Potensi Nilam Varietas Sulawesi Tenggara
Sebagai Rappelent Formulasi Spray Terhadap Vektor Demam Berdarah Dengue
Reni Yunus1, Supiati2, Susilawati3,
Ahmad Zil Fauzi4
Poltekkes
Kemenkes Kendari, Sulawesi Tenggara, Indonesia1,2,4
Poltekkes
Kemenkes Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia3
Email: [email protected], [email protected],
[email protected], [email protected]
Kata
Kunci: Pogestemon cablin; repellent; Aedes aegypti. Keywords: Pogostemon Cablin; Penolak; Aedes
Aegypti. |
ABSTRAK Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is caused by the Dengue Virus which is
transmitted by the Aedes sp mosquito. This mosquito is anthropophilic, lives
close to humans and is often indoors. Efforts to prevent transmission of
Dengue virus as a cause of DHF can be carried out by using vegetable
insecticides derived from plants, both for adult mosquitoes, in the patchouli
repellent formulation (Pogestemon cablin) of the Southeast Sulawesi variety.
The use of patchouli as a repellant for mosquito repellant needs to be continuously
developed, especially since the potential for patchouli of the Southeast
Sulawesi variety has not been widely reported on its chemical composition and
effect as a mosquito repellant. This research method is a qualitative
research with quasi observational using post test only control group design.
The research started with testing the composition of patchouli essential oil,
followed by testing the protective power of patchouli varieties of Southeast
Sulawesi against Aedes aegytpi. In the final stage, a statistical test was
carried out using the Spearman correlation test. The results showed that from
concentrations of 20%, 40%, 60%, 80% and 100%, all concentrations showed the
ability to protect > 50% against Aedes aegypti. ABSTRACT Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh Virus Dengue yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes sp, nyamuk ini bersifat antropofilik, hidup dekat dengan manusia
dan sering berada didalam rumah. Upaya pencegahan transmisi virus Dengue
sebagai penyebab DBD dapat dilakukan dengan penggunaan insektisida nabati
yang berasal dari tanaman, baik untuk nyamuk dewasa, dalam formulasi
repellent nilam (Pogestemon cablin) Varietas Sulawesi tenggara. Pemanfaatan tanaman nilam sebagai rappelent
untuk zat penolak nyamuk (repellant) perlu terus dikembangkan terlebih
potensi tanaman nilam varietas Sulawesi Tenggara yang belum banyak dilaporkan
komposisi kimianya dan efeknya sebagai rapellant penolak nyamuk. Metode penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan observasional quasi menggunakan cara post test
only control group design. Penelitian dimulai dari tahap pengujian komposisi
minyak atsiri nilam, dilanjutkan uji daya proteksi nilam varietas sulawesi
tenggara terhadap Aedes aegytpi. Pada tahap akhir dilakukan uji statistic
menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil menunjukkan bahwa dari konsetrasi 20
%, 40 %, 60 %, 80 % dan 100 %, semua konsetrasi� menunjukkan adanya kemampuan daya proteksi
> 50 % terhadap Aedes aegypti. |
Info
Artikel |
Artikel masuk 30 Desember
2022, Direvisi 06 Januari 2023, Diterima 13 Januari 2023 |
PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh Virus Dengue yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes sp, nyamuk ini bersifat antropofilik, hidup dekat dengan
manusia dan sering berada didalam rumah. Pengendalian vektor dengan cara
kimiawi saat ini banyak diaplikasikan salah satunya dengan fogging. Fogging
telah banyak dilaporkan kurang efektif dalam mematikan target sasaran dan
meningkatkan resistensi vektor terhadap insektisida (Julianti, 2022)�dan (Govindarajan, 2010).
����������� Upaya pencegahan transmisi virus
Dengue sebagai penyebab DBD dapat dilakukan dengan penggunaan insektisida
nabati yang berasal dari tanaman, baik untuk nyamuk dewasa, larva maupun
sebagai proteksi terhadap gigitan nyamuk (rappelent). Repellent merupakan zat
yang bekerja secara lokal atau pada jarak tertentu menghalangi serangga untuk
terbang, mendarat atau menggigit kulit manusia dan hewan (Sukumar, Perich, & Boobar, 1991).�Rapellent dapat mengurangi paparan terhadap
gigitan nyamuk yang mungkin terinfeksi virus dengue (Vogt, n.d.).
Saat ini DEET (NN Dimethyl-meta-toluamide) merupakan repellent insect
yang utama. Namun penggunaannya menimbulkan banyak kerugian seperti tingkat
toksitas pada kulit dan berdampak pula pada sistem saraf pusat, apabila penggunaannya
tidak dilakukan secara tepat (Usta, G�ney, �zt�rk, Selvi, & Mustafa, 2020).�
Reppelent bekerja dengan memproteksi kulit ketika diaplikasikan, mencegah
gigitan atau kontak dengan nyamuk (Tavares et al., 2018). Sangat banyak manfaat kesehatan yang
diperoleh dari apliaksi repellent, terutama memproteksi terhadap gigitan vektor
seperti Aedes aegypti. Salah satu tanaman yang berpotensi memiliki potensi
sebagai reppelant adalah tanaman nilam. Dilaporkan juga bahwa tanaman nilam
mengandung seskuiterpen, cytotoxic chalcones, dan antimutagenik (Sukumar et al., 1991). Dari penelitian sebelumnya dilaporkan bahwa
beberapa tanaman dari family Lamiaceae, Labiateae, Rutaceae, Mirtaceae memeliki
aktivitas repellent terhadap Aedes aegypti (Fadilah, Cahyati, & Windraswara, 2017).
Pemanfaatan tanaman nilam sebagai rappelent untuk zat penolak nyamuk
(repellant) perlu terus dikembangkan terlebih potensi tanaman nilam varietas
Sulawesi Tenggara yang belum banyak dilaporkan komposisi kimianya dan efeknya
sebagai rapellant penolak nyamuk. Hal ini karena terdapat berbagai faktor yang
menyebabkan perbedaan produksi minyak nilam seperti sifat iklim dan karakter
lahan antara lain ketinggian tempat, kemiringan lereng, kondisi batuan kecil
diatas permukaan lahan, dan lain-lain. Selain itu, Menurut (Finney, 1971),�perbedaan
komposisi dan jumlah komponen penyusun minyak dapat disebabkan karena
variabilitas dari subspecies tanaman yang berbeda. Dari uraian diatas, maka
penting dilakukan penelitian efektivitas Rapellant komposisi lotion berbahan
dasar ekstrak tanaman nilam batik (Pogostemon cablin) varietas Sulawesi
tenggara terhadap nyamuk Aedes aegypti.
METODE PENELITIAN
A.
Alat.
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini diantaranya: timbangan analitik Digital Scale (Ohaus), blender (Philip),
Rotary Evaporator (Buchi r300), kertas saring, dan corong pemisah. Bahan. Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilam batik (pogestemon cablin)
diperoleh dari desa Konawe Kabupaten Konawe.
B.
Bahan
Bahan kimia yang digunakan
dalam penelitian ini adalah propilenglikol yang berfungsi sebagai kosolven.
Aquadest sebagai pelarut dalam sediaan spray. Sampel dalam penelitian ini
adalah nyamuk Aedes aegypti yang diperoleh di Laboratorium Parasitologi
Politeknik Bina Husada Kendari yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu: nyamuk dewasa betina Aedes
aegypti, nyamuk aktif bergerak dan berumur 2-5 hari.
C.
Prosedur
Penelitian
Pengambilan sampel daun nilam batik dilakukan di Kabupaten Konawe Daun �dicuci bersih dan dikeringkan serta dihaluskan sampai terbetuk serbuk. Kemudian dilakukan preparasi untuk isolasi minyak atsirinya Ekstraksi minyak atsiri menggunakan distilasi uap air. Daun nilam yang sudah jadi serbuk, ditimbang dan dimasukkan dalam labu distilasi. Penyulingan dilakukan dengan cara pemanasan menggunakan suhu 50-60 0 C dan suhu air pendinginan diatus pada suhu 4-7 o C. Pemanasan dihentikan setelah 6 jam dari dislitat pertama menetes (Hwang, Wu, Kumamoto, Axelrod, & Mulla, 1985). Pemeriksaan komposisi kimia minyak atsiri nilam menggunakan metode GC-MS. Penentuan komposisi kimiaminyak nilam dilakukan dengan kromatografi gas, tipe HP 7890 digabungkan dengan spektroskopi massa, tipe HP 5975B. Minyak atsiri nilam dilarutkan dengan propilenglikol sebagai kosolven kemudian campuran diaduk secara perlahan sampai homogen. Setelah itu ditambahkan aquadest untuk membuat konsentrasi sebanyak 20 %, 40 %, 60 %, 80 %, dan minyak atsiri tanpa penmabahan aquadest atau konsetrasi 100%. Selanjutnya diaduk secara perlahan hingga homogen. Sediaan spray dimasukkan ke dalam botol spray dan ditutup rapat. Nyamuk Aedes aegypti yang digunakan dalam penelitian adalah nyamuk Aedes aegypti betina berumur 2-5 hari. Nyamuk betina selanjutnya dipisahkan dalam kandang nyamuk (Gokulakrishnan, Kuppusamy, Shanmugam, Appavu, & Kaliyamoorthi, 2013). Pada pengujian ini dilakukan uji daya proteksi repellent formulasi spray minyak atsiri nilam batik Sulawesi tenggara. Daya proteksi terhadap gigitan vector Demam Berdarah dengue (Aedes aegypti) dihitung berdasarkan rumus: DP=K-P/K x 100 % (Keterangan: DP=Daya Proteksi; K= jumlah nyamuk hinggap pada Kontrol negative; P=Jumlah nyamuk yang hinggap pada lengan perlakuan). Analisis statistic daya proteksi dilakukan melalui SPSS.
A.
Kandungan minyak atsiri nilam varietas Sulawesi
Tenggara.
Gambar 1. Hasil analisa GC-MS Minyak atsiri nilam
Berdasarkan hasil uji GC-MS di peroleh hasil
bahwa pada minyak atsiri nilam Pogestemon cablin terkandung patchouli alcohol.�Beberapa
kandungan turunan alcohol yang dilaporkan terdapat pada tanaman yang mengandung
minyak atsiri antara lain kandungan pinen, eugenol, limonene, terpinolen (Kardinan, 2007).�Komponen kimia tersebut dilaporkan memiliki
aktivitas repellent terhadap nyamuk Aedes aegypti (Krasnov et al., 1998). �
B.
Hasil uji daya proteksi
repellent nilam formulasi spray
Tabel 1. Hasil uji
Daya Proteksi rappelant nilam formulasi
Konsentrasi |
DP (60 m) |
DP (120 m) |
DP (180 m) |
DP (240 m) |
DP (300 m) |
20 % |
78,92% |
82% |
81,16% |
84,11 |
82,2% |
40 % |
82,95 % |
82,07% |
81,51% |
85,13% |
84,11% |
60 % |
82% |
81,79% |
85,13 % |
84% |
84% |
80 % |
82,58% |
84,11 |
89 % |
92,47 |
97,8 % |
100 % |
97 % |
100 % |
100 % |
100 % |
100 % |
Keterangan:
DP= Daya Proteksi
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 5 konsentrasi
rappelent nilam (Pogestemon cablin) formulasi spray yakni 20 %, 40 %, 60 %, 80 %
dan 100 %, terlihat bahwa semua konsetrasi rappelent yang diujikan menghasilkan
daya proteksi rappelent terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti diatas 50 %.� Konsentrasi tertinggi yang menunjukkan
efektivitas sebagai repellent adalah konsetrasi 100 %. Adapun konsetrasi
terendah yang menunjukkan daya proteksi terhadap nyamuk Aedes aegypti adalah
konsentrasi 20 %. Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah
repellent merk X dengan bahan aktif DEET.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin
tinggi konsetrasi repellent yang digunakan maka semakin tinggi daya proteksi
terhadap Aedes aegypti. Hal ini sejalan dengan penelitian (Ekowati, Abid, &
Merari, 2013)�dan (Hidayah, Mustafa, Murni,
& Tolistiawaty, 2018).
Kandungan bahan aktif minyak atsiri nilam
menjadi penyebab nyamuk Aedes aegypti menghindar. Hal ini karena reseptor kimia
nyamuk menerima rangsanagan dari minyak atsiri nilam (Sastodiharjo, 1984).
Mekanisme kerja repellent adalah menginterfensi indra olfaktori nyamuk dan mendeteksi
senyawa kimia yang dihasilkan oleh manusia, sehingga menghindarkan pemakainya
dari nyamuk yang akan hinggap dan menggigit (Bacci et al., 2015).
C.
Hasil analisa statistik
Uji statistik yang digunakan dalam analisa
data adalah uji korelasi menggunakan uji Spearman.
Tabel 2. Analisa bivariant korelasi Spearman
�������� Analisa Spearman |
Konsentrasi |
DP |
|
Konsentrasi |
Koefisien korelasi |
1.000 |
0,777 |
Sig. (2 tailed) |
25 |
0,000 |
|
DP |
Koefisien korelasi |
0,777 |
1000 |
Sig. (2 tailed) |
0,000 |
25 |
Hasil
menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi spearman adalah 0,777 lebih besar dari
0,514 dan taraf signifikansi adalah 0,000 ini berarti ada korelasi yang
signifikan antara konsentrasi yang digunakan dengan nilai rata-rata daya
proteksi. Hal ini terlihat dari makin tinggi konetrasi yang digunakan maka
makin tinggi pula daya proteksi yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan (Nascimento
et al., 2017)�dan (Azeem
et al., 2019)�yang melaporkan bahwa makin tinggi konsetrasi
yang digunakan maka makin tinggi daya proteksi repellent terhadap Aedes aegypti.
KESIMPULAN
Hasil menunjukkan bahwa dari konsetrasi 20 %, 40 %,
60 %, 80 % dan 100 %, semua konsetrasi menunjukkan adanya kemampuan daya
proteksi > 50 % terhadap Aedes aegypti. Jadi, makin tinggi konetrasi
yang digunakan maka makin tinggi pula daya proteksi yang repellent terhadap Aedes aegypti.
azeem, Muhammad, Zaman, Tariq, Tahir, Muhammad, Haris,
Abdullah, Iqbal, Zafar, Binyameen, Muhammad, Nazir, Abdul, Shad, Sarfraz Ali,
Majeed, Shahid, & Mozūraitis, Raimondas. (2019). Chemical Composition
And Repellent Activity Of Native Plants Essential Oils Against Dengue Mosquito,
Aedes Aegypti. Industrial Crops And Products, 140, 111609. Google Scholar
Bacci, Leandro, Lima, Jana�na K. A., Ara�jo, Ana Paula
A., Blank, Arie F., Silva, Indira M. A., Santos, Abraao A., Santos, Ane C. C.,
Alves, P�ricles B., & Pican�o, Marcelo C. (2015). Toxicity, Behavior
Impairment, And Repellence Of Essential Oils From Pepper‐Rosmarin And
Patchouli To Termites. Entomologia Experimentalis Et Applicata, 156(1),
66�76. Google Scholar
Ekowati, Dewi, Abid, Ahmad Nuzulul, & Merari,
Jason. (2013). Uji Aktivitas Minyak Atsiri Kulit Buah Jeruk Nipis (Citrus
Aurantifolia, Swingle) Dalam Sediaan Lotion Sebagai Repelan Terhadap Nyamuk
Aedes Aegypti. Biomedika, 6(1), 18�23. Google Scholar
Fadilah, Angger Luhung Nur, Cahyati, Widya Hary, &
Windraswara, Rudatin. (2017). Uji Daya Proteksi Ekstrak Daun Pepaya (Carica
Papaya L) Dalam Sediaan Lotion Dengan Basis Peg400 Sebagai Repellent Terhadap
Aedes Aegypti. Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 5(3), 318�328.
Google Scholar
Finney, D. J. (1971). Probit Analysis 3rd Ed Cambridge
Univ. Press. London, Uk. Pp. Google Scholar
Gokulakrishnan, J., Kuppusamy, Elumalai, Shanmugam,
Dhanasekaran, Appavu, Anandan, & Kaliyamoorthi, Krishnappa. (2013).
Pupicidal And Repellent Activities Of Pogostemon Cablin Essential Oil Chemical
Compounds Against Medically Important Human Vector Mosquitoes. Asian Pacific
Journal Of Tropical Disease, 3(1), 26�31. Google Scholar
Govindarajan, Marimuthu. (2010). Larvicidal And
Repellent Activities Of Sida Acuta Burm. F.(Family: Malvaceae) Against Three
Important Vector Mosquitoes. Asian Pacific Journal Of Tropical Medicine,
3(9), 691�695. Google Scholar
Hidayah, Nurul, Mustafa, Hasrida, Murni, Murni, &
Tolistiawaty, Intan. (2018). Efektivitas Repelan Losion Minyak Atsiri Kulit
Jeruk Bali (Citrus Maxima (Burm.) Merr.) Terhadap Aedes Aegypti. Balaba:
Jurnal Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara,
159�168. Google Scholar
Hwang, Yih Shen, Wu, Kui Hua, Kumamoto, Junji,
Axelrod, Harold, & Mulla, Mir S. (1985). Isolation And Identification Of
Mosquito Repellents Inartemisia Vulgaris. Journal Of Chemical Ecology, 11(9),
1297�1306. Google Scholar
Julianti, Arnita. (2022). Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pengalihan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir. Universitas Jambi. Google Scholar
Kardinan, Agus. (2007). Potensi Selasih Sebagai
Repellent Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti. Google Scholar
Krasnov, B., Shenbrot, Gl, Khokhlova, I., Medvedev,
S., & Vatschenok, V. (1998). Habitat Dependence Of A Parasite-Host
Relationship: Flea (Siphonaptera) Assemblages In Two Gerbil Species Of The
Negev Desert. Journal Of Medical Entomology, 35(3), 303�313. Google Scholar
Nascimento, A. M. D., Maia, T. D. S., Soares, T. E.
S., Menezes, L. R. A., Scher, R., Costa, E. V, Cavalcanti, S. C. H., & La
Corte, R. (2017). Repellency And Larvicidal Activity Of Essential Oils From
Xylopia Laevigata, Xylopia Frutescens, Lippia Pedunculosa, And Their Individual
Compounds Against Aedes Aegypti Linnaeus. Neotropical Entomology, 46(2),
223�230. Google Scholar
Sukumar, Kumuda, Perich, Michael J., & Boobar, L.
R. (1991). Botanical Derivatives In Mosquito Control: A Review. Journal Of
The American Mosquito Control Association, 7(2), 210�237. Google Scholar
Tavares, Melanie, Da Silva, M�rcio Robert Mattos, De
Siqueira, Luciana Betzler De Oliveira, Rodrigues, Raphaela Aparecida Schuenck,
Bodjolle-D�almeida, Lolita, Dos Santos, Elisabete Pereira, & Ricci-J�nior,
Eduardo. (2018). Trends In Insect Repellent Formulations: A Review. International
Journal Of Pharmaceutics, 539(1�2), 190�209. Google Scholar
Usta, Asu, G�ney, İbrahim, �zt�rk, Murat, Selvi,
Emine K., & Mustafa, M. (2020). Toxicological And Behavioural Potency Of
Different Plant Extracts On Aedes Albopictus (Diptera: Culicidae) And Their
Qualitative Phytochemical Analysis. International Journal Of Mosquito
Research, 7(5� Part A), 12�18. Google Scholar
Vogt, R. G. (N.D.). Biochemical Diversity Of Odor
Detection-14: Obps, Odes And Snmps.[Internet]. Insect Pheromone Biochemistry
And Molecular Biology. 2003. B978-012107151-6/50016-5. Google Scholar