Jurnal
Health Sains: p�ISSN: 2723-4339 e-ISSN:
2548-1398
Vol. 2, No. 8, Agustus 2021
PENGARUH
JENIS KARAGENAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK GEL ANTI JERAWAT
Yuyun
Nailufa, Yuli Ainun Najih, Dita Nurlita Rakhma
Universitas
Hang Tuah Surabaya, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
info
artikel |
abstraK |
Diterima 5 Agustus 2021 Direvisi 15 Agustus 2021 Disetujui 25 Agustus 2021 |
Jerawat (acne vulgaris) merupakan
suatu penyakit yang ditandai dengan peradangan pada kulit yang dapat
menyebabkan infeksi kulit. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui
pengaruh jenis karagenan (kappa, iota dan lamda) terhadap karakteristik fisik
gel anti jerawat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Pada
penelitian ini dilakukan pembuatan sediaan gel dengan gelling agent
karagenan. Jenis karagenan yang digunakan yaitu kappa, iota dan lamda.� Konsentrasi yang digunakan sama yaitu 1%.
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa gel yang memiliki karakteristik
yang paling baik yaitu mudah merata, jernih, lembut dan viskositas yang baik
artinya tidak terlalu encer dan tidak terlalu viskus adalah formula 2 dengan
gelling agent iota karagenan. Hasil formula 1 dengan gelling agent kappa
karagenan didapatkan gel yang kaku, kurang jernih dan sulit diratakan.
Sedangkan pada formula 3 dengan gelling agent lamda karagenan didapatkan gel
yang jernih namun encer. Berdasarkan hasil uji stabilitas dari ketiga formula
tersebut stabil dengan metode sentrifugsi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5
jam. ABSTRACT Acne (acne vulgaris) is a disease
characterized by inflammation of the skin that can cause skin infections. The
purpose of this study was to find out the effect of karagenan types (kappa,
iota and lamda) on the physical characteristics of anti-acne gels. The
research method used is qualitative method. In this study conducted the
manufacture of gel preparations with gelling agent karagenan. The types of
karagenan used are kappa, iota and lamda.�
The concentration used is the same as 1%. Based on the test results
obtained that the gel that has the best characteristics that are easy to
flatten, clear, soft and good viscosity means not too diluted and not too
viscosic is formula 2 with gelling agent iota karagenan. The results of
formula 1 with gelling agent kappa karagenan obtained a gel that is stiff,
less clear and difficult to flatten. While in formula 3 with gelling agent
lamda karagenan obtained a clear but diluted gel. Based on the results of the
stability test of the three formulas are stable with the centrifuge method with a speed of 3000 rpm for 5 hours. |
Kata Kunci: karagenan; gel; tea
tree oil; melaleuca alternifolia; anti jerawat Keywords: karagenan; gel; tea
tree oil; melaleuca alternifolia; anti acne |
Pendahuluan
Jerawat merupakan masalah kulit yang sering ditemui
pada remaja dan dapat menurunkan tingkat kepercayaan diri (Agustiningsih et al., 2019). Jerawat merupakan
suatu kondisi kulit yang tidak normal dimana terjadi infeksi dan radang pada
kelenjar minyak di kulit (Kusbianto et al., 2018). Salah satu pemicu
tumbuhnya jerawat adalah produksi sebum yang berlebihan (Zouboulis et al., 2014).
Menurut Han C et al. pemakaian masker selama pandemi Covid 19 ini juga menjadi
salah satu pemicu tumbuhnya jerawat karena pada area yang menggunakan masker
sirkulasi udara menjadi terhambat dan kelembaban meningkat (Gomolin et al., 2020; Han et al., 2020).
Terapi jerawat dapat menggunakan sediaan topikal
anti jerawat. Di pasar, obat antibakteri oral tersedia, tetapi kerugian dari
formulasi oral lebih banyak daripada topikal (Orchard & van Vuuren, 2017).
Sediaan topikal anti jerawat yang banyak beredar dipasaran adalah gel karena
nyaman digunakan, terasa dingin, transparan sehingga dapat meningkatkan nilai aseptabilitas
dan kepatuhan penggunaan (Rosen et al., 2014).
Gel merupakan sediaan topikal yang berupa sediaan
semipadat yang terdiri dari bahan aktif yang terlarut atau terdispersi yang
dibuat dari partikel anorganik kecil atau molekul organik besar yang
terpenetrasi dalam suatu cairan (Kemenkes, 2018)
Pembuatan sediaan gel dipengaruhi oleh polimer
pembentuk basis gel (gelling agent)
dan konsentrasi basis gel (gelling agent).
