dari tahun 2018 (Improvement, 2019).
Verifikasi
dengan identifikasi unik merupakan hal yang penting dalam perawatan kesehatan
yang berdampak kedalam keselamatan pasien, kesalahan identifikasi pasien
mengakibatkan salah pasien, salah prosedur dan salah pengobatan. Menurut JC
mencakup 130 kasus insiden keselamatan pasien yang disebabkan oleh kesalahan
identifikasi pada tahun 2015 termasuk transfusi, kesalahan pada pasien yang
salah, situs yang salah dan posedur yang salah (Badouin et al., 2017). Meskipun
kesalahan menjadi konvensional terkait masalah kualitas dalam tranfusi darah dan
praktek pemberian obat, diagnostik tidak dipandang sebagai area yang lebih
aman, karena kesalahan identifikasi merupakan sumber penting dari rekam medis, patologi dan kesalahan laboratorium
tingkat kesalahan dilaporakan 1-2% (Badouin et al., 2017). Untuk
menghindari kesalahan identifikasi pasien banyak menggunakan identifikasi
frekuensi radio (RFID),
pemindaian sidik� jari, pemindaian Iris
namun semua ada kelemahannya juga kehilangan gelang RFID, resiko infeksi dan
ketidakpastian pada pasien yang tidak sadar (Jung et al., 2019). Menurut (Baker, 2017) meningkatkan
akurasi identifikasi dibutuhkan minimal 2 pengindetifikasi saat memberikan
perawatan dan layanan berupa nama pasien, nomor identifikasi yang ditetapkan,
nomor telepon atau pengidentifikasi spesifik lainnya. Terutama pada saat
memberikan obat-obatan, darah, komponen darah, saat mengumpulkan sample darah
dan spesimen atau diagnostik lainnya.
Karena jelas
bahwa perawatan yang efisien dan berkualiatas dimulai dari identifikasi yang
akurat. Ada banyak peluang untuk kesalahan identifikasi dalam perawatan
kesehatan dan obat-obatan laboratorium termasuk hononim, bergantung pada data
pasien yang salah, pengambilan spesimen yang salah, pelabelan yang salah dan
tidak akurat. Banyak upaya yang dilakukan untuk mencegah kesalahan dengan
melibatkan strategi identifikasi pasien yang inovatif dengan menggunakan teknologi
yang meningkatkan efisiensi (Lake et al., 2019).
Dari hal
tersebut maka perlu dilakukan pengkajian yang mendalam untuk mengetahui
penerapan identifikasi pasien dalam memberikan asuhan kepada pasien. Dan untuk
meningkatkan penerapan identifikasi pasien perlu mempersiapkan metode, SOP,
komunikasi serta kerjasama dan supervisi dari atasan. Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai evaluasi pelaksanaan identifikasi pasien dalam memberikan
terapi dan tranfusi, pemeriksaan penunjang terhadap dampak insiden di rumah
sakit. peneltian tersebut diambil untuk dilakukan analisa melalui lietratur
riview.
Berdasarkan
uraian latar belakang diatas, insiden keselamatan pasien disebabkan oleh
kesalahan identifikasi pasien Karena itu Identifikasi pasien yang akurat adalah
tantangan dalam keselamatan pasien dalam pengaturan yang berbeda menunjukan
bahwa kebijakan sistim identifikasi yang positif baik spesimen dan kerjasama
yang lintas disiplin dapat mencegah terjadinya kesalahan identifikasi pasien (Ning et al., 2016).
�� Dampak dari Kejadian buruk dan kesalahan karena
kesalahan identifikasi dapat memiliki konsekuensi ekstrem dengan hasil mulai
dari nyaris sampai peristiwa bencana.Kesalahan identifikasi pasien dapat
menyebabkan pasien melakukan kesalahan diagnosis, dirawat secara tidak benar
(termasuk prosedur bedah pada pasien yang salah), menerima obat yang salah dan
pemberian label yang salah koleksi patologi (Benjamin et al., 2019). Dengan
menggunakan identifikasi pasien� yang
terstruktur dapat menurunkan kejadian tersebut (Baker, 2017).
�� Oleh karena itu, penulis tertarik membuat
kajian literatur mengenai evaluasi pelaksanaan identifikasi pasien dalam
memberikan terapi dan tranfusi, pemeriksaan penunjang terhadap dampak insiden
di rumah sakit.
����������� Tujuan mereview artikel untuk
mengetahui evaluasi pelaksanaan identifikasi pasien dalam memberikan terapi dan
tranfusi, pemeriksaan penunjang terhadap dampak insiden di rumah sakit..
