Jurnal Health Sains: p�ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 3, No. 12, Desember 2022

 

 

PENGARUH PENDAMPINGAN OLEH PENYINTAS KANKER TERHADAP MOTIVASI PASIEN KANKER PAYUDARA DALAM MENJALANI PENGOBATAN

 

Fenti Hasnani, Mumpuni

Poltekkes Kemenkes Jakarta I, Indonesia

Email: [email protected], [email protected]

INFO ARTIKEL

ABSTRAK

Diterima

04 November 2022

Direvisi

12 Desember 2022

Disetujui

25 Desember 2022

Pasien kanker harus didampingi agar tidak terjadi penolakan panjang yang mengakibatkan terapi tertunda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendampingan oleh penyintas kanker terhadap motivasi menjalani pengobatan pada pasien kanker. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode quasi experiment dengan pendekatan Control Group Post test only design atau post tes kelompok control. Penelitian� dilakukan di Rumah Singgah Yayasan Kanker Payudara Indonesia dan RSK Dharmais Jakarta. Sampel berjumlah 64 orang yang dibagi menjadi 32 orang pada kelompok kotrol dan 32 orang pada kelompok intervensi. Intervensi yang diberikan adalah pendampingan oleh penyintas. Data dikumpulkan melalui kuisioner. Berdasarkan uji Mann whitney Test diperoleh nilai signifikansi 0.000 < 0.05 artinya terdapat perbedaan motivasi pasien kanker payudara pada kelompok yang mendapat pendampingan dan kelompok yang tidak mendapat pendampingan. Sehingga diambil kesimpulan bahwa pendampingan oleh penyintas kanker payudara mempengaruhi motivasi pasien kanker payudara. Hal ini dapat didukung pada uji deskriptif yang sudah dilakukan di awal bahwa motivasi pasien kanker kelompok yang diberi pendampingan memperoleh nilai rata-rata lebih besar dibandingkan kelompok yang tidak mendapat pendampingan.

Kata kunci:

Pendampingan; Penyintas; Motivasi; Kanker Payudara.

 

Keywords:

Assistanc; Survivors; Motivation; Breast Cancer.

ABSTRACT

Cancer patients must be accompanied so that long struggles do not occur which result in delayed therapy. This study aims to determine the effect of assistance by cancer survivors on motivation to undergo treatment in cancer patients. This research is a quantitative study with a quasi-experimental method with the Control Group Post test only design approach or the post test control group. The research was conducted at the Indonesian Breast Cancer Foundation Halfway House and Dharmais Hospital Jakarta. The sample consisted of 64 people which were divided into 32 people in the control group and 32 people in the intervention group. The intervention provided is assistance by survivors. Data is collected through a questionnaire.

Based on the Mann Whitney Test, a significance value of 0.000 <0.05 was obtained, meaning that there were differences in the motivation of breast cancer patients in the group that received assistance and the group that did not receive assistance. So it was concluded that assistance by breast cancer survivors affects the motivation of breast cancer patients. This can be supported by the descriptive test that was carried out earlier that the motivation of the cancer patients in the assisted group obtained a higher average value than the group who did not receive assistance.

 


Pendahuluan

Kanker adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti di abad ke-20 dan menyebar lebih jauh dengan terus menerus dan meningkat insidennya di abad ke-21 (Roy & Saikia, 2016). Data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru kanker payudara menduduki peringkat pertama dari seluruh kejadian kanker yang ada di Indonesia dengan 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia. Jumlah� kematian akibat kanker payudara menduduki peringkat 2 setelah kanker paru dengan jumlah� 22.430 (9,6%) kematian (Soerjomataram & Bray, 2021).

Upaya pencegahan dan pengendalian kanker di Indonesia, khususnya dua jenis kanker terbanyak di Indonesia, yaitu kanker payudara dan leher rahim, pemerintah telah melakukan berbagai upaya antara lain deteksi dini kanker payudara dan kanker leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun dengan menggunakan metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) untuk payudara dan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk leher rahim. Tahapan dalam pengobatan kanker dibagi menjadi tiga, yaitu Kemoterapi, Radiasi, dan Operasi (Sukohar & Arisandi, 2016). Tahapan tersebut memakan waktu yang panjang dalam prosesnya. Protokol pengobatan kanker memerlukan waktu lebih kurang 2 tahun, kemudian selesai pengobatan akan ada observasi kepada pasien selama 5 tahun, kemudian dinyatakan sembuh dan disebut survivor atau penyintas kanker selama jika selama 5 tahun tidak kambuh, efek pengobatan yang panjang ini akan meningkatkan stress pada pasien (Suwaryo et al., 2022).

Menurut Cancer Information and Support Center (CISC), seseorang yang telah di diagnosis kanker jangan pernah dibiarkan sendiri menghadapi kondisinya dan sebaiknya didampingi oleh orang-orang terdekatnya. Pasien kanker harus didampingi agar tidak terjadi penolakan panjang. Masa penolakan merupakan tahap yang pasti dihadapi oleh orang yang divonis kanker, memberontak karena masih belum percaya dirinya mendapat penyakit berat. Masa penolakan yang panjang berakibat pada terapi yang tertunda, padahal penyakit terus berkembang dan butuh segera ditangani. Untuk itu, pendampingan dari orang terdekat atau komunitas penyintas kanker akan membantu mereka untuk memperpendek masa penolakan (Susanto & Sari, 2016).

Pendampingan dapat meningkatkan kemampuan pasien. Bagi pasien kanker payudara yang sedang menjalani kemoterapi, dapat memberikan panduan untuk identifikasi pasien yang cocok untuk perawatan paliatif khusus rawat jalan (Anita, 2016).

Pendampingan sosial adalah suatu bentuk hubungan antara pendamping dengan klien yang bertujuan untuk memberikan suatu solusi penyelesaian masalah yang tidak mampu diselesaikan oleh klien, pedampingan sosial juga selain betujuan untuk memberikan pemecahan masalah, ternyata pendampingan sosial juga diperlukan memberikan penguatan, motivasi, dukungan, serta memberdayakan suatu masyarakat yang dianggap kurang mampu hidup secara mandiri dan butuh pendampingan sosial agar mampu melanjutkan kehidupan yang baik ditengah kondisi mereka yang lemah, dan salah satunya adalah perempuan penderita kanker. Perempuan penderita kanker merupakan perempuan yang mengidap penyakit sagat berbahaya yang dapat merenggut nyawa mereka, maka dari itu mereka butuh pendampingan sosial. Sebab mereka menjalani hari-harinya dengan rasa sakit yang luar biasa sehingga mereka mebutuhkan motivasi dan dukungan untuk melanjutkan kehidupan mereka (Darmayanti et al., 2021). Dalam hal ini dukungan yang positif sangat dibutuhkan, karena hal tersebut dapat lebih memotivasi pasien dalam menjalani kemoterapinya (Hui et al., 2016). Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku (Uno, 2021).

Motivasi merupakan faktor penting dalam memulai pengobatan, menghadapi komplikasi, dan berpartisipasi dalam program rehabilitasi (Hosseini et al., 2021). Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa dukungan sosial berguna dalam membentuk motivasi. Beberapa peneliti telah mendefinisikan motivasi sebagai fenomena spiritual atau keagamaan (Roberts & Maxfield, 2018).

Body image positif pada pasien yang menilai dukungan sosialnya mendukung dikarenakan dukungan sosial membuat seseorang merasa dicintai dan diperhatikan serta diterima keadaanya. Dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Adaptasi seeorang terhadap kanker dan terapinya dipengaruhi oleh sumber psikososial seperti dukungan sosial (Tasripiyah, 2012).

Pendamping di Komunitas Penyintas kanker di Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) umumnya merupakan penyintas dengan kasus yang sama yaitu kanker payudara. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah masuk ke persoalan dan berbagi pengalaman ketika melakukan pendampingan. Dengan masuk komunitas, pasien kanker dapat melihat dan bertukar cerita sehingga dapat menyikapi masalahnya dengan realistis. Proses pendampingan yang dilakukan oleh penyintas kanker merupakan bentuk dukungan sosial. Penyakit kanker memiliki beberapa penatalaksanaan dan membutuhkan waktu pengobatan yang cukup lama. Salah satu penanganan kanker yang memakan waktu lama adalah pengobatan kemoterapi. Kondisi dan penanganan penyakit kanker dengan kemoterapi dapat menimbulkan stress, sehingga tidak saja mempengaruhi kondisi fisik, tetapi juga kondisi psikologis pasien sehingga dukungan sosial diharapkan dapat membangkitkan motivasi pasien kanker yang menjalani kemoterapi di rumah sakit untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih baik (Anggreani & Rustamadji, 2022).