Basis gel yang digunakan pada penelitian ini adalah karagenan. Konsentrasi
karagenan untuk untuk gel adalah 0,6-1% (Rowe et al., 2009).
Karagenan adalah senyawa yang diekstraksi dari rumput laut. Karagenan merupakan
senyawa hidrokoloid yang dapat membentuk basis gel. Terdapat 3 jenis karagenan
yaitu kappa karagenan, iota karagenan dan lamda karagenan. Jenis karagenan
tentunya akan berpengaruh terhadap sistem basis gel
yag dihasilkan. Basis gel akan berpengaruh terhadap
karakteristik fisik sediaan gel dan berpengaruh pada laju pelepasan dan
penetrasi suatu bahan aktif ke dalam kulit.
Bahan aktif anti jerawat yang digunakan yaitu tea
tree oil. Tea tree oil merupakan minyak atsiri yang terdapat dalam tanaman
Melaleuca alternifolia, dimana tea tree oil memiliki aktivitas sebagai
antiinflamasi dan antiinfeksi sehingga dapat digunakan sebagi anti jerawat (Działo et al., 2016).
Menurut Salvatori et al., tea tree oil memiliki aktivitas antimikroba 11 kali
lebih kuat dibandingkan asam karbolat dan fenol (Salvatore et al., 2017).
Jerawat (acne vulgaris)
merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan peradangan pada kulit yang dapat
menyebabkan infeksi kulit (Zaenglein et al., 2016). Pengobatan
jerawat dapat dilakukan dengan memberikan sediaan topikal anti jerawat. Salah
satu bahan aktif anti jerawat untuk sediaan topikal adalah tea tree oil. Tea
tree oil memiliki aktivitas sebagai antibakteri, anti jamur dan anti inflamasi (Hammer, 2015).
Menurut Salvatori 2017 tea tree oil memiliki aktivitas antimikroba 11 kali
lebih kuat dibandingkan asam karbolat dan fenol (Salvatore et al., 2017). Sediaan topikal
anti jerawat dapat berupa gel, cream ataupun salep. Gel realtif lebih disukai
karena berwarna jernih sehingga tidak terlihat saat digunakan. Gel juga nyaman
digunakan karena dingin dan mudah tidak berminyak. Faktor utama yang menentukan
keberhasilan pembuatan gel adalah gelling agent.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Mengetahui
pengaruh jenis karagenan (kappa, iota dan lamda) terhadap karakteristik fisik
gel anti jerawat.
Manfaat dari penelitian ini adalah memberi masukan
dalam melakukan formulasi sediaan topikal gel dari gelling agent biota laut
yang belum banyak dimanfaatkan.
Metode
Penelitian
Peralatan yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain: Alat - alat gelas (Herma), Timbangan analitik
(Fujitsu), pH meter Laqua, Viskometer (Brookfield), Centrifuge Health
H-C-8 dan Hotplate (Fisher Scientific). Metode penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif.
Bahan yang digunakan pada
penelitian ini adalah tea tree oil, kappa karagenan, iota karagenan, lamda
karagenan, Glycerin, Propilenglikol, Methyl paraben, Propyl paraben, Silbion,
Parfum Aloe Vera, Aquadest.
Pembuatan gel dilakukan
dengan membuat gel dengan formula yang berbeda pada jenis gelling agent yang
digunakan. Formula 1 menggunakan kappa karagenan, Formula 2 menggunakan iota
karagenan dan Formula 3 menggunakan lamda karagenan sedangkan konsentrasinya
dibuat sama yaitu 1,0 % yaitu:
Tabel Formula dapat
dilihat pada tabel 1 di bawah:
Tabel 1
Formula Gel
Komposisi |
Kegunaan |
% b/b |
||
F1 |
F2 |
F3 |
||
Kappa karagenan |
Gelling agent |
1,0 |
- |
|
Iota karagenan |
Gelling agent |
|
1,0 |
|
Lamda karagenan |
Gelling agent |
|
|
1,0 |
Tea tree oil |
Anti jerawat |
0,5 |
0,5 |
0,5 |
Glycerin |
Humektan |
1 |
1 |
1 |
Propilenglikol |
Kosolven |
10 |
10 |
10 |
Silbione |
Emolien |
0,5 |
0,5 |
0,5 |
Methyl paraben |
Pengawet |
0,1 |
0,1 |
0,1 |
Propyl paraben |
Pengawet |
0,05 |
0,05 |
0,05 |
Parfum Aloe vera |
Parfum |
0,5 |
0,5 |
0,5 |
Aquadest |
Solven |
76,15 |
76,15 |
76,15 |
Proses pembuatan gel anti
jerawat dengan karagenan ini menggunakan metode yang cukup sederhana. Karagenan
dilarutkan dalam setengah bagian aquadest yang tertera dalam formula dimana
aquadest tersebut dipanaskan terlebih dahulu. Digunakan air panas (70� C) untuk
melarutkan karagenan karena karagenan ini memang lebih larut dalam air panas.
Masukkan air panas ke dalam mortir dan larutkan karagenan dalam air panas
tersebut di dalam mortir sambil diaduk. Kemudian tambahkan silbion dan pengawet
yang telah dilarutkan dalam propilenglikol dan terus diaduk. Setelah itu
tambahkan glycerin, tea tree oil, sisa aquadest dan parfum sambal diaduk sampai
homogen. Gel yang telah jadi kemudian dievaluasi karakteristik fisiknya untuk
mengetahui mutu gel tersebut.
a. Organoleptis
Pengujian karakteristik gel diawali dengan uji organoleptis
atau sering disebut uji secara visual. Pengujian ini meliputi pengamatan pada
bentuk, warna dan bau.
b. Homogenitas
Homogen atau seragam merupakan salah satu syarat sediaan
farmasi karena untuk memastikan bahwa kandungan bahan aktif ataupun bahan
eksipien telah tercampur merata. Uji homogenitas biasanya dilakukan dengan
penetapan kadar pada sediaan. Sedangkan untuk
mengetahui homogenitas secara fisik dapat dilakukan dengan menggunakan objek
glass. Pengujian dilakukan dengan pengamatan secara visual dengan mengambil
sejumlah gel kemudian diratakan pada objek glass, apabila tidak ditemukan butiran
kasar maka gel homogen (Borse
& Srivastava, 2019)
c. pH
Pengujian pH harus dilakukan untuk mengetahui pH sediaan.
Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Tingkat keasamaan suatu
sediaan juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya iritasi pada kulit (Borse
& Srivastava, 2019)
d. Daya Sebar
Kemudahan suatu sediaan topikal untuk diratakan pada kulit
merupakan salah satu nilai aseptabilitas. Pengujian daya sebar dapat dilakukan
menggunakan sepasang kaca transparan. Tuang 0,5 g gel pada kaca kemudian tutup
dengan pasangannya dan tambahkan beban seberat 125 g kemudian ukur lebar daya
sebar setelah 1 menit (Borse
& Srivastava, 2019)
e. Uji viskositas
Viskositas adalah kekentalan suatu sediaan. Viskositas
sediaan semisolida dalam hal ini gel dapat dilakukan dengan alat viskosimeter (Brookfield) dengan mengatur spindel.
Caranya sediaan dimasukkan ke dalam wadah gelas kemudian pilih spindle yang
sesuai, pasang spindel, kemudian spindel yang telah dipasang diturunkan
sehingga batas spindel tercelup ke dalam sediaan. Kecepatan diatur 20 rpm.
Jalankan alat viskosimeter dan catat nilai viskositasnya.
f. Stabilitas Fisik
Stabilitas fisik gel diuji dengan menggunakan metode
sentrifugasi. Sentrifugasi dilakukan dengan kecepatan 3800 rpm selama 5 jam.
Setelah 5 jam dilakukan pengamatan organoleptis dan homogenitas, pH, daya sebar
dan viskositas (Nurdianti,
2018).
Hasil dan Pembahasan
a. Organoleptis
Hasil pengamatan secara
organoleptis dapat dilihat pada tabel 2:
Formula |
Warna |
Bau |
Bentuk |
Sensasi rasa |
F1 |
Kecoklatan,Tidak jernih,
terdapat putih -putih |
Harum |
Gel |
Sangat kental, kaku,� Dingin & tidak lengket |
F2 |
Kecoklatan, Jernih,
transparan |
Harum |
Gel |
Kental, Dingin & tidak lengket |
F3 |
Kecoklatan, Jernih,
transparan |
Harum |
Cair |
Cair, Dingin & tidak lengket |
F2 F3 F1
Gambar 1
Pengamatan organoleptis formula F1, F2 dan F3
b. Homogenitas
Hasil pengamatan pada homogenitas sediaan gel dapat dilihat pada tabel 3:
Tabel 3
Hasil Pengamatan Uji Homogenitas
Homogenitas |
|
F1 |
Tidak homogen |
F2 |
Homogen |
F3 |
Homogen |
c. pH
Berdasarkan hasil uji pH didapatkan hasil pada tabel 4. Pada penelitian
ini berdasarkan hasil uji pH didapatkan kesimpulan bahwa dari ketiga formula
tersebut memberikan nilai pH yang tidak berbeda bermakna.
Tabel 4
Hasil Uji pH
Formula |
pH |
F1 |
6,8+0,02 |
F2 |
6,5+0,01 |
F3 |
6,6+0,02 |
d. Daya Sebar
Daya sebar dilakukan untuk mengetahui bahwa sediaan tersebut
mudah diratakan. Hasil pengujian daya sebar menunjukkan bahwa dari 3 formula terdapat perbedaan yang
bermakna. Kappa karagenan menghasilkan nilai daya sebar yang
lebih rendah bila dibandingkan dengan iota karagenan. Perbedaan jenis karagenan
tersebuat ada pada ester 3,6-anhydrogalactose dan
ester sulfat dimana hal ini menyebabkan perbedaan pada kekuatan gel, tekstur
dan sineresis.� Kappa memiliki tipe gel
kaku atau mudah rusak yang ditandai dengan sineresis tinggi, sementara iota
memiliki gel yang elastis dan reversible (Suryani et al., 2019)
Tabel 5
Hasil Uji Daya Sebar
Formula |
Daya Sebar (cm) |
F1 |
2,45 � 0,044 |
F2 |
6,21 � 0,040 |
F3 |
10,52 � 0,80 |
e. Viskositas
Viskositas merupakan kekentalan suatu zat. Pengujian
viskositas dilakukan
dengan menggunakan viskosimeter (brookfield) dengan menggunakan spindel No. 50 dengan kecepatan
20 rpm. Pengujian
viskositas dilakukan 2 kali yaitu saat awal dan setelah penyimpanan 1 bulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan
bermakna pada ketiga formula gel yang diuji.�
Hasil pengujiaan viskositas dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini:
Tabel 6
Hasil Uji
Viskositas
Formula |
Viskositas Sediaan (c.Ps) |
|||
Hari ke 0 |
Setelah penyimpanan 1 Bulan |
|
||
F1 |
53350 |
53300 |
||
F2 |
12100 |
12080 |
||
F3 |
245 |
320 |
||
Konsentrasi gelling agent menurut (Schorsch et al., 2000)
sangat mempengaruhi viskositas gel. Kappa karagenan umumnya digunakan dalam
rentang konsentrasi 0,5%�1,0% sebagai gelling agent dan 0,1%�0,5% untuk thickening
agent. Iota dan lambda karagenan juga sering digunakan sebesar 0,1%�0,5% (Schorsch et al., 2000).
f. Stabilitas
Berdasarkan hasil uji stabilitas dapat diambil kesimpulan bahwa ketiga
formula tidak mengalami perubahan karakteristik fisik secara bermakna sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa ketiga formula tersebut stabil setelah dilakukan
uji stabilitas.
Kesimpulan
Jenis karagenan
berpengaruh terhadap karakteristik fisik dan stabilitas fisik gel tea tree oil.
Dari ketiga formula dapat diambil kesimpulan bahwa iota karagenan dengan
konsentrasi 1,0% memiliki karakteristik fisik yang
paling optimal.
BIBLIOGRAFI
Agustiningsih,
T., Pradanie, R., & Pratiwi, I. N. (2019). Analisis Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kepercayaan Diri Akibat Timbulnya Acne Vulgaris Pada Remaja Berdasarkan
Teori Adaptasi Roy Di Sma 17 Agustus 1945 Surabaya. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, 4(1). Google Scholar
Borse, V.,
& Srivastava, R. (2019). Fluorescence Lateral Flow Immunoassay Based Point-Of-Care
Nanodiagnostics For Orthopedic Implant-Associated Infection. Sensors And
Actuators B: Chemical, 280, 24�33. Google Scholar
Działo,
M., Mierziak, J., Korzun, U., Preisner, M., Szopa, J., & Kulma, A. (2016).
The Potential Of Plant Phenolics In Prevention And Therapy Of Skin Disorders. International
Journal Of Molecular Sciences, 17(2), 160. Google Scholar
Gomolin, T.
A., Cline, A., & Russo, M. (2020). Maskne: Exacerbation Or Eruption Of Acne
During The Covid-19 Pandemic. Skin The Journal Of Cutaneous Medicine, 4(5),
438�439. Google Scholar
Hammer, M.
(2015). What Is Business Process Management? In Handbook On Business Process
Management 1 (Pp. 3�16). Springer. Google Scholar
Han, C.,
Duan, C., Zhang, S., Spiegel, B., Shi, H., Wang, W., Zhang, L., Lin, R., Liu,
J., & Ding, Z. (2020). Digestive Symptoms In Covid-19 Patients With Mild
Disease Severity: Clinical Presentation, Stool Viral Rna Testing, And Outcomes.
The American Journal Of Gastroenterology. Google Scholar
Kemenkes,
R. I. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. In Online) Http://Www. Depkes. Go.
Id/Resources/Download/Info-Terkini/Materi_Rakorpop_2018/Hasil% 20riskesdas
(Vol. 202018). Google Scholar
Kusbianto,
D., Hamdana, E. N., & Fahreza, D. D. (2018). Sistem Pendukung Keputusan
Prioritas Calon Penerima Program Indonesia Pintar Pada Siswa Sekolah Menengah
Pertama Menggunakan Metode Topsis. Jurnal Informatika Polinema, 4(2),
101. Google Scholar
Nurdianti,
L. (2018). Evaluasi Sediaan Emulgel Anti Jerawat Tea Tree (Melaleuca
Alternifolia) Oil Dengan Menggunakan Hpmc Sebagai Gelling Agent. Journal Of
Pharmacopolium, 1(1). Google Scholar
Orchard,
A., & Van Vuuren, S. (2017). Commercial Essential Oils As Potential
Antimicrobials To Treat Skin Diseases. Evidence-Based Complementary And
Alternative Medicine, 2017. Google Scholar
Rosen, J.
E., Hancock, J. G., Kim, A. W., Detterbeck, F. C., & Boffa, D. J. (2014).
Predictors Of Mortality After Surgical Management Of Lung Cancer In The
National Cancer Database. The Annals Of Thoracic Surgery, 98(6),
1953�1960. Google Scholar
Rowe, R.
C., Sheskey, P., & Quinn, M. (2009). Handbook Of Pharmaceutical
Excipients. Libros Digitales-Pharmaceutical Press. Google Scholar
Salvatore,
D. A., Weekes, D. M., He, J., Dettelbach, K. E., Li, Y. C., Mallouk, T. E.,
& Berlinguette, C. P. (2017). Electrolysis Of Gaseous Co2 To Co In A Flow
Cell With A Bipolar Membrane. Acs Energy Letters, 3(1), 149�154.
Google Scholar
Schorsch,
C., Carrie, H., & Norton, I. T. (2000). Cross-Linking Casein Micelles By A
Microbial Transglutaminase: Influence Of Cross-Links In Acid-Induced Gelation. International
Dairy Journal, 10(8), 529�539. Google Scholar
Suryani,
D., Nurdjanah, E. P., Yogatama, Y., & Jumadil, M. (2019). Membudayakan
Hidup Sehat Melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) Di Dusun Mendang
Iii, Jambu Dan Jrakah Kecamatan, Tanjungsari, Gunungkidul. Jurnal
Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1),
65. Google Scholar
Zaenglein,
A. L., Pathy, A. L., Schlosser, B. J., Alikhan, A., Baldwin, H. E., Berson, D.
S., Bowe, W. P., Graber, E. M., Harper, J. C., & Kang, S. (2016).
Guidelines Of Care For The Management Of Acne Vulgaris. Journal Of The
American Academy Of Dermatology, 74(5), 945�973. Google Scholar
Zouboulis,
C. C., Jourdan, E., & Picardo, M. (2014). Acne Is An Inflammatory Disease
And Alterations Of Sebum Composition Initiate Acne Lesions. Journal Of The
European Academy Of Dermatology And Venereology, 28(5), 527�532.
Google Scholar
Copyright holder: Yuyun Nailufa, Yuli Ainun Najih, Dita Nurlita
Rakhma (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: ������������������������������������������������������� |