Metode Penelitian
�� Desain penelitian yang digunakan adalah kajian literature riview dengan metodological riview. Literature riview adalah metode mengidentifikasi,
menilai dan menginterprestasi
seluruh temuan-temuan pada suatu topik penelitian
untuk menjawab pertanyaan penelitian yang sudah ditetapkan sebelumnya dan dilakukan sistematis dengan mengikuti tahapan dan protokol yang memungkinkan terhindar dari bias dan pemahaman yang bersifat subjektif (Franklyn
et al., 2016).
�������� Keuntungan dari literature review
memberikan rincian metodologi berarti review harus keduanya transparan dan dapat direplikasi, proses mengidentifikasi
secara sistematis sebagai kumpulan data lengkap dari studi
independen sebagai mungkin, diterbitkan maupun tidak dipublikasikan,
hasil yang signifikan secara statistik dan tidak signifikan, hasil positif serta
negatif atau tidak pasti, meminimalkan
sumber bias, memberikan alasan untuk memasukkan
dan mengecualikan studi sebelum pengkodean lebih lanjut meminimalkan
sumber bias, ada metodologi untuk mensintesis bukti di seluruh studi yang memberikan dasar untuk menguji hipotesis
nol mengenai efektivitas intervensi (McInnes
et al., 2018).
Hasil Penelitian
�� Bagian
ini menjelaskan hasil dari pertanyaan dan tujuan literature review, yaitu
identifikasi pasien dalam pemberian terapi, transfusi dan pemeriksaan penunjang
efektif mencegah insiden. Pencarian artikel dilakukan dengan menggunakan
database yang telah ditetapkan, yaitu google scholar, PubMed, EBSCHO, Research
Gate,. Dengan menggunakan kata kunci �identifikasi pasien/ patient
identification, patient safety/ keselamatan pasien, Rumah sakit / hospital�.
Adapun Boolean operator yang digunakan dalam pencarian adalah �AND�.
Artikel yang
digunakan dalam rentang tahun 2015- 2020, artikel asli dari sumber primer,
artikel bahasa Inggris, artikel full text, serta responden pasien perawat, dan
tenaga kesehatan. Berikut ini adalah keterangan yang dibutuhkan dalam
menentukan artikel yang digunakan sebagai kajian literatur sesuai dengan
kriteria inklusi dalam strategi pencarian artikel penelitian.
Langkah pertama
seleksi yang terdiri dari mengindetifikasi judul yang cocok dengan kata kunci
dan topik diskusi dengan jumlah arikel 269. Langkah kedua dipilih berdasarkan
relevansi inklusi dan eksklusi n = 76. Langkah terakhir melibatkan pemilihan
arikel berdasarkan kriteria inklusi 22, dan berdasar kata kunci secara
keseluruhan menghasilkan total 7 artikel untuk dianalisis. Artikel diperingkat
berdasarkan Scimago jurnal dan peringkat negara. Analisa tersebut berkaitan
dengan keselamatan pasien dalam melakukan identifikasi pasien dirumah sakit.
Dalam
mengkritisi data, peneliti mengalami keterbatasan bahasa sehingga sulit
memahami setiap artikel yang diteliti. Adapun yang peneliti lakukan dalam
mengatasi keterbatasan tersebut adalah dengan menggunakan alat bantu kamus
elektronik bahasa Indonesia dan bahsa Inggris dalam menerjemahkan artikel.
Setelah ditinjau
kembali menunjukkan bahwa terdapat tiga artikel yang menggunakan penelitian
quasy exsperimen,dua artikel menggunakan penelitian eksperimen dan empat
artikel yang menggunakan metode penelitian randomized controlled trial.
Studi deskripsi
menghasilkan beberapa artikel yang akan dianalisis dari hasil penelitian dari
Australia, Amerika Serikat, Brazil, Hopkins dan eropa. Kemudian artikel
diberikan nomor untuk memudahkan proses peninjauan.
A. Kriteria
Inklusi dan Eksklusi
Tahapan ini
dilakukan untuk memastikan apakah artikel yang ditemukan dapat digunakan dalam
literature review atau tidak. Artikel akan dipilih apabila memenuhi kriteria
berikut:
1.� Kriteria Inklusi:
a.
Penelitian dilakukan di rumah sakit;
b. Penelitian
tentang pelaksanaan identifikasi pasien dirumah sakit
c.
Artikel diterbitkan dalam jurnal;
d.
Tahun terbit artikel 2015sampai 2020;
e.
Artikel diterbitkan dalam Bahasa Inggris
dan full text.
