EFEKTIVITAS TIM PENGGERAK PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN MODUL VIDEO DALAM MENURUNKAN KEJADIAN HIPERTENSI

 

Nurwahidah, Syaiful, A. Haris, Fitrah, Nurul Jannah

Politeknik Kesehatan Kemenkes Mataram, Indonesia

Email:��� [email protected], [email protected],

[email protected], [email protected],

[email protected]

 

Keywords:

Knowledge; Attitudes,;Modules; Video; Hypertension.

 

 

 

Kata Kunci: 

Pengetahuan; Sikap; Modul; Video; Hipertensi.

 

 

 

 

 

 

 

ABSTRACT

Background: Hypertension is a disorder of the blood vessels that results in oxygen supply and obstruction of nutrients reaching the tissues, causing the heart to work harder to meet the needs. If this condition lasts a long time and persists, symptoms called high blood pressure occur, which are most common in the elderly. So it is necessary to do early prevention by increasing knowledge and attitudes using media and video modules with the involvement of TP PKK. �Method: The research method used was a quasi experiment, namely pre-test and post-test with the control group. Wilcoxone test. This study was to analyze the effectiveness of TP PKK involvement with video and module methods on the knowledge and attitudes of respondents in reducing the incidence of hypertension. �Discussion result: Based on the results of the study, there was a significant increase in knowledge of 0.0001 in measuring knowledge using video. With an average value of 91.50 and an SD value of 6.016. In the control group it was found to be significant at 0.001. With an average value of 78.77 and an SD value of 9.317. Attitude measurement in the video group obtained significant results of 0.0001. With an average value of 36.50 and an SD value of 3.267. Conclusion: Then the attitude of the module group obtained significant results of 0.002. With an average value of 32.13 and an SD value of 5.270. From these results it shows that providing TP PKK involvement with the video method and modules is effective for increasing knowledge and attitudes, but providing with video media is faster to increase knowledge and attitudes in reducing the incidence of hypertension.

 

ABSTRAK

Latar Belakang: Hipertensi merupakan gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi terhambat sampai ke jaringan, mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan. Bila kondisi ini berlangsung lama dan menetap, timbul gejala yang disebut penyakit tekanan darah tinggi yang paling banyak terjadi pada lansia. Sehingga perlu dilakukan pencegahan sejak dini dengan meningkatkan pengetahuan dan sikap menggunakan media modul dan video dengan keterlibatan TP PKK. Metode: Metode penelitian yang digunakan quasy experiment yang bersifat pre test and post test with control group. Uji Wilcoxone. Penelitian ini untuk menganalisis efektifitas keterlibatan TP PKK dengan metode video dan modul terhadap pengetahuan dan sikap responden dalam menurunkan kejadian hipertensi. Hasil Pembahasan: Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan pengetahuan yang signifikan sebesar 0.0001 pada pengukuran pengetahuan menggunakan video. Dengan nilai rata-rata sebesar 91.50 dan nilai SD sebesar 6.016. Pada kelompok kontrol didapatkan signifikan sebesar 0.001. Dengan nilai rata-rata sebesar 78.77 dan nilai SD sebesar 9.317. Pengukuran sikap pada kelompok video didapatkan hasil signifikan sebesar 0.0001. Dengan nilai rata-rata sebesar 36.50 dan nilai SD sebesar 3.267. Kesimpulan: Kemudian sikap kelompok modul didapatkan hasil signifikan sebesar 0.002. Dengan nilai rata-rata sebesar 32.13 dan nilai SD sebesar 5.270. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian keterlibatan TP PKK dengan metode video dan modul efektif terhadap meningkatkan pengetahuan dan sikap, namun pemberian dengan media video lebih cepat meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam menurunkan angka kejadian hipertensi.

Info Artikel

Artikel masuk 29 Desember 2022, Direvisi 07 Januari 2023, Diterima� 14 Januari 2023

 


PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil dari Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2018)�pada tahun 2018 menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi nasional hipertensi pada penduduk umur lebih dari 18 tahun dengan nilai sebesar 37,1%. Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2019, prevalensi penderita tekanan darah tinggi menunjukkan peningkatan, sehingga dikhawatirkan jumlah penderita hipertensi ini berpotensi meningkat di tahun-tahun mendatang (Depkes, 2019). Di Indonesia kasus hipertensi tahun 2019 berkisar 31,7%, lebih dari 80.3 juta penduduk Indonesia menderita hipertensi.

Modul dan video pendek dapat membantu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam mengenal tanda, gejala, mendeteksi secara dini dan dapat memberikan penanganan yang tepat pada penderita hipertensi. Berdasarkan data hasil pendataan peneliti bahwa hipertensi termasuk dalam 10 kelompok penyakit terbesar. Dari 1730 orang jumlah penduduk kecamaatan Bolo Kabupaten Bima terdapat 154 orang penderita hipertensi yang merupakan penyakit terbanyak pertama pada masyarakat di wilayah kerja PKM Bolo. Dan hal ini selara dengan data yang ada di dinas kesehatan Kabupaten Bima pada tahun 2018 jumlah penderita hipertensi sebanyak 265 orang. Pada tahun 2019 jumlah penderita hipertensi mengalami peningkatan menjadi 306 orang dan pada tahun 2020 terjadi lagi peningkatan jumlah penderita hipertensi yaitu sebanyak 332 orang.

Keterkaitan antara penelitian sekarang (Efektifitas pemberdayaan TP PKK dengan Metode modul dan Video Pendek terhadap penurunan kejadian hipertensi) dengan penelitian terdahulu (efektivitas pemberian leaflet teknik relaksasi pernapasan diafragma (diaphragmatic breathing exercise) terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi), dimana penelitian yang dulu bahwa dengan pemberian leaflet terjadi penurunan hipertensi pada pasien dengan hipertensi, oleh karena itu penelitian yang sekarang ingin mencoba modul dan video pendek dalam menurunkan kejadian hipertensi ditempat yang berbeda. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai efektivitas pemberdayaan TP PKK dengan metode vidio pendek terhadap penurunan kejadian hipertensi di wilayah kerja PKM Bolo Kabupaten Bima tahun 2022.

 

 

METODE PENELITIAN

�� ����������� Penelitian ini menggunakan Quasi eksperimental Design dengan rancangan pre test and post test with control group design (Nursalam, 2016). Besar sampel kelompok intervensi 30 dan kelompok kontrol 30. Teknik sampling menggunakan consecutive sampling yaitu suatu metode pemilahan sampel yang dilakukan dengan memilih semua individu yang ditemui dan memenuhi kriteria pemilihan, sampai jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi (Dharma, 2011).

Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada responden. Teknik pengisian kuesioner dengan jawaban ceklist pada kolom yang sudah ditentukan untuk setiap pernyataannya. Kuesioner berisi 15 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan dan kuesioner berisi 10 pernyataan untuk mengukur sikap.

Kuesioner mengukur pengetahuan dan sikap dilakukan uji validitas di sebanyak 46 responden. Selanjutnya di uji menggunakan uji pearson product moment. Dalam penelitian ini rHitung lebih besar dari rTabel yaitu sebesar 0.367, maka perbedaan pada skor tiap butir signifikan, sehingga instrument dinyatakan valid pada kuesioner pengetahuan dan sikap.

Uji reliabilitas menggunakan cronbach�s alpha yang memiliki nilai berkisar dari nol sampai satu, dimana kuesioner pengetahuan dan sikap dalam penelitian ini dan dikatakan reliable dengan memiliki nilai minimum cronbach�s alpha sebesar 0,70 pada pengukuran pengetahuan dan 0.80 pada pengukuran sikaP.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.      Hasil

1.      Karakteristik Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Kabupaten Bima

Tabel 1.

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Dan Jenis Kelamin Kelompok

Intervensi Dan Kelompok Kontrol Tahun 2022

 

Karakteristik Responden

Kelompok Intervensi

Kelompok Kontrol

n

%

n

%

Usia (Mean � SD )

44.40 � 5.487

44.83 � 5.571

Min � Max

34 � 55

35 � 53

Masa dewasa awal usia 26 � 35 tahun

3

10.0

2

6.7

Masa dewasa akhir usia 36-45 tahun

10

33.3

11

36.7

Masa lansia awal usia 46-55 tahun

17

56.7

17

56.7

Jenis Kelamin

Laki-laki

8

26.7

8

26.7

Perempuan

22

73.3

22

73.3

 

Berdasarkan tabel 1. dapat dilihat bahwa sebagian besar responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol berusia 46 sampai 55 tahun yang merupakan dalam masa lansia awal yaitu sebesar 17 orang (56.7%). Responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 22 orang (73.3%) dan laki-laki sebanyak 8 orang (26.7%) pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

2.      Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sebelum Dan Sesudah Diberikan Perlakuan Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Kabupaten Bima

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah

Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Tahun 2022

 

Variabel

Pre Test

Post Test

Intervensi

Kontrol

Intervensi

Kontrol

Pengetahuan

Baik

0

0 %

0

0 %

30

100 %

23

76.7%

Cukup

17

56.7 %

18

60 %

0

0 %

7

23.3 %

Kurang

13

43.3 %

12

40 %

0

0 %

0

0 %

Sikap

Baik

0

0 %

0

0 %

28

93.3 %

18

60 %

Cukup

8

26.7 %

3

10 %

2

6.7 %

11

36.7 %

Kurang

22

73.3 %

27

90 %

0

0 %

1

3.3 %

 

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa pengukuran pengetahuan responden pada pre test kelompok intervensi sebagian besar dalam kategori cukup yaitu sebesar 17 orang (56.7%) dan hampir setengahnya dalam kategori kurang yaitu sebesar 13 orang (43.3%). Kemudian pada kelompok kontrol sebagian besar dalam kategori cukup yaitu sebesar 18 orang (60%) dan hampir setengahnya dalam kategori kurang yaitu sebesar 12 orang (40%). Setelah diberikan perlakuan dilakukan pengukuran post test dan didapatkan seluruh pengetahuan responden dalam kategori baik yaitu sebesar 30 orang (100%) pada kelompok intervensi dan hampir seluruh pengetahuan responden dalam kategori baik yaitu sebesar 23 orang (76.7%) pada kelompok kontrol dan sebagian kecil dalam kategori cukup yaitu sebesar 7 orang (23.3%).

Pada pengukuran sikap responden pada pre test kelompok intervensi sebagian besar dalam kategori kurang yaitu sebesar 22 orang (73.3%) dan hampir setengahnya dalam kategori cukup yaitu sebesar 8 orang (26.7%). Kemudian pada kelompok kontrol hampir seluruhnya dalam kategori kurang yaitu sebesar 27 orang (90%) dan sebagian kecil dalam kategori cukup yaitu sebesar 3 orang (10%). Kemudian pada pengukuran post test kelompok intervensi didapatkan hampir seluruh sikap responden dalam kategori baik yaitu sebesar 28 orang (93.3%) dan pada kelompok kontrol didapatkan sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebesar 18 orang (60%) dan hampir setengahnya dalam kategori cukup yaitu sebesar 11 orang (36.7%).

3.      Analisis Perbedaan Rata-Rata Pengetahuan dan Sikap Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol Di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Kabupaten Bima

Tabel 3

Distribusi Rerata Dan Analisis Pengetahuan dan Sikap Sebelum

dan Sesudah Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol Tahun 2022

 

Variabel

Jenis Kelompok

Mean

SD

N

P value

Pengetahuan

Pre Test Intervensi

58.37

6.128

Negative Ranks 0a

Positive Ranks 30b

.000

Post Test Intervensi

91.50

6.016

Pre Test Kontrol

58.80

6.195

Negative Ranks 1c

Positive Ranks 24d

Ties 5f

.001

Post Test Kontrol

78.77

9.317

Sikap

Pre Test Intervensi

20.70

3.861

Negative Ranks 0a

Positive Ranks 30b

.000

Post Test Intervensi

36.50

3.267

Pre Test Kontrol

17.50

2.596

Negative Ranks 0a

Positive Ranks 25b

Ties 5f

.002

Post Test Kontrol

31.13

5.270

 

Berdasarkan tabel 3 pengujian dengan SPSS menggunakan uji Wilcoxon untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan secara bermakna antara dua kelompok berhubungan (dependen). Didapatkan hasil signifikan sebesar 0.0001 pada pengukuran pengetahuan responden kelompok intervensi dengan selisih (positif) sebesar 30 responden yang mengalami peningkatan dari pre test ke post test. Dengan nilai mean sebesar 91.50 dan nilai SD sebesar 6.016. Kemudian pengetahuan pada kelompok kontrol didapatkan signifikan sebesar 0.001 dengan selisih (positif) sebesar 24 responden yang mengalami peningkatan dari pre test ke post test. Dengan nilai mean sebesar 78.77 dan nilai SD sebesar 9.317. Selanjutnya pengukuran sikap responden pada kelompok intervensi didapatkan hasil signifikan sebesar 0.0001 dengan selisih (positif) sebesar 30 responden yang mengalami peningkatan dari pre test ke post test. Dengan nilai mean sebesar 36.50 dan nilai SD sebesar 3.267. Kemudian sikap pada kelompok kontrol didapatkan hasil signifikan sebesar 0.002 dengan selisih (positif) sebesar 25 responden yang mengalami peningkatan dari pre test ke post test. Dengan nilai mean sebesar 32.13 dan nilai SD sebesar 5.270.

B.       Pembahasan

1.        Mengidentifikasi Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa responden pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebagian besar responden berusia 46 sampai 55 tahun sebanyak 17 orang (56.7%). Dan sebagian besar jenis kelamin responden perempuan sebanyak 22 orang (73.3%). Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai pengalaman dan kematangan jiwa. Hal ini sesuai dengan pendapat (Notoatmodjo, 2007) yang menyatakan bahwa semakin cukup umur seseorang, akan semakin matang dan dewasa dalam berfikir dan bekerja.

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya adalah umur dimana bertambahnya usia akan mempengaruhi perubahan seseorang pada aspek psikis dan psikologis. Pertumbuhan fisik akan mengalami perubahan dari aspek ukuran maupun dari proporsi akibat pematangan fungsi organ. Sedangkan pada aspek psikologis terjadi perubahan dari segi taraf berfikir seseorang-yang semakin matang dan dewasa. Berdasarkan hasil tabel tersebut responden pada penelitian ini sebagian besar dalam masa lansia awal sehingga perlu untuk diberikan pemahaman terkait penyakit hipertensi. Menurut (Laka, Octavianus Klaudius, Dyah Widodo, 2018) tekanan darah akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Menurut (Maryam, 2008) penyakit degeneratif dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada lansia, pada perubahan fisik terjadi perubahan kardiovaskuler, akibat perubahan kardiovaskuler mengakibatkan tekanan darah meningkat atau hipertensi.

Degeneratif merupakan proses berkurangnya fungsi sel saraf secara bertahap dengan penyebab yang diketahui. Kondisi ini berakibat pada sel saraf yang sebelumnya berfungsi normal menjadi lebih buruk sehingga tak berfungsi sama sekali. Semakin bertambahnya usia seseorang, maka semakin terasa adanya penyakit-penyakit, seperti : terasa kaku-kaku, kesulitan tidur, gemetar, hingga adanya disfungsi organ tubuh tertentu. Inilah yang disebut penyakit degenerative (Suiraoka, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian Hidayati, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mayoritas usia responden yaitu pada usia 46 sampai 55 tahun sebanyak 17 orang (56.7%). Hasil penilaian ini juga sesuai dengan pernyataan Iswanti et al. dimana usia tersebut merupakan fase lansia awal. Seiring bertambahnya usia, semakin besar pula resiko untuk menderita tekanan darah tinggi. Hal ini berhubungan dengan regulasi hormon yang berbeda. Dalam penelitian ini juga didapatkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dimana semakin bertambah usia wanita akan mengalami menapouse dimana akan terjadi CVDH akan cenderung sama pada wanita dan pria.

Jenis kelamin sangat erat kaitanya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada wanita lebih tinggi ketika seorang wanita mengalami menopause, hal ini didukung juga oleh pendapat Cortas (dalam Anggraini, 2011 dalam (Situmorang, 2019) mengatakan bahwa wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Hal ini sesuai dengan pendapat (Yuliarti, 2007) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kejadian hipertensi pada perempuan dipengaruhi oleh kadar hormon estrogen. Hormon estrogen tersebut akan menurun kadarnya ketika perempuan memasuki usia tua (menopouse) sehingga perempuan menjadi lebih rentan terhadap hipertensi (Kusumawaty, 2016).

2.         Menganalisis efektifitas keterlibatan TP PKK dengan metode vidio pendek dan modul terhadap peningkatan pengetahuan responden dalam menurunkan kejadian hipertensi

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat hasil signifikan sebesar 0.0001 pada pengetahuan responden kelompok intervensi dengan selisih (positif) sebesar 30 responden yang mengalami peningkatan dari pre test ke post test. Dengan nilai rata-rata 58.37 sebelum diberikan ketelibatan TP PKK dengan video dan 91.50 setelah diberikan keterlibatan TP PKK dengan video. Kemudian pengetahuan pada kelompok kontrol didapatkan signifikan sebesar 0.001 dengan selisih (positif) sebesar 24 responden yang mengalami peningkatan dari pre test ke post test. Sedangkan rata-rata pengetahuan responden pada kelompok kontrol sebelum diberikan keterlibatan TP PKK dengan modul yaitu 58.80 dan 78.77 setelah diberikan perlakuan. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan responden setelah diberikan ketelibatan TP PKK dengan video dan modul. Namun melibatkan TP PKK dengan video lebih signifikan meningkatkan pengetahuan terkait hipertensi.

Media modul dan video merupakan media yang sama-sama dapat menjadi alternatif sebagai media pembelajaran hipertensi. Kedua media pembelajaran tersebut juga sama-sama membuat responden lebih tertarik dan termotivasi dalam mempelajari hipertensi karena tidak hanya melihat peneliti mendemonstrasikan. Terlebih lagi responden lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran seperti ikut mengamati, mendengarkan, dan mendemonstrasikan. Perbedaan modul dan video, video menghasilkan visual keseluruhan bergerak berupa animasi yang menggambarkan tema hipertensi. Dari kedua media tersebut, penelitian ini berhipotesis bahwa media video lebih efektif daripada media modul. Hal ini dikarenakan responden lebih tertarik. Selain itu, semakin banyak indra yang terlibat akan mempermudah dalam memahami suatu pembelajaran. Dalam bidang media pembelajaran, (Woottipong, n.d.) melakukan penelitian dengan judul Effect of Video Using Materials in the Teahing of Listening Skills for University Students. Penelitian tersebut, diperoleh hasil penggunaan bahan video untuk mengembangkan pemahamanan mendengarkan mahasiswa jurusan bahasa Inggris di tahun pertama nampak efektif, seperti yang ditunjukkan oleh skor post-test yang secara signifikan lebih tinggi dari pre-test.

Pemberian materi melalui media pembelajaran audio visual membuat responden lebih tertarik, karena selain menampilkan gambar, video juga menampilkan suara sehingga membuat pembelajaran terkesan lebih nyata. Berbeda hal dengan pemberian materi melalui modul, responden menjadi mudah bosan dan sulit membayangkan beberapa materi yang ada dalam modul. Manfaat atau kelebihan dari penggunaan media audio visual adalah dapat membawa kesegaran, menimbulkan rasa ketertarikan dan kesan variasi bagi pengalaman belajar peserta didik terutama pada pembelajaran yang mengedapankan kemampuan motorik. Bahwa ada peningkatan rata-rata kemampuan mahasiswa dalam melakukan pemeriksaan fisik saat menggunakan media audio visual.

Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior (Donsu, 2017). Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui pancaindra yang dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu penginderaan menghasilkan pengetahuan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Munculnya masalah kesehatan tidak hanya disebabkan oleh kelalaian
individu, namun dapat pula disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat sebagai
akibat dari kurangnya informasi yang benar mengenai suatu penyakit. �Rendahnya pengetahuan tenaga kesehatan, pasien, dan masyarakat tentang hipertensi merupakan penyebab utama tidak terkontrolnya tekanan darah, terutama pada pasien hipertensi di Asia dalam (Aprilia, Asiyanto, & Hadiwiardjo, 2020).

Diharapkan dengan pendidikan yang baik akan semakin luas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah tidak mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih tahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Apabila seseorang dalam proses adopsi perilaku didasari oleh pengetahuan maka perilaku tersebut akan bersifat long lasting. Menggunakan alat bantu audio visual dapat membuat belajar lebih mudah, efektif dan permanen (tahan lama). Dalam penelitian, (Awasthi, n.d.) menyebutkan bahwa �impacts of audio visual aids are make learning easy and permanent, adds creativity, more involvement of students in classroom, and healthy relation with environment�. Artinya, pengaruh bantuan audio visual membuat pembelajaran lebih mudah dan permanen atau tahan lama, menambah kreatifitas, membuat siswa lebih aktif di kelas, dan ramah lingkungan. Video merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran massal, individual, maupun berkelompok. Video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran, hal ini dikarenakan karakteristik teknologi video yang dapat menyajikan gambar bergerak, disamping suara yang menyertainya (Daryanto, 2010).

3.         Menganalisis efektifitas keterlibatan TP PKK dengan metode vidio pendek dan modul terhadap sikap responden dalam menurunkan kejadian hipertensi�

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat hasil signifikan sebesar 0.0001 pada sikap responden kelompok intervensi dengan selisih (positif) sebesar 30 responden yang mengalami peningkatan dari pre test ke post test. Dengan nilai rata-rata 20.70 sebelum diberikan ketelibatan TP PKK dengan video dan 36.50 setelah diberikan keterlibatan TP PKK dengan video. Kemudian sikap pada kelompok kontrol didapatkan signifikan sebesar 0.002 dengan selisih (positif) sebesar 25 responden yang mengalami peningkatan dari pre test ke post test. Sedangkan rata-rata sikap responden pada kelompok kontrol sebelum diberikan keterlibatan TP PKK dengan modul yaitu 17.50 dan 31.13 setelah diberikan perlakuan. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sikap responden setelah diberikan ketelibatan TP PKK dengan video dan modul. Namun dengan melibatkan TP PKK dengan video lebih signifikan dalam meningkatkan sikap responden terkait hipertensi.

Sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi, atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Sikap juga bisa dikatakan sebagai evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu-isu (Azwar, 2013). Faktor yang mempengaruhi sikap yaitu salah satunya adalah adanya pengaruh orang lain yang dianggap penting. Umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Maka karena hal itulah peneliti melibatkan anggota TP PKK dalam menyampaikan informasi terkait hipertensi.

Allport dalam (Notoatmodjo, 2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok salah satunya kecendrungan untuk bertindak, ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sebagai contoh dalam penelitian ini, responden yang mengetahui tentang hipertensi (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membuat responden berfikir dan berusaha supaya tekanan darah terkontrol. Dalam berfikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga responden tersebut berniat mengontrol tekanan darah.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek tertentu (S. Notoatmodjo, 2014). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Masya & Candra, 2016) yang mendapatkan hasil bahwa ada hubungan antara sikap tentang hipertensi dengan tekanan darah rata-rata. Dari hasil penelitian ini peneliti menyimpulkan semakin positif sikap seseorang mengenai hipertensi maka semakin besar kesadaran seseorang untuk mengontrol tekanan darah.

(Sadiman & Rahardjo, 2002) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman, sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal

 

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi penggunaan kb suntik 3 bulan dipengaruhi oleh 1). Faktor Usia, 2). Faktor Kenaikan berat badan 3) Faktor Dukungan suami, 4) Faktor Pendidikan.

 

BIBLIOGRAFI

Aprilia, Citra Ayu, Asiyanto, Mila Citrawati, & Hadiwiardjo, Yanti Harjono. (2020). Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan Pengukuran Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Bagi Kader Kesehatan Di Puskesmas Sawangan Depok. Integritas: Jurnal Pengabdian, 4(2), 190�198. Google Scholar

 

Arsyad, Azhar. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Google Scholar

 

Awasthi, Deepa. (n.d.). Utilising Audio Visual Aids to Make Learning Easy and Effective in Primary Education. International Journal of Scientific Research, 3(8). Google Scholar

 

Daryanto. (2010). Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuain Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media. Google Scholar

 

Depkes. (2019). Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat, Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Google Scholar

 

Dharma. (2011). Metodologi Penelitian keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media. Google Scholar

 

Donsu, J. (2017). Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Google Scholar

 

Laka, Octavianus Klaudius, Dyah Widodo, and Wahidyanti Rahayu. (2018). Hubungan Hipertensi dengan Tingkat Kecemasan pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Banjarejo Kecamatan Ngantang Malang. Nursing News: Jurnal Ilmiah Keperawatan, 3(1). Google Scholar

 

Maryam, Sitti. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Google Scholar

 

Munawaroh, S., Sujiono, & Pohan, V. Y. (2019). Efektifitas Media Audio Visual (Video) Untuk Meningkatkan Ketrampilan Pemeriksaan Fisik pada Mahasiswa S1 Keperawatan. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 171� 176. Google Scholar

 

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.� Google Scholar

 

Nursalam. (2016). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Google Scholar

 

Rahmadiana, M. (2012). �Komunikasi Kesehatan : Sebuah Tinjauan.� Jurnal Psikogenesis, 1(1), 88�94. Google Scholar

 

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. Google Scholar

 

Sadiman, Arief, & Rahardjo, R. (2002). Media pendidikan: Pengertian, pengembangan, dan pemanfaatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Google Scholar

 

Situmorang, Veronika. (2019). Gambaran Pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap penyakit Hipertensi pada pasien Rawat Jalan di puskesmas Medan Area Selatan. Google Scholar

 

Suiraoka, I. Putu. (2012). Penyakit degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika, 45�51. Google Scholar

 

Woottipong, Kretsai. (n.d.). Effect of Using Video Materials in the Teaching of Listening Skills for University Students. International Journal of Linguistics 6(4):200, 6(4). https://doi.org/10.5296/ijl.v6i4.5870. Google Scholar

 

Yuliarti. (2007). Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: PT Intisari Mediatama. Google Scholar

 

 


 

Copyright holder:

Nurwahidah, Syaiful, A.Haris, Fitrah, Nurul Jannah� (2023)

 

First publication right:

Jurnal Health Sains

 

���� This article is licensed under:

�������� WhatsApp Image 2021-06-26 at 17