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pendampingan oleh penyintas kanker terhadap motivasi pasien kanker payudara dalam menjalani pengobatan

�

Metode Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Singgah Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) dan Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan kunjungan rumah (home visit) dengan tujuan untuk melihat secara langsung proses pendampingan yang dilakukan oleh sukarelawan-sukarelawan yang juga survivor dari Yayasan Kanker Payudara Indonesia. Sampel sebanyak 64 responden yang terdiri dari 32 responden untuk kelompok control dan 32 responden untuk kelompok intervensi. Analisa data dilakukan dengan cara univariat, bivariat dan multivariat.

 

Hasil dan Pembahasan


 

Tabel 1.

Distribusi Responden Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol


Variabel

Intervensi

Kontrol

n

%

n

%

1. Umur

 

 

 

 

� <40 tahun

19

59.38

9

28.13

� 41-50 tahun

4

12.50

9

28.13

� >51 tahun

9

28.13

14

43.75

2. Pendidikan tertinggi

 

 

 

 

� SMA/SMU

18

56.25

11

34.38

� S1

12

37.50

9

28.13

� S2

12

6.25

12

37.50

3. Pekerjaan

 

 

 

 

� Ibu Rumah Tangga/Tidak� Bekerja

24

75.00

11

34.38

� PNS

2

6.25

9

28.13

� Swasta

6

18.75

12

37.50

4. Lama Dirawat

 

 

 

 

� <6 bulan

8

25.00

11

34.38

� 7-12 bulan

14

43.75

10

31.25

� >13 bulan

10

31.25

11

34.38

5. Perawatan Ke-

 

 

 

 

� Pertama

18

56.25

15

46.88

� Kedua

12

37.5

9

28.13

� Ketiga atau lebih

2

6.25

8

25.00

�6. Sejak kapan mengetahui diagnose penyakit

 

 

 

 

� Pertama kali terdiagnosis

26

81.25

16

50.00

� Setelah 1 bulan menjalani perawatan

4

12.50

10

31.25

� Setelah 3 bulan menjalani perawatan

2

6.25

6

18.75

 


Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat responden pada kelompok intervensi terbesar berada pada usia <40 tahun adalah 59,38%,� pendidikan tertinggi adalah SMU� 56,25%, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebesar 75%, lamanya perawatan 7-12 bulan adalah 43,75% dan yang mendapat pendampingan sebesar 56,25%. Sedangkan pada kelompok control, responden terbanyak berada pada usia >51 tahun 43,75%, 37,50% memiliki pendidikan S2, 37,50% berprofesi sebagai pekerja swasta, telah menjalani perawatan kurang dari 6 bulan dan lebih dari 12 bulan sama-sama berada pada angka 34,38%, tidak mendapat pendampingan (46,88%) baru pertama kali melakukan perawatan di Rumah Sakit atau Rumah Singgah YKPI dan 50%� baru mengetahui penyakitnya pada saat pertama berobat/memeriksakan dirinya di pelayanan kesehatan.


 

Tabel 2.

Descriptive Statistics

 

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Motivasi Intervensi

32

16

20

18.88

1.601

Motivasi Kontrol

32

10

12

10.31

.644

Valid N (listwise)

32

 

 

 

 



Hasil analisis univariat menggunakan uji statistik deskriptif menurut jenis datanya uji deskriptif di atas diketahui bahwa motivasi pada kelompok intervensi mendapat nilai skor rata-rata sebesar 18.88 dengan nilai minimum 16 dan nilai maksimum 20. Sedangkan motivasi pada kelompok kontrol memperoleh nilai skor rata-rata 10.31 dengan nilai minimum 10 dan nilai maksimum 12.


Tabel 4.5

Test Statisticsa

 

Motivasi

Mann-Whitney U

.000

Wilcoxon W

528.000

Z

-7.214

Asymp. Sig. (2-tailed)

.000

a. Grouping Variable: Kelompok


 


Berdasarkan uji Mann whitney test� diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan motivasi pasien kanker payudara pada kelompok yang mendapat pendampingan (intervensi) dan kelompok yang tidak mendapat pendampingan (kontrol). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pendampingan oleh penyintas kanker payudara mempengaruhi motivasi pasien kanker payudara. Hal ini dapat didukung pada uji deskriptif yang sudah dilakukan di awal bahwa motivasi pasien kanker kelompok yang diberi pendampingan memperoleh nilai rata-rata lebih besar dibandingkan kelompok yang tidak mendapat pendampingan.

Motivasi merupakan faktor penting dalam memulai pengobatan, menghadapi komplikasi dan berpartisipasi dalam program rehabilitasi (Hosseini et al., 2021). Bagi pasien kanker payudara yang sedang menjalani kemoterapi dengan pendampingan oleh penyintas, dukungan positif sangat dibutuhkan, karena hal tersebut dapat lebih memotivasi pasien dalam menjalani kemoterapi. Hal ini sejalan dengan pendapat (Roberts & Maxfield, 2018) yang mengatakan bahwa dukungan sosial berguna dalam membentuk motivasi. Beberapa peneliti telah mendefinisikan motivasi sebagai fenomena spiritual atau keagamaan (Roberts & Maxfield, 2018).

Perempuan penderita kanker merupakan perempuan yang mengidap penyakit sagat berbahaya yang dapat merenggut nyawa mereka, maka dari itu mereka butuh pendampingan sosial. Sebab mereka menjalani hari-harinya dengan rasa sakit yang luar biasa sehingga mereka mebutuhkan motivasi dan dukungan untuk melanjutkan kehidupan mereka (Darmayanti et al., 2021). Dalam hal ini dukungan yang positif sangat dibutuhkan, karena hal tersebut dapat lebih memotivasi pasien dalam menjalani kemoterapinya (Hui et al., 2016). Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku �(Uno, 2021). Hal ini menjawab permasalahan mengenai dengan meningkatnya jumlah pasien kanker, karena itu komunitas kesehatan masyarakat dapat melayani para penyintas kanker dengan lebih baik. Meskipun ada semakin banyak alat yang dapat membantu pasien, perawat, dan dokter dalam menavigasi berbagai fase kesintasan kanker, sumber daya (pendampingan) diperlukan untuk mengoptimalkan perawatan.

Bagi pasien kanker payudara yang sedang menjalani kemoterapi, dukungan yang positif sangat dibutuhkan, karena hal tersebut dapat lebih memotivasi pasien dalam menjalani kemoterapinya. Dalam literatur terbaru, motivasi pasien masih merupakan konsep yang ambigu, terutama pada penyakit kronis seperti kanker. Dengan kemajuan kedokteran, kelangsungan hidup relatif pasien kanker meningkat. Misalnya, pada kanker payudara, peluang bertahan hidup 1, 10, dan 15 tahun setelah diagnosis masing-masing adalah 90, 82, dan 75% (Siegel Rebecca & Miller Kimberly, 2019).

Spiritualitas merupakan komponen penting dari kesehatan dan kesejahteraan umum pasien kanker dan tekanan spiritual memiliki dampak negatif pada kualitas hidup pasien kanker. Hal ini menjadikan implementasi intervensi berbasis spiritualitas penting untuk mendukung kesejahteraan spiritual pasien kanker. Spiritualitas dan kesejahteraan spiritual telah terbukti memiliki efek positif pada pasien kanker (Puchalski et al., 2019). Tekanan spiritual dapat mengakibatkan status kesehatan yang lebih buruk termasuk kualitas hidup pada pasien kanker. Pasien kanker seringkali melewati tahapan-tahapan emosional pada diri dan keluarganya, karena itu mendampingi pasien kanker menjadi sangat penting bagi pasien dan seluruh keluarga. Selama proses pendampingan ada beberapa hal yang harus dihindari dalam mendampingi pasien kanker seperti tidak peduli, tidak disiplin, tidak ramah, pendamping yang terkesan meremehkan penyakit dan menyalahkan pola hidup pasien, memojokkan pasien dalam bertindak dan mengambil keputusan serta memberikan nasihat medis kepada pasien kanker bagi pendamping non medis. Pemberian nasihat hanya boleh dilakukan jika pasien meminta nasehat tersebut. Merendahkan sifat dan sikap pasien terhadap Tuhannya harus menjadi perhatian bagi pendamping. Kepercayaan pada kekuatan Sang Pencipta dan pemikiran positif dapat dikategorikan sebagai harapan bagi pasien yang dapat meningkatkan motivasi. Perhatian yang diberikan oleh pendamping pasien kanker terutama pada aspek psikologis dan sosial, perawatan spiritual telah berhasil membuat pasien memiliki harapan untuk hidupnya.

Penelitian ini telah menunjukkan pentingnya intervensi berbasis spiritualitas dan spiritualitas dalam perawatan pasien kanker, bagaimana perawatan spiritual dapat diimplementasikan dalam lingkup perawatan pasien dengan kanker dan memberikan integrasi perawatan spiritual dalam onkologi. Skrining spiritual penting untuk memberikan informasi awal tentang pasien dalam keadaan darurat spiritual. Skrinning ini bisa dilakukan oleh pendamping pasien, keluarga, perawat dan orang-rang terdekat lainnya. Spiritualitas penting, pada wanita Afrika-Amerika ini menghadapi kanker payudara. Pendamping yang mendukung juga berfungsi sebagai aset penting sepanjang pengalaman hidup kanker payudara. Pasien kanker payudara menyatakan perlunya kelompok pendukung/pendamping kanker payudara yang sensitif secara budaya (Henderson et al., 2003).

Pemahaman konsep motivasi penyembuhan pada pasien kanker dapat membantu perawat dalam memberikan dukungan psikososial kepada pasien dan keluarganya (Hosseini et al., 2021).

Dalam hal ini keluarga merupakan orang terdekat yang memiliki peran penting dalam memberikan kesembuhan dan meningkatkan status kesehatan pasien karena keluarga memiliki ikatan fisik dan emosional yang kuat dengan pasien dalam aktivitas pasien sehari-hari. Beberapa pasien yang berpartisipasi dalam penelitian ini menyatakan bahwa rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap orang lain memotivasi mereka untuk sembuh. Mereka ingin berperan dan mendukung anggota keluarga mereka serta mencegah anggota keluarga mereka merasakan kesedihan akibat penyakit yang dialami pasien. Rasa memiliki terhadap anggota keluarga adalah motivasi untuk menaklukkan penyakit dan berjuang untuk pulih sesegera mungkin. Rasa memiliki difasilitasi oleh penyampaian rasa hormat dan perhatian. Sebaliknya, individu yang tidak memiliki rasa memiliki memiliki motivasi yang rendah untuk sembuh (Henderson et al., 2003).

Setiap pasien memiliki kebutuhan dan tanggung jawab yang berbeda setiap hari. Pasien dengan latar belakang tingkat pendidikan dan pekerjaan yang berbeda tetap menjalankan tugas, meskipun berurusan dengan beebagai efek samping yang muncul akibat pengobatan kanker seperti kelelahan, mual, dan jumlah darah yang lebih rendah dari normal. Hal-hal inilah yang membuat pasien mengevaluasi kembali prioritas dalam hidupnya selama menjalani pengobatan, mencari tahu apa yang membuat pasien tetap termotivasi setiap hari, dan meminimalkan hal-hal yang tidak penting dalam hidupnya.



Kesimpulan

Pendampingan oleh penyintas mempengaruhi motivasi pasien kanker payudara. Pendampingan dapat meningkatkan kemampuan pasien.� Pendampingan sangat memberi pengaruh baik dalam meningkatkan motivasi menjalani pengobatan pada pasien kanker payudara.� Pada proses pendampingan, Pendamping memberikan informasi mengenai pengobatan dan perawatan, pendampingan fisik, pikiran dan emosi stabil serta pendampingan spiritual.

Keluarga pasien juga mendapatkan motivasi yang diberikan oleh pendamping selama melakukan kunjungan rumah sehingga pasien dan keluarga memiliki motivasi untuk terus menjalani pengobatan. Makna motivasi dapat memberikan kesembuhan pada pasien kanker. Kesembuhan adalah keinginan alami pasien untuk bertahan hidup. Pasien menjadi lebih waspada untuk mempertahankan hidupnya dan menunjukkan kemauan untuk hidup. Rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap orang lain (keluarga) yang terbentuk selama masa-masa sulit hidup dengan kanker menyebabkan pasien memahami kepentingan diri sendiri dan memperkuat harapan dan rencana masa depannya. Optimisme tentang masa depan perawatan, berpikir positif, keyakinan dalam perawatan, dan mengandalkan kekuatan sang Khalik yang telah menciptakan dan memperkuat motivasi penyembuhan pada pasien kanker. Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pengalaman pasien kanker dan dapat bermanfaat bagi para peneliti yang tertarik merancang alat untuk pengukuran motivasi penyembuhan pada pasien kanker dan perawat yang ingin menerapkan intervensi untuk meningkatkan motivasi pasien


dalam perawatan pasien kanker.

 


 

BIBLIOGRAFI

 

Anggreani, I., & Rustamadji, P. (2022). Association Between Clinicopathological Profile And Recurrence Of Invasive Breast Carcinoma In Anatomical Pathology Fkui/Rscm. Majalah Patologi Indonesia, 31(2), 455�461.Google Scholar

 

Anita, A. (2016). Perawatan Paliatif Dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Jurnal Kesehatan, 7(3), 508�513. Google Scholar

 

Darmayanti, R. R., Jumadi, J., & Tenri Awaru, A. O. (2021). Pendampingan Sosial Terhadap Perempuan Penderita Kanker Dalam Komunitas Think Survive Di Kota Makassar. Phinisi Integration Review, 4(2), 220�228. Google Scholar

 

Henderson, P. D., Gore, S. V, Davis, B. L., & Condon, E. H. (2003). African American Women Coping With Breast Cancer: A Qualitative Analysis. Oncology Nursing Forum, 30(4). Google Scholar

 

Hosseini, F., Alavi, N. M., Mohammadi, E., & Sadat, Z. (2021). Motivation For Healing In Cancer Patients: A Qualitative Study. Iranian Journal Of Nursing And Midwifery Research, 26(6), 555. Google Scholar

 

Hui, D., Mori, M., Watanabe, S. M., Caraceni, A., Strasser, F., Saarto, T., Cherny, N., Glare, P., Kaasa, S., & Bruera, E. (2016). Referral Criteria For Outpatient Specialty Palliative Cancer Care: An International Consensus. The Lancet Oncology, 17(12), E552�E559. Google Scholar

 

Puchalski, C. M., Sbrana, A., Ferrell, B., Jafari, N., King, S., Balboni, T., Miccinesi, G., Vandenhoeck, A., Silbermann, M., & Balducci, L. (2019). Interprofessional Spiritual Care In Oncology: A Literature Review. Esmo Open, 4(1), E000465. Google Scholar

 

Roberts, J. R., & Maxfield, M. (2018). Examining The Relationship Between Religious And Spiritual Motivation And Worry About Alzheimer�s Disease In Later Life. Journal Of Religion And Health, 57(6), 2500�2514. Google Scholar

 

Roy, P. S., & Saikia, B. (2016). Cancer And Cure: A Critical Analysis. Indian Journal Of Cancer, 53(3), 441. Google Scholar

 

Siegel Rebecca, L., & Miller Kimberly, D. (2019). Jemal Ahmedin. Cancer Statistics, 2019. Ca: A Cancer Journal For Clinicians, 69(1), 7�34. Google Scholar

 

Soerjomataram, I., & Bray, F. (2021). Planning For Tomorrow: Global Cancer Incidence And The Role Of Prevention 2020�2070. Nature Reviews Clinical Oncology, 18(10), 663�672. Google Scholar

 

Sukohar, A., & Arisandi, R. (2016). Seledri (Apium Graveolens L) Sebagai Agen Kemopreventif Bagi Kanker. Jurnal Majority, 5(2), 95�100. Google Scholar

 

Susanto, P., & Sari, S. M. (2016). Penerapan Pendekatan Healing Environment Pada Rumah Perawatan Paliatif Bagi Penderita Kanker. Intra, 4(2), 352�360. Google Scholar

 

Suwaryo, P. A. W., Ns, S. K., & Kep, M. (2022). Urgensi Gerakan 3t (Tracing, Testing, Treatment). Terapi Komplementer Pada Masa Pandemi, 49. Google Scholar

 

Tasripiyah, A. S. (2012). Hubungan Koping Dan Dukungan Sosial Dengan Body Image Pasien Kanker Payudara Post Mastektomi Di Poli Bedah Onkologi Rshs Bandung. Students E-Journal, 1(1), 33. Google Scholar

 

Uno, H. B. (2021). Teori Motivasi Dan Pengukurannya: Analisis Di Bidang Pendidikan. Bumi Aksara. Google Scholar

 


 

Copyright holder :

Fenti Hasnani, Mumpuni (2022)

 

First publication right :

Jurnal Health Sains

 

This article is licensed under: