Jurnal Health Sains: p�ISSN : 2723-4339 e-ISSN
: 2548-1398�����
Vol. 2, No. 2, Februari 2021
PENGALAMAN
KELUARGA MERAWAT PASIEN KANKER DI KOTA TANJUNG
Ahmad Rizqie Kurniawan, Bahrul Ilmi dan Hiryadi
Universitas Muhammadiyah
Banjarmasin, Poltekes Kemenkes
Banjarmasin dan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Email: [email protected], [email protected]
dan [email protected]
artikel
info |
abstract |
Tanggal diterima: 5
Februari 2021 Tanggal revisi: 15
Februari 2021 Tanggal yang diterima:
25 Februari 2021 |
Cancer
is a complex group of diseases with various manifestations, depending on
which body system is affected and the type of tumor cells involved. Cancer
can affect people of any age, gender, ethnicity or geographic area. The fact
in the field that cancer has a significant negative impact on physical,
psychosocial activity such as anxiety, fear, sadness, depression and
financial problems is related to the cost of treatment, which is a result of
cancer symptoms from before and after treatment. There fore
cancer sufferers need help from others, one of the closest people is family.
This study aims to explore the experiences of families who have treated
cancer patients in the city of Tanjung. Qualitative
data were obtained through in-depth interviews with 5 family members who had
treated cancer patients at home. The results of the study found 8 main
theme� namely Wound care, Palliative
care: physical aspects (less physical complaints), Family efforts in seeking
treatment, Fulfill the client's basic needs, Keep quality of life, Family
response in performing client care, Decisions on implementing client care at
home and Benefits to families in caring for clients with cancer. The results
of this study concluded that the importance of the role of the family in caring
for cancer patients in fulfilling their daily needs, assistance provided by
the family and family support in order to improve the quality of life for
clients and families have various responses during treatment such as positive
responses and negative responses. Likewise, the family also gets benefits
after doing care for the client itself and for the family itself. ABSTRAK Penelitian ini
bertujuan mengekplorasi pengalaman keluarga yang pernah merawat pasien kanker di kota Tanjung. Data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam pada 5 anggota keluarga yang pernah merawat pasien kanker di rumah. Hasil penelitian menemukan 8 tema utama yaitu� Perawatan luka, Perawatan paliatif: aspek fisik (keluhan fisik berkurang), Upaya keluarga dalam pencarian pengobatan, Menjaga kualitas hidup klien, Pemenuhan kebutuhan dasar klien, Respon keluarga dalam melakukan perawatan klien, Keputusan pelaksanaan perawatan klien di rumah dan Manfaat bagi keluarga dalam merawat klien dengan kanker. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pentingnya peran keluarga dalam merawat pasien kanker dalam hal pemenuhan
kebutuhan sehari-hari, pendampingan yang dilakukan keluarga dan dukungan keluarga agar meningkatkan kualitas hidup klien serta keluarga
memilik respon yang bervariasi selama melakukan perawatan seperti� respon positif� dan respon negatif. Demikian keluarga juga mendapatkan manfaat setelah melakukan perawatan bagi klien itu sendiri
maupun bagi keluarga itu sendiri. |
Keywords: Cancer; family;
caring experience Kata Kunci: Kanker; keluarga;
pengalaman merawat |
Coresponden Author:
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah
lisensi
���������������
Pendahuluan
International
Agency for Research on Cancer (IARC), menyatakan kejadian kanker pada
tahun 2012 sebanyak 14,1 juta kasus baru dengan mortalitas sebanyak 8,2 juta
kasus, dan kejadian ini meningkat pada tahun 2018 menjadi 18,1 juta kasus baru
disertai dengan peningkatan mortalitas sebanyak 9,6 juta kasus dimana kanker
paru, payudara dan colorectum merupakan 3 jenis kanker terbanyak. Dalam hal ini
Indonesia mengalami peningkatan menurut Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018,
kejadian kanker secara umum mengalami peningkatan mulai pada tahun 2013 yaitu
mencapai 1,4/1000 sampai pada tahun 2018 secara signifikan meningkat menjadi
1,8/1000. Kemkes dalam artikel �Hari Kanker Sedunia 2019� menjelaskan bahwa
angka kejadian penyakit kanker di Indonesia 136,2/100.000 penduduk berada pada
urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke-23. Peningkatan kejadian
ini juga terjadi di Kalimantan Selatan dimana pada tahun 2013 penderita kanker
sebanyak 1,6/1000 penduduk dan meningkat menjadi 2,13/1000 penduduk pada tahun 2018.
Kanker adalah
sekelompok penyakit kompleks dengan berbagai manifestasi, bergantung pada
sistem tubuh mana yang terpengaruh dan jenis sel tumor yang terlibat. Kanker
dapat menyerang orang dari segala usia, jenis kelamin, etnis atau wilayah
geografis. Meskipun insiden dan angka kematian kanker terus menurun sejak tahun
1990, penyakit ini tetap menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti.
Ketakutan yang ditimbulkan oleh bahkan saran diagnosis kanker sering
menimbulkan perasaan putus asa dan tidak berdaya (Galway et al., 2012).
Fakta di
lapangan bahwa kanker menimbulkan dampak yang lebih kompleks kepada penderita
kanker. Dalam hal ini penderita kanker memiliki dampak negative yang signifikan
terhadap aktivitas fisik serta secara psikososial seorang penderita kanker akan
mempunyai rasa cemas, takut, sedih, depresi serta masalah finansial berkaitan
dengan biaya perawatan, yang mana akibat dari gejala kanker dari sebelum dan
sesudah menjalani pengobatan,� maka dari
itu penderita kanker membutuhkan bantuan orang lain salah satunya orang yang
paling terdekat adalah keluarga. Pada situasi demikian pasien membutuhkan
dukungan dari dokter, perawat, para survivor
cancer dan orang-orang terdekat terutama keluarga (Anggraeni & Indrarti, 2012).
Orang yang
paling bertanggung jawab dalam perawatan pasien penderita kanker adalah
keluarganya sendiri atau disebut dengan family
caregiver. Family caregiver pada pasien kanker adalah individu yang
bertugas sebagai perpanjangan peran dari tenaga profesional yang memberikan
perawatan dan bantuan secara sukarela terkait kondisi kesehatan kepada anggota
keluarga yang menderita kanker. (Setiawan, 2019) didalam
penelitiannya bahwa family care giver
penting untuk kesejahteraan pasien kanker stadium lanjut selama penyakit pasien
bergantung kepada family caregiver
untuk dukungan emosional, finansial, dan material; transportasi ke rumah sakit,
perawatan medis serta� bantuan dengan
aktivitas kehidupan sehari-hari, termasuk memakai pakaian dan makan.
Keluarga adalah
unit terkecil dalam masyarakat. salah satu fungsi keluarga adalah memberikan
pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan�
yang merupakan unit utama dalam pencegahan dan pengobatan penyakit.
Serat partisipasi dan dukungan keluarga akan mendukung proses pemulihan. (Brewin, 2013) menunjukkan
bahwa dukungan keluarga adalah proses seumur hidup. Keluarga memegang peranan
yang sangat penting sebagai caregiver
dalam pengobatan pasien kanker, terutama dalam menunjang motivasi pasien untuk
menerima pengobatan. Menurut penelitian (Henriksson & �restedt, 2013) pasien kanker
yang mendapat dukungan keluarga akan meningkatkan kualitas hidupnya. Keluarga
juga berdampak pada berbagai pengobatan dan perawatan. Orang yang didukung oleh
anggota keluarga akan merasa diperhatikan, dicintai, berharga, dapat berbagi
beban, memiliki kepercayaan diri dan membangun harapan untuk menghindari atau
mengurangi stres.