B. Kriteria
Eksklusi
Artikel yang
diterbitkan dalam format tinjauan artikel seperti literature review, concept
analysis, systematic review, editorial, letters, correspondence dan
meta-analysis.
Periode
publikasi artikel dibatasi hingga April 2020, menggunakan format
Population-Intervention-Comparison-Outcome (PICO) untuk merancang kriteria
literature review (Eriksen & Frandsen, 2018):
P: Petugas
kesehatan
I:� Pelaksanaan identifikasi pasien dirumah sakit
C: Insiden atau
dampak pelaksanaan identifikasi
O:
Meningkatkan Pelaksanaan identifikasi pasien dapat dijalankan dengan benar dan
angka kejadian insiden menurun dalam rangka keselamatan pasien dirumah sakit.
Pembahasan
Identifikasi pasien adalah masalah yang penting dalam keselamatan pasien.
Kesalahan identifikasi pasien dapat menyebabkan bahaya yang signifikan atau
ketidaknyamanan pada pasien, terutama ketika data yang tidak lengkap digunakan
untuk melakukan perawatan kesehatan tertentu, karena perawatan yang efisien dan
berkualitas dimulai dari identifikasi pasien yang akurat (Badouin et al., 2017), (Lake et al., 2019). Identifikasi
pasien juga digunakan dalam resep medis dan catatan keperawatan, jika ada
kekurangan nama lengkap, tanggal lahir dalam sistematisasi identifikasi pasien,
akan mempengaruhi perawatan yang aman (Nykamp et al., 2017).
Verifikasi pasien dengan identifikasi baik adalah prosedur penting dalam
pengaturan perawatan kesehatan. Kesalahan identifikasi masalah kritis dalam
perawatan kesehatan. Risiko terhadap keselamatan pasien terjadi di seluruh
rangkaian perawatan kesehatan dengan kegagalan mengidentifikasi pasien dengan
benar, mengakibatkan pasien salah, prosedur salah, pengobatan salah, dan
kesalahan lainnya
(Jung et al., 2019). Ada banyak
titik kritis selama lintasan perawatan pasien dimana identifikasi pasien
diperlukan dan dapat membahayakan. Ini termasuk pergerakan pasien, transfer dan
serah terima, diagnosis, manajemen pengobatan, infus, transfusi dan ketika
menerima perawatan medis termasuk termasuk prosedur bedah dan transplantasi
pasien (Benjamin et al., 2019).
Kesalahan ID pasien menurut (Ning et al., 2016) dan (van Dongen-Lases et al., 2016) bisa
ketidakcocokan antara daftar permintaan dan label pasien, specimen yang tidak
berlabel dan spesimen salah label atau darah dan saat melakukan tindakan medis.
Kesalahan Identifikasi banyak dilakukan tapi tidak dilaporkan, hal ini terjadi
karena kelebihan pekerjaan. Menurut (Radomiljac et al., 2019) Kesalahan
identifikasi bisa terjadi dalam: Pemeriksaan diagnostic/X-Ray karena kesalahan
lebel/ tidak dilebelin solusi lakukan pengecekan,Laboratorium karena kesalahan
label/ tidak ada label solusi lakukan komunikasi dengan tim, komunikasi dengan
pasien, pasien salah identifikasi,Obat-obatan / resep obat karena identifikasi
yang salah, administrasi obat dan Perawatan atau prosedur terhubung dengan
anggota tubuh saat operasi.
Untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam mengidentifikasi pasien dan
mengurangi insiden yang mengancam keselamatan pasien maka perlu dilakukan
beberapa pencegahan, Menurut (Benjamin et al., 2019) dan (van Dongen-Lases et al., 2016),�� kita bisa melakukan bebarapa hal sebagai
berikut:
a.
Verifikasi dengan benar identifikasi
pasien terhadap pita identitas pasien
b.
Minta pasien untuk menyebutkan nama
lengkap dengan mengkonfirmasi dengan gelang pasien
c.
Ajari pasien untuk menunjukan gelang
pengenal kepada penyedia layanan kesehatan ditempat perawtan yang rentan
d.
Waspada dalam pengecekan rincian
identifikasi yang terdokumentasian terhadap pemeriksaan pasien pada setiap
langkah perawatan
e.
Lakukan pemeriksaan ditempat tidur untuk
identifikasi, terutama dalam pengumpulan patologi, pemberian obat tau sebelum
perawatan (intervensi bedah, infus dan perawatan medis)
f.
Memfasilitasi kepatuhan staf klinis dan
administrasi terhadap kebijakan, prosedur dan protokol identifikasi pasien
g.
Patuhi semua prosedur pemeriksaan untuk
idntifikasi pasien yang positif\
h.
Libat pasien atau pengasuh/kelurga
informal sebagai tambahan untuk mengidentifikasi pasien
i.
Mendidik pasien dan keluarga dan perawat
informal tentang resiko kesalahan identifikasi pasien
j.
Memberdayakan dan melibatkan anggota
keluargauntuk menjadi mitra aktif dalam perawatan dalam identifikasi pasien dan
untuk menciptakan budaya perawatan kesehatan dimana kerabat atau pengasuh dapat
dengan� berani mengungkapkan kehawatirannya.
Dengan
identifikasi yang efektif dapat meningkatkan keselamatan pasien mengurangi
kesalahan dalam pelaksanaan asuhan dan tindakan medis.
Identifikasi pasien merupakan hal harus dilakukan, melakukan identifikasi
dengan benar harus dilaksanakan dalam setiap melakukan tindakan pemberian
terapi dan transfusi. Namun masih banyak yang tidak melakukan identifikasi
dengan benar ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ning et al., 2016), (Waaseth et al., 2019), (Muhammad et al., 2019). Dan kurangnya
kepatuhan dalam protokol keselamatan sehingga salah pasien dan dosis obat (Cabilan & Hines, 2017) (Hwang & Sung, 2016). Ini juga
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Reinikainen et al., 2018) dan (Pournamdar & Zare, 2016) (Souza et al., 2019) mereka
menemukan 77% kesalahan dalam proses pemberian terapi yang mengakibatkan
insiden karena kesalahan dalam mengidentifikasi pasien, dan untuk mencegah
kesalahan tersebut perlu dilakukan perhatian lebih dan kroscek ulang minimal 2x
pengecekan dan interaksi yang lebih dengan pasien, serta pelatihan yang
relevan. Penelitian yang lain juga menyatakan hal yang sama dengan
mengklasifikasikan menjadi 6 jenis kejadian yaitu: jatuh, obat-obatan, cedera
tekanan, agresi,dan masalah pendokumentasian (Wang et al., 2017), (Vrbnjak et al., 2016). Menurut (Khammarnia et al., 2015), (Members et al., 2010) bahwa masalah
kesalahan identifikasi pasien masalah utama keselamatan pasien dalam lingkungan
layanan kesehatan dengan demikian mereka melakukan penelitian tentang
keefektifan pemakaian pemindaian obat dengan kode batang gelang dapat
mengurangi kesalahan medis sekitar 57,5%. Dengan demikian pengguna barcode
identitas pasien yang baik meliputi nama, nomor rekam medik. Penelitian yang
dilakukan oleh (Green et al., 2018) dan (Furukawa et al., 2017) kalau kesalahan
identifikasi juga bisa terjadi pada pemberian darah yang sehingga perlu identifikasi
yang spesifik sebelum pemberiannya. Dan penelitian yang dilakukan oleh (Neshat et al., 2017)� kesalahan dalam pemberian transfusi adalah
identifikasi pasien, pelabelan, transfusi atau komponen darah pengambilan
sampel dan akibat dari kesalahan identifikasi transfusi darah dapat menyebabkan
kesakitan bahkan kematian.
Dengan demikian ter1ihat kesa1ahan identifikasi pada pasien dapat berdampak
terhadap terhadap kese1amatan pasien dan menyebabkan insiden yang bisa
mengancam nyawa bahkan kematian.
Setelah dilakukan sintesis yang komprehensif yang menggambarkan pentingnya
identifikasi pasien pada saat melakukan tindakan kepada pasien yang dilakukan
oleh perawat, dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang berdampak terhadap
keselamatan pasien.
Pelakasanaan Identifikasi terhadap pemberian terapi, transfusi dan
pemeriksaan penunjang sangat berdampak dalam keselamatan pasien. Dan semua
kesalahan dalam pelaksanaan identifikasi yang disebabkan banyak faktor. Faktor
� faktor yang banyak menyebabkan kesalahan dalam pelaksanaan identifikasi
diantara akibat kelalain, beban kerja, jumlah tenaga yang kurang. Dan ini dapat
dikurangi dengan pemakaian ID band, pelaksanaan pelatihan, pengawasan dan
pelaporan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya identifikasi pada pasien.
Dan ditemukan cara baru untuk mengurangi kesa1ahan identifikasi dengan
menggunakan barcode ID berbasis komputer dengan prosentasi penurunan kesa1ahan
sampai 98%.
Kelalaian (Negligence)
Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti
malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian.
Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar
sehingga mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno et al., 2005). Negligence,
dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang seharusnya
dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati) (Winkler et al., 1994). Dapat
disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya dilakukan
pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan tindakan dibawah
standar yang telah ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan adalah seorang
perawat tidak mempergunakan tingkat keterampilan dan ilmu pengetahuan
keperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat pasien atau orang yang
terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.
Jenis-jenis,kelalaian
Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut (Sampurno et al., 2005), sebagai
berikut:
a.
Malfeasance : yaitu melakukan tindakan
yang melanggar hukum atau tidak tepat/layak, misal: melakukan tindakan
keperawatan tanpa indikasi yang memadai/tepat.
b.
Misfeasance : yaitu melakukan pilihan
tindakan keperawatan yang tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat, misal:
melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi prosedur
c.
Nonfeasance : Adalah tidak melakukan
tindakan keperawatan yang merupakan kewajibannya, misal: pasien seharusnya
dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak dilakukan.
(Sampurno et al., 2005), menyampaikan
bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi
4 unsur, yaitu:
a.
Duty atau kewajiban tenaga kesehatan
untuk melakukan tindakan atau untuk tidak melakukan tindakan tertentu terhadap
pasien tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.
b.
Dereliction of the duty atau
penyimpangan kewajiban
c.
Damage atau kerugian, yaitu segala
sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari layanan
kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.
d.
Direct cause relationship atau hubungan
sebab akibat yang nyata, dalam hal ini harus terdapat hubungan sebab akibat
antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang setidaknya menurunkan �Proximate
cause� Liabilitas dalam praktek keperawatan Liabilitas adalah tanggungan yang
dimiliki oleh seseorang terhadap setiap tindakan atau kegagalan melakukan
tindakan.
Perawat profesional, seperti halnya tenaga kesehatan lain mempunyai
tanggung jawab terhadap setiap bahaya yang ditimbulkan dari kesalahan
tindakannya. Tanggungan yang dibebankan perawat dapat berasal dari kesalahan
yang dilakukan oleh perawat baik berupa tindakan kriminal kecerobohan dan
kelalaian. Seperti telah didefinisikan diatas bahwa kelalaian merupakan
kegagalan. Beberapa situasi yang berpotensial menimbulkan tindakan kelalaian
dalam keperawatan diantaranya yaitu :
���� Kesalahan
pemberian obat,
���� Mengabaikan
keluhan pasien,
���� Kesalahan
mengidentifikasi masalah klien,
���� Kelalaian
di ruang operasi,
���� Timbulnya
kasus decubitus selama dalam perawatan,
���� Kelalaian
terhadap keamanan dan keselamatan pasien: contoh yang sering ditemukan adalah
kejadian pasien jatuh yang sesungguhnya dapat dicegah jika perawat
memperhatikan keamanan tempat tidur pasien
����������� Bila dilihat dari segi etika praktek
keperawatan, bahwa kelalaian merupakan bentuk dari pelanggaran dasar moral
praktek keperawatan baik bersifat pelanggaran autonomy, justice, nonmalefence,
dan penyelesainnya dengan menggunakan dilema etik. Sedangkan dari segi hukum
pelanggaran ini dapat ditujukan bagi pelaku baik secara individu dan profesi
dan juga institusi penyelenggara pelayanan praktek keperawatan, dan bila ini
terjadi kelalaian dapat digolongan perbuatan pidana dan perdata (pasal 339, 360
dan 361KUHP).
Temuan pada hasil kajian literatur ini mampu menjawab pertanyaan penelitian
serta sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya oleh
penulis. O1eh karena pe1aksanaan identifikasi yang tidak benar akan berdampak
terhadap kejadian insiden dirumah sakit.
����������� Sistim pelaporan insiden merupakan
hal yang penting dalam keselamatan pasien dirumah sakit karena 65.4% terjadi
insiden diruang rawat inap,unit perawatan ambulatory 8,4% dan perawatan
intensive 7,4% dan banyak yang melakukan insiden adalah perawat 40.7%, dokter
29,5% dan teknologi medis 13.6% menurut Pelaporan Insiden Keselamatan pasien
nasional Cina tahun 2012-2017 (Liu et al., 2016), (Baek et al., 2020). Dalam
kenyataan dilapangan banyak petugas kesehatan tidak melakukan pelaporan
terhadap kesalahan atau insiden yang mereka lakukan dikarenakan banyak hal dan
alasan (Waaseth et al., 2019). Menurut (Baek et al., 2020) dan (Rashed & Hamdan, 2019), (Soydemir et al., 2017) mengatakan
beberapa hambatan yang dihadapi dalam pelaporan adalah
a.
kejadian Nyaris celaka
���� Karateristik
kejadian/ insiden (frekuensi tidak berbahaya dan tinggi)
���� Kurangnya
pengetahuan
���� Ketidak pastian
���� Takut disalahkan
���� Kurangnya model peran
���� Tanggapan yang tidak pantas
b.
Kejadian buruk atau incidental
���� Perasaan tertekan dan bersalah
���� Fakta bahwa pelaporan tidak wajib
���� Keyakinan
bahwa pelaporan itu bukan bagian dari pekerjaan
���� Kurangnya pendidikan
���� Proses peninjauan setelah
pelaporan
���� Kurangnya kerahasian saat
pelaporan
���� Pelaporan
yang tidak adil berdasarkan pengalaman kerja
���� Persepsi
potensi kesalahan dan stigmasi.
�����������
����������� Sistem pelaporan insiden kritis
dapat menjadi alat penting untuk identifikasi kebutuhan keselamatan organisasi
dan dengan demikian untuk meningkatkan keselamatan pasien (Thygesen et al., 2019)Insiden banyak
menyebab kematian penyebab terbesar adalah setelah komplikasi perawatan pasca
bedah dan medis, lebih dari dua pertiga (69.0%) terjadi selama perawatan dan
27,4% terjadi diruang operasi, proses dan prosedur klinis 55.9%, obat-obatan/
cairan IV (11,2%) dan infeksi/komplikasi terkait 10.4% adalah jenis insiden
umum. (Mitchell, 2016). Semua insiden sebaiknya kita melakukan
pelaporan mengevaluasi serangkaian pendekatan pemodelan sistem untuk menilai
potensi kontribusi mereka pada identifikasi risiko yang mempengaruhi
keselamatan pasien (Simsekler et al., 2018). Pelaporan bisa kita lakukan secara
manual (buku laporan kejadian) dan melalui web. Dan disini manajemen harus
melakukan tindakan terhadap laporan yaitu dengan cara memebrikan umpan balik
tentang insiden dan personal manajemen harus mendukung dan memberikan latihan (Makary & Daniel, 2016).
Kesimpulan
Hasil kajian
literature riview ini menjawab pertanyaana penelitian bahwa pelaksanaan identifikasi dalam pemberian terapi, transfusi dan pemeriksaan penunjang sangat berpengaruh terhadap insiden di Rumah sakit� bila tidak dilaksanakan dengan benar dan efektif. Maka dari
itu pelaksanaan identifikasi harus dilakukan disetiap melakukan pemberian obat, transfusi, pemeriksaan penunjang dan tidakan prosedur medis lainnya seperti
operasi. Karena dapat menyebabkan kelalaian dan malprakek yang dapat mengancam keselamatan pasien. Oleh karena itu Identifikasi pasien yang akurat adalah hal yang esensial dalam keselamatan pasien dalam pengaturan yang berbeda menunjukan bahwa kebijakan sistim identifikasi yang positif dan kerjasama yang lintas disiplin dapat mencegah terjadinya kesalahan identifikasi pasien. Dan diperlukan pengawasan yang lebih dari semua
pihak untuk meningkatkan kesalamatan pasien.
BIBLIOGRAFI
Badouin,
H., Gouzy, J., Grassa, C. J., Murat, F., Staton, S. E., Cottret, L.,
Lelandais-Bri�re, C., Owens, G. L., Carr�re, S., & Mayjonade, B. (2017).
The Sunflower Genome Provides Insights Into Oil Metabolism, Flowering And
Asterid Evolution. Nature, 546(7656), 148�152.
Baek,
Y.-G., Lee, Y.-N., Lee, D.-H., Cheon, S.-H., Kye, S.-J., Park, Y.-R., Si,
Y.-J., Lee, M.-H., & Lee, Y.-J. (2020). A Novel Reassortant Clade 2.3. 4.4
Highly Pathogenic Avian Influenza H5n6 Virus Identified In South Korea In 2018.
Infection, Genetics And Evolution, 78, 104056.
Baker, D.
W. (2017). History Of The Joint Commission�s Pain Standards: Lessons For
Today�s Prescription Opioid Epidemic. Jama, 317(11), 1117�1118.
Benjamin,
E. J., Muntner, P., Alonso, A., Bittencourt, M. S., Callaway, C. W., Carson, A.
P., Chamberlain, A. M., Chang, A. R., Cheng, S., & Das, S. R. (2019). Heart
Disease And Stroke Statistics-2019 Update A Report From The American Heart
Association. Circulation.
Cabilan, C.
