Jurnal Health Sains: p–ISSN : 2723-4339 e-ISSN : 2548-1398

Vol. 1, No. 6, Desember 2020                                           

 

PENGARUH PELATIHAN KADER KESEHATAN JIWA DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN, KETERAMPILAN, SIKAP, PERSEPSI DAN SELF EFFICACY KADER KESEHATAN JIWA DALAM MERAWAT ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA

 

Linda Amiyati Hasan, Ayu Pratiwi, Rina Puspita Sari

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) YATSI Tangerang Banten, Indonesia

Email: [email protected], [email protected],  [email protected]

 

INFO ARTIKEL

ABSTRAK

Tanggal diterima: 5 Desember 2020

Tanggal revisi: 15 Desember 2020

Tanggal yang diterima: 25

  Desember 2020                        

Tujuan Mereview dan membandingkan kesamaan beberapa hasil penelitian tentang pengaruh pelatihan kader kesehatan jiwa terhadap peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap, persepsi dan self efficacy dalam merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Metodem Literature review dengan pendekatan PRISMA dengan tahun terbit artikel 2016 sampai Juni 2020. Pencarian artikel selama Juni 2020 menggunakan lima Database Pubmed, Sciencedirect, Portal Garuda, Directory Open Access Journals (DOAJ) dan Google Scholar untuk artikel dengan desain quasi eksperimen. Hasil Dari keenam artikel menyatakan ada pengaruh pelatihan kader kesehatan jiwa terhadap peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap, persepsi dan self efficacy dalam merawat ODGJ. Metode pelatihan yang digunakan diantaranya ceramah, demonstrasi, diskusi kelompok, sketsa kasus, permainan peran, studi kasus dan kunjungan rumah. Jumlah sampel dalam artikel rentang 27- 62 responden. Diskusi dan Kesimpulan: Kader kesehatan jiwa baik yang baru maupun lama memerlukan pelatihan sebagai penyegaran dan meningkatkan kemampuan terhadap ilmu atau metode yang baru. Pelatihan yang diberikan kepada kader kesehatan jiwa dilakukan agar ada perubahan perilaku dengan meningkatnya self efficacy dalam diri kader

                                                        kesehatan jiwa.                                                                   

Kata kunci:

Gangguan jiwa; Kader kesehatan jiwa; Pelatihan.

 


Pendahuluan

Kesehatan jiwa merupakan keadaan seseorang yang mampu secara fisik, mental, spiritual dan sosial, sehingga sadar akan kemampuannya dalam mengatasi tekanan, produktif dalam pekerjaan dan bermanfaat bagi masyarakat (P. R. Indonesia, 2014). Koping individu yang tidak berkembang dengan baik dapat menyebabkan terjadinya gangguan jiwa (Sulistiowati et al., 2015). Gangguan jiwa terjadi jika ada penyimpangan perilaku akibat adanya permasalahan dalam emosi sehingga terlihat tidak wajar dalam


aktivitas sehari-hari dengan menurunnya fungsi kejiwaan (Iswanti & Lestari, 2018).

Masalah kesehatan jiwa menjadi permasalahan di Dunia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 diketahui kurang lebih 35 juta orang dengan gangguan depresi, 60 juta orang dengan gangguan bipolar, 21 juta dengan gangguan skizofrenia dan 47,5 juta dengan gangguan dimensia (I. D. Indonesia & Association, 2016). Di Indonesia data kasus gangguan jiwa berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2018) terjadi peningkatan kasus


gangguan jiwa dari 1.728 pada tahun 2013 menjadi 282.654 pada tahun 2018 (Kemenkes,

2019).

Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi dengan kasus gangguan jiwa berat terbanyak di Indonesia. Pada tahun 2013 prevalensi gangguan jiwa berat adalah 1,6 per mil dan mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2018 yaitu sebesar 6 per mil (Kemenkes, 2019). Kabupaten Tangerang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Banten dengan jumlah kasus gangguan jiwa dalam 3 tahun terakhir sebanyak 2.328 kasus pada tahun 2017 dan 2.784 pada tahun 2018 dan 3.378 kasus pada tahun 2019 (Dinkes Kabupaten Tangerang, 2019).

Permasalahan akan bertambah dengan meningkatnya jumlah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), tidak hanya bagi individu dan keluarga ODGJ namun akan berpengaruh bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Begitu pula untuk kesembuhan ODGJ dapat dilakukan oleh keluarga dibantu masyarakat sekitar. Keterlibatan masyarakat sekitar akan meningkatkan kepercayaan pasien gangguan jiwa karena merasa diterima oleh lingkungannya. Keterlibatan masyarakat sekitar dapat melalui kader kesehatan jiwa yang merupakan perpanjangan tangan petugas Puskesmas di masyarakat (Rosiana & Himawan, 2015).

Kader kesehatan jiwa memiliki interaksi yang erat dengan masyarakat sehingga mempunyai posisi yang strategis dan efektif dalam memberikan informasi dan melakukan deteksi dini masalah kesehatan di lingkungan sekitarnya. Kader kesehatan jiwa merupakan bagian dari masyarakat dilingkungannya sehingga lebih mudah diterima. Kader kesehatan jiwa adalah masyarakat yang peduli dengan kesehatan masyarakat di sekitarnya dan sampai saat ini seringkali menjadi sumber rujukan dalam penanganan berbagai masalah kesehatan di lingkungannya.

Partisipasi kader dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat pendidikan


formal, status pekerjaan, status ekonomi dan tingkat pengetahuan yang diperoleh melalui pelatihan. Apabila dibandingkan antara kader yang mengikuti pelatihan dengan kader yang tidak pernah mengikuti pelatihan, ternyata kader yang mengikuti pelatihan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik. Pengetahuan kader tentang kesehatan, khususnya kesehatan jiwa akan mempengaruhi perilaku kader untuk berperan serta dalam mengatasi setiap permasalahan kesehatan (Istiani, 2016).

Beberapa penelitian membuktikan efektifitas pelatihan kesehatan terhadap persepsi kader. Penelitian (Indrawati et al., 2019) membuktikan bahwa pelatihan berpengaruh terhadap persepsi kader kesehatan jiwa dalam merawat ODGJ di Puskesmas II Dentim Kota Denpasar Provinsi Bali. Penelitian (Astuti et al., 2014) membuktikan bahwa ada peningkatan pengetahuan kader dalam perawatan ODGJ setelah diberikan pelatihan di Puskesmas Sawangan Kabupaten Magelang. Hasil penelitian (Istiani, 2016) membuktikan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara pelatihan terhadap sikap dan pengetahuan kader dalam deteksi dini ODGJ di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul.

Jumlah ODGJ di Puskesmas Panongan Kabupaten Tangerang pada tahun 2017 sebanyak 15 orang, tahun 2018 berjumlah 79 orang dan tahun 2019 sebanyak 272 orang. Terjadi peningkatan jumlah ODGJ secara signifikan dari tahun ke tahun. Untuk pembagian Wilayah kerja Puskesmas Panongan Kabupaten Tangerang melayani 8 desa dengan 96 Posyandu. Pada bulan Desember 2019 dilakukan survey dimana didapatkan data bahwa kader kesehatan jiwa dari 96 Posyandu di Puskesmas Panongan Kabupaten Tangerang masih sangat terbatas. Hasil survey didapatkan hanya 1 kader kesehatan jiwa dari total keseluruhan 480 kader di Puskesmas Panongan Kabupaten Tangerang. Terbatasnya jumlah kader


kesehatan jiwa tidak sebanding dengan jumlah ODGJ yang terus bertambah. Oleh karena itu, perlu dilakukan rangkuman penelitian tentang pengaruh pelatihan kader kesehatan jiwa dalam        peningkatan    pengetahuan, keterampilan, sikap, persepsi dan self efficacy kader kesehatan jiwa dalam merawat ODGJ.