Pada keluarga
dengan kanker stadium lanjut diharapkan bisa menerapkan koping yang positif
dalam penanganan masalah mereka baik masalah fisik maupun masalah psikososial.
Penggunaan koping yang positif dapat meningkatkan kemampuan keluarga dalam
perawatan pasien dan bagi keluarga sendiri juga terhindar dari efek negatif
dari masalah-masalah fisik dan psikologis yang timbul selama merawat anggota keluarga
(Huda et al., 2019). Dalam
penelitian (Dwijayanti & Rifa�i, 2015) menyatakan
bahwa erat kaitannya keluarga yang merawat pasien kanker dengan memberikan
kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Family caregiver yang merawat penderita kanker, merupakan sumber
daya kunci untuk kesejahteraan pasien dengan bantuan dan keterlibatan aktif
mereka dalam keputusan pengobatan dan perencanaan perawatan. Dalam proses
penyakit yang tidak dapat disembuhkan (Ullrich & Nitsche, 2020)
Inti dari
perawatan yang dilakukan oleh keluarga ada kaitannya dengan teori keperawatan
Virginia�� Henderson�� dalam (Alligood, 2014) yang mana
keluarga sebagai Family caregiver
yang mana tugasnya membantu kebutuhan-kebutuhan dasar penderita
kanker maka dari itu 14� kebutuhan� dasar�
Virginia Henderson tersebut�
mencakup� fisiologis,� psikologis,�
spiritual� dan sosial,� setiap�
komponen� jelas dan� tidak�
perlu� dijabarkan� sehingga�
mudah untuk� mencapai� tujuan�
yang� dipilih,� dapat�
diaplikasikan� pada semua umur dan
perkembangan��� manusia. Pada�� pasien���
kanker stadium lanjut�
memiliki� masalah� yang�
kompleks� dapat� mempengaruhi sistem organ secara� keseluruhan,�
pemilihan� 14� kebutuhan�
dasar� dari� Virginia Henderson� kebutuhan�
pasien� dapat� terkaji�
secara� lebih� spesifik�
karena terangkum� dalam� kebutuhan�
fisiologis� yang� holistik,�
psikogis,� sosial� dan spiritual (Rodriguez-Mateos et al., 2019).
Metode Penelitian
�� Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi pengalaman keluarga merawat pasien kanker di rumah. Ada lima partisipan yang terlibat pada penelitian ini. Lima partisipan ini adalah keluarga
yang pernah merawat pasien kanker serta
keluarga yang bersedia menceritakan pengalamannya merawat pasien kanker.
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik partisipan (responden)
meliputi Partisipan laki-laki sebanyak 3 orang dan partisipan perempuan 2
orang. Usia partisipan bervariasi dengan usia termuda 27 tahun dan tertua 64
tahun. Pekerjaan partisipan bermacam-macam seperti karyawan swasta, PNS,
apoteker serta ibu rumah tangga.� Latar
belakang pendidikan partisipan yaitu sarjana strata 1 sebanyak 4 orang serta
SMA sebanyak 1 orang. Semua partisipan berstatus telah menikah. Hubungan klien
dengan anggota keluarga bermacam-macam yaitu suami, adik ipar serta anak.
Hasil penelitian
mengeksplor pengalaman keluarga yang pernah merawat pasien kanker di rumah
sebanyak 9 tema sebagai berikut:
1.
Perawatan
luka
a. Membantu
dressing luka
Hasil dari tema
yang didapatkan adalah bagaimana keluarga melakukan perawatan luka terhadap
pasien kanker dikarenakan terdapat darah dan nanah di lokasi payudara klien
yang mana keluarga mengatakan bahwa pentingnya perawatan luka pada klien� yang bertujuan mengurangi risiko infeksi pada
area luka tersebut maka dari itu keluarga berpartisipasi dalam pelaksanaan
membantu dressing luka.
Kanker
payudara ialah sebuah penyakit yang timbul karena terdapat gangguan
dipertumbuhan sel di dalam jaringan payudara, sehingga mengakibatkan payudara menjadi bengkak dan terdapat luka
nanah serta darah di dalamnya (Aini, 2016). Sejalan dengan (Gitarja, 2017) menjelaskan bahwa� luka kanker dikenal pula dengan sebutan fungating malignant wound atau malignant
cutaneous wound.
Maka dari
itu� berdasarkan pemaparan diatas bahwa
luka pada pasien kanker payudara dapat mengakibatkan bengkak dan sering kali
terdapat luka dan nanah demikan salah satu penanganan agar luka tersebut tetap
terjaga kebersihannya maka diperlukan perawatan luka Sejalan dengan salah satu
fungsi keluarga menurut Friedman yaitu fungsi perawatan kesehatan dimana
keluarga menyediakan perawatan kesehatan bagi klien salah satunya melaksanakan
perawatan luka yang dilakukan oleh perawat dan keluarga, penting bagi keluarga
dalam melakukan perawatan luka agar menjaga kebersihan luka yang diderita klien.
b. Mengganti
perban
Keluarga
membantu perawat dalam melakukan perawatan luka yaitu mengganti perban yang
bertujuan agar kebersihan luka terjaga, karena menurut (Mu�afiro et al., 2019) ketika luka di
perban maka akan menyebabkan luka lembab dan luka akan bertambah lama untuk
sembuh. Perban adalah salah satu perlengkapan medis pendukung keperawatan yang
biasa digunakan untuk membalut luka.
Berdasarkan
penjelasan diatas� pentingnya keluarga
mengganti perban karena perban memilik fungsi yang beragam� memperngaruhi dalam proses penyembuhan luka
kanker karena penerapan perban yang salah juga dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan serta lokasi luka dapat mempengaruhi bagaimana jenis luka tersebut
sehingga dianjurkan sebelum mengganti perban dilakukan perawatan luka.
c. Perawatan
luka secara intensif
Perawat
melakukan perawatan luka kanker secara terjadwal sejalan dengan penelitian (Mu�afiro et al., 2019) menjelaskan
bahwa peran tenaga kesehatan dalam mengatasi luka kanker, khususnya perawat
mempunyai peran penting menggunakan pengetahuan dan keterampilannya, salah
satunya peran preventif untuk merawat luka kanker agar luka selalu bersih, dan
terhindar dari infeksi. Serta memberikan peran kuratif dalam merawat serta
mengobati luka kanker tersebut agar luka dapat segera sembuh.
Berdasarkan
pemaparan dari 3 (tiga) kategori tersebut seperti yang diungkapkan oleh
partisipan bahwa penting menjaga kebersihan luka pasien kanker dengan tindakan
perawatan luka yang dilakukan oleh perawat secara intensif sejalan dengan teori
keperawatan Virginia henderson perawatan luka termasuk dalam pemenuhan
kebutuhan personal hygiene dimana dijelaskan oleh
(Perry & Potter, 2016) dalam buku
karangan bahwa perawatan kulit mencakup pada kebersihan kulit, kulit memiliki
fungsi mengeliminasi sel mati, mensintesis sel baru dan sebagai mediator
pertukaran oksigen, cairan dan nutrisi dengan pembuluh darah yang ada
dibawahnya.
Sejalan dengan (Raisch et al., 2012) tugas seorang
caregiver salah satunya adalah melakukan dukungan medis yang termasuk manajemen
luka dalam hal ini keluarga berpartisipasi juga dalam pelaksanaan perawatan
luka bersama perawat dengan demikian keluarga memiliki tugas di bidang
kesehatan yaitu merawat keluarga yang memiliki gangguan kesehatan.
