Jurnal Health Sains:
p�ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398 |
Vol. 3, No. 12, Desember 2022 |
PENGARUH PENDAMPINGAN OLEH PENYINTAS KANKER
TERHADAP MOTIVASI PASIEN KANKER PAYUDARA DALAM MENJALANI PENGOBATAN
Fenti Hasnani, Mumpuni
Poltekkes Kemenkes
Jakarta I, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 04 November 2022 Direvisi 12 Desember 2022 Disetujui 25 Desember 2022 |
Pasien kanker harus didampingi agar tidak terjadi penolakan panjang yang mengakibatkan terapi tertunda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendampingan oleh penyintas kanker terhadap motivasi menjalani pengobatan pada pasien kanker. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode quasi experiment dengan pendekatan Control Group
Post test only design atau
post tes kelompok
control. Penelitian� dilakukan
di Rumah Singgah Yayasan Kanker Payudara Indonesia dan
RSK Dharmais Jakarta. Sampel
berjumlah 64 orang yang dibagi
menjadi 32 orang pada kelompok
kotrol dan 32 orang pada kelompok
intervensi. Intervensi
yang diberikan adalah pendampingan oleh penyintas.
Data dikumpulkan melalui kuisioner. Berdasarkan uji Mann
whitney Test diperoleh nilai signifikansi 0.000 <
0.05 artinya terdapat perbedaan motivasi pasien kanker payudara pada kelompok yang mendapat pendampingan dan kelompok yang tidak mendapat pendampingan. Sehingga diambil kesimpulan bahwa pendampingan oleh penyintas kanker payudara mempengaruhi motivasi pasien kanker payudara. Hal ini dapat didukung pada uji deskriptif yang sudah dilakukan di awal bahwa motivasi pasien kanker kelompok yang diberi pendampingan memperoleh nilai rata-rata lebih besar dibandingkan kelompok yang tidak mendapat pendampingan. |
Kata kunci: Pendampingan; Penyintas; Motivasi; Kanker Payudara. |
|
Keywords: Assistanc; Survivors; Motivation;
Breast Cancer. |
ABSTRACT Cancer patients must be accompanied so that long struggles do not occur
which result in delayed therapy. This study aims to determine the effect of
assistance by cancer survivors on motivation to undergo treatment in cancer
patients. This research is a quantitative study with a quasi-experimental
method with the Control Group Post test only design
approach or the post test control group. The
research was conducted at the Indonesian Breast Cancer Foundation Halfway
House and Dharmais Hospital Jakarta. The sample
consisted of 64 people which were divided into 32 people in the control group
and 32 people in the intervention group. The intervention provided is
assistance by survivors. Data is collected through a questionnaire. Based on the Mann Whitney Test, a significance value of 0.000 <0.05
was obtained, meaning that there were differences in the motivation of breast
cancer patients in the group that received assistance and the group that did
not receive assistance. So it was concluded that
assistance by breast cancer survivors affects the motivation of breast cancer
patients. This can be supported by the descriptive test that was carried out
earlier that the motivation of the cancer patients in the assisted group
obtained a higher average value than the group who did not receive
assistance. |
Pendahuluan
Kanker adalah salah satu
penyakit yang paling ditakuti
di abad ke-20 dan menyebar lebih jauh dengan
terus menerus dan meningkat insidennya di abad ke-21 (Roy & Saikia, 2016).
Data Globocan tahun 2020, jumlah kasus baru
kanker payudara menduduki peringkat pertama dari seluruh
kejadian kanker yang ada di Indonesia dengan 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker
di Indonesia. Jumlah�
kematian akibat kanker payudara menduduki peringkat 2 setelah kanker paru dengan jumlah� 22.430 (9,6%) kematian
(Soerjomataram & Bray, 2021).