J., & Hines, S. (2017). The Short-Term Impact Of Colorectal Cancer
Treatment On Physical Activity, Functional Status And Quality Of Life: A
Systematic Review. Jbi Database Of Systematic Reviews And Implementation
Reports, 15(2), 517�566.
Franklyn,
K., Lau, C. S., Navarra, S. V, Louthrenoo, W., Lateef, A., Hamijoyo, L.,
Wahono, C. S., Le Chen, S., Jin, O., & Morton, S. (2016). Definition And
Initial Validation Of A Lupus Low Disease Activity State (Lldas). Annals Of
The Rheumatic Diseases, 75(9), 1615�1621.
Furukawa,
S., Fujita, T., Shimabukuro, M., Iwaki, M., Yamada, Y., Nakajima, Y., Nakayama,
O., Makishima, M., Matsuda, M., & Shimomura, I. (2017). Increased Oxidative
Stress In Obesity And Its Impact On Metabolic Syndrome. The Journal Of
Clinical Investigation, 114(12), 1752�1761.
Green, L.,
Bolton-Maggs, P., Beattie, C., Cardigan, R., Kallis, Y., Stanworth, S. J.,
Thachil, J., & Zahra, S. (2018). British Society Of Haematology Guidelines
On The Spectrum Of Fresh Frozen Plasma And Cryoprecipitate Products: Their
Handling And Use In Various Patient Groups In The Absence Of Major Bleeding. Br
J Haematol, 181(1), 54�67.
Hwang, K.,
& Sung, W. (2016). Sequence To Sequence Training Of Ctc-Rnns With Partial
Windowing. International Conference On Machine Learning, 2178�2187.
Improvement,
N. H. S. (2019). Safer Patient Flow Bundle. Nhs. Https://Improvement.
Nhs. Uk/Resources/Safer-Patient-Flow �.
Jung, E.
H., Jeon, N. J., Park, E. Y., Moon, C. S., Shin, T. J., Yang, T.-Y., Noh, J.
H., & Seo, J. (2019). Efficient, Stable And Scalable Perovskite Solar Cells
Using Poly (3-Hexylthiophene). Nature, 567(7749), 511�515.
Khammarnia,
M., Haj Mohammadi, M., Amani, Z., Rezaeian, S., & Setoodehzadeh, F. (2015).
Barriers To Implementation Of Evidence Based Practice In Zahedan Teaching
Hospitals, Iran, 2014. Nursing Research And Practice, 2015.
Lake, B.
M., Linzen, T., & Baroni, M. (2019). Human Few-Shot Learning Of
Compositional Instructions. Arxiv Preprint Arxiv:1901.04587.
Liu, K.,
Wang, W., Guo, B.-H., Gao, H., Liu, Y., Liu, X.-H., Yao, H.-L., & Cheng, K.
(2016). Chemical Evidence For Potent Xanthine Oxidase Inhibitory Activity Of
Ethyl Acetate Extract Of Citrus Aurantium L. Dried Immature Fruits. Molecules,
21(3), 302.
Makary, M.
A., & Daniel, M. (2016). Medical Error�The Third Leading Cause Of Death In
The Us. Bmj, 353.
Mcinnes,
L., Healy, J., & Melville, J. (2018). Umap: Uniform Manifold Approximation
And Projection For Dimension Reduction. Arxiv Preprint Arxiv:1802.03426.
Members, W.
G., Lloyd-Jones, D., Adams, R. J., Brown, T. M., Carnethon, M., Dai, S., De
Simone, G., Ferguson, T. B., Ford, E., & Furie, K. (2010). Executive
Summary: Heart Disease And Stroke Statistics�2010 Update: A Report From The
American Heart Association. Circulation, 121(7), 948�954.
Mitchell,
K. (2016). Celebrity Humanitarianism, Transnational Emotion And The Rise Of
Neoliberal Citizenship. Global Networks, 16(3), 288�306.
Muhammad,
T., Ikram, M., Ullah, R., Rehman, S. U., & Kim, M. O. (2019). Hesperetin, A
Citrus Flavonoid, Attenuates Lps-Induced Neuroinflammation, Apoptosis And
Memory Impairments By Modulating Tlr4/Nf-Κb Signaling. Nutrients, 11(3),
648.
Neshat, S.
A., Mohammadi, M., Najafpour, G. D., & Lahijani, P. (2017). Anaerobic
Co-Digestion Of Animal Manures And Lignocellulosic Residues As A Potent
Approach For Sustainable Biogas Production. Renewable And Sustainable Energy
Reviews, 79, 308�322.
Ning, P.,
Gao, L., Zhou, Y., Hu, C., Lin, Z., Gong, C., Guo, K., & Zhang, X. (2016).
Caveolin-1-Mediated Endocytic Pathway Is Involved In Classical Swine Fever
Virus Shimen Infection Of Porcine Alveolar Macrophages. Veterinary
Microbiology, 195, 81�86.
Nykamp, K.,
Anderson, M., Powers, M., Garcia, J., Herrera, B., Ho, Y.-Y., Kobayashi, Y.,
Patil, N., Thusberg, J., & Westbrook, M. (2017). Sherloc: A Comprehensive
Refinement Of The Acmg�Amp Variant Classification Criteria. Genetics In
Medicine, 19(10), 1105�1117.
Pournamdar,
Z., & Zare, S. (2016). Survey Of Medication Error Factors From Nurses� Perspective.
Biology And Medicine, 8(5), 1.
Radomiljac,
A., Davies, C., & Landrigan, T. (2019). Health And Wellbeing Of Adults
In Western Australia 2018, Overview And Trends.
Rashed, A.,
& Hamdan, M. (2019). Physicians� And Nurses� Perceptions Of And Attitudes
Toward Incident Reporting In Palestinian Hospitals. Journal Of Patient
Safety, 15(3), 212�217.
Reinikainen,
J., Tolonen, H., Borodulin, K., H�rk�nen, T., Jousilahti, P., Karvanen, J.,
Koskinen, S., Kuulasmaa, K., M�nnist�, S., & Rissanen, H. (2018).
Participation Rates By Educational Levels Have Diverged During 25 Years In
Finnish Health Examination Surveys. The European Journal Of Public Health,
28(2), 237�243.
S�fholm,
S., Bondesson, �., & Modig, S. (2019). Medication Errors In Primary Health
Care Records; A Cross-Sectional Study In Southern Sweden. Bmc Family
Practice, 20(1), 110.
Sampurno,
Y. A., Borucki, L., Zhuang, Y., Boning, D., & Philipossian, A. (2005). A
Method For Direct Measurement Of Substrate Temperature During Copper Cmp. Journal
Of The Electrochemical Society, 152(7), G537.
Simsekler,
M. C. E., Ward, J. R., & Clarkson, P. J. (2018). Design For Patient Safety:
A Systems-Based Risk Identification Framework. Ergonomics, 61(8),
1046�1064.
Souza, R.,
Lebel, R. M., & Frayne, R. (2019). A Hybrid, Dual Domain, Cascade Of
Convolutional Neural Networks For Magnetic Resonance Image Reconstruction. International
Conference On Medical Imaging With Deep Learning, 437�446.
Soydemir,
D., Seren Intepeler, S., & Mert, H. (2017). Barriers To Medical Error
Reporting For Physicians And Nurses. Western Journal Of Nursing Research,
39(10), 1348�1363.
Thygesen,
K., Alpert, J. S., Jaffe, A. S., Chaitman, B. R., Bax, J. J., Morrow, D. A.,
White, H. D., Mickley, H., Crea, F., & Van De Werf, F. (2019). Fourth
Universal Definition Of Myocardial Infarction (2018). European Heart Journal,
40(3), 237�269.
Van Dongen-Lases,
E. C., Cornes, M. P., Grankvist, K., Ibarz, M., Kristensen, G. B. B., Lippi,
G., Nybo, M., & Simundic, A.-M. (2016). Patient Identification And Tube
Labelling�A Call For Harmonisation. Clinical Chemistry And Laboratory
Medicine (Cclm), 54(7), 1141�1145.
Vrbnjak,
D., Denieffe, S., O�gorman, C., & Pajnkihar, M. (2016). Barriers To
Reporting Medication Errors And Near Misses Among Nurses: A Systematic Review. International
Journal Of Nursing Studies, 63, 162�178.
Waaseth,
M., Adan, A., R�en, I. L., Eriksen, K., Stanojevic, T., Halvorsen, K. H.,
Garcia, B. H., Holst, L., Ulshagen, K. M., & Blix, H. S. (2019). Knowledge
Of Antibiotics And Antibiotic Resistance Among Norwegian Pharmacy Customers�A
Cross-Sectional Study. Bmc Public Health, 19(1), 66.
Wang, M.,
Audi, G., Kondev, F. G., Huang, W. J., Naimi, S., & Xu, X. (2017). The
Ame2016 Atomic Mass Evaluation (Ii). Tables, Graphs And References. Chinese
Physics C, 41(3), 30003.
Winkler, B.
S., Orselli, S. M., & Rex, T. S. (1994). The Redox Couple Between
Glutathione And Ascorbic Acid: A Chemical And Physiological Perspective. Free
Radical Biology And Medicine, 17(4), 333�349.