2.
Perawatan
paliatif : Aspek fisik (Keluhan fisik berkurang)
Hasil penelitian
ini didapat 1 (satu) sub tema yaitu metode untuk mengatasi keluhan, menunjukan
bahwa keluarga mengatasi keluhan klien seperti nyeri yang mana ada kaitannya
dengan perawatan paliatif yang� meliputi
penatalaksanaan nyeri Metode pereda nyeri non-farmakologis merupakan tindakan
mandiri perawat untuk mengurangi intensitas nyeri sampai dengan tingkat yang
dapat ditoleransi oleh pasien (Perry & Potter, 2006). Menurut (Koloski et al., 2012) bahwa seorang
caregiver keluarga dalam perawatan paliatif didefinisiskan sebagai sanak
saudara, teman ataupun pasangan yang ikut terlibat dalam perawatan pasien dam
biasanya mempersiapkan fisik, praktik dan emosi juga dukungan tanpa dibayar.
Berdasarkan dengan pengertian perawatan paliatif merupakan pelayanan kesehatan
yang bersifat holistik dengan melibatkan berbagai profesi.Implementasi
perawatan paliatif yang harus diterapkan di rumah sakit meliputi
penatalaksanaan nyeri, penatalaksanaan keluhan fisik, pemberian dukungan
psikologis, sosial, dan spiritual (Larsen et al., 2017) dalam (Janitra et al., 2019). terdapat 2
(dua) metode� yang dilakukan keluarga
dalam mengatasi keluhan nyeri yaitu :
Manajemen
nyeri non-farmakologis
a. Manajemen
nyeri non-farmakologis : Distraksi sentuhan (Massage/Pijat)
Kategori pertama
yang membentuk sub tema ini yaitu bahwa keluarga melakukan manajemen nyeri
non-farmakologis yaitu dengan distraksi sentuhan (Massage/pijat) dalam
mengurangi nyeri klien.
Nyeri merupakan
gejala yang paling sering pada klien dengan perawatan paliatif. Nyeri pada
klien paliatif tidak hanya respon fisik terhadap gangguan atau penyakit yang
mendasarinya, namun akibat dari berbagai dimensi emosional intelektual,� perilaku,�
sensori,� dan juga budaya klien (Black & Hawks, 2014).
Teknik
untuk melakukan hand massage dapat dilakukan�
dengan beberapa pendekatan, salah satu metode dilakukan adalah dengan
memberikan��� tekanan lembut dan gesekan
di seluruh telapak tangan klien dengan melibatkan gerakan melingkar� kecil�
dengan menggunakan ujung jari�
atau� ibu� jari�
perawat dalam waktu 5-10 menit (Kolcaba et al., 2014). Upaya� sentuhan�
yang� lembut dapat memberikan�� kesenangan��
dan kenyamanan bagi� pasien teknik
ini bisa dilakukan oleh keluarga secara mandiri dalam mengatasi nyeri klien.
b. Manajemen
nyeri non-farmakologis: Relaksasi (Tarik napas dalam)
Kategori kedua
yang membentuk sub tema ini yaitu bahwa keluarga melakukan manajajemen nyeri
non-farmakologis yaitu dengan relaksasi (tarik napas dalam) dalam hal ini
pasien kanker memiliki efek nyeri akibat penyakitnya sebagaimana seperti yang
dipaparkan oleh (Sumiati, 2017) nyeri adalah
perasaan tidak nyaman dan pengalaman emosi yang berhubungan dengan atau telah
rusaknya jaringan. Nyeri merupakan hal yang sangat kompelks, dengan gejala
multidimensi yang ditentukan tidak saja oleh kerusakan jaringan dan nosiseptif,
tatapi juga oleh aspek kepercayaan seseorang, pengalaman nyeri, kondisi psikis,
motivasi, serta lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan
penjelasan di atas bahwa dalam perawatan keluarga terhadap pasien kanker di
rumah, secara tidak langsung keluarga melakukan manajemen nyeri
non-farmakologis dengan cara distraksi sentuhan (pijat) dan teknik relaksasi
(tarik napas dalam) sejalan dengan tindakan perawatan paliatif terhadap pasien
kanker bahwa nyeri merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada pasien
kanker dengan keadaan paliatif sesuai dengan indikator tercapainya tujuan
perawatan paliatif menurut Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Dan
Keteknisian Medis Kementerian Kesehatan (2012)�
yaitu aspek fisik berkurang (keluhan fisik berkurang.
3.
Upaya
keluarga dalam pencarian pengobatan
a. Membawa
klien ke fasyankes (Puskesmas dan rumah sakit)
Keluarga membawa
klien ke puskesmas dan rumah sakit Kategori pertama yang membentuk sub tema ini
yaitu bagaimana keluarga membawa klien ke puskesmas dan ke rumah sakit yang
mana keluarga berpartisipasi dalam dukungan pengobatan, pemeriksaan lab untuk
klien di puskesmas dan rumah sakit serta mencari informasi tentang bagaimana
pengobatan kanker tersebut.
Dalam hal ini
peran keluarga sebagai orang terdekat terhadap penderita kanker sama halnya
dengan tugas seorang caregiver informal yaitu seperti yang dijelaskan oleh (Raisch et al., 2012) yaitu tugas
seorang caregiver ialah memberikan dukungan medis salah satunya membantu dalam
pengobatan, sejalan dengan (Pegado et al., 2016)
menjelaskan bahwa fungsi dari caregiver keluarga adalah merawat klien yang
menderita suatu penyakit termasuk salah satunya membawa klien ke pelayanan
kesehatan.
b. Keluarga
mengambil keputusan untuk pengobatan di rumah sakit
a) Keluarga
mempunyai tugas dalam pemberi keputusan dalam pengobatan klien dengan kanker.
Keputusan menurut (Knaul et al., 2016) menjelaskan
adalah ketegasan terhadap solusi dan keputusan akan jawaban pertanyaan dari
masalah yang dihadapinya atau pilihan pada suatu alternatif sebagai suatu
pengakhiran yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah dan merupakan proses
jawaban pertanyaan terhadap masalah yang dihadapi.
Tugas keluarga
dalam bidang kesehatan menurut (Friedman et al., 2010) bahwa
dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat bagi
keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan
siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan
tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan
tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi.
b) Kecukupan
dana perawatan
Peran keluarga
dalam pengambil keputusan dalam pengobatan klien tidak luput dari dukungan
finansial yang mencakup dari kecukupan dana perawatan seperti memiliki asuransi
kesehatan. Hal ini dilihat dari dukungan anggota keluarga untuk menyediakan
finansial untuk pengobatan pasien. Penyediaan finiansial ini dilakukan keluarga
dengan cara tetap bersemangat untuk bekerja serta menggunakan bantuan asuransi
kesehatan dari pemerintah.
Dalam hal
dukungan finansial dari keluarga yang menjadi caregiver sejalan dengan teori
yang dipaparkan oleh (Raisch et al., 2012) salah satu
tugas spesifik dari seorang caregiver�
ialah memiliki tugas pengaturan jaminan dan keuangan (insurance and
financial) yaitu menyeleksi rencana asuransi yang tepat, membantu
menyiapkan obat baru dan obat-obatan yang mahal, atau menemukan sumber asuransi
dan menyelamatkan keuangan.
c. Menggunakan
pengobatan alternatif
Selama proses
pengobatan medis yang dilakukan klien keluarga juga mengungkapkan bahwa mereka
yakin menggunakan obat tradisional. Sebagaimana asumsi peneliti bahwa masih
banyak orang-orang yang sakit menggunakan pengobatan tradisional di karenakan
mungkin biaya pengobatan yang mahal dan kondisi yang sulit disembuhkan.
Sebagaimana
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Aviyah & Farid, 2014) bahwa pada
populasi kanker payudara di Malaysia menunjukkan bahwa alasan mereka berobat ke
pengobatan tradisional adalah (1) rekomendasi dari teman dan keluarga, (2)
sanksi dari keluarga, (3) manfaat dan kesesuaian yang dirasakan, (4)
kredibilitas terapis pengobatan tradisional dan (5) keberatan dengan sistem
medis Barat dan penundaan sistematis.
Bisa kita
simpulkan dari beberapa penelitian yang mendukung tema ini bahwa keluarga atau
orang terdekat masih mempengaruhi klien yang menderita kanker untuk melakukan
pengobatan tradisional.
4.
Menjaga
kualitas hidup klien
Berdasarkan
hasil penelitian ini bahwa dalam menjaga kualitas hidup klien keluarga selalu
selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik dalam menjaga kualitas hidup
klien dengan cara� mempertahankan keadaan
kesehatan klien, mendoakan klien, berusaha memenuhi keinginan klien dan
memandirikan agar klien berharga serta keluarga membantu dalam proses menuju
kemandirian klien dengan cara selalu mendampingi, memenuhi kebutuhan klien
dengan demikian klien terjaga kualitas hidupnya.
a. Peningkatan
kualitas hidup
a) Berusaha
memberikan pelayanan terbaik
Keluarga
sebagai suatu kelompok individu yang tinggal bersama dan saling ketergantungan
mempunyai peran utama dalam pemeliharaan kesehatan seluruh anggota keluarga dan
bukan individu itu sendiri yang mengusahakan tercapainya kesehatan yang
diinginkan (Sudiharto, 2017). Dalam hal ini penderita kanker
memiliki masalah dalam dirinya termasuk dari kondisi fisik dan psikologis yang
berakibat menurunnya kualitas hidup.
Sejalan
dengan penjelasan (Saxton & Daley, 2011) Penderita kanker payudara banyak mengalami
perubahan dalam dirinya dan kehidupan sehari-harinya, yang meliputi kondisi
fisik dan psikologis seperti nyeri, kelelahan, istirahat tidur sedangkan
psikologis seperti penampilan, konsep diri, perasaan positif dan perasaan
negatif. Hal tersebut berlangsung sejak proses diagnosis hingga akhir hidupnya
berfokus pada kesehatan, kehidupan penderita kanker dan pada saat menjalani
pengobatan.
Penderita kanker
payudara membutuhkan terapi dan pengobatan, sedangkan terapi maupun pengobatan
untuk kanker payudara itu sendiri akan menimbulkan dampak baik positif maupun
negatif. Masalah yang dialami penderita kanker payudara jangka panjang akan mempengaruhi
kualitas hidup (Ongge, 2015).
Individu yang
memiliki kualitas hidup yang baik akan memiliki kesehatan jasmani dan rohani
yang baik, serta dapat menjalankan hidup di dalam masyarakat sesuai perannya
masing-masing. Kualitas kehidupan dapat membantu menentukan masalah tertentu
yang mungkin muncul pada penderita (Noviarini et al., 2013).
b) Proses
menuju kemandirian klien
Kategori ini
membentuk sub tema bagaimana keluarga dalam meningkatkan kualitas hidup dari
segi membantu aktivitas serta mendampingi dalam pemenuhan aktivitas
sehari-hari. Menurut (Friedman et al., 2010)
Dukungan keluarga adalah suatu proses hubungan berupa sikap, tindakan, dan
penerimaan keluarga terhadap anggotanya yang bersifat mendukung dan memberikan
pertolongan kepada anggotanya.
Pentingnya
dukungan keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan aktivitas klien dengan kanker
karena mampu meningkatkan motivasi serta semangat hidup klien dalam melakukan
aktivitas sehari-hari sejalan dengan (Roberts et al., 2012) mengungkapkan
bahwa. Dukungan keluarga merupakan faktor yang sangat penting untuk memotivasi
dan meningkatkan semangat hidup penderita kanker.
Berdasarkan
penelitian terkait sebelumnya yang dilakukan oleh (Caesandri & Adiningsih, 2015) meskipun tidak
menjelaskan secara spesifik tentang pendampingan keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari peneliti menjelaskan peranan dukungan pendampingan dan
kebiasaan makan pasien kanker selama menjalani terapi didapatkan hasil bahwa
Peranan dukungan dikatakan baik jika pendamping memenuhi kebutuhan pasien
kanker, terutama dalam hal perawatan makan dan pemenuhan nutrisi pasien. Pasien
memaparkan bahwa pendamping selalu menanyakan dan memberikan makanan yang
diinginkan oleh pasien agar pasien mau makan (Caesandri & Adiningsih, 2015).
c) Memandirikan
klien agar lebih berharga
Berdasarkan
hasil pernyataan keluarga didapatkan�
bahwa dalam menjaga kualitas hidup klien maka perlunya memandirikan
klien agar klien merasa dirinya berharga sehingga kualitas hidupnya terjaga. Kualitas
hidup merupakan istilah yang sering kali digunakan untuk menyatakan status
kesehatan seseorang, status fungsional fisik, kemampuan menyesuaikan diri
terhadap kondisi psikososial dan gejala yang muncul, kondisi sehat sejahtera,
kenyamanan dalam hidup atau kebahagiaan (Barofsky, 2012). World Health
Organization (WHO, 2014) dalam Boby (2019) menyatakan kualitas hidup merupakan
persepsi dari individu yang menunjukkan kemampuan seseorang untuk melakukan
bermacam- macam peran kepuasan dalam melakukan sesuatu sesuai konteks budaya.
Biasanya pada
Pengobatan kanker memberi dampak negatif pada fisik dan mental, serta mempunyai
pengaruh yang besar terhadap konsep diri. Jika konsep diri terganggu, maka
berpengaruh terhadap pikiran dan tingkah laku seseorang, antara lain:
kesedihan, kekhawatiran dan ketakutan akan masa depan dan kematian. Kondisi ini
mempengaruhi kualitas hidup penderita kanker. Kualitas hidup penderita kanker
dipengaruhi pemahaman individu terhadap penyakitnya,� sehingga penderita tahu cara menjaga
kesehatan (Cao-Lormeau et al., 2016) Seseorang�� yang�
mendapatkan�� dukungan
keluarga� dan�� dukungan��
sosial merasa diperhatikan, disayangi,�
merasa� berharga dapat�� berbagi��
beban,�� percaya�� diri��
dan menumbuhkan� harapan� sehingga�
mampu menangkal� atau� mengurangi�
stres� (Watson et al., 2017).
5.
Pemenuhan
kebutuhan dasar klien
a. Pemenuhan
kebutuhan personal hygiene
Beberapa
partisipan mengatakan bahwa dalam memenuhi kebutuhan kebersihan diri klien
salah satunya aktivitas mandi, keluarga masih membantu memandikan klien serta
ada juga partisipan yang mengatakan bahwa dalam pemenuhan kebutuhan personal
hygiene masih ada yang melakuakan secara mandiri yang mana sesuai dengan teori klasifikasi
tingkat ketergantungan klien masuk dari kategori partial care dan minimal care.
Penelitian (Purnawan et al., 2014) mengatakan bahwa
pasien kanker payudara mengalami kelemahan fisik terutama yang menjalani kemoterapi.
Kelemahan, pusing, susah menggerakkan ekstremitas, dan sesak. Hal tersebut
mengakibatkan pasien mengalami masalah hygiene seperti kerusakan kulit dan
jaringan, kerontokan rambut, dan kurangnya perawatan diri.
Keluarga
membantu pemenuhan kebutuhan personal hygiene dikarenakan kelemah fisik yang
dialami klien agar kebersihan badan klien terjaga sehingga menimbulkan rasa
nyaman, kesehatan dan keamanan pada klien. Sejalan dengan teori (Perry & Potter, 2016)
Perawatan kulit pada pasien kanker stadium lanjut sangat penting sebagai
tindakan pencegahan luka pada kulit dan sebagai bentuk perhatian pada pasien
untuk meningkatkan kesejahteraan. bentuk perawatan yang diberikan dengan
memandikan pasien untuk meningkatkan kebersihan diri pasien..
b. Pemenuhan
kebutuhan berpakaian
Dalam pemenuhan
kebutuhan berpakaian klien mampu melakukan dengan mandiri meskipun secra
perlahan tanpa bantuan keluarga yang mana tingkat ketergantungan klien masuk
kategori minimal care. Cara berpakaian yang sesuai kondisi dan keadaan juga
membantu peningkatan kesehatan, bagi setiap individu. Cara berpakaian yang di
kenakan untuk melindungi diri dari cuaca yang panas hingga dingin agar tidak
mempengaruhi tubuh.
Dalam hal ini
caregiver keluarga yang merawat pasien kanker mampu memberikan kebutuhan berpakaian
sesuai dengan apa yang dipaparkan oleh (McCloskey et al., 2008) seperti
memepersiapkan pakaian pasien ditempat yang bisa diakses oleh pasien, membantu
pasien memasang pakaiannya jika diperlukan, memfasilitasi pasien dalam hal
merias wajah jika diperlukan, menaruh pakaian yang kotor, menawarkan untuk
mencuci baju, menyisir rambut pasien jika diperlukan serta memberikan semangat
untuk berpakaian sendiri. Berdasarkan penjelasan di atas bahwa cara berpakaian
klien mempengaruhi kondisi dan keadaan pasien agar merasa nyaman dan
terlindungi sejalan dengan teori pemenuhan kebutuhan dasar virginia henderson
masuk dari segi pemenuhan kebutuhan berpakaian.
c. Pemenuhan
kebutuhan eliminasi
Beberapa
partisipan mengungkapkan bahwa dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi masih membutuhkan
bantuan BAK dan BAB (ditempat tidur dan kamar mandi) oleh keluarga yang
dikarenakan kondisi fisik klien dari segi tingkat ketergantungan klien masuk
pada kategori partial care.
Pemenuhan
kebutuhan eliminasi pada manusia terdiri dari dua macam kebutuhan yaitu
kebutuhan eliminasi fekal dan kebutuhan eliminasi urin. Dalam memenuhi
kebutuhan eliminasi dibutuhkan pengawasan terhadap berbagai masalah yang dapat
muncul terhadap pemenuhan kebutuhan eliminasi. Beberapa masalah yang dapat
mucul berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan eliminasi antara lain konstipasi,
diare, inkontinesia alvi, hemoroid, inkontinensia urin, retensi urin, infeksi
saluran kemih. Beberapa gangguan pada pemenuhan kebutuhan eleminasi dapat
mengganggu keseimbangan individusi.
d. Pemenuhan
kebutuhan nutrisi
Dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi partisipan mengungkapkan bahwa keluarga dalam menjaga nutrisi
klien yaitu membutuhkan bantuan bantuan makan dan disuapi apabila klien tidak
mampu makan sendiri, serta agar tejaga kesehatannya keluarga menjaga makanan
agar tidak sembarangan makan serta membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
karena klien tidak mampu menyiapkan makanannya sendiri dalam kategori
ketergantungan partial care karena masih dibantu oleh keluarga meskipun masih
ada partisipan yang mengungkapkan bahwa klien mampu makan secara mandiri yang
termasuk pada kategori minimal care.
Nutrisi salah
satu faktor penting dalam proses dan fungsi tubuh, walaupun tubuh dapat
bertahan tanpa nutrisi dan memiliki waktu yang lebih lama dari cairan. Beberapa
hal yang dapat dipertimbangkan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yaitu gizi dan
kualits hidup, keseimbangan cairan, pentingnya diet dan kondisi pencernaan.
Pada pasien kanker terjadi perubahan kebiasaan makan antara lain kehilangan
rasa lapar, tidak menyukai makanan, dan perubahan fisik yang menyebabkan
kesulitan dalam makan, mengunyah, menelan, masalah gastrointestinal. Kanker
mengalami perubahan dalam respon inflamasi kronis yang sistemik, sehingga
nutrisi yang diberikan untuk memberikan respon katabolik sitokim dan eicosanoid
atau regulasi metabolik seperti agen anabolik atau agen anti katabolik.
Manajemen nutrisi pada pasien kanker bergantung pendekatan masing-masing� individu�
(Rodriguez-Mateos et al., 2019).
e. Pemenuhan
kebutuhan komunikasi
Berdasarkan
hasil wawancara terhadap partisipan bahwa dalam membina hubungan dengan klien
agar terjaga, keluarga selalu menghadirkan keluarga agar klien merasa nyaman
bahwa dengan adanya kehadiran keluarga klien merasa masih merasa bahwa dirinya
tidak sendiri dikarenakan ada keluarga yang selalu menemani serta agar
tejaganya komunikasi dengan klien dibutuhkan juga komunikasi yang baik dengan
keluarga.
Sejalan dengan
teori (Ferrell & Coyle, 2016) Efek fisik dari
kanker dan terapinya dapat menyebabkan tekanan psikologis yang serius. Pada
konteks kanker tekanan ini didefinisikan sebagai pengalaman emosional yang
tidak menyenangkan dan bersifat mulitifaktor. Pasien kanker stadium lanjut
mengalami ketakutan dan kecemasan terkait kejadian dimasa depan yang tidak
pasti, rasa sakit yang� dialami� terus-menerus,� perpisahan�
dari� orang� yang��
dicintai dan kehilangan kontrol.
f. Pemenuhan
kebutuhan psikologis
Pemenuhan
kebutuhan psikologis penderita kanker oleh keluarga bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup klien dengan cara memberikan dukungan emosional,
memotivasi klien dan memberi semangat. Karena itu, peran keluarga dan orang di
sekitarnya untuk memberikan dukungan hidup untuk penderita akan sangat besar
artinya. Jadi, keluarga harus merawat penderita agar tidak mengalami stres dan
kemudian depresi akan penyakit yang tengah dideritanya tersebut. Terdapat
hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana peran
keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehat ananggota keluarga,
mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi, serta dukungan keluarga
sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental
Sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh (Saragih, 2018) pada pasien
kanker yang menjalani kemoterapi bahwa berdasarkan dukungan emosional keluarga
dalam kategori baik yaitu 52% pasien menerima dukungan emosional dari keluarga.
Terdapatnya dukungan dari keluarga akan membuat pasien tidak merasa sendiri dan
pasien merasa bebannya berkurang karena dapat mencurahkan segala yang
dirasakannya kepada keluarga. Dukungan keberadaan yang diberikan keluarga dapat
membantu partisipan terhadap penguasaan emosi yang dapat timbul saat menjalani
pengobatan kemoterapi.
g. Pemenuhan
kebutuhan spiritual
Beberapa
partisipan mengungkapkan bahwa dalam pemenuhan aktivitas keagamaan/beribadah
seperti kegiatan sholat 5 (lima) waktu masih dibantu oleh keluarga, klien
selama mengidap penyakit kanker masih mengikuti kegiatan pengajian,� keluarga tidak lupa mengingatkan klien untuk
berdoa kepada tuhan agar diberi kesembuhan, serta memberikan saran untuk
melakukan zikir, istigfhar dan bershalawat agar klien merasa tenang.
Spiritual
merupakan konsep unik yang terjadi secara pribadi pada individu yang bersifat
kompleks yang dipengaruhi oleh pengalaman hidup, budaya, kepercayaan,
perkembangan dan ide-ide tentang kehidupan seseorang. Spiritual memberikan
individu energi yang dapat membantu mereka untuk beradaptasi pada kondisi yang
sulit� dan� untuk memelihara kesehatan. kepercayaan
(agama) merupakan hubungan individu dengan kekuatan tertinggi yang pada setiap
individu mempercayai keberadaan yang beralasan keyakinan dan kepercayaan.
h. Pemenuhan
kebutuhan oksigen
Beberapa
partisipan mengungkapkan bahwa klien memiliki keluhan sesak napas selama
menderita penyakit kanker, cara mengatasi keluhan tersebut dengan cara
memberikan posisi setengah duduk dan memasangkan oksigen, Oksigen dibutuhkan
untuk mempertahankan kehidupan, fisiologi pernafasan meliputi oksigenasi tumbuh
melalui mekanisme ventilasi, perfusi dan transport gas pernafasan, faktor yang
ikut berperan pengaturan saraf dan kimiawi dalam mengontrol frekuensi dan
kedalaman pernafasan.
Sesak nafas
membuat seseorang tidak nyaman dan sulit melakukan aktivitas. Keluhan ketidakefektifan
pola nafas umum dirasakan pasien kanker, diperkirakan sekitar 15% - 55% pada
saat pasien didiagnosis dam sekitar 18% - 79% pada minggu terakhir kehidupan
pasien (Bisaro et al., 2012).
Gangguan
pemenuhan oksigen pada pasien kanker terjadi pada kondisi kanker paru dan
metastasis, kanker primer yang menyebabkan gangguan oksigenasi terjadi
pada� kanker gastrointestinal dan
payudara. Keluhan sesak nafas pada kanker dipengaruhi oleh nyeri dan status
fungsional. Sesak nafas merupakan salah satu gejala yang menyebabkan
peningkatan distress, yang berhubungan dengan peningkatan cemas dan depresi dan
mempengaruhi kualitas hidup penderita kanker (Ekstr�m et al., 2016).
i. Pemenuhan
kebutuhan gerak dan kesimbangan tubuh
Partisipan
mengungkapkan bahwa dalam memberikan kebutuhan gerak dan keseimbangan tubuh
klien yang mana akibat dari ketidakmampuan klien bergerak, keluarga membantu
memiringkan badan klien serta membantu klien ingin duduk.
Penurunan fungsi
fisik dan kelemahan sangat sering dikeluhkan oleh pasien kanker stadium lanjut
hal ini dapat berhubungan dengan pengobatan kanker dan progresifitas dari
penyakit. Fatique juga berkontribusi terhadap kelemahan yang dialami oleh
pasien kanker stadium lanjut dimana fatique mempengaruhi aktivitas hidup,
penurunan memori, kelemahan umum, emosional yang labil dan penurunan status
fungsional (Albrecht & Taylor, 2012).
Dalam pemenuhan
kebutuhan gerak dan keseimbangan pada pasien kanker stadium lanjut ada beberapa
hal dapat dilakukan yaitu mendorong pasien untuk beraktivitas ditempat tidur
atau turun dari tempat tidur (jika memungkinkan). Latihan aktivitas dapat
dilakukan dengan membantu dalam pergerakan pergelangan kaki, lutut, pinggul,
tangan, siku, bahu. Latihan dilakukan berulang sampai batas kemampuan pasien.
Memijat otot- otot atau persendian pasien. Mencegah terjadinya dekubitus atau
luka pada kulit akibat tekanan yang lama, tindakan yang dapat dilakukan adalah
membantu pasien mengubah posisi per 2 jam. Saat membantu pasien bergerak
usahakan untuk tidak menyeret karena akan melukai kulit. Berdasarkan uraian
diatas bahwa yang dilakukan keluarga sejalan dengan penerapan teori keperawatan
Virginia Henderson yaitu mempertahankan gerak dan posisi yang diinginkan.
j. Pemenuhan
kebutuhan menjaga suhu tubuh
Dalam sub tema
ini ditemukan 2 (dua) kategori dalam mengatasi demam klien seperti kompres dan
terapi farmakologis karena hampir semua orang dengan kanker mengalami demam
terutama bila pengobatan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
Demam dapat
disebabkan infeksi, dan proses inflamasi, demam dapat terjadi pada pasien
kanker yang disebabkan oleh infeksi, obat- obatan, tumor, trombosis atau dapat
disebabkan transfusi darah. Pada individu yang mendapatkan kemoterapi lebih
cenderung mengalami infeksi yang disebabkan oleh nilai leukosit yang menurun
akibat depresi pada pertumbuhan sel darah.
Beberapa hal
dapat dilakukan oleh keluarga untuk mempertahankan suhu dengan melepaskan atau
mengurangi pakaian yang tebal atau selimut yang digunakan, berikan pakaian yang
tipis, bila pakaian basah bisa segera diganti. Berikan suhu lingkungan yang
membantu mendinginkan kulit bisa dapat dilakukan dengan memandikan pasien (Roberts et al., 2012).
k. Pemenuhan
kebutuhan keamanan dan keselamatan
Keamanan
merupakan kebutuhan dasar manusia yang seringkali didefinisikan suatu kondisi
yang tidak mengalami cedera fisik dan psikologis. Selain itu kemanan mencakup
lingkungan fisik dan psikososial yang mempengaruhi kelangsungan hidup pasien.
Keamanan yang diharapkan bertujuan untuk mengurangi angka kejadian cedera,
mengoptimalisasi hospitalisasi sehingga pasien dapat pulang tepat waktu,
meningkatkan status fungsi pasien (Perry & Potter, 2006).
Bahaya fisik yang
dapat mengakibatkan jatuh dapat di minimalkan melalui pencahayaan yang adekuat
terutama pada tempat pasien melakuakn aktivitas, pencahayaan dapat berupa
cahaya yang tidak dapat menyilaukan mata, pengurangan penghalang fisik beberapa
benda yang dapat menyebabkan cedera antar lain lantai yang basah, keset, lemari
dan benda-benda yang dapat menghalangi pasien. Hal yang harus diperhatikan
adalah barang-barang yang dibutuhkan oleh pasien sebaiknya ada dalam
jangkauan.pasien, pengontrolan bahaya yang dapat terjadi di kamar mandi, dan
berbagai tindakan pengamanan yang dapat digunakan.
l. Pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur
Istirahat
memberikan rasa rileks secara mental, bebas dari rasa cemas dan tenang secara
fisik. Istirahat dilakukan untuk memberikan energi baru pada aktivtas metal dan
fisik individu sehingga dapat melakukan aktivitas secara optimal. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk memperoleh istirahat yang cukup antara
lain lingkungan, gaya hidup, konflik. Tidur merupakan proses fisiologis yang
bersiklus yang bergantian dengan periode tertentu. Tidur berkontribusi dalam
pemulihan fisiologis dan psikologis. Tidur seacara teratur memberi keuntungan
pada poses biologis yang dipebaharui secara rutin (Perry & Potter, 2006). Keluarga dalam
mengatasi gangguan tidur klien,� keluarga
menyarankan teknik tidur ayam atau tidur tahap 1 NREM menurut situs
hellosehat.com (2021) menjelaskan bahwa selama tahapan tidur pertama, yaitu
tidur ringan, tubuh, mental, dan pikiran Anda berada di ambang realita dan
bawah sadar setengah sadar, setengah (hampir) tertidur. Otak menghasilkan apa
yang dikenal sebagai gelombang beta yang kecil dan cepat. Mata tertutup, namun
masih dapat dibangunkan atau terbangun dengan mudah. Pergerakan mata di tahap
ini sangat lambat, begitu pula dengan aktivitas otot. Dalam hal ini kebutuhan yang
sesuai dengan penerapan teori keperawatan yang diberikan keluarga adalah teori
kebutuhan dasar Virginia Henderson yaitu kebutuhan istirahat dan tidur.
m. Pemenuhan
kebutuhan bekerja
Partisipan
mengungkapkan dikarenakan klien cuti bekerja dimana sedang menjalani pengobatan
kemoterapi� keluarga masih memberikan
kesempatan kepada klien untuk melakukan pekerjaan rumah agar klien merasa
percaya diri bahwa masih dipercaya dalam melakukan perkerjaan dirumah sebagai
penghargaan untuk dirinya sendiri.
Kebutuhan bekerja
lebih ditekankan bagaimana kebutuhan pasien dalam berprestasi. Berdasarkan
teori Abraham Maslow Setiap individu memiliki kebutuhan atau keinginan evaluasi
diri yang stabil terhadap harga diri baik itu harga diri sendiri maupan
terhadap orang lain. Pada tingkat ini merupakan kebutuhan harga diri yang
kemudian dapat diklasifikasikan menjadi dua yang pertama keinginan akan
kekuatan, prestasi dan kecukupan, penguasaan, kompetensi dan� kepercayaan�
diri. Kedua reputasi, rasa hormat atau penghargaan dari orang lain,
status, pengakuan, perhatian, martabat dan penghargaan.
n. Pemenuhan
kebutuhan rekreasi
Keluarga tetap
memberikan pemenuhan kebutuhan rekreasi seperti mengajak klien makan diluar
rumah, mengunjungi keluarga, mengajak klien jalan-jalan serta menghibur klien
yang bertujuan untuk mengurangi rasa stres klien.Hiburan atau rekreasi
merupakan salah satu kebutuhan sekunder dan ikut berperan dalam pembentukan
kepribadian manusia, saat individu melakukan kegitan hiburan maka akan
mendapatkan kepuasan dan kesenangan dan memberikan keseimbangan dalam
pertumbuhan dan kreativitas, kompetensi dan watak, selain itu dapat
meningkatkan pengetahuan dan kondisi fisik yang rileks, stabilits emosi yang
terkontrol, dan hubungan sosial. Kegiatan rekreasi dilakukan berdasarkan
kebutuhan dan minat seseorang yang terdiri dari beberapa kegiatan yang meliputi
rekreasi kesehatan, rohani dan pendidikan. Manfaat kegiatan rekreasi dilakukan
oleh individu diantaranya meningkatkan relaksasi, dapat mengembangkan
keterampilan dan kemampuan pribadi dan perasaan terhibur (Rodriguez-Mateos et al., 2019).
Kesimpulan
Pengalaman keluarga dalam merawat pasien
dengan diagnosa kanker adalah pengalaman
yang berarti bagi keluarga karena dari beberapa keluarga
yang pernah merawat pasien kanker di rumah merasa bahwa
keluarga masih mampu mendampingi klien bila merasa
butuh bantuan, membantu memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari klien serta ikut dalam
melakukan pelaksanaan perawatan luka yang mana masih jarang ada
keluarga yang mampu melakukan.
Adapun pengalaman keluar ketika merawat pasien kanker mereka
menyatakan bahwa dirinya senang ikut serta dalam
melakukan perawatan bahkan ada keluarga
yang selalu ikhlas dalam melakukan perawatan tetapi juga ada partisipan yang mengungkapkan bahwa dirinya merasa kahwatir selama melakukan perawatan karena takut terjadi
hal yang tidak diinginkan. Beberapa partisipan juga merasa harus berusaha dalam memberikan perawatan agar klien merasa nyaman dilingkungan
rumah agar dapat mengurangi stres.
Pengalaman selanjutnya
adalah pengalaman yang didapat setelah melakukan perawatan dalam merawat pasien
kanker keluarga mendapatkan pengalaman yaitu mampu membantu
dalam perawatan luka serta meningkatkan
sikap caring terhadap klien. Keluarga jua mendapatkan manfaat seperti lebih siap dalam
mencegah terjadinya risiko kanker pada keluarga yang sehat serta partisipan yang lain juga merasa bahwa kesabaran
dalam melakukan perawatan meningkat.
BIBLIOGRAFI
���������
Aini, N.
(2016). Satiningsih.(2015). Ketahanan Psikologi Pada Perempuan Penderita
Kanker Payudara.
Albrecht,
T. A., & Taylor, A. G. (2012). Physical Activity In Patients With
Advanced-Stage Cancer: A Systematic Review Of The Literature. Clinical
Journal Of Oncology Nursing, 16(3), 293.
Alligood,
M. R. (2014). Areas For Further Development Of Theory-Based Nursing Practice. Mr
Alligood (Ed.), Nursing Theory: Utilization & Application, 414�424.
Anggraeni,
R., & Indrarti, A. (2010). Klasifikasi Status Gizi Balita Berdasarkan
Indeks Antropometri (Bb/U) Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan. Universitas
Gunadarma.
Aviyah, E.,
& Farid, M. (2014). Religiusitas, Kontrol Diri Dan Kenakalan Remaja. Persona:
Jurnal Psikologi Indonesia, 3(02).
Barofsky,
I. (2012). Can Quality Or Quality-Of-Life Be Defined? Quality Of Life
Research, 21(4), 625�631.
Bisaro, B.,
Montani, M., Konstantinidou, G., Marchini, C., Pietrella, L., Iezzi, M., Gali�,
M., Orso, F., Camporeale, A., & Colombo, S. M. (2012).
P130cas/Cyclooxygenase-2 Axis In The Control Of Mesenchymal Plasticity Of
Breast Cancer Cells. Breast Cancer Research, 14(5), 1�12.
Black, J.
M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah; Manajemen Klinis
Untuk Hasil Yang Diharapkan.
Brewin, C.
R. (2013). �I Wouldn�t Start From Here��An Alternative Perspective On Ptsd From
The Icd‐11: Comment On Friedman (2013). Journal
Of Traumatic Stress, 26(5), 557�559.
Caesandri,
S. D. P., & Adiningsih, S. (2015). Peranan Dukungan Pendamping Dan
Kebiasaan Makan Pasien Kanker Selama Menjalani Terapi. Media Gizi Indonesia,
10(2), 157�165.
Cao-Lormeau,
V.-M., Blake, A., Mons, S., Last�re, S., Roche, C., Vanhomwegen, J., Dub, T.,
Baudouin, L., Teissier, A., & Larre, P. (2016). Guillain-Barr� Syndrome
Outbreak Associated With Zika Virus Infection In French Polynesia: A
Case-Control Study. The Lancet, 387(10027), 1531�1539.
Dwijayanti,
D. R., & Rifa�i, M. (2015). Gynura Procumbens Ethanolic Extract Promotes
Lymphocyte Activation And Regulatory T Cell Generation In Vitro. Journal Of
Tropical Life Science, 5(1), 14�19.
Ekstr�m,
M., Currow, D. C., & Moens, K. (2016). Symptom Patterns In Populations. Palliative
Care In Respiratory Disease (Ers Monograph), 70�84.
Ferrell,
B., & Coyle, N. (2006). Textbook Of Palliative Nursing. Oxford
University Press, Usa.
Friedman,
J., Hastie, T., & Tibshirani, R. (2010). Regularization Paths For
Generalized Linear Models Via Coordinate Descent. Journal Of Statistical
Software, 33(1), 1.
Galway, K.,
Black, A., Cantwell, M., Cardwell, C. R., Mills, M., & Donnelly, M. (2012).
Psychosocial Interventions To Improve Quality Of Life And Emotional Wellbeing
For Recently Diagnosed Cancer Patients. Cochrane Database Of Systematic
Reviews, 11.
Gitarja, W.
S. (2007). Penatalaksanaan Perawatan Luka Kanker. Indonesian Journal Of
Cancer, 1(3).
Henriksson,
A., & �restedt, K. (2013). Exploring Factors And Caregiver Outcomes
Associated With Feelings Of Preparedness For Caregiving In Family Caregivers In
Palliative Care: A Correlational, Cross-Sectional Study. Palliative Medicine,
27(7), 639�646.
Huda, C.,
Putri, A. E., & Sari, D. W. (2019). Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Dari
Maserat Zibethinus Folium Terhadap Escherichia Coli. Jurnal Sainhealth, 3(1),
7�14.
Janitra, F.
E., Wijayanti, K., Wahyuningsih, I. S., & Apriyanti, H. W. (2019).
Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara Melalui Program Bestcare
(Breast Cancer Wound And Palliative Care). Jurnal Inovasi Hasil Pengabdian
Masyarakat (Jipemas), 3(1), 46�53.
Knaul, F.
M., Langer, A., Atun, R., Rodin, D., Frenk, J., & Bonita, R. (2016).
Rethinking Maternal Health. The Lancet Global Health, 4(4),
E227�E228.
Kolcaba,
K., Dowd, T., Steiner, R., & Mitzel, A. (2004). Efficacy Of Hand Massage
For Enhancing The Comfort Of Hospice Patients. Journal Of Hospice &
Palliative Nursing, 6(2), 91�102.
Koloski, N.
A., Jones, M., Kalantar, J., Weltman, M., Zaguirre, J., & Talley, N. J.
(2012). The Brain�Gut Pathway In Functional Gastrointestinal Disorders Is
Bidirectional: A 12-Year Prospective Population-Based Study. Gut, 61(9),
1284�1290.
Larsen, P.,
Nielsen, J. L., Dueholm, M. S., Wetzel, R., Otzen, D., & Nielsen, P. H.
(2007). Amyloid Adhesins Are Abundant In Natural Biofilms. Environmental
Microbiology, 9(12), 3077�3090.
Mccloskey,
G., Perkins, L. A., & Van Diviner, B. (2008). Assessment And
Intervention For Executive Function Difficulties. Taylor & Francis.
Mu�afiro,
A., Suwito, J., Waluyo, K. O., & Christiany, I. (2019). Self Care
Management Client Dm Type 2 In Tambakrejo Community Health Center, Surabaya. Indian
Journal Of Forensic Medicine & Toxicology, 13(4).
Noviarini,
N. A., Dewi, M. P., & Prabowo, H. (2013). Hubungan Antara Dukungan Sosial
Dengan Kualitas Hidup Pada Pecandu Narkoba Yang Sedang Menjalani Rehabilitasi. Prosiding
Pesat, 5.
Ongge, O.
(2015). The Dynamics Of Indonesia-Malaysia Bilateral Relations Since
Independence: Its Impact On Bilateral And Regional Stability. Asian
Conference On Asian Studies.
Pegado, C.
M. A., Andrade, L. A. De, F�lix, L. P., & Pereira, I. M. (2006). Efeitos Da
Invas�o Biol�gica De Algaroba: Prosopis Juliflora (Sw.) Dc. Sobre A Composi��o
E A Estrutura Do Estrato Arbustivo-Arb�reo Da Caatinga No Munic�pio De
Monteiro, Pb, Brasil. Acta Botanica Brasilica, 20(4), 887�898.
Perry, E.
M., & Potter, J. M. (2006). Materiality And Social Change In The. Feminist
Anthropology: Past, Present, And Future, 115.
Purnawan,
C., Martini, T., & Afidah, S. (2014). Penurunan Kadar Protein Limbah Cair
Tahu Dengan Pemanfaatan Karbon Bagasse Teraktivasi (Protein Reduction Of Tofu
Wastewater Using Activated Carbon Bagasse). Jurnal Manusia Dan Lingkungan,
21(2), 143�148.
Raisch, D.
W., Campbell, H. M., Garnand, D. A., Jones, M. A., Sather, M. R., Naik, R.,
& Ling, W. (2012). Health-Related Quality Of Life Changes Associated With
Buprenorphine Treatment For Opioid Dependence. Quality Of Life Research,
21(7), 1177�1183.
Roberts, A.
W., Seymour, J. F., Brown, J. R., Wierda, W. G., Kipps, T. J., Khaw, S. L.,
Carney, D. A., He, S. Z., Huang, D. C. S., & Xiong, H. (2012). Substantial
Susceptibility Of Chronic Lymphocytic Leukemia To Bcl2 Inhibition: Results Of A
Phase I Study Of Navitoclax In Patients With Relapsed Or Refractory Disease. Journal
Of Clinical Oncology, 30(5), 488.
Rodriguez-Mateos,
A., Istas, G., Boschek, L., Feliciano, R. P., Mills, C. E., Boby, C.,
Gomez-Alonso, S., Milenkovic, D., & Heiss, C. (2019). Circulating
Anthocyanin Metabolites Mediate Vascular Benefits Of Blueberries: Insights From
Randomized Controlled Trials, Metabolomics, And Nutrigenomics. The Journals
Of Gerontology: Series A, 74(7), 967�976.
Saragih, B.
(2018). Agribisnis: Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian.
Pt Penerbit Ipb Press.
Saxton, J.,
& Daley, A. (2010). Exercise And Cancer Survivorship. Springer.
Setiawan,
A. R. (2019). Penyusunan Program Pembelajaran Biologi Berorientasi Literasi
Saintifik. Seminar Nasional Sains & Entrepreneurship, 1(1).
Sudiharto,
D. W. (2007). Implementasi Ltsp (Linux Terminal Server) Sebagai Solusi
Optimalisasi Penyelenggaraan Infrastruktur Laboratorium Komputer Di Perguruan
Tinggi (Studi Kasus: Laboratorium Tuk (Tempat Uji Kompetensi), Teknik
Informatika, Stt Telkom). Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi
(Snati).
Sumiati, S.
(2017). Penggunaan Leaflet Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga
Baru. Jurnal Media Kesehatan, 10(1), 52�57.
Ullrich,
S., & Nitsche, C. (2020). The Sars-Cov-2 Main Protease As Drug Target. Bioorganic
& Medicinal Chemistry Letters, 127377.
Watson, S.
K., Reamer, L. A., Mareno, M. C., Vale, G., Harrison, R. A., Lambeth, S. P.,
Schapiro, S. J., & Whiten, A. (2017). Socially Transmitted Diffusion Of A
Novel Behavior From Subordinate Chimpanzees. American Journal Of Primatology,
79(6), E22642.