 

Metode Penelitian

Pencarian artikel dilakukan dengan strategi pencarian dengan identifikasi kata pelatihan kader kesehatan jiwa digunakan sebagai istilah pencarian utama di setiap judul artikel yang diambil. Beberapa kata kunci digunakan                                 dengan             format  Population- Intervention-Comparison-Outcome     (PICO) terdiri dari ‘pelatihan kader kesehatan jiwa’ OR ‘pelatihan kader jiwa’ AND ‘pengetahuan’ AND ‘keterampilan’ AND ‘sikap’ AND ‘persepsi’    AND   ‘self   efficancy’.   Untuk database                          berbasis                                    Bahasa                         Inggris menggunakan kata kunci ‘mental candre training’ AND ‘knowledge’ AND ‘skills’ AND ‘attitude’ AND ‘perception’ AND ‘self efficancy’. Sumber informasi menggunakan database    Pubmed,     Sciencedirect,    Portal Garuda, Directory Open Access Journals (DOAJ) dan Google Schoolar untuk mencari artikel yang relevan selama Juni 2020. Kriteria inklusi: Artikel penelitian dilakukan terhadap kader   kesehatan          jiwa;                 tentang pelatihan terhadap kader kesehatan jiwa; diterbitkan dalam jurnal, skripsi dan tesis; Tahun terbit artikel 2016 sampai Juni 2020; bentuk desain quasi experiment with or without control; diterbitkan dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan full text. Untuk kriteria eksklusi dalam pencarian: Artikel dengan penelitian deskriptif, cross sectional, kualitatif dan mix methods; Artikel yang diterbitkan dalam format tinjauan artikel seperti literature review dan systematic review.


Hasil dan Pembahasan

Hasil pencarian menggunakan format PRISMA dengan database Pubmed teridentifikasi 21 artikel, sciencedirect sebanyak 3 artikel, DOAJ sebanyak 2 artikel, Google Schoolar sebanyak 27 artikel dan Portal Garuda sebanyak 7 artikel dengan total keseluruhan 60 artikel. Selanjutnya dilakukan screening berdasarkan duplikasi atau kesamaan artikel sebanyak 12 artikel dan tersisa 48 artikel yang selanjutnya artikel tersebut dilakukan eligibility atau kelayakan berdasarkan judul, abstrak dan full text artikel sebanyak 28 artikel dan tersisa 20 artikel. Selanjutnya menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi dan didapatkan 6 artikel yang memenuhi kriteria. Untuk 14 artikel yang lain dikeluarkan karena penelitian menggunakan desain deskriptif 7 artikel, cross sectional 2 artikel, kualitatif sebanyak 4 artikel dan mix methods 1 artikel yang tergambar dalam diagram dibawah ini.


Diagram 1

Pencarian Artikel dengan Format PRISMA

 

(Febrianto et al., 2019) Desain quasi eksperimen dengan pretest posttest tanpa kontrol. Sampel sebanyak 62 responden dengan judul Peningkatan Pengetahuan Kader Tentang Deteksi Dini Kesehatan Jiwa Melalui Pendidikan Kesehatan Jiwa dengan hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan kader dalam deteksi dini gangguan jiwa sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.


(Yani & Murtadho, 2020), Desain quasi eksperimen dengan pretest posttest tanpa kontrol. Sampel sebanyak 45 responden. Pelatihan Posyandu Kesehatan Jiwa Berbasis IT Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Ketrampilan Kader di Desa Bongkot, dengan hasil Terdapat peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader setelah pelatihan secara significant.

(Indrawati et al., 2019), Desain quasi eksperimen dengan pretest posttest tanpa kontrol. Sampel sebanyak 27 responden, Dengan judul Pengaruh Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa Terhadap Persepsi Kader dalam Merawat ODGJ, dan Hasil penelitian didapatkan bahawa ada peningkatan persepsi kader dalam merawat ODGJ setelah dilakukan pelatihan.

(H. Purnomo et al., 2018) Desain quasi eksperimen dengan pretest posttest tanpa kontrol. Sampel sebanyak 33 responden. Dengan judul Promosi Kesehatan untuk Mengetahui Perubahan Pengetahuan, Sikap dan Kecenderungan Berperilaku pada Kader yang Ada Anggota Masyarakatnya Mengalami Gangguan Jiwa di Kabupaten Sukoharjo dengan hasil penelitian didapatkan adanya peningkatan pengetahuan, sikap dan kecenderungan perilaku kader kesehatan jiwa posttest promosi kesehatan dibandingkan pretest tentang perawatan pasien ODGJ di Kabupaten Sukoharjo.

Dan (Sutarjo et al., 2016)Desain quasi eksperimen dengan pretest posttest dengan kontrol. Sampel sebanyak 32 responden untuk kelompok intervensi. 33 responden untuk kelompok kontrol. Dengan judul Pengaruh Pelatihan Community Mental Health Nursing pada Self Efficacy dan Keterampilan Kader Kesehatan Jiwa dengan hasil perubahan nilai self efficacy dan keterampilan kader setelah pelatihan CHMN kader kesehatan jiwa pada kelompok intervensi dan kelompok control.

Artikel yang menyebutkan pengetahuan terdapat empat artikel. Keempat artikel menyatakan adanya peningkatan pengetahuan


tehadap kader antara hasil pretest/sebelum pelatihan dan posttest/setelah pelatihan. Penelitian (Murtadho, 2019) dilakukan dengan

45 sampel satu kelompok yang diberikan pelatihan. Pelatihan Posyandu berbasis IT yang diberikan berupa pemberian materi dimana sampel dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dengan materi pengetahuan kesehatan jiwa, tanda dan gejala yang menyertai. Bermain peran dilakukan setelah pemberian materi selesai dengan pendampingan fasilitator. Hasil pretest dan posttest pengetahuan peserta pelatihan didapatkan hasil yang signifikan dengan nilai P 0,003 < 0,05 (α).

Penelitian yang dilakukan (Febrianto et al., 2019) dengan jumlah 62 sampel satu kelompok. Pemaparan pengetahuan yang diberikan melalui pendidikan kesehatan berupa materi yang dilakukan dengan metode ceramah. Pengukuran pengetahuan dilakukan pretest dan posttest pendidikan kesehatan dengan hasil secara statistik ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan kader.

Penelitian (H. J. Purnomo et al., 2018) dilakukan dengan sampel 33 responden satu kelompok. Intervensi yang diberikan kepada sampel berupa promosi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan responden. Hasil pengukuran pretest menunjukan pengetahuan responden dengan rerata 19,30 dan posttest dengan rerata 20,36 dengan nilai p sebesar 0,044 < 0,05 (α) yang berarti signifikan. Maka dapat diartikan ada peningkatan pengetahuan kader kesehatan jiwa setelah diberikan promosi kesehatan.

Untuk penelitian di luar Indonesia penulis menemukan penelitian di Uganda yang dilakukan oleh (Akol et al., 2017) dengan sampel 36 responden yang terdiri dari kader, perawat dan bidan. Pelatihan Child and Adolescent Mental Health (CAMH) dengan rujukan menggunakan kurikulum berdasarkan mhGAP-IG versi 1.0 dan slide PowerPoint dari Asosiasi Internasional Anak dan Remaja.


Pelatihan residensial dilakukan selama 5 hari berlangsung pada September-Oktober 2015, pelatihan kelas disampaikan dengan menggunakan campuran metode pengajaran termasuk kuliah, diskusi kelompok, sketsa kasus dan permainan peran. Semua peserta menerima materi referensi. Hasil penelitian didapatkan kader memiliki skor rerata pre dan posttest yang secara signifikan lebih tinggi daripada perawat dan bidan (p < 0,05). Nilai rerata kader meningkat dari sebelum ujian hingga setelah ujian; perbedaan antara skor rerata pre dan posttest adalah 20% untuk kader dan 18% untuk perawat dan bidan. Implikasi utama penelitian ini adanya peningkatan sumber daya manusia untuk CAMH di Uganda bahwa perawat dan kader sama-sama mampu meningkatkan pengetahuan CAMH mereka dari pelatihan singkat dalam layanan, meskipun berbagai paparan konsep kesehatan mental selama pelatihan pra-layanan.

Kader kesehatan jiwa merupakan sumber tenaga yang berada dekat dengan masyarakat dan dapat diberdayakan dalam mendukung program keperawatan kesehatan jiwa komunitas/KKJK (Keliat et al., 2011). Teori (Notoatmodjo, 2012) dikatakan bahwa pelatihan merupakan suatu proses belajar yang didalamnya terdapat proses pertumbuhan dan perkembangan kearah yang lebih baik. Sedangkan (Bluestone et al., 2013) mengartikan pelatihan sebagai aktivitas pembelajaran interaktif dan terintegrasi secara klinis yang penting dalam menanamkan pengetahuan dan keterampilan.

Hal ini berarti bahwa pengetahuan kader kesehatan jiwa akan meningkat tentang kesehatan jiwa karena mendapatkan masukan atau tambahan ilmu tentang kesehatan jiwa saat mengikuti pelatihan. Untuk peningkatan pengetahuan dengan metode apa yang paling efektif, penulis tidak dapat membandingkan keempat artikel karena artikel menggunakan pengkategorian dan cara penghitungan yang berbeda. Namun, dari keempat artikel tersebut


terdapat peningkatan pengetahuan antara nilai sebelum dan sesudah intervensi (H. J. Purnomo et al., 2018) peningkatan pengetahuan sebelum dengan rerata 19,30 dan sesudah dengan rerata 20,36; (Akol et al., 2017) didapatkan pengetahuan sebelum 56,2 dan sesudah 66,8; (Febrianto et al., 2019) dengan hasil pengetahuan sebelum kategori cukup 53,3% dan sesudah kategori baik 66,1%; sedangkan penelitian (Murtadho, 2019) di dapatkan pengetahuan sebelum rentang 3-5 dan sesudah 4-9). Menurut penulis peningkatan pengetahuan kader kesehatan jiwa sangat penting dalam melakukan perawatan pada ODGJ. Namun, pengetahuan kader tidak hanya dipengaruhi oleh hasil pelatihan tapi banyak faktor yang mempengaruhi seperti usia, pendidikan, pengalaman dan tingkat kepercayaan kader kepada pemberi materi pelatihan/penyuluh.

Untuk variabel keterampilan didapatkan 2 artikel yang meneliti dimana keterampilan dalam melakukan deteksi dini gejala gangguan jiwa dan keterampilan aplikasi posyandu berbasis IT (Sutarjo et al., 2016). Kedua artikel tersebut menyatakan ada hasil yang bermakna antara perubahan keterampilan sebelum dan sesudah pelatihan. Metode yang digunakan dalam pelatihan keterampilan dengan metode ceramah, demonstrasi, role play dan pendampingan saat praktik aplikasi IT.

Keterampilan merupakan salah satu faktor dalam teori perilaku Lawrence Green tentang faktor predisposisi atau faktor yang mempermudah                                 kader           berperilaku (Notoatmodjo, 2012). Keberhasilan kader kesehatan jiwa pada saat mencoba melakukan deteksi dini gangguan jiwa merupakan bentuk pengalaman keterampilan (Shahbazzadegan, Samadzadeh, & Abbasi, 2013). Pelatihan keterampilan dapat merangsang kegiatan bagi peserta dan menumbuhkan kepercayaan pada diri peserta (Khan et al., 2013).

Penulis berasumsi bahwa keterampilan menjadi faktor yang mempermudah kader kesehatan jiwa dalam berperilaku dan


pendekatan menghadapai ODGJ sehingga pelayanan dapat mudah diberikan. Untuk pemilihan metode yang digunakan kedua artikel dalam pelatihan keterampilan, penulis berpendapat dengan adanya metode demonstrasi dan bermain peran serta pendampingan membuat peserta lebih meresapi materi pelatihan yang diberikan. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil tes antara sebelum dan sesudah pelatihan.

Perubahan sikap pretest dan posttest promosi kesehatan tedapat satu artikel diteliti oleh (H. J. Purnomo et al., 2018). Pengukuran sikap dalam penelitian ini menggunakan kuesioner untuk hasil skor rata-rata untuk pretest yaitu 61,27 dan posttest yaitu 64,55 dengan hasil uji paired sample t-test didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,007 < 0,05 (α) yang berarti terdapat pengaruh promosi kesehatan terhadap peningkatan sikap pada kader.

Terdapat satu artikel yang mengulas tentang persepsi kader dalam merawat ODGJ. Artikel dituliskan oleh (Indrawati et al., 2019) dengan metode quasi eksperimen dengan pre- post test design. Penelitian ini dilakukan terhadap 27 kader kesehatan yang dipilih menjadi kader kesehatan jiwa dengan tujuan ingin melihat pengaruh pelatihan kader terhadap persepsi kader dalam merawat ODGJ. Penilaian persepsi menggunakan kuesioner yang sudah diuji terdiri dari 23 pertanyaan mengenai penyebab gangguan jiwa, gejala gangguan jiwa, beratnya gangguan jiwa, resiko gangguan jiwa, pencegahan gangguan jiwa dan merawat ODGJ dirumah. Semakin tinggi jumlah skor maka persepsi semakin tinggi, rentang skor tertinggi adalah 23 dan terendah adalah 0. Pelatihan dilakukan 2 hari dengan waktu terpakai selama 10 jam dengan metode ceramah, diskusi, demonstrasi, simulasi bermain peran, studi kasus dan kunjungan rumah. Hasil pretest sebelum dilakukan pelatihan dengan hasil skor persepsi kategori baik yaitu 16,96 dan skor posttest setelah pelatihan kategori sangat baik yaitu


21,30. Analisa data menggunakan Wilcoxon test dengan hasil bahwa ada pengaruh pelatihan terhadap persepsi kader dalam merawat ODGJ.

Sikap merupakan perilaku yang diberikan kader dalam memberikan dukungan kepada ODGJ. Sikap dalam bentuk dukungan sangat dibutuhkan ODGJ dalam proses untuk kembali sehat. Sikap yang diberikan dapat berupa dukungan informasi, dukungan akan penghargaan diri dan dukungan kepada keluarga dengan ODGJ (Utami, 2013). Persepsi merupakan proses yang dimulai dari penginderaan melalui alat panca indera sebagai penghubung yang kemudian diartikan oleh seseorang sehingga dirinya mengerti (Pinaryo, 2014). Self efficacy merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan apa yang ada dalam dirinya dalam memenuhi peran maupun pekerjaan dalam kehidupannya (Rustika, 2012).

Penulis berpendapat bahwa sikap kader kesehatan jiwa meningkat setelah mendapatkan pelatihan dengan kata lain pelatihan penting dilakukan oleh petugas kesehatan kepada kader agar dukungan yang diberikan kepada ODGJ juga dapat meningkat. Untuk persepsi penulis berasumsi bahwa persepsi kader kesehatan jiwa yang meningkat diharapkan mampu memberikan dukungan yang positif kepada ODGJ, keluarga maupun masyarakat di sekitar ODGJ sehingga stigma negatif terhadap ODGJ dapat berkurang atau hilang. Sedang penulis berpendapat bahwa self efficacy kader meningkat setelah diberikan pelatihan dikarenakan kader merasa lebih yakin terhadap kemampuan diri dalam melakukan deteksi dini ODGJ sehingga keparahan pada ODGJ dapat diminimalkan.

Penulis berpendapat bahwa pentingnya pelaksanaan program KKJK di masyarakat perlu didukung oleh perawat Puskesmas dibantu kader kesehatan jiwa. Dimana Puskesmas merupakan pelayanan tingkat dasar dalam kesehatan jiwa, untuk mendukung pelayanan tersebut diperlukan melatih perawat


pemegang program maupun kader kesehatan jiwa agar masyarakat mendapatkan pelayanan langsung di daerah masing-masing. Pelatihan yang diberikan kepada kader kesehatan jiwa diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, persepsi dan self efficacy kader saat menangani ODGJ.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil literature review didapatkan bahwa keenam artikel tidak mengunakan metode atau jenis pelatihan yang sama, namun hasil akhir semua pelatihan terdapat peningkatan pada variabel terikat yang diteliti seperti pengetahuan, keterampilan, sikap, persepsi dan self efficacy kader kesehatan jiwa. Metode pelatihan yang digunakan diantaranya ceramah, demonstrasi, diskusi kelompok, sketsa kasus, permainan peran, studi kasus dan kunjungan rumah. Jumlah sampel dalam artikel rentang 27-62 responden.

Pelatihan yang diberikan kepada kader kesehatan jiwa dilakukan agar ada perubahan perilaku kader kesehatan jiwa dengan meningkatnya kelima variabel tersebut dalam diri kader kesehatan jiwa. Adanya perubahan perilaku dan sebagai perpanjangan tangan dari petugas kesehatan jiwa dasar atau Puskesmas kader kesehatan jiwa dapat memberi dukungan secara langsung kepada ODGJ, keluarga ODGJ maupun masyarakat sekitar ODGJ sehingga stigma yang ada pada ODGJ dapat berkurang.

 

BIBLIOGRAFI

 

Akol, A., Nalugya, J., Nshemereirwe, S., Babirye, J. N., & Engebretsen, I. M. S. (2017). Does Child And Adolescent Mental Health In-Service Training Result In Equivalent Knowledge Gain Among Cadres Of Non-Specialist Health Workers In Uganda? A Pre-Test Post- Test Study. International Journal Of Mental Health Systems, 11(1), 50.

 

 

 

Astuti, R. T., Amin, M. K., & Pinilih, S. S. (2014). Pengaruh Pelatihan Kader Terhadap Peningkatan Pengetahuan Perawatan Pada Gangguan Jiwa Di Wilayah Puskesmas Sawangan Kabupaten Magelang. Journal Of Holistic Nursing Science, 1(1), 13–21.

Bluestone, J., Johnson, P., Fullerton, J., Carr, C., Alderman, J., & Bontempo, J. (2013). Effective In-Service Training Design And Delivery: Evidence From An Integrative Literature Review. Human Resources For Health, 11(1), 51.

Dinkes Kabupaten Tangerang. (2019). Laporan Tahunan Dinkes Kabupaten Tangerang Tahun 2019. Kabupaten Tangerang. Kabupaten Tangerang.

Febrianto, T., Livana, P. H., & Indrayati, N. (2019). Peningkatan Pengetahuan Kader Tentang Deteksi Dini Kesehatan Jiwa Melalui Pendidikan Kesehatan Jiwa. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 1(1), 33–40.

Indonesia, I. D., & Association, I. M. (2016). Hari Kesehatan Jiwa Sedunia: Penyebab Munculnya Gangguan Kesehatan Jiwa. Retrieved From    Ikatan                       Dokter Indonesia:    Http://Www.     Idionline. Org/Berita/Hari-Kesehatan-Jiwa- Sedunia-Penyebab-Munculnya- Gangguan-Kesehatan-Jiwa.

Indonesia, P. R. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.

Indrawati, P. A., Sulistiowati, N. M. D., & Nurhesti, P. O. Y. (2019). Pengaruh Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa Terhadap Persepsi Kader Dalam Merawat Orang Dengan Gangguan Jiwa. Jurnal Keperawatan Jiwa, 6(2), 71–75.

Istiani, N. U. R. A. (2016). Pengaruh Pelatihan Kesehatan Jiwa Terhadap Sikap Dan Pengetahuan Kader Dalam Deteksi Dini Gangguan Jiwa Di Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten


Gunungkidul. Universitas Gadjah Mada.

Iswanti, D. I., & Lestari, S. P. (2018). Peran Kader Kesehatan Jiwa Dalam Melakukan Penanganan Gangguan Jiwa. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 1(1), 33–37.

Keliat, B. A., Wiyono, A. P., & Susanti, H. (2011). Manajemen Kasus Gangguan Jiwa: Cmhn (Intermediate Course). Jakarta: Egc.

Kemenkes. (2019). Hasil Utama Riskesdas 2018. Jakarta. Retrieved.

Murtadho, M. A. (2019). Pelatihan Posyandu Kesehatan Jiwa Berbasis It Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Ketrampilan Kader Di Desa Bongkot. Seminar Nasional Informatika Medis (Snimed), 1–6.

Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan, Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Rienka Cipta. Rumah Sakit Roemani Semarang.

Pinaryo. (2014). Persepsi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo Terhadap Program Kewirausahaan Mahasiswa. Jurnal Aristo, 2(2).

Purnomo, H. J., Widodo, A., & Kep, A. (2018). Promosi Kesehatan Untuk Mengetahui Perubahan Pengetahuan, Sikap, Dan Kecenderungan Berperilaku Pada Kader Yang Ada Anggota Masyarakatnya Yang Mengalami Gangguan Jiwa Pasca Pasung Di Kabupaten Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Purnomo, H., Okarda, B., Dewayani, A. A., Ali, M., Achdiawan, R., Kartodihardjo,


        H., Pacheco, P., & Juniwaty, K. S.  (2018). Reducing Forest And Land Fires Through Good Palm Oil Value Chain Governance. Forest Policy And Economics, 91, 94–106.

Rosiana, A., & Himawan, R. (2015). Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa Desa Undaan Lor Dengan Cara Deteksi Dini Dengan Metode Klasifikasi. Prosiding Seminar Nasional & Internasional.

Rustika, I. M. (2012). Efikasi Diri: Tinjauan Teori Albert Bandura. Buletin Psikologi, 20(1–2), 18–25.

Sulistiowati, N. M. D., Prapti, N. K. G., Sawitri, N. K. A., Utami, P. A. S., Astuti,

I. W., & Saputra, K. (2015). Pemberdayaan Keluarga Melalui Pemberian Pendidikan Kesehatan Dalam Merawat Anggota Keluarga Dengan Gangguan Jiwa. Jurnal Keperawatan Jiwa, 3(2), 57–60.

Sutarjo, P., Prabandari, Y. S., & Iravati, S. (2016). Pengaruh Pelatihan Community Mental Health Nursing Pada Self Efficacy Dan Keterampilan Kader Kesehatan Jiwa. Berita Kedokteran Masyarakat, 32(2), 67–72.

Utami, D. S. (2013). Materi Analisis Situasi Kesehatan Jiwa Di Indonesia. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Ri.

Yani, A. L., & Murtadho, M. A. (2020). Sistem Informasi Manajemen Pos Pelayanan Terpadukesehatan Jiwa Di Desa Bongkot. Jpm (Jurnal Pemberdayaan Masyarakat), 5(1), 413–421.


 

Copyright holder:

Linda Amiyati Hasan, Ayu Pratiwi, Rina Puspita Sari (2020)

 

First publication right:

Jurnal Health Sains

 

This article is licensed under: