Jurnal
Health Sains: p�ISSN : 2723-4339 e-ISSN : 2548-1398�����
Vol. 2, No. 2, Februari 2021
HUBUNGAN
PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG PAP SMEAR DENGAN KEIKUTSERTAAN
MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAP SMEAR
Nopiyanti
dan Febi Ratnasari
Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Yatsi, Tangerang, Banten, Indonesia
Email: [email protected] dan [email protected]
artikel
info |
abstract |
Tanggal diterima: 5 Februari 2021 Tanggal revisi: 15 Februari Tanggal yang diterima: 25 Februari 2021 |
The purpose of this literature review is to conclude information and analyze research journals about the relationship between fertile age women (WUS) knowledge about pap smears and participation in carrying out pap smears. The design of this research is literature review or literature review. The period of time for the journal used is a maximum journal publication period of 5 years (2014-2019), using indonesian, adult human subjects, the type of journal using original research articles and the theme of journal content is the theme of knowledge of fertile women (WUS) about pap smears with participation to do a pap smear examination. Searching for published articles on academic search complete, medline with full text, proquest and pubmed, EBSCO used the selected keywords: knowledge, women of childbearing age, pap smears and cancer clients. The author examines five research results on the relationship between fertile age women (WUS) knowledge about pap smears and participation in conducting pap smears, the results show that five studies from the articles that the author reviewed show that there is a relationship between fertile age women (WUS) knowledge about pap smears and participation. do a pap smear examination.
ABSTRAK Tujuan literature review ini untuk
menyimpulkan informasi dan menganalisis jurnal penelitian tentang hubungan
pengetahuan wanita usia subur (WUS) tentang pap smear dengan
keikutsertaan melakukan pemeriksaan pap smear. Desain penelitian ini
adalah literature review atau tinjauan pustaka. Jangka waktu jurnal
yang digunakan adalah rentang waktu penerbitan jurnal maksimal 5 tahun
(2014-2019), menggunakan bahasa Indonesia, subyek manusia dewasa, jenis
jurnal menggunakan original artikel penelitian dan tema isi jurnal adalah
tema pengetahuan wanita usia subur (WUS) tentang pap smear dengan
keikutsertaan melakukan pemeriksaan pap smear. Penelusuran
artikel publikasi pada academic search complete, medline with full text,
proquest dan pubmed, EBSCO menggunakan kata kunci yang dipilih yakni:
pengetahuan, wanita usia subur, pap smear dan klien kanker. Penulis
menelaah lima hasil penelitian tentang hubungan pengetahuan wanita usia subur
(WUS) tentang pap smear dengan keikutsertaan melakukan pemeriksaan pap
smear, didapatkan hasil bahwa lima penelitian dari artikel yang penulis
telaah menunjukan ada hubungan antara pengetahuan wanita usia subur (WUS)
tentang pap smear dengan keikutsertaan melakukan pemeriksaan pap
smear. |
Keywords: knowledge;
women of childbearing age; �pap smear
and cancer clients. Kata Kunci: Pengetahuan;
wanita usia subur; pap smear dan klien kanker. |
Coresponden Author:
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan��
Kanker mulut rahim di negara-negara
maju menempati urutan keempat setelah kanker payudara, kolorektum, dan
endometrium. Sedangkan di negara-negara sedang berkembang menempati urutan
pertama. Di Negara Amerika Serikat, kanker mulut rahim memiliki age specific incidence rate (ASR) yang
khas, kurang lebih 20 kasus per 100.000 penduduk wanita per tahun. Untuk
wilayah ASEAN, insidens kanker serviks di Singapura sebesar 25,0 pada ras cina,
17,8 pada ras melayu dan thailand sebesar 23,7 per 100.000 penduduk. Insidens
dan angka kematian kanker serviks menurun selama beberapa dekade terakhir di
AS. Hal ini karena skrining pap menjadi lebih populer dan lesi serviks
pre-invasif lebih sering dideteksi daripada kanker invasif.
Di indonesia, kanker serviks
menempati urutan kedua dari segi jumlah penderita kanker pada perempuan namun
sebagai penyebab kematian masih menempati peringkat pertama terutama dalam
stadium lanjut (Ocviyanti et al., 2009). Diagnosis kanker serviks pada stadium lanjut merupakan penyebab utama
peningkatan morbiditas dan mortalitas (Nadia, 2017). Berdasarkan data WHO pada tahun 2017 di indonesia diperkirakan
setiap harinya ada 40-45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap satu
jam diperkirakan satuorang perempuan meninggal dunia karena kanker serviks (Kemenkes, 2017). Dari data 17 rumah sakit di jakarta 1977, kanker serviks menduduki
urutan pertama, yaitu 432 kasus di antara 918 kanker pada perempuan.
Kementerian kesehatan sendiri mencatat, per 31 januari 2019, angka perempuan
yang mengidap kanker payudara mencapai 42,1 persen per 100 ribu penduduk, dengan
angka rata-rata kematian 17 orang per 100 ribu penduduk.
Ketua Badan Kerjasama Organisasi
Wanita (BKOW) banten, Ade Rossi Khoerunnisa mengatakan, dari data yang di dapat
BKOW terdapat 325 warga di banten yang mengidap kanker payudara, sedangkan 116
warga terkena kanker serviks. Maka dari itu, ia menilai penting ada sosialisasi
terkait deteksi dini kanker payudara (RMOL Banten, 2019).
Informasi mengenai kanker serviks
masih kurang dipahami oleh sebagian besar wanita usia subur (WUS). Rendahnya
pengetahuan mengenai kanker serviks secara umum berhubungan dengan masih
tingginya angka kejadian kanker serviks. Hal ini sangat memprihatinkan mengingat
kanker serviks merupakan salah satu kanker yang dapat dicegah sejak dini dengan
deteksi dini salah satunya adalah pap smear, di banten, cakupan wanita yang
melakukan pap smear dan IVA tergolong masih sangat rendah, penelitian yang di
lakukan oleh Setia (2018) dalam RMOL banten (2019) di Rsud kota tangerang
mengatakan bahwa hasil penelitian tersebut didapatkan� 17,6 % responden memilih melakukan metode pap smear dan 82,4 % tidak memilih
melakukan metode pap smear. Selain
itu,� paritas risiko tinggi sebanyak
24,7% dan risiko rendah 75,3% serta 48,2% berpengetahuan baik dan 51,8%
berpengetahuan masih kurang.
Seringnya terjadi keterlambatan dalam
diagnosa dan pengobatan pada stadium lanjut mengakibatkan banyaknya penderita
kanker serviks meninggal dunia, padahal kanker serviks dapat diobati jika belum
mencapai stadium lanjut, tentunya dengan mengetahui terlebih dahulu apakah
sudah terinfeksi (YKI, 2014). Kanker serviks merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh HPV atau
human papilloma virus, mempunyai presentase yang cukup tinggi dalam menyebabkan
kanker serviks yaitu sekitar 99,7% (Tilong, 2012). Lebih dari 70% kanker serviks disebabkan oleh infeksi hPV tipe 16 dan
18. Infeksi hPV mempunyai prevalensi yang tinggi pada kelompok usia muda,
sementara kanker serviks baru timbul pada usia tiga puluh tahunan atau lebih (Saifuddin, 2016).
Saat ini cakupan �screening� deteksi dini kanker serviks di indonesia (2015) melalui
pap smear dan IVA masih sangat rendah (sekitar 5%), padahal cakupan �screening� yang efektif dalam menurunkan
angka kesakitan dan angka kematian karena kanker� serviks adalah 85 %. Pada tahun 2025 di
perkirakan kasus baru kanker serviks di indonesia akan meningkat sebesar 74%,
sementara secara keseluruhan prevalensinya akan meningkat sebesar 49%. WHO (world
health organization) merekomendasikan semua wanita yang telah menikah atau
telah berhubungan seksual untuk menjalani pemeriksaan pap smear minimal setahun
sekali. Pap smear adalah suatu metode
dimana dilakukan pengambilan sel dari mulut rahim kemudian di periksa di bawah
mikroskop. Pada pemeriksaan biasanya dapat di tentukan apakah sel yang ada di
mulut rahim masih normal, berubah menuju kanker atau telah berubah menjadi sel
kanker (Kumalasari & Andhyantoro, 2012).
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mereview artikel tentang hubungan
pengetahuan wanita usia subur (WUS) tentang pap smear dengan keikutsertaan
melakukan pemeriksaan pap smear.
Metode Penelitian
Studi literature review adalah cara
yang dipakai untuk megumpulkan data atau sumber yang berhubungan pada sebuah
topik tertentu yang bisa didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, buku,
internet, dan pustaka lain. Desain penelitian ini adalah literature review dengan metode literatur review sederhana.
Hasil dan Pembahasan
1. Pengetahuan Wus
Penulis menelaah dua puluh hasil penelitian
tentang pengetahuan, didapatkan hasil bahwa tiga hasil penelitian menunjukan
bahwa pengerathuan responden kurang dan dua peneitian menunjukan pengetahuan
responden baik.
Penelitian yang dilakukan oleh (Annisa, 2016) Menunjukkan distribusi frekuensi berdasarkan
pengetahuan. Pengetahuan responden terbanyak adalah pengetahuan baik sebanyak
33 orang dengan persentase 25.0 %.
Penelitian yang dilakukan oleh erma retnaningtyas
menunjukan bahwa hampir setengah dari PUS di desa joho kecamatan wates
kabupaten kediri memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 42,9% (27
responden) dari total responden sebanyak 63 responden, dikarenakan hampir
sebagian responden tidak mengetahui tentang pentingnya melakukan pemeriksaan
pap smear untuk mendeteksi kanker servik (Retnaningtyas,
2018).
Penelitian yang dilakukan oleh (Heryani, 2018) menunjukan bahwa pengetahuan responden tentang
pap smear terbanyak pada pengetahuan kurang sebanyak 29 orang (43,9 %).
Penelitian yang dilakukan oleh kiky kusuma ningrum
rekuensi tertinggi adalah responden yang mempunyai pengetahuan baik adalah 13
responden (43,33%) dan frekuensi terendah adalah responden yang mempunyai
pengetahuan kurang 6 responden (20%).
Penelitian yang dilakukan oleh (Rosdiana, 2019) menunjukan bahwa pengetahuan yang baik
berjumlah 41 responden (48,2%) lebih sedikit dari pengetahuan yang kurang
berjumlah 44 responden (51,8%).
Seseorang akan melakukan tindakan berdasarkan
pengetahuan yang dimilikinya serta akan mengaplikasikannya, semakin baik
pengetahuan seseorang tentang kanke rserviks maka orang tersebut akan melakukan
tindakan pemeriksaan pap smear dan sebaliknya jika pengetahuan seseorang kurang
tentang kanker serviks maka orang tersebut tidak akan melakukan pemeriksaan� pap smear setiap tahunnya. Peneliti menelaah
bahwa pengetahuan baik responden dikarenakan faktor pendidikan responden dalam
penelitian yang menunjukan pengetahuan baik mayoritasnya adalah berpendidikan
tinggi. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan
yang lebih luas dibandingkan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang. Selain itu, peneliti berpendapat bahwa informasi yang didapat oleg
responden juga mempengaruhi pengetahuan responden. Sebagaimaa yang di katakan
oleh (Notoatmodjo,
2012) Semakin banyak informasi yang didapat maka
semakin bertambah pula pengetahuannya. Seorang wanita usia subur yang tidak
pernah mendapat informasi atau pengetahuan tentang kanker serviks tentu beda
dengan wanita usia subur yang sudah mengerti, pengetahuannya akan lebih banyak
dan lebih memahami tentang apa itu kanker. Pernah atau belumnya mendapatkan
informasi merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan wanita usia subur
tentang kanker serviks. informasi tersebut bisa diperoleh dari sumber-sumber
seperti orang tua, teman/saudara, tenaga kesehatan, maupun media massa.
2.
Pemeriksaan Pap Smear���
Penulis menelaah dua puluh hasil
penelitian tentang pemeriksaan pap smear, didapatkan hasil bahwa tiga hasil
penelitian menunjukan bahwa responden tidak pernah atau tidak ada minat untuk
melakukan pap smear dan dua peneitian
menunjukan responden berminat dalam keikutsertaan melakukan pap smear.
Penelitian yang dilakukan oleh (Annisa,
2016) Menunjukkan bahwa Pemeriksaan pap
smear responden terbanyak adalah responden yang melakukan tindakan pemeriksaan
pap smear yaitu sebanyak 27 orang dengan persentase 61.4 %
Penelitian yang dilakukan oleh erma retnaningtyas
menunjukan bahwa responden yang belum pernah melakukan pemeriksaan pap smear sebanyak 45 orang dan yang
belum pernah sebanyak 18 orang.
Penelitian yang dilakukan oleh (Heryani,
2018) menunjukan bahwa bahwa responden
yang tidak melakukan pemeriksaan pap smear sebanyak 53 orang dan yang tidak
melakukan pemeriksaan pap smear
sebanyak 13 orang
Penelitian yang dilakukan oleh Kiky
Kusuma Ningrum didapatkan hasil bahwa bahwa frekuensi tertinggi adalah
responden yang mempunyai minat tinggi yaitu 26 responden (86,67%) dan yang
mempunyai frekuensi terendah adalah responden yang mempunyai minat sedang yaitu
4 responden (13,33%).
Penelitian yang dilakukan oleh (Rosdiana,
2019) menunjukan bahwa didapatkan hasil
dari 85 responden, memilih metode Pap Smear berjumlah 15 responden (17,6%)
lebih sedikit dari yang tidak memilih metode Pap Smear berjumlah 70 responden
(82,4%).
Penulis menelaah hasil penelitian
menunjukan bahwa responden yang tidak pernah atau tidak ada minat untuk
melakukan pap smear disebabkan karena
lebih banyak responden berpengetahuan kurang tentang pap smear pada penelitian tersebut yang kemungkinan penyebabnya
adalah kurangnya informasi dan tingkat pendidikan yang rendah.
Alasan kenapa wanita mau melakukan pap smear dikarenakan adanya pengetahuan
wanita tentang bahaya kanker, pap smear
dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya proses infeksi, kelainan
pra kanker dan kanker di vagina dan serviks (Lestadi, 2017). Hasil pemeriksaan pap smear dapat menunjukkan adanya
penyakit lain dalam vagina dan serviks, diantaranya yaitu infeksi Human
papillomavirus yang memiliki hubungan yang kuat dengan kejadian kanker serviks.
Dengan diketahuinya� penyakit atau
keabnormalan pada vagina atau serviks dari hasil pemeriksaan pap smear, maka
dapat dilakukan pengobatan yang seksama sehingga akibat lebih lanjut menjadi kanker
serviks dapat dihindari. Hal ini dapat dilhat dari jurnal yang ditelaah yang
menunjukan bahwa responden yang tidak pernah atau tidak ada minat untuk
melakukan pap smear disebabkan karena
lebih banyak responden berpengetahuan kurang tentang pap smear pada penelitian tersebut yang kemungkinan penyebabnya
adalah kurangnya informasi dan tingkat pendidikan yang rendah, begitupun
sebaliknya, responden yang pernah atau ada minat untuk melakukan pap smear disebabkan karena lebih banyak
responden berpengetahuan baik.
3. Pokok Bahasan Hubungan Pengetahuan Dengan Pemeriksaan Pap Smear
Penulis menelaah dua puluh hasil
penelitian tentang hubungan pengetahuan wanita usia subur (WUS) tentang pap smear dengan keikutsertaan melakukan
pemeriksaan pap smear, didapatkan hasil bahwa lima penelitian dari artikel yang
penulis telaah menunjukan ada hubungan antara pengetahuan wanita usia subur
(WUS) tentang pap smear dengan
keikutsertaan melakukan pemeriksaan pap
smear.
Penelitian yang dilakukan oleh (Annisa,
2016) Menunjukkan bahwa terdapat� hubungan secara signifikan antara pengetahuan
wanita usia subur tentang kanker serviks dengan tindakan pemeriksaan pap smear
dengan hasil uji fisher exact test diperoleh p value
0,000. Responden yang berpengetahuan baik sebanyak 33 responden,
78,8% diantaranya melakukan pemeriksaan pap
smear sedangkan sisanya 21,2% tidak melakukan pemeriksaan pap
smear. Responden yang berpengetahuan buruk sebanyak 11 responden, hanya 1
responden yang melakukan pemeriksaan pap smear, hal ini menunjukkan terdapat
keterkaitan baik dan buruknya pengetahuan terhadap tindakan pemeriksaan pap smear.
Penelitian yang dilakukan oleh Erma
Retnaningtyas menunjukan bahwa Dari hasil uji statistik spearman rank dengan
nilai a = 0,05 didapatkan nilai p = 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan pengetahuan tentang
pemeriksaan pap smear pada PUS di
desa joho kecamatan wates kabupaten kediri.
Penelitian yang dilakukan oleh (Heryani,
2018) menunjukan bahwa Hasil penelitian
dengan uji statistic chi square
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang
pap smear dengan pelaksanaan pemeriksaan pap
smear, dimana p < 0,05 (p = 0,000).
Penelitian yang dilakukan oleh (Ningrum,
2017) didapatkan hasil bahwa dari
perhitungan uji spearmank rank menunjukkan hasil koefisien sebesar 0,668 dengan
taraf signifikansi sebesar 0,000 maka H1 diterima. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan wanita usia subur tentang
kanker serviks dengan minat melakukan pap
smear.
Penelitian yang dilakukan oleh (Rosdiana,
2019) menunjukan bahwa didapatkan hasil
analisis bivariat menunjukkan pada kelompok responden berpengetahuan baik yang
memilih metode pap smear� berjumlah 11 responden (26,8%) sedangkan pada
responden dengan pengetahuan kurang yang memilih metode pap smear sebanyak 4 responden (9,1%). Hasil uji chi-square menunjukkan p value = 0,063 lebih kecil daripada
nilai a = 0,05 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dengan pemilihan metode pap smear di
rumah sakit islam Siti Khadijah palembang tahun 2019.
Penelitian yang dilakukan oleh (Annisa,
2016) Menunjukkan bahwa terdapat� hubungan secara signifikan antara pengetahuan
wanita usia subur tentang kanker serviks dengan tindakan pemeriksaan pap smear. Hasil penelitian menunjukan
dari 33 responden berpengetahuan baik, 78,8% memilih tindakan pemeriksaan pap smear sedangkan sisanya 21,2% tidak
memilih tindakan pemeriksaan pap smear.
Sebaliknya, terdapat kecenderungan responden yang berpengetahuan buruk memilih
tidak melakukan pap smear.
Penulis berpendapat bahwa pengetahuan
merupakan awal dari perubahan perilaku. Artinya jika ingin mengubah perilaku
dari yang tidak melakukan pemeriksaan pap
smear menjadi mau melakukan pemeriksaan pap
smear, maka mulailah dari meningkatkan pengetahuan terlebih dahulu.
Peningkatan pengetahuan ini dapat dilakukan dengan memberikan informasi
seluas-luasnya kepada ibu akan pentingnya pemeriksaan pap smear. Sesuai dengan
teori yang dikemukakan (Aziz,2017) pengetahuan ibu tentang kanker
servik akan membentuk sikap positif terhadap deteksi dini kanker servik. Hal
ini juga merupakan faktor kedua dominan dalam pemeriksaan deteksi dini kanker
serviks. Pengetahuan yang dimiliki WUS tersebut akan menimbulkan kepercayaan
ibu tentang deteksi dini kanker serviks.
Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, proses adopsi
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahun. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan fisik
dalam menumbuhkan rasa percaya diri sehingga dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang (Notoatmodjo,
2011).
Pengetahuan tidak hanya diperoleh
dari pendidikan formal, tetapi juga bisa diperoleh dari pelatihan, penyuluhan,
teman, brosus. Dari informasi tersebut maka pengetahuan yang dimiliki semakin
meningkat sehingga kemungkinan untuk melakukan pemeriksaan pap smear semakin besar.
Menurut asumsi penulis, dari lima
artikel yang ditelaah menunjukan bahwa pengetahuan ibu mengenai faktor yang
membuat ibu melakukan pap smear
mayoritas berpengetahuan tinggi karena tingkat pengetahuan ibu tentang pap smear sangat bagus dan sebaliknnya
bahwa pengetahuan ibu mengenai faktor yang membuat ibu tidak melakukan pap
smear mayoritas berpengetahuan kurang. Hal ini disebabkan karena faktor
informasi yang didapatkan ibu tentang pap
smear sehingga, jika mereka berusaha untuk mencari informasi yang lebih
mendalam tentang pemeriksaan pap smear maka akan semakin bertambah pengetahuan
ibu dan minat untuk melakukan pemeriksaan pap
smear akan semakin tinggi dan sebaliknya ,jika mereka tidak berusaha untuk
mencari informasi yang lebih mendalam tentang pemeriksaan pap smear maka pengetahuan ibu akan terbatas dan minat untuk
melakukan pemeriksaan pap smear akan
semakin rendah.
�
Kesimpulan
Kesimpulan dari literature review ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh (Annisa, 2016) Menunjukkan distribusi frekuensi berdasarkan
pengetahuan. Pengetahuan responden terbanyak adalah pengetahuan baik sebanyak
33 orang dengan persentase 25.0 %. Penelitian yang dilakukan oleh erma
retnaningtyas menunjukan bahwa hampir setengah dari PUS di desa joho kecamatan
wates kabupaten kediri memiliki pengetahuan kurang yaitu sebanyak 42,9% (27
responden) dari total responden sebanyak 63 responden, dikarenakan hampir
sebagian responden tidak mengetahui tentang pentingnya melakukan pemeriksaan
pap smear untuk mendeteksi kanker servik. Penelitian yang dilakukan oleh
(Heryani, 2018) menunjukan bahwa pengetahuan responden tentang pap smear
terbanyak pada pengetahuan kurang sebanyak 29 orang (43,9 %).
BIBLIOGRAFI
�
Annisa, W.
N. (2016). Hubungan Antara Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kanker
Serviks Dan Tindakan Pemeriksaan Pap Smear Di Kelurahan Sidanegara Kabupaten
Cilacap. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Aziz.
(2017). Menaklukkan Kanker Serviks Dan Kanker Payudara Dengan 3 Terapi Alami.
Agromedia.
Heryani, R.
(2018). Hubungan Pengetahuan Wanita Terhadap Pemeriksaan Papsmear Di Wilayah
Puskesmas Garuda Kota Pekanbaru. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema
Kesehatan, 3(3), 596�602.
Kemenkes.
(2017). Informasi Kementrian Kesehatan Ri. 2014. Situasi Dan Analisis Lanjut
Usia.
Kumalasari,
I., & Andhyantoro, I. (2012). Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa
Kebidanan Dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 14, 22.
Ningrum, K.
K. (2017). Hubungan Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Kanker Serviks Dengan
Minat Melakukan Pap Smear Di Rt 16 Kelurahan Blabak Kecamatan Pesantren Kota
Kediri. Jurnal Kebidanan, 6(2), 122�130.
Notoatmodjo,
S. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni.
Notoatmodjo,
S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Ocviyanti,
D., Rosana, Y., & Wibowo, N. (2009). Profil Flora Vagina Dan Tingkat
Keasaman Vagina Perempuan Indonesia. Majalah Obstet Ginekol Indonesia, 33,
124�131.
Retnaningtyas,
E. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Pemeriksaan Pap Smear Pada
Pasangan Usia Subur (Pus) Di Desa Joho Kecamatan Wates Kabupaten Kediri. Journal
For Quality In Women�s Health, 1(1), 13�19.
Rosdiana, M.
(2019). Hubungan Antara Paritas Dan Pengetahuan Wanita Usia Subur Terhadap
Pemilihan Metode Pap Smear Di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun
2019. Prosiding Seminar Nasional, 106�113.
Saifuddin,
A. (2016). Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
Tilong, A.
D. (2012). Bebas Dari Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta: Flashbooks.
Yki.
(2014). Tentang Yki. Tersedia Dalam Www. Yayasankankerindonesi A. Org.