Jurnal Health Sains: p�ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398 Vol. 2, No. 5, Mei 2021

 

HUBUNGAN PERILAKU DAN FAKTOR PENYEBAB PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TANPA RESEP DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS TADULAKO

 

Tri Randy Saputra, Amelia Rumi dan Ririen Hardani

Universitas Tadulako Sulawesi Tengah, Indonesia

Email: [email protected], [email protected] dan ririenhardani@gmail. com

 

ARTIKEL INFO

ABSTRACT

Tanggal diterima: 5 Mei 2021

Tanggal revisi: 15 Mei 2021 Tanggal yang disetujui: 25 Mei

��2021����������������������������������������

Behavior and causal factors affect the rate of antibiotic use without a prescription because self-medicating efforts require the extent to which students' understanding of antibiotic use is good and also correct. The purpose of this study is to find out the behavior of non-prescription antibiotic use among tadulako university students, to find out the causative factors of antibiotic use without prescription among tadulako university students, to find out the relationship of behavior and causative factors of antibiotic use without a prescription among tadulako university students and to find out what antibiotics are most consumed without a prescription among tadulako University students. This study used a descriptive method with a cross-sectional approach with 396 respondents. The sampling technique in this study, namely using purposive sampling data collection using questionnaires in Google Form. The results found that the most widely used antibiotic is amoxicillin. Behavior variables are classified as sufficient categories of (63%). Variable causal factors fall into a sufficient category of (66%). Variable level of causal factors that fall into the category of good assessment, namely sub-variables ease of obtaining antibiotics. When viewed by age, gender and class have sufficient knowledge. In conclusion, the results of the chi- square test obtained a value of 0.000 < 0.05 which means there is a significant relationship between behavior and factors causing antibiotic use without a prescription among tadulako university students.

Keywords:

antibiotics; causal factors; students; behavior

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

\

 

ABSTRAK

Perilaku dan faktor penyebab berpengaruh terhadap tingkat penggunaan antibiotik tanpa resep karena upaya mengobati diri sendiri membutuhkan sejauh mana pemahaman mahasiswa tentang penggunaan antibiotik yang baik dan juga benar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perilaku penggunaan antibiotik tanpa resep di kalangan mahasiswa Universitas Tadulako, untuk mengetahui faktor penyebab penggunaan antibiotik tanpa resep di kalangan mahasiswa Universitas Tadulako, untuk mengetahui hubungan perilaku

������������������������������������������������������� �dan faktor penyebab penggunaan antibiotik tanpa resep di �



 

 

kalangan�� mahasiswa�� Universitas�� Tadulako�� dan�� untuk

 

mengetahui antibiotik apa yang paling banyak dikonsumsi

 

tanpa resep di kalangan mahasiswa Universitas tadulako.

 

Penelitian ini� �menggunakan� �metode� �deskriptif� �dengan

 

pendekatan cross sectional dengan jumlah responden 396

 

orang. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian

 

ini, yaitu memakai purposive sampling pengambilan datanya

 

menggunakan kuesioner di Google Form. Hasil penelitian

 

didapatkan bahwa antibiotik paling banyak digunakan yakni

 

amoxicillin. Variabel perilaku yaitu tergolong dalam kategori

 

cukup yakni� �sebesar� �(63%).� �Variabel� �faktor� �penyebab

 

tergolong dalam kategori cukup yakni sebesar (66%). Tingkat

 

variabel faktor penyebab yang termasuk dalam kategori

 

penilaian baik yakni sub variabel kemudahan mendapatkan

 

antibiotik. Jika dilihat berdasarkan usia, jenis kelamin dan

 

angkatan memiliki pengetahuan cukup. Kesimpulannya itu

 

hasil uji chi square, didapatkan nilai 0.000 < 0.05 yang

Kata Kunci:

berarti terdapat hubungan signifikasi antara perilaku dan

antibiotik, faktor penyebab,

faktor penyebab� �penggunaan� �antibiotik� �tanpa� �resep� �di

mahasiswa, perilaku

kalangan mahasiswa Universitas Tadulako.

 

 


Pendahuluan

Antibiotik merupakan obat yang dapat mengobati dan mencegah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Desrini, 2015). Obat ini juga, banyak beredar di Indonesia. Kini masih banyak ditemukan perilaku yang keliru atas penggunaan antibiotik karena menganggap antibiotik adalah obat segala penyakit dan dampaknya dapat berisiko terjadinya resistensi antibiotik (KemenKes, 2016).

Peningkatan resistensi antibiotik menyulitkan dokter untuk mengobati penyakit infeksi yang banyak terjadi dikalangan masyarakat, sehingga dapat menyebabkan sakit yang berkepanjangan, disabilitas, dan kematian. Disaat tubuh sudah kebal terhadap antibiotik, maka berbagai macam prosedur medis seperti pengobatan diabetes, kemoterapi, transplantasi organ, dan operasi bisa menjadi sangat beresiko (Inayah & Karwiky, 2020). Hal ini dapat menyebabkan pasien harus menanggung perawatan yang lama dan mahal. Krisis resistensi bakteri terhadap bakteri utamanya disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan


berlebihan, disamping itu juga penemuan antibiotik jenis baru memerlukan waktu yang cukup lama (Pusporini, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian (Kurniawati & Savitri, 2019), dengan kusioner yang berisi beberapa pertanyaan bahwa antibiotik harus dibeli dengan resep dokter, terdapat hasil sebanyak 39% responden selalu membeli atau mendapatkan obat antibiotik menggunakan resep dan 61% tidak membeli antibiotik dengan menggunakan resep dokter, dimana terlihat bahwa masih banyak kekeliruan di masyarakat tentang antibiotik harus selalu dibeli dengan resep, padahal antibotik merupakan golongan obat keras dimana harus dibeli dengan resep dokter (KemenKes, 2016).

Berdasarkan (Riskesdas, 2013), ditemukan sebanyak 86% rumah tangga atau kartu keluarga di seluruh provinsi di Indonesia yang menyimpan dan swamedikasi obat antibiotik. Penjualan antibiotik yang dilakukan secara bebas di apotek, kios mempermudah masyarakat mendapatkannya dengan mudah, bahkan ada yang menyimpan


obat dan juga antibiotik cadangan di rumah masing-masing, hingga meminta tolong ke dokter agar dituliskan resep antibiotik. Dan itu semua bisa menyebabkan sikap buruk seperti terjadinya resistensi antibiotik (KemenKes, 2016).

Pengobatan infeksi pun berkembang luas di masyarakat (Organization, 2013). Perilaku ini menjadi masalah kesehatan yang bahaya dan penting di perbaiki di seluruh masyarakat. Menurut (Riskesdas, 2013), rumah tangga yang menyimpan antibiotik untuk pengobatan diri sendiri yaitu terdapat 90,2%. dikota Yogyakarta pun yang menggunakan antibiotik tanpa resep sebesar 7,3% (Widayati et al., 2011). Hal tersebut merupakan keprihatinan mendalam didunia kesehatan karena bisa menyebabkan pengaruh negatif bagi masyarakat. Tercatat di seluruh dunia, resistensi antimikroba membunuh sekitar 700.000 jiwa dalam setiap tahunnya, termasuk 230.000 jiwa yang resisten terhadap obat Tubercolusis (Organization, 2019). Angka kematian yang di sebabkan resistensi antimikroba di Indonesia sampai tahun 2014 kurang lebih mencapai 800.000 per tahun. Dengan semakin pesatnya perkembangan dan penyebaran infeksi bakteri bisa-bisa kedepannya angka kematian akibat resistensi lebih besar (KemenKes, 2016).

Menurut (Djawaria & Maker, 2018), di perlukan intervensi bagi tenaga medis yang manjur dan mujarab agar bisa memperbaiki pola dan perilaku penggunaan antibiotik. Untuk menghasilkan intervensi tersebut yang manjur dan mujarab sangat perlu dilakukan penggalian hal-hal yang mempengaruhi penggunaan obat antibiotik tanpa resep di apotek. Sampai saat ini belum di temukan bukti valid dan penelitian terpublikasi yang menetapkan faktor utamanya yang menyebabkan masyarakat sampai mahasiswa menggunakan obat antibiotik tanpa resep dokter. Tanpa data tersebut, dicemaskannya akan ditemukan metode intervensi yang tidak tepat sasaran sampai menyebabkan timbulnya


masalah baru. Tujuan peneliti dapat melihat perilakunya dan menentukan faktor utama yang dapat mempengaruhi adanya penggunaan antibiotik tanpa resep dokter di kalangan mahasiswa.