Upaya pencegahan dan pengendalian
kanker di Indonesia, khususnya
dua jenis kanker terbanyak di Indonesia, yaitu kanker payudara
dan leher rahim, pemerintah telah melakukan berbagai upaya antara lain deteksi dini kanker
payudara dan kanker leher rahim pada perempuan usia 30-50 tahun dengan menggunakan
metode Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS) untuk payudara dan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk leher rahim.
Tahapan dalam pengobatan kanker dibagi menjadi tiga, yaitu Kemoterapi,
Radiasi, dan Operasi (Sukohar & Arisandi, 2016).
Tahapan tersebut memakan waktu yang panjang dalam prosesnya.
Protokol pengobatan kanker memerlukan waktu lebih kurang
2 tahun, kemudian selesai pengobatan akan ada observasi
kepada pasien selama 5 tahun, kemudian dinyatakan sembuh dan disebut survivor atau penyintas kanker selama jika
selama 5 tahun tidak kambuh, efek
pengobatan yang panjang ini akan meningkatkan
stress pada pasien (Suwaryo et al., 2022).
Menurut Cancer Information and Support Center (CISC), seseorang
yang telah di diagnosis kanker
jangan pernah dibiarkan sendiri menghadapi kondisinya dan sebaiknya didampingi oleh
orang-orang terdekatnya. Pasien
kanker harus didampingi agar tidak terjadi penolakan panjang. Masa penolakan merupakan tahap yang pasti dihadapi oleh orang yang divonis kanker, memberontak karena masih belum percaya
dirinya mendapat penyakit berat. Masa penolakan yang panjang berakibat pada terapi yang tertunda, padahal penyakit terus berkembang dan butuh segera ditangani. Untuk itu, pendampingan
dari orang terdekat atau komunitas penyintas kanker akan membantu mereka
untuk memperpendek masa penolakan (Susanto & Sari, 2016).
Pendampingan dapat meningkatkan
kemampuan pasien. Bagi pasien kanker
payudara yang sedang menjalani kemoterapi, dapat memberikan panduan untuk identifikasi
pasien yang cocok untuk perawatan paliatif khusus rawat jalan (Anita, 2016).
Pendampingan sosial adalah
suatu bentuk hubungan antara pendamping dengan klien yang bertujuan untuk memberikan suatu solusi penyelesaian
masalah yang tidak mampu diselesaikan oleh klien, pedampingan sosial juga selain betujuan untuk memberikan pemecahan masalah, ternyata pendampingan sosial juga diperlukan memberikan penguatan, motivasi, dukungan, serta memberdayakan suatu masyarakat yang dianggap kurang mampu hidup
secara mandiri dan butuh pendampingan sosial agar mampu melanjutkan kehidupan yang baik ditengah kondisi
mereka yang lemah, dan
salah satunya adalah perempuan penderita kanker. Perempuan penderita kanker merupakan perempuan yang mengidap penyakit sagat berbahaya yang dapat merenggut nyawa mereka, maka dari
itu mereka butuh pendampingan sosial. Sebab mereka
menjalani hari-harinya dengan rasa sakit yang luar biasa sehingga
mereka mebutuhkan motivasi dan dukungan untuk melanjutkan kehidupan mereka (Darmayanti et al., 2021).
Dalam hal ini dukungan yang positif sangat dibutuhkan, karena hal tersebut
dapat lebih memotivasi pasien dalam menjalani kemoterapinya (Hui et al., 2016).
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku (Uno, 2021).
Motivasi merupakan faktor
penting dalam memulai pengobatan, menghadapi komplikasi, dan berpartisipasi dalam program rehabilitasi (Hosseini et al., 2021).
Beberapa penelitian sebelumnya menemukan bahwa dukungan sosial berguna dalam membentuk motivasi. Beberapa peneliti telah mendefinisikan motivasi sebagai fenomena spiritual atau keagamaan (Roberts & Maxfield, 2018).
Body image positif pada pasien yang menilai dukungan sosialnya mendukung dikarenakan dukungan sosial membuat seseorang merasa dicintai dan diperhatikan serta diterima keadaanya. Dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Adaptasi seeorang terhadap kanker dan terapinya dipengaruhi oleh sumber psikososial seperti dukungan sosial (Tasripiyah, 2012).
Pendamping di Komunitas Penyintas
kanker di Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) umumnya
merupakan penyintas dengan kasus yang sama yaitu kanker
payudara. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah masuk ke
persoalan dan berbagi pengalaman ketika melakukan pendampingan. Dengan masuk komunitas,
pasien kanker dapat melihat dan bertukar cerita sehingga dapat menyikapi masalahnya dengan realistis. Proses pendampingan yang dilakukan oleh penyintas kanker merupakan bentuk dukungan sosial. Penyakit kanker memiliki beberapa penatalaksanaan dan membutuhkan waktu pengobatan yang cukup lama. Salah satu penanganan kanker yang memakan waktu lama adalah pengobatan kemoterapi. Kondisi dan penanganan penyakit kanker dengan kemoterapi
dapat menimbulkan stress, sehingga tidak saja mempengaruhi kondisi fisik, tetapi juga kondisi psikologis pasien sehingga dukungan sosial diharapkan dapat membangkitkan motivasi pasien kanker yang menjalani kemoterapi di rumah sakit untuk mencapai
derajat kesehatan yang lebih baik (Anggreani & Rustamadji, 2022).
Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui pengaruh pendampingan oleh penyintas kanker terhadap motivasi pasien kanker payudara
dalam menjalani pengobatan
�
Metode Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Rumah Singgah Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI)
dan Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta. Dalam penelitian ini peneliti juga melakukan kunjungan rumah (home visit) dengan tujuan untuk melihat
secara langsung proses pendampingan yang dilakukan oleh sukarelawan-sukarelawan yang juga survivor dari Yayasan Kanker Payudara Indonesia. Sampel sebanyak 64 responden yang terdiri dari 32 responden untuk kelompok control dan 32 responden
untuk kelompok intervensi. Analisa data dilakukan
dengan cara univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1.
Distribusi Responden
Pada Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol
Variabel |
Intervensi |
Kontrol |
||
n |
% |
n |
% |
|
1. Umur |
|
|
|
|
� <40 tahun |
19 |
59.38 |
9 |
28.13 |
� 41-50 tahun |
4 |
12.50 |
9 |
28.13 |
� >51 tahun |
9 |
28.13 |
14 |
43.75 |
2.
Pendidikan tertinggi |
|
|
|
|
� SMA/SMU |
18 |
56.25 |
11 |
34.38 |
� S1 |
12 |
37.50 |
9 |
28.13 |
� S2 |
12 |
6.25 |
12 |
37.50 |
3.
Pekerjaan |
|
|
|
|
� Ibu Rumah Tangga/Tidak� Bekerja |
24 |
75.00 |
11 |
34.38 |
� PNS |
2 |
6.25 |
9 |
28.13 |
� Swasta |
6 |
18.75 |
12 |
37.50 |
4. Lama
Dirawat |
|
|
|
|
� <6 bulan |
8 |
25.00 |
11 |
34.38 |
� 7-12 bulan |
14 |
43.75 |
10 |
31.25 |
� >13 bulan |
10 |
31.25 |
11 |
34.38 |
5.
Perawatan Ke- |
|
|
|
|
� Pertama |
18 |
56.25 |
15 |
46.88 |
� Kedua |
12 |
37.5 |
9 |
28.13 |
� Ketiga atau lebih |
2 |
6.25 |
8 |
25.00 |
�6. Sejak kapan mengetahui diagnose penyakit |
|
|
|
|
� Pertama kali terdiagnosis |
26 |
81.25 |
16 |
50.00 |
� Setelah 1 bulan menjalani perawatan |
4 |
12.50 |
10 |
31.25 |
� Setelah 3 bulan menjalani perawatan |
2 |
6.25 |
6 |
18.75 |
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat responden pada kelompok intervensi
terbesar berada pada usia <40 tahun adalah 59,38%,� pendidikan tertinggi adalah SMU� 56,25%, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
sebesar 75%, lamanya perawatan 7-12 bulan adalah 43,75% dan yang mendapat
pendampingan sebesar 56,25%. Sedangkan pada kelompok control, responden
terbanyak berada pada usia >51 tahun 43,75%, 37,50% memiliki pendidikan S2,
37,50% berprofesi sebagai pekerja swasta, telah menjalani perawatan kurang dari
6 bulan dan lebih dari 12 bulan sama-sama berada pada angka 34,38%, tidak
mendapat pendampingan (46,88%) baru pertama kali melakukan perawatan di Rumah
Sakit atau Rumah Singgah YKPI dan 50%�
baru mengetahui penyakitnya pada saat pertama berobat/memeriksakan
dirinya di pelayanan kesehatan.
Tabel
2.
Descriptive Statistics
|
N |
Minimum |
Maximum |
Mean |
Std. Deviation |
Motivasi Intervensi |
32 |
16 |
20 |
18.88 |
1.601 |
Motivasi Kontrol |
32 |
10 |
12 |
10.31 |
.644 |
Valid N (listwise) |
32 |
|
|
|
|
Hasil
analisis univariat menggunakan uji statistik deskriptif menurut jenis datanya
uji deskriptif di atas diketahui bahwa motivasi pada kelompok intervensi
mendapat nilai skor rata-rata sebesar 18.88 dengan nilai minimum 16 dan nilai
maksimum 20. Sedangkan motivasi pada kelompok kontrol memperoleh nilai skor
rata-rata 10.31 dengan nilai minimum 10 dan nilai maksimum 12.
Tabel 4.5
Test
Statisticsa |
|
|
Motivasi |
Mann-Whitney
U |
.000 |
Wilcoxon
W |
528.000 |
Z |
-7.214 |
Asymp. Sig. (2-tailed) |
.000 |
a.
Grouping Variable: Kelompok |
Berdasarkan
uji Mann whitney test� diatas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.000
< 0.05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan motivasi
pasien kanker payudara pada kelompok yang mendapat pendampingan (intervensi)
dan kelompok yang tidak mendapat pendampingan (kontrol). Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa pendampingan oleh penyintas kanker payudara mempengaruhi
motivasi pasien kanker payudara. Hal ini dapat didukung pada uji deskriptif
yang sudah dilakukan di awal bahwa motivasi pasien kanker kelompok yang diberi
pendampingan memperoleh nilai rata-rata lebih besar dibandingkan kelompok yang
tidak mendapat pendampingan.
Motivasi
merupakan faktor penting dalam memulai pengobatan, menghadapi komplikasi dan
berpartisipasi dalam program rehabilitasi (Hosseini et al., 2021). Bagi pasien kanker payudara yang sedang menjalani
kemoterapi dengan pendampingan oleh penyintas, dukungan positif sangat
dibutuhkan, karena hal tersebut dapat lebih memotivasi pasien dalam menjalani
kemoterapi. Hal ini sejalan dengan pendapat (Roberts & Maxfield, 2018) yang mengatakan bahwa dukungan sosial berguna dalam
membentuk motivasi. Beberapa peneliti telah mendefinisikan motivasi sebagai
fenomena spiritual atau keagamaan (Roberts & Maxfield, 2018).
Perempuan
penderita kanker merupakan perempuan yang mengidap penyakit sagat berbahaya
yang dapat merenggut nyawa mereka, maka dari itu mereka butuh pendampingan
sosial. Sebab mereka menjalani hari-harinya dengan rasa sakit yang luar biasa
sehingga mereka mebutuhkan motivasi dan dukungan untuk melanjutkan kehidupan
mereka (Darmayanti et al., 2021).
Dalam hal ini dukungan yang positif sangat dibutuhkan, karena hal tersebut
dapat lebih memotivasi pasien dalam menjalani kemoterapinya (Hui et al., 2016). Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan
seseorang bertingkah laku �(Uno, 2021).
Hal ini menjawab permasalahan mengenai dengan
meningkatnya jumlah pasien kanker, karena itu komunitas kesehatan masyarakat
dapat melayani para penyintas kanker dengan lebih baik. Meskipun ada semakin
banyak alat yang dapat membantu pasien, perawat, dan dokter dalam menavigasi
berbagai fase kesintasan kanker, sumber daya (pendampingan) diperlukan untuk
mengoptimalkan perawatan.
Bagi pasien
kanker payudara yang sedang menjalani kemoterapi, dukungan yang positif sangat
dibutuhkan, karena hal tersebut dapat lebih memotivasi pasien dalam menjalani
kemoterapinya. Dalam literatur terbaru, motivasi pasien masih merupakan konsep
yang ambigu, terutama pada penyakit kronis seperti kanker. Dengan kemajuan
kedokteran, kelangsungan hidup relatif pasien kanker meningkat. Misalnya, pada
kanker payudara, peluang bertahan hidup 1, 10, dan 15 tahun setelah diagnosis
masing-masing adalah 90, 82, dan 75% (Siegel Rebecca & Miller Kimberly, 2019).
Spiritualitas
merupakan komponen penting dari kesehatan dan kesejahteraan umum pasien kanker
dan tekanan spiritual memiliki dampak negatif pada kualitas hidup pasien
kanker. Hal ini menjadikan implementasi intervensi berbasis spiritualitas
penting untuk mendukung kesejahteraan spiritual pasien kanker. Spiritualitas
dan kesejahteraan spiritual telah terbukti memiliki efek positif pada pasien
kanker (Puchalski et al., 2019). Tekanan spiritual dapat mengakibatkan status
kesehatan yang lebih buruk termasuk kualitas hidup pada pasien kanker. Pasien
kanker seringkali melewati tahapan-tahapan emosional pada diri dan keluarganya,
karena itu mendampingi pasien kanker menjadi sangat penting bagi pasien dan
seluruh keluarga. Selama proses pendampingan ada beberapa hal yang harus
dihindari dalam mendampingi pasien kanker seperti tidak peduli, tidak disiplin,
tidak ramah, pendamping yang terkesan meremehkan penyakit dan menyalahkan pola
hidup pasien, memojokkan pasien dalam bertindak dan mengambil keputusan serta memberikan
nasihat medis kepada pasien kanker bagi pendamping non medis. Pemberian nasihat
hanya boleh dilakukan jika pasien meminta nasehat tersebut. Merendahkan sifat
dan sikap pasien terhadap Tuhannya harus menjadi perhatian bagi pendamping.
Kepercayaan pada kekuatan Sang Pencipta dan pemikiran positif dapat
dikategorikan sebagai harapan bagi pasien yang dapat meningkatkan motivasi.
Perhatian yang diberikan oleh pendamping pasien kanker terutama pada aspek
psikologis dan sosial, perawatan spiritual telah berhasil membuat pasien
memiliki harapan untuk hidupnya.
Penelitian ini
telah menunjukkan pentingnya intervensi berbasis spiritualitas dan
spiritualitas dalam perawatan pasien kanker, bagaimana perawatan spiritual
dapat diimplementasikan dalam lingkup perawatan pasien dengan kanker dan
memberikan integrasi perawatan spiritual dalam onkologi. Skrining spiritual
penting untuk memberikan informasi awal tentang pasien dalam keadaan darurat
spiritual. Skrinning ini bisa dilakukan oleh pendamping pasien, keluarga,
perawat dan orang-rang terdekat lainnya. Spiritualitas penting, pada wanita
Afrika-Amerika ini menghadapi kanker payudara. Pendamping yang mendukung juga
berfungsi sebagai aset penting sepanjang pengalaman hidup kanker payudara.
Pasien kanker payudara menyatakan perlunya kelompok pendukung/pendamping kanker
payudara yang sensitif secara budaya (Henderson et al., 2003).
Pemahaman
konsep motivasi penyembuhan pada pasien kanker dapat membantu perawat dalam
memberikan dukungan psikososial kepada pasien dan keluarganya (Hosseini et al., 2021).
Dalam hal ini
keluarga merupakan orang terdekat yang memiliki peran penting dalam memberikan
kesembuhan dan meningkatkan status kesehatan pasien karena keluarga memiliki
ikatan fisik dan emosional yang kuat dengan pasien dalam aktivitas pasien
sehari-hari. Beberapa pasien yang berpartisipasi dalam penelitian ini
menyatakan bahwa rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap orang lain
memotivasi mereka untuk sembuh. Mereka ingin berperan dan mendukung anggota
keluarga mereka serta mencegah anggota keluarga mereka merasakan kesedihan akibat
penyakit yang dialami pasien. Rasa memiliki terhadap anggota keluarga adalah
motivasi untuk menaklukkan penyakit dan berjuang untuk pulih sesegera mungkin. Rasa memiliki difasilitasi
oleh penyampaian rasa hormat dan perhatian. Sebaliknya, individu yang tidak
memiliki rasa memiliki memiliki motivasi yang rendah untuk sembuh (Henderson et al., 2003).
Setiap pasien
memiliki kebutuhan dan tanggung jawab yang berbeda setiap hari. Pasien dengan
latar belakang tingkat pendidikan dan pekerjaan yang berbeda tetap menjalankan
tugas, meskipun berurusan dengan beebagai efek samping yang muncul akibat
pengobatan kanker seperti kelelahan, mual, dan jumlah darah yang lebih rendah
dari normal. Hal-hal inilah yang membuat pasien mengevaluasi kembali prioritas
dalam hidupnya selama menjalani pengobatan, mencari tahu apa yang membuat
pasien tetap termotivasi setiap hari, dan meminimalkan hal-hal yang tidak
penting dalam hidupnya.
Kesimpulan
Pendampingan
oleh penyintas mempengaruhi
motivasi pasien kanker payudara. Pendampingan dapat meningkatkan kemampuan pasien.� Pendampingan sangat memberi pengaruh baik dalam
meningkatkan motivasi menjalani pengobatan pada pasien kanker payudara.� Pada proses pendampingan,
Pendamping memberikan informasi mengenai pengobatan dan perawatan, pendampingan fisik, pikiran dan emosi stabil serta pendampingan
spiritual.
Keluarga
pasien juga mendapatkan motivasi yang diberikan oleh pendamping selama melakukan kunjungan rumah sehingga pasien dan keluarga memiliki motivasi untuk terus menjalani
pengobatan. Makna motivasi dapat memberikan kesembuhan pada pasien kanker. Kesembuhan adalah keinginan alami pasien untuk bertahan
hidup. Pasien menjadi lebih waspada
untuk mempertahankan hidupnya dan menunjukkan kemauan untuk hidup.
Rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap orang lain (keluarga) yang terbentuk selama masa-masa sulit hidup dengan kanker
menyebabkan pasien memahami kepentingan diri sendiri dan memperkuat harapan dan rencana masa depannya. Optimisme tentang masa depan perawatan, berpikir positif, keyakinan dalam perawatan, dan mengandalkan kekuatan sang Khalik yang telah menciptakan dan memperkuat motivasi penyembuhan pada pasien kanker. Penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pengalaman
pasien kanker dan dapat bermanfaat bagi para peneliti yang tertarik merancang alat untuk pengukuran
motivasi penyembuhan pada pasien kanker dan perawat yang ingin menerapkan intervensi untuk meningkatkan motivasi pasien
dalam perawatan pasien kanker.
BIBLIOGRAFI
Anggreani, I., & Rustamadji, P. (2022). Association
Between Clinicopathological Profile And Recurrence Of Invasive Breast Carcinoma
In Anatomical Pathology Fkui/Rscm. Majalah Patologi Indonesia, 31(2),
455�461.Google Scholar
Anita, A. (2016).
Perawatan Paliatif Dan Kualitas Hidup Penderita Kanker. Jurnal Kesehatan,
7(3), 508�513. Google Scholar
Darmayanti, R. R.,
Jumadi, J., & Tenri Awaru, A. O. (2021). Pendampingan Sosial Terhadap
Perempuan Penderita Kanker Dalam Komunitas Think Survive Di Kota Makassar. Phinisi
Integration Review, 4(2), 220�228. Google Scholar
Henderson, P. D., Gore,
S. V, Davis, B. L., & Condon, E. H. (2003). African American Women Coping
With Breast Cancer: A Qualitative Analysis. Oncology Nursing Forum, 30(4).
Google Scholar
Hosseini, F., Alavi, N.
M., Mohammadi, E., & Sadat, Z. (2021). Motivation For Healing In Cancer
Patients: A Qualitative Study. Iranian Journal Of Nursing And Midwifery
Research, 26(6), 555. Google Scholar
Hui, D., Mori, M.,
Watanabe, S. M., Caraceni, A., Strasser, F., Saarto, T., Cherny, N., Glare, P.,
Kaasa, S., & Bruera, E. (2016). Referral Criteria For Outpatient Specialty
Palliative Cancer Care: An International Consensus. The Lancet Oncology,
17(12), E552�E559. Google Scholar
Puchalski, C. M., Sbrana,
A., Ferrell, B., Jafari, N., King, S., Balboni, T., Miccinesi, G., Vandenhoeck,
A., Silbermann, M., & Balducci, L. (2019). Interprofessional Spiritual Care
In Oncology: A Literature Review. Esmo Open, 4(1), E000465.
Google Scholar
Roberts, J. R., &
Maxfield, M. (2018). Examining The Relationship Between Religious And Spiritual
Motivation And Worry About Alzheimer�s Disease In Later Life. Journal Of
Religion And Health, 57(6), 2500�2514. Google Scholar
Roy, P. S., & Saikia,
B. (2016). Cancer And Cure: A Critical Analysis. Indian Journal Of Cancer,
53(3), 441. Google Scholar
Siegel Rebecca, L., &
Miller Kimberly, D. (2019). Jemal Ahmedin. Cancer Statistics, 2019. Ca: A
Cancer Journal For Clinicians, 69(1), 7�34. Google Scholar
Soerjomataram, I., &
Bray, F. (2021). Planning For Tomorrow: Global Cancer Incidence And The Role Of
Prevention 2020�2070. Nature Reviews Clinical Oncology, 18(10),
663�672. Google Scholar
Sukohar, A., &
Arisandi, R. (2016). Seledri (Apium Graveolens L) Sebagai Agen Kemopreventif
Bagi Kanker. Jurnal Majority, 5(2), 95�100. Google Scholar
Susanto, P., & Sari,
S. M. (2016). Penerapan Pendekatan Healing Environment Pada Rumah Perawatan
Paliatif Bagi Penderita Kanker. Intra, 4(2), 352�360. Google Scholar
Suwaryo, P. A. W., Ns, S.
K., & Kep, M. (2022). Urgensi Gerakan 3t (Tracing, Testing, Treatment). Terapi
Komplementer Pada Masa Pandemi, 49. Google Scholar
Tasripiyah, A. S. (2012).
Hubungan Koping Dan Dukungan Sosial Dengan Body Image Pasien Kanker Payudara
Post Mastektomi Di Poli Bedah Onkologi Rshs Bandung. Students E-Journal,
1(1), 33. Google Scholar
Uno, H. B. (2021). Teori
Motivasi Dan Pengukurannya: Analisis Di Bidang Pendidikan. Bumi Aksara.
Google Scholar
Copyright holder : Fenti Hasnani, Mumpuni (2022) |
First publication right : Jurnal Health Sains This article is licensed under: |