Berdasarkan penjelasan tadi, perlunya untuk melakukan penelitian mengenai penggunaan antibiotik dengan menggunakan resep di kalangan mahasiswa dimana peneliti mengharapkan penggunaan antibiotik yaitu mahasiswa bisa paham lebih baik. Oleh karena itu sebagai peneliti bisa mengetahui sejauh mana pemahaman masyarakat khususnya mahasiswa tentang penggunaan antibiotik dan Data yang akan diperoleh masih dalam lingkup mahasiswa Universitas Tadulako. Hal ini yang melatarbelakangi untuk dilakukan penelitian tentang Hubungan Perilaku dan Faktor Penyebab Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep di Kalangan Mahasiswa Universitas Tadulako.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini sudah dinyatakan sesuai dengan prinsip-prinsip etika penelitian oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako dengan dikeluarkannya Surat Pernyataan Komite Etik dengan nomor: 104/UN 28.1.30/KL/2021.

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental (observasional) dan bersifat cross-sectional, dengan rancangan penelitian metode survei serta kuesioner sebagai instrument penelitian dalam pengambilan data untuk melihat persentasi hubungan perilaku dan faktor penyebab penggunaan antibiotik tanpa resep di kalangan mahasiswa Universitas Tadulako.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2020 bertempat di kampus Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta, KM. 9, Tondo, Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Teknik pengambilan sampel purposive sampling yaitu semua mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.


Validitas adalah suatu indeks yang bertujuan untuk menguji sampai mana suatu kebenaran kuisioner dalam usaha soal validitas merupakan aspek yang sangat penting. Uji Validitas ini memakai aplikasi SPSS 21. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika nilainya rhitung > rtabel. Reliabilitas sangat penting dilakukan untuk mengukur suatu konsistensi dan kestabilan responden untuk menjawab pertanyaan dalam kuesioner dari setiap variabel yang ada. Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan ini memakai aplikasi SPSS 21. Untuk kriteria uji reliabilitas dari suatu variabel yang bisa dikatakan baik jika memiliki nilai rhitung > rtabel.

 

Hasil dan Pembahasan

a.    Uji Validitas Kuesioner Perilaku

 

Pertanyaan

r-hitung

r-tabel

Keterangan

P1

0,775

0,361

Valid

P2

0,368

0,361

Valid

P3

0,701

0,361

Valid

P4

0,588

0,361

Valid

P5

0,563

0,361

Valid

P6

0,647

0,361

Valid

P7

0,097

0,361

Tidak Valid

P8

0,775

0,361

Valid

P9

0,441

0,361

Valid

P10

0,588

0,361

Valid

P11

0,563

0,361

Valid

P12

0,647

0,361

Valid

P13

0,775

0,361

Valid

P14

0,393

0,361

Valid

P15

0,095

0,361

Tidak Valid

P16

0,701

0,361

Valid

P17

0,775

0,361

Valid

P18

0,701

0,361

Valid

 

b.   

Pertanyaan

r-hitung

r-tabel

Keterangan

P1

0,419

0,361

Valid

P2

0,488

0,361

Valid

P3

0,399

0,361

Valid

P4

0,488

0,361

Valid

P5

0,401

0,361

Valid

P6

0,560

0,361

Valid

P7

0,378

0,361

Tidak Valid

P8

0,560

0,361

Valid

P9

0,365

0,361

Valid

P10

0,334

0,361

Valid

P11

0,395

0,361

Valid

P12

0,583

0,361

Valid

P13

0,508

0,361

Valid

P14

0,475

0,361

Valid

P15

0,306

0,361

Tidak Valid

P16

0,454

0,361

Valid

 

 
Uji����� Validitas����� Kuesioner���� Faktor Penyebab


P17

0,453

0,361

Valid

P18

0,448

0,361

Valid

Pengujian validitas dilakukan untuk menentukan nilai korelasi pearson (rhitung) dengan total 36 pertanyaan dan ada 4 pertanyaan yang tidak valid karena kebenaran 4 pertanyaan itu ambigu atau tidak jelas. Tujuan validitas untuk mengetahui cara untuk membuktikan suatu kebenaran dari pertanyaan dengan isi dan materi yang jelas. Ketika rhitung ditemukan lebih besar dari rtabel (0,361) maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid (Herlina, 2019).

 

c.    Uji Reliablitas Perilaku

 

Cronbach�s Alpha

N of Items

0.844

18

 

d.    Uji Reliablitas Faktor penyebab

 

Cronbach�s Alpha

N of Items

0.712

18

 

Menurut (Budiman-Mak et al., 2013) Reliabilitas adalah suatu alat pengukuran yang dapat dipercaya sebagai tingkat konsistensi atau indeks yang menunjukkan sampai mana suatu tes yang di ukur pada pernyataan dan pertanyaan yang sudah valid. Metode pengambilan keputusan untuk uji reliabilitas memakai batasan 0,6. Dari hasil yang didapatkan pada uji reliabilitas nilai Cronbach�s Alpha pada kuesioner perilaku yaitu sebesar 0,844 kriteria reliabilitas tinggi dan pada kuesioner faktor penyebab yaitu sebesar 0,712 kriteria reliabilitas tinggi yang berarti kedua kuesioner tersebut dikatakan reliable jika didapatkan nilai Cronbach�s alpha yang lebih besar dari 0,6 (Priyatmoko, 2015).


 

e.    Sampel

1.    Jumlah responden mahasiswa

��Universitas Tadulako������������������������

Responden mahasiswa Universitas Tadulako angkatan 2017, 2018

������������� dan 2019�����

Jumlah responden

Memenuhi Kriteria

396

Total

396

 

Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan melalui google form pada mahasiswa Universitas Tadulako angkatan 2017, 2018 dan 2019 didapatkan responden berjumlah 396 orang, responden dari angkatan 2017 berjumlah 182 orang, angkatan 2018 berjumlah 125 orang dan angkatan 2019 berjumlah 89 orang.

 

f.     Dekskripsi Responden Mahasiswa Universitas Tadulako 2017, 2018,

�� dan 2019�������������������������������������������


sedangkan responden perempuan sebanyak 272 orang (68,69%). Berdasarkan kategori angkatan, responden angkatan 2017 sebanyak 182

orang���� (45,96%),��� angkatan��� 2018

sebanyak 125 orang (31,57%), dan

angkatan� �2019� �sebanyak� �89� �orang

(22,47%).

g.    Hasil Kuisioner Responden Tentang

��Perilaku Dan Faktor Penyebab���������

Tingkat Hubungan

 

Total

Variabel

Iya

Tidak

Jumlah

 

(%)

(%)

(%)

Perilaku

63,08%

36,20%

396 (100%)

Faktor

���penyebab����������������������������������������������������������������

66,62%

33,38%

 

 

Berdasarkan tabel 4.4 terdapat 2 variabel yang mewakili 32 pertanyaan yang telah disebarkan ke responden. Pertanyaan pada variabel mengenai perilaku dan faktor penyebab bertujuan untuk mengetahui apakah responden

telah����������� memahami���������� tentang


 

Variabel��������� Kategori


Jumlah Respondn


Persentase (%)


mengkonsumsi antibiotik tanpa resep


������������������������������������������������������������������� (n= 396)��������������������������������������


17-20


206����������������������� 52,02


dokter.


tahun�����������������������������������������������������������������������������������


Usia����������������� 21-23


189����������������������� 47,73


tahun�����������������������������������������������������������������������������������


h.    Distribusi����� frekuensi���� mahasiswa


24����������������������������������������� 1�������������������������� 0,25


���������������������������� tahun�����������������������������������������������������������������������������������

Total�������������������������������� 396������������������������ 100

Jenis kelamin Laki-laki������������������������� 124���������������������� 31.31

Perempuan���������������������� 272���������������������� 68.69

Total�������������������������������� 396������������������������ 100

2017

 
Tahun������������������������������� 182���������������������� 45.96


Universitas����� Tadulako������ tentang

��perilaku dan faktor penyebab�����������


Angkatan�������� Tahun


125����������������������� 31,57


Jumlah dan presentase responden

Total

Variabel

Baik

Cukup

Kurang

 

(%)

(%)

(%)

Perilaku

80

20,21%

231

58,33%

85

21,46%

Faktor penyebab

158

39,90%

182

45,96%

56

14,14%

 

 
2018������������������������������������������������������������������������������������


Tahun


89������������������������ 22,47


���������������������������� 2019������������������������������������������������������������������������������������

Total�������������������������������� 396�������������������� 100

 

Pada uraian ini akan dijelaskan karakteristik pada 396 responden berupa usia, jenis kelamin, dan angkatan. Pada tabel 4.2 dijelaskan bahwa berdasarkan kategori usia responden 17-20 sebanyak 206 orang

(52,02%), usia 21-23 sebanyak 189

orang (47,73%), dan usia 24 sebanyak

1 orang (0,25%). Berdasarkan kategori jenis kelamin, responden laki-laki sebanyak��� �124��� �orang��� �(31,31%),


Tabel tersebut merupakan hasil responden berdasarkan indikator kuesioner hubungan mahasiswa Universitas Tadulako tentang penggunaan antibiotik tanpa resep dokter di kalangan mahasiswa. Indikator terdiri dari 2 pertanyaan tentang penggunaan antibiotik tanpa resep di kalangan mahasiswa yang dimana banyak mahasiswa yang cukup paham tentang perilaku penggunaan antibiotik dilihat dari hasil jawaban mahasiswa sebanyak (58.33%) yang


masuk dalam kategori cukup baik hal ini dikarenakan perilaku penggunaan antibiotik tanpa resep merupakan pengetahuan yang umum dan dialami oleh mahasiswa dan sebagian besar mahasiswa memahami perilaku tentang penggunaan antibiotik tanpa resep dokter. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan (Djawaria & Maker, 2018) tentang hasil hubungan tersebut menjelaskan bahwa faktor yang sangat mempengaruhi perilaku mendapatkan antibiotik tanpa resep dokter ialah hal- hal yang mendorong untuk melakukannya seperti akses untuk memperoleh antibiotik tanpa resep.

i.      Distribusi frekuensi faktor penyebab di kalangan mahasiswa Universitas Tadulako tentang penggunaan

��� �antibiotik tanpa resep������������������������

 

Indikator

Jumlah dan

���������������� presentase responden���������������������������������

 

 

Baik

Cukup

Kurang

Pengetahuan

71

123

202

 

17.93%

31.06%

51,01%

Pembelian

220

99

77

 

55,56%

25.00%

19.44%

Kemudahan

235

102

59

Mendapatka

59.34%

25.76%

14.90%

���� n Antibiotik����������������������������������������������������������������������������������������������������

 

 

 

 

Berdasarkan tabel tersebut merupakan� hasil���� responden berdasarkan indikator kuesioner faktor penyebab mahasiswa Universitas Tadulako tentang penggunaan antibiotik tanpa resep. Terdapat beberapa faktor penyebab mahasiswa Universitas Tadulako dalam penggunaan antibiotik tanpa resep. Yaitu seperti sub faktor pembelian 77 orang (19.44%), faktor kemudahan mendapatkan antibiotik 59 orang (14.90%), dan faktor pengetahuan yang paling besar yaitu berjumlah 202 orang (51.01%). Terdapat faktor pengetahuan yang paling besar berpengaruh sebagai faktor penyebab penggunaan antibiotik tanpa resep di kalangan mahasiswa Universitas Tadulako. Karena kurangnya edukasi dalam pendidikan


kesehatan itu merupakan proses dalam terjadinya perubahan kemampuan bahkan sikap yang tidak diinginkan pada subjek belajar dengan hasil yang diharapkan adalah kemampuan sebagai perubahan perilaku dari sasaran didik. kegiatan edukasi dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, agar dapat menggunakan antibiotik secara bijak dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang obat sebagai pencegahnya dan gaya hidup yang tidak sehat sehingga masyarakat memerlukan edukasi farmasi untuk mengenal dan mencegah penyakit dengan mulai merubah gaya hidup (Rahmawaty et al., 2018).

 

j.     Hubungan Perilaku dan Faktor Penyebab Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter di Kalangan Mahasiswa Universitas Tadulako

Value

 

Df

Asymp. Sig (2

sided)

Pearson

Chi-Square

214,355

4

0,000

N of Valid

Cases

396

 

 

 

Berdasarkan tabel hasil uji statistik Chi Square pada pengujian hubungan perilaku dengan faktor penyebab penggunaan antibiotik tanpa resep didapatkan nilai Chi Square hitung (Nilai hasil uji chi square) sebesar 214.355 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, maka jika dilihat dari nilai signifikasi, nilai 0.000

< 0.05 sehingga disimpulkan menolak HO ditolak sehingga terdapat hubungan antara perilaku dan faktor penyebab penggunaan antibiotik, sama halnya penelitian yang pernah dilakukan (Djawaria & Maker, 2018) menunjukan bahwa hasil penelitiannya disimpulkan bahwa menggunakan antibiotik yang dibeli sembarangan tanpa resep dokter


di wilayah Surabaya dan sekitarnya kebanyakan dilakukan oleh masyarakat dari umur 15 tahun untuk mengobati gejala yang disebabkan oleh patogen non-bakteri. peristiwa yang sangat mempengaruhi perilaku masyarakat untuk mendapatkan antibiotik tanpa resep dokter dalam penelitian ini termasuk kemudahan akses untuk memperoleh antibiotik di apotek. Hasil dari penelitian ini menujukan bahwa ada hubungan antara perilaku dan faktor penyebab penggunaan antibiotik tanpa resep di kalangan mahasiswa Universitas Tadulako.

 

Kesimpulan

Pertama Terdapat perilaku mahasiswa Universitas Tadulako dalam penggunaan antibiotik tanpa resep, mayoritas tergolong memiliki perilaku yang cukup baik dalam mengkonsumsi antibiotik.

Kedua Terdapat beberapa faktor penyebab mahasiswa Universitas Tadulako dalam penggunaan antibiotik tanpa resep. Yaitu seperti sub faktor pembelian 77 orang (19.44%), faktor kemudahan mendapatkan antibiotik 59 orang (14.90%), dan faktor pengetahuan yang paling besar yaitu berjumlah 202 orang (51.01%). Terdapat faktor pengetahuan yang paling besar berpengaruh sebagai faktor penyebab penggunaan antibiotik tanpa resep di kalangan mahasiswa Universitas Tadulako.

Ketiga Terdapat hubungan signifikasi antara perilaku dan faktor penyebab penggunaan antibiotik tanpa resep di kalangan mahasiswa Universitas Tadulako.

Keempat Diketahui bahwa dari 396 responden didapatkan bahwa antibiotik amoxicillin paling banyak dikonsumsi tanpa menggunakan resep dengan jumlah 271 orang (68,43%).


BIBLIOGRAFI

 

Budiman-Mak, E., Conrad, K. J., Mazza, J., & Stuck, R. M. (2013). A Review Of The Foot Function Index And The Foot Function Index�Revised. Journal Of Foot And Ankle Research, 6(1), 1�37. Google Scholar

 

Desrini, S. (2015). Resistensi Antibiotik, Akankah Dapat Dikendalikan? Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Indonesia, 6(4). Google Scholar

 

Djawaria, F. P. A., & Maker, L. P. I. I. (2018). Cardiac Myxoma. Medicina, 49(2), 236�240. Google Scholar

 

Herlina, V. (2019). Panduan Praktis Mengolah����� Data��� Kuesioner Menggunakan Spss. Elex Media Komputindo. Google Scholar

 

Inayah, D. R. N., & Karwiky, D. R. G. (2020). Kiat Sehat Dengan Dan Tanpa Obat. Mizan Qanita. Google Scholar

 

Kemenkes, R. I. (2016). Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. In Kementrian Kesehat Ri Dan Jica Jakarta. Google Scholar

 

Kurniawati, D. A., & Savitri, H. (2019). Awareness Level Analysis Of Indonesian Consumers Toward Halal Products. Journal Of Islamic Marketing. Google Scholar

 

Organization, W. H. (2013). Transforming And Scaling Up Health Professionals� Education And Training: World Health Organization Guidelines 2013. World Health Organization. Google Scholar

 

Organization, W. H. (2019). Global Status Report On Alcohol And Health 2018. World Health Organization. Google Scholar

 

Priyatmoko, S. A. (2015). Pengaruh Lifestyle Dan Social Influence Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Pada


Pengguna Sepatu Futsal Merek Specs). Manajemen-Fe. Google Scholar

 

Pusporini, A. (2016). Biodiversitas Bakteri Pada Tanah Tercemar Air Lindi Tempat Pemrosesan Akhir (Tpa) Supit Urang Kota Malang. Universitas Brawijaya. Google Scholar

 

Rahmawaty, A., Pujiastuti, E., & Sugiarti, L. (2018). Edukasi Kesehatan Farmasi Penyakit Rematik Di Desa Nganguk Kota Kudus. Jurnal Pengabdian Kesehatan. Google Scholar


Riskesdas. (2013). Riskesdas 2013. In Jakarta Kementeri Kesehat Ri (Vol. 6). Google Scholar

 

Widayati, A., Suryawati, S., De Crespigny, C., & Hiller, J. E. (2011). Self Medication With Antibiotics In Yogyakarta City Indonesia: A Cross Sectional Population-Based Survey. Bmc Research Notes, 4(1), 1�8. Google Scholar


Copyright holder:

Tri Randy Saputra, Amelia Rumi dan Ririen Hardani (2021)

First publication right:

Jurnal Health Sains

This article is licensed under: